Pengertian Hemoroid
Piere A.Grace & Neil R. Borley (2007:104) mengemukakan bahwa hemoroid adalah
pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil dan
jaringan areola yang melebar. Interna: hanya melibatkan jaringan lubang anus bagian atas. Eksterna:
melibatkan jaringan lubang anus bagian bawah.
Hemoroid adalah varises pada anus (Geri Morgan, 2009:207).
Hemoroid adalah pelebaran vena (varises) di dalam plexus hemorodialis yang bukan
merupakan keadaan patologik. Hanya bila menyebabkan keluhan atau penyulit diperlukan tindakan
(Syamsuhidajat, 1997).
Hemoroid terlihat seperti bantalan jaringan dari varikosis vena yang merupakan insufisiensi
kronik vena yang terdapat di daerah anus. Bila terjadi infeksi hemoroid dapat menimbulkan perasaan
gatal, sakit dan berdarah terutama sesudah buang air besar yang mengeras.
Secara umum hemoroid dibagi dua, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksternal.
a. Hemoroid interna, dimana terjadi varises pada fleksus hemorodialis inferior, dibawah linea dentate dan
tertutup oleh kulit. Hemoroid interna, pembengkakan terjadi di dalam rektum sehingga tidak bisa
dilihat atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit
saraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah perdarahan saat buang air besar.
Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila hemoroid internal ini membesar dan ke luar ke bibir anus
yang menyebabkan kesakitan. Hemoroid yang terlihat berwarna merah muda setelah sembuh dapat
masuk sendiri, tetapi bisa juga di dorong masuk. Secara klinis hemoroid interna dibagi atas 4 derajat,
yaitu:
1) Hemoroid interna derajat 1. Ini meupakan hemoroid stadium awal. Hemoroid ini hanya berupa
benjolan di dalam kanalis anal pada saat vena-vena mengalami distensi ketika defekasi.
2) Hemoroid interna derajat 2. Hemoroid berupa tonjolan yang lebih besar, yang tidak hanya menonjol
kedalam kanalis anal, tapi juga turun ke bawah ke arah lubang anus. Benjolan ini muncul keluar
ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk kembali kedalam kanalis apabila proses
defekasi telah selesai.
3) Hemoroid interna derajat 3. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali secara spontan. Benjolan
baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan tangan kedalam anus.
4) Hemoroid interna derajat 4. Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama dengan bagian yang
tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan dengan baik ke alam kanalis anal.
Patofisiologi
Pemeriksaan Klinik Perubahan fisiologis selama kehamilan akan mempercepat munculnya
penyakit. Saluran dubur terdiri dari tiga bantalan fibrovascular (jaringan ikat dan pembuluh darah)
yang ditunjang oleh jaringan konektif yang terdiri otot longitudinal dan sphincter internal (jaringan
otot melingkar untuk mengatur keluarnya kotoran/buang air besar).
Pada kehamilan karena pengaruh kenaikan hormon seks dan bertambahnya volume darah,
menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah vena di daerah dubur. Begitu pula akibat penekanan
janin dalam rahim pada pembuluh darah vena di daerah panggul akan mengakibatkan
pembendungan. Ditambah lagi dengan pengejanan waktu buang air besar yang sering terjadi pada
wanita hamil karena konstipasi (sulit buang air besar), akan meyebabkan terjadinya prolaps (keluar
dari dubur) hemorrhoid.
Komplikasi
Komplikasi dari hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, trombosis dan strangulasi.
Hemoroid yang mengalami strangulasi adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai
darah dihalangi oleh sfingter ani. Keadaan trombosis dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan dapat
menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya (Dardjat).
Wasir tidak terlalu membahayakan, baik bagi ibu hamil maupun bagi janinnya. Meskipun sering
keluar darah dari duburnya namun tak akan menularkan penyakit kepada janin, karena wasir sama
sekali tidak berhubungan langsung dengan janin yang keluar melalui vagina. Ibu akan mengalami
ketidaknyamanan sehingga aktivitasnya sehari-hari menjadi terganggu dan ia tidak menjalani
kehamilannya dengan nyaman akibat perih yang ia rasakan. Bahaya wasir pada wanita hamil adalah
timbulnya pendarahan yang bisa mengakibatkan anemia. Tetapi wasir bukan penghalang bagi ibu
hamil yang ingin melahirkan normal meskipun wasir yang ia derita berada padagrade 3. Jika
memang nantinya harus digunting, maka saat pengguntingan bisa diatur arahnya. Misalnya tidak
menggunting ke arah anus tetapi ke sampingnya. Jika menggunting ke arah anus dikhawatirkan akan
terjadi pendarahan.
Penatalaksanaan
Banyak penulis menganjurkan hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hemoroid
diantaranya sebagai berikut.
a. Penjelasan tentang perubahan tentang kehamilan normal yang mendorong terjadinya hemoroid pada
ibu harus disarankan.
b. Perubahan diet dan perilaku yang akan mengurangi tejadinya konstipasi harus didiskusikan
c. Hindari mengejan terlalu kuat saat buang air besar
d. Banyak mengkonsumsi makanan kaya serat (sayur dan buah serta kacang-kacangan) serta banyak
minum air putih minimal delapan gelas tiap hari untuk melancarkan buang air besar.
e. Segera kebelakang jika buang air besar muncul, jangan menunda-nunda sebelum tinja menjadi keras.
f. Kurangi konsumsi cabai dan makanan pedas.
g. Tidur cukup
h. Jangan duduk terlalu lama
i. Senam/olahraga rutin
Pengobatan tanpa operasi bisa dilakukan dengan cara memberi salep dan/ atau supositria
seperti lidolkain (haemokain), Hidrosmin (Venosmil), dan Flukortolon (Ultraprok), yang dapat
mengurangi keluhan subjektif meski tidak dapat menyembuhkan. Bisa juga diberikan suntikan
sklerosing agen pada keadaan hemoroid yang kronik. Prinsip obat suntikan ini menyumbat pembuluh
darah dan mengecilkan bantalan pembuluh darah.
Dalam penanganan hemoroid yang cukup berat, beberapa ahli menganjurkan untuk
dilakukan.
a. Rubber band ligation
Kerja metode ini adalah akan mengabliterasi lokal vena hemorodialis sampai terjadi ulserasi (7-10
hari) yang diikuti terjadinya jaringan parut (3-4 minggu). Prosedur ini dilakukan pada hemoroid
derajat -3.
b. Sclerotherapy (injection therapy)
Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini menggunakan zat sklerosan yang disuntikan
para vassal. Setelah itu, sklerosan merangsang pembentukan jaringan parut sehingga menghambat
aliran darah ke vena-vena hemorodialis. Akibatnya, perdarah berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah
5 % phenol in almond oil dan 1 % polidocanol. MEtode ini mudah dilaksanakan, aman dan
memberikan hasil yang baik.
c. Cryosurgery
Penggunaan suhu ekstrim (sangat dingin) untuk memusnahkan jaringan yang sakit.
d. Laser, Infrared atau BICAP coagulation
Prisnsipnya adalah mendenaturasi protein melalui efek panas dari infrared, yang selanjutnya
mengakibatkan jaringan terkoagulasi. Untuk mencegah efek samping dari infrared berupa jaringan
sekitar yang sehat, maka jangka waktu paparan dan kedalamannya perlu diukur akurat. Metode ini
diperuntukan pada derajat 1-2.
e. Hemorrhoidectomy
Metode ini mirip dengan infrared. Hanya saja mempunyai kelebihan dalam kemampuan memotong.
Namun biayanya mahal.
f. Doppler Guide Hemorroidal Artery Ligation
Metode ini menjadi pilihan utama terjadi perdarahan karena dapat mengetahui secara tepat lokaso
arteri hemorodialis yang hendak dijahit.
Manajemen Kebidanan
Pengumpulan data
a. Subjektif
1) Deskripsi awitan dan cirri masalah
2) Identifikasi riwayat konstipasi atau diare
3) Identifikasi riwayat perdarahan karena defekasi
4) Identifikasi tindakan perawatan sendiri yang memperbaiki atau memperburuk kondisi
5) Pengingatan diet 24 jam
b. Objektif
Inspeksi hemoroid untuk mengetahui ukuran dan tanda thrombosis
c. Diagnosis banding
Hemoroid
d. Intervensi
Penjelasan tentang perubahan tentang kehamilan normal yang mendorong terjadinya
hemoroid pada ibu harus disarankan. Perubahan diet dan perilaku yang akan mengurangi tejadinya
konstipasi harus didiskusikan. Rendam duduk memberikan pemulihan terhadap gejala. Ssalep yang
dijual bebabs atau supositoria yang berisi fenilefrin dan/atau hidrokortison dapat memulihkan.
Sumber:
Piere A.Grace & Neil R. Borley. 2007. At a Clance Ilmu Bedah edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Gery Morgan dan Carole Hamlton. 2009.Obstetri dan Ginekologi Eds 2.Jakarta: EGC.
V. Walsh, Linda. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas Hal 90.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
http://www.scribd.com/doc/24475703/REFERAT-Hemoroid
Patofisiologi Hemoroid
5223-3-bab2.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-diahirawat-