Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

I. PENGERTIAN
Infeksi payudara atau disebut juga mastitis merupakan peradangan pada payudara
infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tapi mungkin juga melalui peredarah darah
(Prawirohadjo,2005:701) Penyebab infeksi biasanya Staphylococcus aureus. Mastitis
diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya
ASI dihisap atau dikeluarkan secara tidak efektif. Dapat juga terjadi akibat tekanan BH atau
baju. Para wanita yang baru pertama kali menyusui cenderung lebih sering terkena mastitis.
Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi
antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.
Menurut Sarwono (2005:482) tidak jarang mastitis dibarengi oleh kanker payudara,
yang menyebabkan jalannya penyakit menjadi lebih cepat. Mastitis tidak akan membawa
dampak negatif bagi bayi karena kuman yang menyebabkan mastitis terdapat pada peredaran
darah dan tidak mempengaruhi saluran ASI, sehingga tidak mempengaruhi ASI.

II. PENYEBAB
Penyebab terjadinya infeksi payudara yaitu:
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat.
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk
menyebabkan infeksi mastitis
3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis
(Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2001)

III.JENIS-JENIS MASTITIS ATAU INFEKSI PAYUDARA


Secara garis besar mastitis dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Non Infektif Mastitis
Non infektif mastitis terjadi karena saluran air susu yang tersumbat atau juga karena
posisi
menyusui yang salah.
b. Infektif Mastitis
Yaitu yang telah terinfeksi bakteri yang diakibatkan oleh kuman yang masuk ke saluran
air susu di puting payudara melalui perantaraan mulut atau hidung bayi. Pada mastitis
infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan
merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui.
Berdasarkan penyebabnya mastitis dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Mastitis periductal
Biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause (wanita di atas 45 tahun),
penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Akibat perubahan hormonal dan aktivitas
menyusui di masa lalu. Pada saat menjelang menopause terjadi penurunun hormon
estrogen yang menyebabkan adanya jaringan yang mati. Tumpukan jaringan mati dan
air susu menyebabkan penyumbatan pada saluran di payudara. Penyumbatan
menyebabkan buntunya saluran dan akhirnya melebarkan saluran di belakangnya,
yang biasanya terletak di belakang puting payudara. Hasil akhirnya ialah reaksi
peradangan yang disebut mastitis periductal. Jenis mastitis ini jarang terjadi.
b. Mastitis puerperalis
Ini disebabkan karena infeksi pada jaringan payudara. Mastitis ini terjadi pada wanita
yang sedang menyusui karena adanya perpindahan kuman dari mulut bayi atau mulut
dari suaminya. Kuman yang paling banyak menyebabkan mastitis puerperalis adalah
Staphylococcus aureus. Selain itu kuman dapat masuk ke payudara karena suntik
silikon atau injeksi kolagen sehingga menyebabkan peradangan. Pada mastitis
puerperalis kuman berasal dari luar yang masuk ke dalam payudara.
c. Mastitis supurativa
Mastitis jenis ini ialah yang paling sering ditemui. Mirip dengan jenis sebelumnya,
mastitis jenis ini juga disebabkan kuman staphylococcus. Selain itu bisa juga
disebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis. Mastitis jenis ini harus
mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat agar tidak terjadi abses atau luka
bernanah dalam jaringan payudara. Kuman dari mastitis supurative berasal dari dalam
tubuh yang masuk ke dalam jaringan payudara lewat aliran darah.

IV. TANDA-TANDA INFEKSI PAYUDARA ATAU MASTITIS


Ada beberapa tanda-tanda infeksi payudara yaitu:
- Pembesaran payudara hanya pada satu sisi
- Nyeri dan bengkak pada payudara yang terkena infeksi
- Demam, mual dan muntah. Semua gejala infeksi payudara hampir disertai dengan
demam, adapun gejala mual dan muntah tidak selalu muncul.

- Keluar cairan dari puting payudara, dapat berupa bening hingga pus (nanah).

- Bengkak, nyeri, terasa panas dan kemerahan pada payudara yang terkena infeksi

- Pembesaran jaringan limfe ketiak jika infeksi telah menyebar keluar dari payudara.

- Rasa panas dingin disertai kenaikan suhu


- Demam, sakit-sakit seperti flu, serta payudara terasa panas dan lembek.
- Penderita merasa lesu
- Tidak ada nafsu makan
- Mamma membesar/ bengkak dan nyeri
- Mamma merah
- Nyeri perabaan
- Kadang terjadi abses
- Nanah yang menyebar ke bagian tubuh lain dapat menyebabkan meriang/demam
tinggi dan menggigil, keringat banyak, turunnya daya tahan tubuh, bahkan hingga
menurunnya kesadaran.

V. DIAGNOSA INFEKSI PAYUDARA


Umumnya diagnosa infeksi payudara sangatlah mudah yaitu dengan adanya gejala –
gejala di atas disertai dengan pemeriksaan fisik pada payudara yang mengalami infeksi,
seorang dokter sudah bisa mendiagnosa infeksi payudara. Adapun pemeriksaan
pelengkap untuk mendiagnosa infeksi payudara adalah dengan kultur bakteri untuk
mengetahui jenis bakterinya, dan biopsi untuk mengambil contoh jaringan payudara yang
mengalami infeksi dan sudah mengalami abses. Pemeriksaan lainnya adalah
mammografi.

VI. PENCEGAHAN
Mastitis atau infeksi payudara dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Perawatan puting susu atau perawatan payudara
Perawatan ini dilakukan dengan membersihkan puting susu sebelum dan sesudah
menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu bayi
juga harus terbebas dari infeksi stafilokokus. Bila ada retak atau luka pada puting,
sebaiknya bayi tidak menyusu pada mamma yang bersangkutan sampai luka itu
sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan. Pengurutan payudara sebelum
laktasi merupakan salah satu tindakan yang sangat efektif untuk menghindari
terjadinya sumbatan pada duktus.
2. Usahakan untuk selalu menyusui dengan posisi dan sikap yang benar. Menggunakan
penyangga bantal saat menyusui juga cukup membantu menciptakan posisi menyusui
yang lebih baik.
3. Menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada
bagian payudaranya.
4. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal. Susui bayi sesering mungkin dan jangan
memperpanjang jarak antar tiap waktu menyusui.
5. Keluarkan kelebihan ASI dengan segera. ASI yang tidak dikeluarkan akan menumpuk
dan menimbulkan penyumbatan di dalam payudara yang dapat berujung peradangan.
Jika payudara sudah terasa penuh ASI, bujuklah bayi untuk menyusui.

VII.KOMPLIKASI INFEKSI PAYUDARA


Jika infeksi payudara sangat berat maka kemungkinan dapat terjadi abses. Jika
telah terjadi abses maka pengobatannya adalah dengan melakukan drainase yaitu
pembersihan dan pengaliran cairan dan nanah pada payudara yang mengalami abses.

VIII. PENANGANAN
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada infeksi payudara yaitu :
1. Istirahat
Istirahat akan menghilangkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh.
2. Kompres payudara.
Secara bergantian, kompres payudara dengan kompres hangat dan dingin. Kompres
dingin menghilangkan rasa nyeri, sedangkan kompres panas membantu memerangi
peradangan.
3. Pijat daerah yang sakit. Pemijatan akan meningkatkan sirkulasi, mengurangi
penyumbatan payudara serta membantu meningkatkan faktor imunitas di payudara.
Pijatlah payudara sambil mandi air hangat atau berendam air hangat.
4. Jangan berhenti menyusui meskipun payudara meradang. Penghentian ini dapat
menyebabkan terjadinya infeksi kuman penyakit pada payudara yang dapat berlanjut
menjadi abses payudara (payudara bernanah).
5. Susuilah lebih sering di payudara yang meradang .
 Susuilah payudara yang meradang sampai kosong, karena apabila ada yang
tersisa akan lebih mudah terinfeksi lagi.
 Sebaiknya langsung susui bayi (jangan dipompa), kecuali jika terpaksa karena
bayi menolak menyusu, keluarkan ASI dengan tangan atau dipompa.
 Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat, setelah itu baru ganti ke
payudara yang sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat menyusu.
6. Apabila bayi menolak untuk menyusu pada payudara yang meradang, ini dapat
disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan kadar sodium (garam)
pada ASI sehingga rasanya jadi asin. Kebanyakan bayi tidak menyadari rasa asin ini,
tetapi ada bayi yang menolak untuk meminumnya. Apabila bayi menolak, mulailah
menyusui dari payudara yang sehat, baru selanjutnya tukar ke payudara yang
meradang.
7. Sangga payudara dengan menggunakan bra atau pakaian dalam yang mampu
menyangga payudara dengan baik
8. Apabila peradangan terus berlanjut atau sudah terjadi abses, sebaiknya payudara yang
sakit tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah dan
segeralah periksa ke dokter.

Gambar infeksi payudara


LANDASAN ASKEB

Proses penatalaksanaan kebidanan ini terdiri dari 7 langkah :


I. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan.
II. Menginterprestasikan data untuk mengindentifikasikan diagnosa/ masalah.
III. Mengidentifikasi diagnosa masalah potensial /mengantisipasi masalah.
IV. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
V. Menyusun rencaca asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasinal
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah – langkah sebelumnya.
VI. Penatalaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
VII. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali
penatalaksanaan proses untuk aspek-aspek asuahan yang tidak efektif.

I. PENGUMPULAN DATA
A. Data Subyektif
1. Hari/Tgl, jam dan waktu,yaitu untuk megetahui kapan dan dimana asuhan di
berikan
2. Nama Ibu untuk mengetahui siapa yang di berikan asuhan dan memudahkan kita
dalam komunikasi dengan klien
3. Nama Suami untuk mengetahui penanggungjawab dalam pemberian asuhan
4. Umur Ibu untuk mengetahui
5. Umur Suami untuk mengetahui apakah suami masih bisa menerima informasi
dengan baik atau tidak.
6. Agama Ibu dan Suami untuk mengetahui kemungkinan adanya kepercayaan yang
bertentangan dengan kesehatan
7. Suku/Bangsa untuk mengetahui adanya kepercayaan yang ada pada suku/bangsa
ibu dan suami yang bertentangan dengan kesehatan
8. Pendidikan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu sejauh mana ibu dan
suami dapat menerima informasi yang di berikan
9. Pekerjaan untuk mengetahui aktivitas dan social ekonomi
10. Alamat untuk mengetahui tempat tinggal ibu dan suami dan apabila ada kesamaan
nama dapat di bedakan dari alamat klien
11. Alasan dirawat untuk mengetahui keadaan ibu dalam masa nifas normal sesuai
dengan jam, hari.
12. Riwayat Persalinan Sekarang
 Tanggal persalinan
 Persalinan ke berapa
 Tempat persalinan
 Ditolong oleh
 Jenis persalinan sapontan / anjuran / buatan
 Kala II lamanya , jumlah perdarahan, robekan perineum, ada komplikasi atau
tidak, pukul berapa bayi lahir
13. Riwayat obstetrik terdahulu untuk mengetahui apakah ibu pernah mengalami
kesulitan dalam masa nifas
14. Riwayat KB untuk mengetahui apakah ibu pernah menggunakan KB/ tidak , jenis
KB, lama pemakaian dan ada /tidak ibu untuk rencana ber KB, keluhan efek
samping, komplikasi pemakaian alat kontrasepsi.
15. Kecukupan Nutrisi Untuk mengetahui pola nutrisi ibu , kualitasnya dan kuantitas
makanan, alergi atau tidak terhadap makanan, frekuensi, dan jenis.
16. Eleminasi untuk mengetahui apakah ibu sudah dapat/tidak BAB dan BAK, berapa
kali, konsistensi warna, bau, ada keluhan atau tidak.
17. Istirahat dan Tidur untuk mengetahui ada tidaknya keluhan pada istirahat tidur
pada masa nifas, ibu dapat tidur/ tidak, dan berapa lama ibu dapat istirahat dan
tidur.
18. Rencana menyusui untuk mengetahui adakah pengalaman dari ibu dalam
menyusui bayinya, dan berapa lama ibu akan berencana untuk menyusui bayinya.
19. Rencana pengasuhan untuk mengetahui apakah ibu akan mengasuh anaknya
sendiri atau dibantu dengan orang lain, karena dalam mengasuh anak dengan
orang lain tidak akan ada bounding attachement/ ikatan kasih saying antar ibu dan
anak.
20. Pengatahuan ibu untuk mengetahui pengetahuan/informasi yang telah didapat/
belum didapat oleh ibu seperti perawatan bayi, tanda-tanda bahaya nifas, cara
memeriksa kontraksi uterus, cara masase uterus,dan cara menyusui bayinya yang
benar.

B. Data Obyektif
1. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum selama masa
nifas
2. Kesadaran : untuk mengetahui kesadaran pada ibu selama masa nifas
3. Vital Sign :
a. Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh ibu apakah tubuh ibu
panas/ tidak.
b. Nadi : untuk mengetahui nadi ibu apakah dalam keadan normal/
tidak.
c. Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah pada ibu dalam masa
nifas apakah tinggi atau rendah.
d. Respirasi : untuk mengetahui pernafasan pada ibu apa dalam keadaan
normal atau tidak.
4. Inspeksi :
a. Muka : ada tidaknya cloasma, oedema, pucat pada wajah
b. Mata : untuk mengetahui keadaan konjungtiva merah muda/ pucat
c. Sklera : ikterus atau tidak ,pucat atau tidak
d. Bibir : untuk mengetahui kelembaban mukosa dan warna bibir
5. Payudara
Bentuknya simetris/ tidak, ada pengeluaran kolostrum/ tidak, putting susu
menonjol /tidak , adakah pembengkakan /tidak/ apakah nyeri/tidak, panas/ tidak ,
adakah pembesaran kelenjar limfa .
6. Abdomen
Ada atau tidaknya massa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen atau supra
symphisis, jaringan parut, luka bekas operasi, apakah kandung kencing kosong ,
bagaimana kontraksi uterus baik/ keras, posisi rahim ditengah/ tidak dan TFU
7. Genetalia
Untuk mengetahui pada vulva dan vagina ada oedema , varises, ada tidaknya
pengeluaran lochea, berapa CC , baunya, ada gumapalan / tidak dan pada
perenium ada luka robekan grade berapa, jahitan halus/ tidak, basah/ kering,
bernanah/ tidak, ada oedema / tidak, dan apakah ada tanda-tanda infeksi atau
tidak,dan ada kelainan atau tidak

8. Ekstremitas bawah
Ada tidaknya oedema pada ekstremitas atas maupun bawah, keadaan kuku pucat
atau tidak, ada tidaknya varices, untuk mengetahui apakah ada tanda human atau
tidak ,dan ada simfiolisis atau tidak.
9. Bounding skor
a. Meraba 1/2/3/4
b. Melihat 1/2/3/4
c. Menyapa atau suara 1/2/3/4
DATA BAYI
1. Keadaan Umum
a. Tangis bayi : apakah kuat/merintih/ tidak ada tangisan
b. Warna kulit : merah muda/pucat/kebiruan/ikterus
c. Tonus otot tungkai : apakah gerak simetris/gerak tidak simetris/lemas
d. BAK : sudah / belum frekuensinya, dan warna
e. BAB : sudah/belum, frekuensinya, warna, dan konsitensinya

2. Tanda Vital
a. Pernafasan ……..x/mnt
b. Nadi……………x/mnt

3. Antropometri
a. BB : untuk mengetahui berat badan pada bayi
b. PB : untuk mengetahui panjang badan bayi baru lahir
c. LK/LD : untuk mengetahui ukuran lingkar kepala dan lingkar dada pada bayi.
4. Kepala
Untuk mengetahui ubun-ubun cekung/datar/ cembung, keadaan sutura
terpisah/moulase,dan ada /tidak ada kelainan

5. Muka
Untuk mengetahui bentuk muka, dan keadaan muka pucat/tidak
6. Mata
Untuk mengetahui kebersihan, adakah pengeluaran dan adakah kelainan.

7. Telinga
Untuk mengetahui kebersihan, adakah pengeluaran,dan hubungan telinga dengan
garis mata sejajar/tidak
8. Hidung
Untuk mengetahui kebersihan, adakah nafas cuping hidung atau tidak, dan ada
tidaknya kelainan
9. Mulut
Untuk mengetahui adakah kelainan pada mulut seperti bibir sumbing
10. Leher
Untuk mengetahui adakah pembengkakan dan benjolan pada leher.
11. Dada
Untuk mengetahui bentuknya, keadaan putting susu dan ada atau tidaknya kelainan.
12. Perut
Untuk mengetahui bentuk, apakah ada benjolan sekitar pusat saat menangis, dan
adakah perdarahan pada tali pusat.
13. Kelamin
Untuk mengetahui apakah labia mayor sudah menutupi labia minora, lubang vagina
ada/tidak, lubang uretra ada / tidak
14. Punggung
Apakah ada pembengkakan/tidak, dan ada cekungan / tidak
15. Kulit
Apakah ada vernik, tanda lahir ada/tidak, dan ada/tidak kelainan
16. Sistem syaraf
Apakah reflek moro, reflek rooting, dan tonic neck reflek positif atau tidak
17. Menyusui
Ibu sudah menyusui bayinya atau tidak, berapa kali,lama menyusui, dan adakah
kesulitan dalam menyusui bayinya.

II. INTERPRETASI DATA DASAR / ANALISA DATA


Dalam langkah ini, data subjektif dan data objektif yang sudah di kaji kemudian dianalisa
menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori patologis. Hasil analisis dan interpretasi
data menghasilkan rumusan diagnosis kehamilan.
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah merupakan kesimpulan yang ditegakkan olih bidan dalam
ruang lingkup praktik kebidanan dengan memenuhi standar diagnosa nomenklatur
kebidanan.
2. Masalah
Masalah merupakan suatu kondisi yang tidak sesuai dengan fisiologis nifas, adaptasi
ibu yang tidak positif terhadap masa post partumnya.
3. Kebutuhan
Merupakan hal-hal yang dibutuhkan oleh ibu atau menurut bidan hal itu harus
diketahui oleh ibu tapi tidak dirasakan oleh ibu. Hal yang dibutuhkan oleh ibu hamil
dapat berupa informasi / tindakan

III. Merumuskan Diagnosa /Masalah Potensial


Pada tahap ini setelah bidan merumuskan diagnosa dan atau masalah yang di tuntut
untuk memikirkan masalah atau diagnosa potensial yang merupakan akibat dari
masalah /diagnosa yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan di
lakukan pencegahan. Bidan di harapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial ini benar-benar terjadi.

IV. Merumuskan Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Tindakan Kolaborasi dan


Rujukan
Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang fatal, sehingga
nyawa ibu dapat terselamatkan. Tindakan segera bisa merupakan intervensi langsung
oleh bidan bisa juga merupakan hasil kolaborasi dengan profesi lain.

V. Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh


Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kapada diagnosa, masalah
asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi klien saat di beri asuhan.

VI. Pelaksanaan Asuhan Sesuai Dengan Perencanaan Secara Efisien


Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah di rencanakan pada
langkah sebelumnya, baik yang bersifat antisipasi, tindakan segera, support, kolaborasi,
bimbingan, konseling, pemeriksaan dan follow up.

VII. Evaluasi
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien telah terpenuhi, masalah
yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien dan keluarga mengetahui
kondisi kesehatannya dan klien mengetahui apa yang harus di lakukan dalam rangka
menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Pusdiknakes WHO, JHPIEGO, 2003. Asuhan Ante Natal.
http://www.bayisehat.com/breastfeeding-mainmenu-33/430-mastitis-laktasi.html
http://www.vet-indo.com/Kasus-Medis/Bagaimana-Pengobatan-Mastitis-yang-Efektif.html
http://www.parentsguide.co.id/smf/index.php?topic=639.0
http://dokter-herbal.com/mastitis.html
http://keluargasehat.wordpress.com/2008/03/14/mastitis/
http://www.menyusui.net/problem-menyusui/problem-ibu-menyusui-mastitis/
http://netfarm.blogsome.com/2007/10/01/mastitis-pada-ibu/
http://stasiunbidan.blogspot.com/2009/05/askeb-pada-ibu-nifas-dengan-mastitis.html
http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/mastitis.html
http://jilbab.or.id/archives/17-masalah-pada-ibu-menyusui-dan-solusinya/

Anda mungkin juga menyukai