Payudara
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
C.PATOFISIOLOGI
Abses Payudara merupakan bentuk lanjutan dari mastitis yang tidak
tertangani dan biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri
menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian
sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel
yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam
melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga
tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan
terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi
dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk
mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.
Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam
tubuh maupun di bawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses.
Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi
dengan membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan
ini akan menjadi kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan
yang membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan panas dan edema
pada kulit di atasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan menjadi
berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus
seperti ini demam biasa muncul ataupun tidak.
D.MANIFESTASI KLINIS
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap
fungsi suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan
oleh abses payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh,
membengkak dan adanya nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat di bawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit di atasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah),
gatal- gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara
yang terkena.
Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi
Fisura putting susu
Fluktuasi dapat di palpasi atau edema keras
Warna kemerahan pada seluruh payudara atau lokal
Limfadenopati aksilaris yang nyeri
Pembengkakan yang disertai teraba cairan di bawah kulit
Suhu badan meningkat dan menggigil
Payudara membesar, keras dan akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya
cairan nanah bercampur air susu serta darah.
E.DIAGNOSIS
Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala klinis yang diperoleh dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, USG, pemeriksaan leukosit dan dengan cara aspirasi pus
kemudian memeriksanya
F.PENATALAKSANAAN
Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan ibu dengan abses payudara ia dapat
melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat
menyusui bayi untuk selanjutnya. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki
peran yang sangat penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang
harus dilakukan dengan kondisi seperti ini. Untuk menjamin agar menyusui yang baik
terus berlangsung, penatalaksanannya sebaiknya harus dilakukan sebagai berikut:
Pencegahan
Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan
dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan
bila tanda dini seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting
susu diobati dengan cepat.
G.KOMPLIKASI
Abses yang pecah di dalam dan menyebabkan infeksi ke jaringan yang lebih dalam.
H.PROGNOSIS
Prognosis dari penyakit abses payudara, tergantung pada seberapa cepat dari upaya
deteksi dan penanganan diri. Semakin dini upaya deteksi dan penanganannya hasilnya
akan lebih baik dan mencegah adanya infeksi pada jaringan yang lebih dalam
Evaluasi dilakukan berdasarkan hasil penatalaksanaan yang telah diberikan
BAB III
CONTOH KASUS
PENGKAJIAN DATA
Hari : Selasa
Tanggal : 29 Mei 2018
Pukul : 08.00 WIB
Tempat : BPS Dinda Awita, Medan
Pemeriksa : Bidan Dinda Awita
a.Data Subyektif
1)Biodata
Nama : Ny. D
Umur : 22 tahun
Alamat : RT 10 RW 12, Medan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2)Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya dan sekaligus memeriksakan
kondisinya yang sedang dalam masa nifas.
3)Keluhan Utama
Ibu mengatakan melahirkan bayinya 10 hari yang lalu dan sekarang payudaranya
terasa sangat sakit nyeri, terasa panas, berwarna merah dan seperti berisi nanah.
4)Riwayat Kesehatan
a)Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus, TBC,
Jantung, Darah Tinggi dan juga tidak sedang menderita penyakit menurun maupun
menular lainnya.
b)Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini payudaranya sedang sakit tapi tidak pernah mempunyai
riwayat penyakit Diabetes Melitus, TBC, jantung, darah tinggi dan juga tidak sedang
menderita penyakit menurun maupun menular lainnya.
c)Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit tertentu seperti
penyakit menahun (darah tinggi, penyakit gula darah, TBC, anemia), penyakit
menurun (hipertensi, penyakit gula darah), dan penyakit menular (TBC, penyakit
kelamin termasuk HIV/AIDS).
5)Riwayat Obstetri
a)Riwayat Kehamilan sekarang, persalinan dan nifas sekarang
Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan bayinya ini adalah anak pertama dan juga kehamilan pertamanya.
Pada awal kehamilan ibu mengalami mual muntah sampai usia kehamilan 3 bulan.
Riwayat persalinan
Melahirkan tanggal 10 Desember 2016 jam 10.00 WIB secara normal Usia kehamilan
39 Minggu ditolong oleh bidan di BPS tanpa penyulit. Bayi yang lahir berjenis
kelamin perempuan, dalam kondisi sehat dengan BBL 3,2 kg, PBL 48 cm, bayi
langsung menangis, dan dilakukan IMD.
Riwayat nifas
1. Pemberian ASI ASI keluar 5 jam setelah persalinan dan bayi langsung
menyusu.
2. oPada hari ke 8 puting susu pada payudara kanan lecet tetapi ibu tetap
memberikan ASI tetapi hanya dengan payudara kirinya. Ibu tidak
memberikan pengobatan apapun pada payudara kanannya.
3. Pada hari ke 9 ibu merasakan payudaranya panas serta berwarna
kemerahan, bengkak dan nyeri saat ditekan serta ada bercak kecil didaerah
nyeri tekan tersebut. Ibu sudah memompa payudaranya dan mengompres
dengan , akan tetapi tidak berlangsung lama karena tidak kuat dengan rasa
nyeri saat memompa.
4. Pada hari ke 10, bercak kecil dipayudaranya membesar menjadi
benjolan dan seperti berisi nanah dengan keluhan yang tetap sama. Puting
menjadi pecah pecah. Dan ibu merasakan ada benjolan di ketiak kanannya.
Ibu mengatakan badannya tidak demam
7)Data Psikososial
a)Keadaan psikososial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan masyarakat baik. Ibu senang dengan
kelahiran bayinya, tapi saat ini ibu sangat cemas dengan keadaanya.
b)Keadaan sosial Budaya
Ibu mengatakan ada syukuran saat hari ke 7 kelahiran bayinya. Ibu mengatakan tidak
ada pantangan makanan apapun dari keluarga dan orang tua.
b.Data objektif
Pemeriksaan pada ibu
1)Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaraan : Compos mentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 110 / 60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37,8 0 C
2)Pemeriksaan Fisik
-Inspeksi
Payudara : Payudara kanan lebih besar dari payudara kiri, puting susu kanan pecah-
pecah. Payudara kananterlihat sedikit bengkak, Kulit pada payudara dapat tampak
kemerahan dan mengkilap, terdapat area luka tertutup pada payudara, terlihat benjolan
dan berisi suatu massa berwarna putih gelap dibawah area luka
-Palpasi
Payudara : Payudara kanan teraba tegang akan tetapi lunak pada bagian benjolan.
Payudara kanan nyeri saat ditekan, teraba panas.
3)Pemeriksaan Penunjang
(tidak di lakukan)
4)Pemeriksaan pada bayi
Nama bayi : An. H
Tanggal lahir : 19 Mei 2018
Jam lahir : 10:00 WIB
Pemeriksaan fisik
Mulut : Tidak ada labioscisis. Tidak ada palatoscisis.
Pemeriksaan reflek
Sucking (+), Rooting (+),
c.Analisa
Diagnosa Aktual
Ny. “D” P1001 Ab000 Post Partum hari ke 10 Dengan Abses Payudara kanan
Masalah Aktual
Bagi ibu
1. Ibu merasakan Nyeri dan panas pada payudara
2. Ada nyeri tekan pada payudara
3. Ibu hanya bisa menyusui dengan satu payudara.
Bagi bayi
1. Bayi hanya mendapat ASI dari satu payudara sehingga merasa kurang
puas
2. Bayi rewel karena kehausan
3. Bayi tidak mau menyusu
Diagnosa Potensial
Disfungsi Payudara sementara
Infeksi jaringan sekitar payudara
Masalah Potensial
Bagi ibu
1. Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung
nanah). Ini biasanya terjadi jika abses tidak segera ditangani dengan baik.
2. Abses yang pecah didalam dan menyebabkan infeksi ke jaringan yang
lebih dalam
3. Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil.
4. Luka insisi yang lama sembuh menyebabkan nyeri yang
berkepanjangan.
5. Jika luka insisi di dekat putting ibu tidak bisa menyusui dan bila terjadi
bendungan kembali bisa menyebabkan infeksi berulang.
Bagi bayi
1. Bayi mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi,
2. bayi mengalami masalah pencernaan,
3. bayi mengalami penurunan berat badan
d.Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan secara mandiri
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan, bahwa ibu
sedang mengalami abses pada payudaranya dan harus dilakukan perawatan dan
pengeluaran nanah.
R/ penjelasan yang lengkap dapat membantu kelancaran tindakan selanjutnya.
2)Mengajarkan teknik menyusui yang benar.
R/ teknik menyusui yang benar dapat menghindari resiko puting lecet.
3)Mengingatkan ibu untuk menyusui bayi sampai payudara kosong baru berpindah ke
payudara satunya.
R/ payudara yang penuh akan menyebabkan bendungan ASI yang dapat menjadi
factor penyebab mastitis. Mastitis yang berkelanjutan akan menjadi abses payudara.
4)Mengingatkan ibu untuk membasuh atau membersihkan payudara sebelum dan
setelah menyusui.
R/ payudara yang kotor dan jarang dibersihkan akan mengandung bakteri lebih
banyak sehingga mudah mengalami abses.
5)Memberitahu ibu untuk mengosongkan payudara dengan memompa saat bayi tidak
mau menyusu.
R/ payudara yang penuh akan menyebabkan bendungan ASI yang dapat menjadi
factor penyebab mastitis. Mastitis yang berkelanjutan akan menjadi abses payudara.
6)Mengompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
R/ kompres air hangat dapat membantu mengatasi bendungan ASI serta
membersihkan bakteri yang berada dikulit. Kompres air dingin dapat mengurangi rasa
nyeri pada payudara.
7)Mengingatkan ibu untuk tetap menyusui bayinya meskipun dalam kondisi abses.
R/ payudara yang penuh akan menyebabkan bendungan ASI yang dapat menjadi
factor penyebab mastitis. Mastitis yang berkelanjutan akan menjadi abses payudara.
8)Mengingatkan ibu untuk menyusui pada payudara yang sehat
R/ agar pada payudara yang sehat tidak terjadi bendungan ASI serta untuk membantu
mempercepat pemulihan dari payudara yang sedang terkena abses.
9)Menghentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus
tetap dikeluarkan.
R/ agar bendungan ASI keluar dan tidak memperparah abses. Dan juga untuk
membantu mempercepat pemulihan dari payudara yang sedang terkena abses.
Dukungan menyusui
1)Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk
dan dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan Dukungan untuk menyusui
2)Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan ibu dengan abses payudara ia
dapat melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat
menyusui bayi untuk selanjutnya. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki
peran yang sangat penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang
harus dilakukan dengan kondisi seperti ini. Untuk menjamin agar menyusui yang baik
terus berlangsung, penatalaksanannya sebaiknya harus dilakukan sebagai berikut:
a.Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan
b.Bayi terus dapat menyusui pada payudara yang sehat
c.Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ibu tidak dapat menyusui selama
lebih dari 3 jam, bayi harus diberi makanan lain. (jika yang terkena abses adalah
kedua payudara).
e.Evaluasi
1. Ibu mengerti dengan kondisinya sekarang
2. Ibu mampu memahami teknik menyusui yang benar.
3. Ibu mengerti dan akan megosongkan payudara agar tidak terjadi
bendungan ASI kembali
4. Ibu memahami dan akan membersihkan payudara sebelum dan sesudah
menyusui
5. Ibu bersedia mengompres payudara dengan air hangat dan air
dingin secara bergantian.
6. Ibu akan tetap menyusui bayinya meskipun dalam kondisi abses.
7. Ibu bersedia untuk dirujuk dan dilakukan pengeluaran nanah karena
ingin segera menyusui bayinya kembali.
DAFTAR PUSTAKA