Anda di halaman 1dari 8

REFLECTIVE LEARNING

REFLEKSI KRITIS TERHADAP PEMBERIAN KB SUNTIK 3 BULAN


KEPADA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN

Disusun oleh:
RESTU FAMILIA
NIM : 22806024

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN MITRA RIA HUSADA JAKARTA
TAHUN 2023
BERITA ACARA PENGESAHAN

LAPORAN REFLEKSI KASUS

Waktu Pelaksanaan : 23 Mei 2023


Tempat : PMB Bidan Ridha Ufara Karbela, S.Tr.Keb.,
CHTT
Judul kasus : Refleksi Kritis Terhadap Pemberian Kb Suntik 3
Bulan Kepada Akseptor Kb Suntik 1 Bulan
PKKP : Keterampilan Dasar Kebidanan
Semester : I (satu)

Mahasiswa Pembimbing Institusi

Restu Familia, S.Tr.Keb Yulita Nengsih, S.SiT., M.Kes


REFLECTIVE LEARNING

A. Deskripsi Reflective
Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi melalui
penyuntikan hormon, baik hormon estrogen dan progesteron maupun
hormon progesteron saja, sebagai usaha pencegahan kehamilan pada
wanita usia subur (Yuhedidkk, 2015).
Kontrasepsi suntik terdiri dari suntikan kombinasi yang diberikan
injeksi IM sebulan sekali dan suntikan progestin yaitu DMPA yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah
bokong) (Affandi, 2012).
Pada tanggal 23 Mei 2023 Ny. A datang ke klinik dengan maksud
ingin ber-KB suntik 1 bulan. Ny. A mengatakan sebelumnya melakukan
KB suntik 1 bulan di tempat lain dan Ny. A tidak membawa kartu KB nya,
namun Ny. A ingat tanggal kunjungan ulangnya. Ny. A mengatakan
memakai KB suntik 1 sudah 10 bulan lamanya.
Saat teman saya mempersiapkan alat dan bahan, saya melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital , saya sambil berinteraksi dengan Ny. A
menanyakan riwayat persalinan dan riwayat KB. Ny. A mengatakan
pernah melakukan KB suntik 3 bulan pada saat menyusui anaknya, namun
hanya 1 kali. Setalah disuntik KB 3 bulan Ny. A mengatakan tidak cocok
karna keluar flek darah sedikit-sedikit selama 1 bulan penuh yang akhirnya
membuat Ny. A mengganti KB nya dengan IUD. Setelah lepas KB IUD
Ny. A mencoba KB suntik 1 bulan merasa cocok setiap bulan menstruasi
lancar dan tidak ada keluhan. Didapatkan tanda-tanda vital dalam batas
normal
Setelah siap alat dan bahan, teman saya lakukan penyuntikkan pada
Ny. A di bagian gluteus maximus pada area bokong secara Intra Muskular
dengan spuit 3cc dan dosis 1ml. Ketika selesai dilakukan penyuntikkan
teman saya mengingatkan mengenai kunjungan ulang suntik KB 3 bulan.
Kemudian Ny. A berkata kalau kunjungan ulang suntik seharusnya bulan
depan karna Ny. A memakai KB suntik 1 bulan. Namun teman saya
menjawab bahwa KB suntik yang diberikan adalah KB suntik 3 bulan.
Kemudian saya dan teman saya mengecek ulang nama KB suntik
yang diberikan ternyata Depo Medroksi Progesteron Asetat (DPMA) yaitu
KB suntik 3 bulan bukan KB suntik 1 bulan (Cyclogeston). Ny. A terlihat
sedikit kesal karna salah pemberian obat, dan saya pun meminta maaf
kepada Ny. A karna saya sadar tidak mengikuti 6 prinsip pemberian obat.

Prinsip 6 benar pemberian obat yaitu:

1. Benar pasien

Sebelum memberikan obat cek kembali identitas pasien.

2. Benar obat

Selum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau


kemasan harus di periksa minimal 3 kali.

3. Benar dosis

Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa dosis obat


dengan hati-hati dan teliti, jika ragu perawat harus berkonsultasi
dengan dokter atau apoteker sebelum di lanjutkan ke pasien.

4. Benar cara

Ada banyak rute dalam memberikan obat, perawat harus teliti dan
berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.

5. Benar waktu

Ketepatan waktu sangat pentingkhususnya bagi obat yang efektivitas


tergantung untuk mencapai atau mempertahankan darah yang
memadai, ada beberapa obat yang diminum sesudah atau sebelum
makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak oleh di berikan
bersamaan dengan susu, karna susu dapat mengikat sebagian besar
obat itu,sebelum dapat di serap tubuh.

6. Benar dokumentasi

Setelah obat itu di berikan kita harus mendokumentasikan dosis, rute,


waktu dan oleh siapa obat itu di berikan, dan jika pasien menolak
pemberian obat maka harus di dokumentasikan juga alasan pasien
menolak pemberian obat.

B. Tinjauan Literature
Menurut Kuntarti dalam studinya turut menyebutkan pentingnya
SOP dalam penerapan prinsip enam benar. SOP dapat memberikan
keterangan serta informasi yang semestinya dilakukan dan tidak dilakukan
saat pemberian obat. Bentuk SOP yang dapat diterapkan yaitu dengan
adanya sistem pelaporan dimana dengan adanya sistem pelaporan dapat
meminimalisir terjadinya masalah dalam pemberian obat yang
berkelanjutan (Vrbnjak et al., 2016).
Setiap metode kontrasepsi yang ada mempunyai efek samping
khususnya metode kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi suntik 3
bulan adalah salah satu metode kontrasepsi hormonal yang mengandung
progestin. Efek samping yang mungkin timbul pada akseptor KB suntik 3
bulan yaitu adanya perubahan siklus menstruasi (menstruasi dapat menjadi
lebih pendek, lebih panjang, flek/spotting, lalu menstruasi akan menjadi
jarang atau berhenti sama sekali), (Wulan Sari et al., 2015).
(Kusumawardani et al., n.d.)
Gangguan menstruasi yang dialami oleh akseptor kontrasepsi
Suntik DMPA sering kali memberikan dampak psikologis dan perasaan
khawatir dengan efek samping tersebut, sehingga bidan yang menjelaskan
efek samping alat kontrasepsi suntik DMPA pada waktu konseling awal
akan mengurangi kekhawatiran dan menambah pengetahuan pasien
tentang alat kontrasepsi suntik DMPA. (Aryani et al., 2013)
Peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA
adalah cara bidan menyapa dan mengucapkan salam, menanyakan
informasi klien, menguraikan informasi alat kontasepsi pilihan klien,
membantu klien menentukan pilihannya, menjelaskan alat kontrasepsi
pilihan klien, dan menjelaskan kunjungan ulang. Peran bidan secara
keseluruhan adalah baik, namun yang mempengaruhi penggunaan alat
kontrasepsi suntik bukan hanya dari bidan, melainkan dukungan dari
suami. Dukungan adalah memberikan dorongan atau semangat dan nasihat
kepada oranh lain dalam satu situasi pembuatan keputusan. (Gu et al., n.d.)
Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin
banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis,
harganya relatif murah dan aman. Kontrasepsi suntik memiliki resiko
kesehatan yang sangat kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
Keuntungan atau manfaat kontrasepsi suntik diantaranya tidak
memerlukan pemeriksaan dalam, klien tidak perlu menyimpan obat,
jangka panjang dan efek sampingnya sangat kecil. Kepatuhan yang
dimiliki para akseptro KB khususnya akseptor KB suntik, pada dasarnya
dipengaruhi oleh kesadaran dari pemakai serta dukungan keluarga,
terutama suami yang mana dapat menjadi suati motivasi bagi akseptor
suntik.
Dampak ketidakpatuhan mengunakan akseptor KB suntik
memungkinkan akseptor mengalami kehamilan. Hal ini dikarenakan
hormon yang terkandung dalam KB suntik tidak bisa bekerja dengan
maksimal. Sehingga memungkinkan akseptor KB suntik mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan. Kondisi ini bisa membuat akseptor KB
suntik panik sehingga melakukan tindakan pengguguran kandungan yang
beresiko tinggi, seperti aborsi.(Bidan Komunitas et al., n.d.)
Cara melakukan penyuntikkan KB suntik ialah dengan masukan
terlebih dahulu obat kedalam spuit 3cc kemudian dibersihkannya lokasi
penyuntikkan dengan kapas beralkohol untuk mencegah infeksi. Bagian
tubuh yang di suntik biasanya area bokong atau lengan atas. Lalu
selanjutnya suntikkan dengan metode Intra Muskular, yakni tegak lurus
(Mayo, 2020).
Petugas (Bidan) mempunyai peran penting dan strategis dalam
pelaksanaan pelayanan kepada pasien (Usnawati, 2014).

C. Kesimpulan
Penerapan prinsip 6 tepat sangat dibutuhkan tenaga kesehatan
sebagai bentuk tanggung jawab etik dan legal atas intervensi yang
diberikan sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang telah
ditetapkan. Pemberian obat sesuai dengan standar operasional prosedur
akan meminimalkan efek samping dan kesalahan dalam pemberian obat
(Hilmawan, Suprapti, & Solechan, 2014). Ketepatan pemberian obat
harus didasari dengan keterampilan, pendidikan, dan pengetahuan.
(Setianingsih & Septiyana, 2020)
Dampak ketidakpatuhan mengunakan akseptor KB suntik
memungkinkan akseptor mengalami kehamilan. Hal ini dikarenakan
hormon yang terkandung dalam KB suntik tidak bisa bekerja dengan
maksimal. Sehingga memungkinkan akseptor KB suntik mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan.
Perlu diingat, bahwa cara melakukan penyuntikkan KB suntik
bulan ialah dengan masukan terlebih dahulu obat kedalam spuit 3cc
kemudian dibersihkannya lokasi penyuntikkan dengan kapas beralkohol
untuk mencegah infeksi. Bagian tubuh yang di suntik biasanya area
bokong atau lengan atas. Lalu selanjutnya suntikkan dengan metode Intra
Muskular, yakni tegak lurus (Mayo, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, F., Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No, S., &
Yogyakarta Abstrak, B. (2013). Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik
DMPA. In JNKI (Vol. 1, Issue 3).
Bidan Komunitas, J., Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia, F., Tingkat
Pengetahuan, H., Dan Keterjangkauan Jarak, S., & Ernita Amru Dosen Kebidanan STIKes
Mitra Bunda Persada Batam, D. (n.d.). ARTIKEL PENELITIAN USIA SUBUR (PUS) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKUPANG KOTA BATAM (Vol. 1, Issue 2).
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk
Gu, D., Melengk, U., & Bidan, D. (n.d.). PERAN S DALAM DMPA DI YOGYA.
Kusumawardani, P. A., Machfudloh, H., Bidan, P. P., & Kesehatan, I. (n.d.). EFEK SAMPING
KB SUNTIK KOMBINASI (SPOTTING) DENGAN KELANGSUNGAN AKSEPTOR KB
SUNTIK KOMBINASI. Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(1), 33–37.
Matahari, Ratu. 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi
Setianingsih, S., & Septiyana, R. (2020). Studi deskriptif penerapan prinsip “Enam Tepat” dalam
pemberian obat. NURSCOPE: Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 6(2),
88. https://doi.org/10.30659/nurscope.6.2.88-95
 

Anda mungkin juga menyukai