Anda di halaman 1dari 30

Diannoka Ihza Ganung BASAL BODY TEMPERATURE

20141033031093
Skill 7

Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam
keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun
tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui
kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa
termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui
dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu
akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada
suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu
tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat
dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena
produksi progesteron menurun. Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan
suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron.
Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa
subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi,
maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap
tinggi. Masa ovulasi diperkirakan  terjadi pada 1, 2 hari sebelum dan sesudah hari disaat suhu
tubuh menurun drastis tersebut (termasuk hari itu).

Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh


1. Penyakit
2. Gangguan tidur
3. Merokok dan atau minum alkohol
4. Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba
5. Stres
6. Penggunaan selimut elektrik

Manfaat Pengukuran Suhu Tubuh Basal


Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi (berguna bagi pasangan yang
menginginkan kehamilan) maupun kontrasepsi (berguna bagi pasangan yang menginginkan
menghindari atau mencegah kehamilan).
Efektifitas Pengukuran Suhu Tubuh Basal

Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu
tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap akurat
bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80
persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya
adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih
efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain
seperti kondom, spermisida ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method
or periodic abstinence).

Keuntungan Metode Pengukuran Suhu Tubuh Basal


1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa
subur/ovulasi.
2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa
subur/ovulasi.
3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.
4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi
seperti perubahan lendir serviks.
5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.

Kelemahan Metode Pengukuran Suhu Tubuh Basal


1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol,
stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
4. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5. Tidak mendeteksi awal masa subur.
6. Membutuhkan masa pantang yang lama.

Petunjuk Metode Suhu Basal Tubuh


1. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat
tidur).
2. Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk
menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu
tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
4. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
5. Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu
10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
6. Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh
berada di atas garis pelindung/suhu basal.
7. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan
secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak subur).
8. Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari
metodeovulasi billings.
9. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.

Catatan
1. Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama
perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari
kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung
sebelum memulai senggama.
2. Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu
tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali
mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.
Checklist Pengukuran Suhu Tubuh Basal (Basal Body Temperature) CHECKLIST
PENGUKURAN BODY BASAL TEMPERATURE (BBT)

Dilakukan
No. Tindakan
Ya Tidak
1 Salam dan perkenalan diri pada pasien
Melakukan anamnesis
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
2 c. RPS
d. RPD
e. RPK
f. RPSos
Menjelaskan cara pengukuran BBT
Mulailah mencatat dan mengukur body basal temperature
3
(BBT) pada hari pertama menstruasi/haid.
Tuliskan tanggal dan hari setiap saat melakukan pengukuran
4
BBT
Lakukan pengukuran BBT dengan menggunakan basal
5 thermometer dilakukan segera sesaat setelah bangun tidur
sebelum melakukan aktifitas (minum, makan, merokok, dll)
Catat hasil pengukuran temperature di kolom temperature
6 pada hari tersebut dengan membuat titik (o) temperature pada
angka temperature yang sesuai dengan hasil
Pengukuran BBT dilakukan pada waktu yang sama setiap
7
harinya
Catat hasil pengukuran BBT mulai dari kolom cycle day 1
8
sampai hari pertama menstruasi/haid berikutnya
9 Buatlah garis diantara setiap titik temperature yang dibuat
Tandai setiap kali melakukan hubungan seksual dengan
10
melingkari titik temperature pada hari tersebut
Cek juga mukus serviks pada hari yang sama saat pengukuran
BBT setiap harinya. Catat tipe – tipe mukus serviks yang
ditemukan, tuliskan pada kolom cervical mucus type:
11 P = period
D = dry
S = sticky
E = egg-white
Tandai setiap kenaikan suhu temperature dengan tanda
bintang. Kenaikan tersebut dapat menandakan bahwa hari itu
12
adalah masa subur/masa fertile, hal ini harus disertai oleh tipe
mukus serviks yang ditemukan adalah tipe egg-white
Lakukanlah pengukuran BBT di setiap siklus menstruasi/haid
13
jika ingin mengetahui masa subur/masa fertile
Tanyakan apakah pasien sudah paham (apabila perlu minta
14
pasien untuk mengulangi cara penggunaan BBT)
Daftar Pustaka

Alexander, Mukti. 2017. The Ovulation Detection Accuracy between Body Basal Temperature,
Cervical Mucus and Combination of Both Compared to Ultrasound Examination.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Basal Body Temperature (BBT) as an Indicator for Diagnosis and Evaluation in Women’s
Reproductive Health. 2017; 2: 238–246 . wileyonlinelibrary.com/journal
Jordhan et al, 2014. Luteal phase defect: the sensitivity and specificity of diagnosis methods in
common clinical use
Su et al, 2016, Detection of ovulation, a review of currently available methods
ACOG. 2015. Fertility awareness-based methods of family planning. American College of
Obstetricians and Gynecologists.
PEMERIKSAAN MUKUS SERVIKS

A. Mukus Serviks sebagai Tanda Ovulasi


Mukus serviks juga merupakan elemen penting untuk memperkirakan waktu ovulasi. Hal
ini telah digunakan oleh wanita dari berbagai negara dan budaya untuk mengenali fase subur dari
siklus menstruasi untuk mengetahui fertilitas. Kesadaran fertilitas dapat memberikan pemahaman
dan pengambilan keputusan tentang kesehatan reproduksi dan seksual. Hal ini dapat membantu
pasangan untuk merencanakan kehamilan dan juga untuk menghindarinya. Mengenal pola lendir
mereka sendiri membantu wanita untuk mendeteksi gangguan ginekologi dan berkonsultasi
dengan dokter. Karena kelainan ginekologis dapat menjadi penyebab infertilitas, pemantauan
karakteristik lendir dapat bermanfaat dalam mendeteksi dan terapi penyebab infertilitas.
B. Pengamatan Mukus saat Ovulasi
Mukus mengalir dari serviks turun ke dinding vagina dan bisa diamati saat mencapai
vulva. Kita dapat mengamati perubahan lendir dari perasaan basah dan licin yang dihasilkan oleh
lendir, dan dengan mengamati lendir itu sendiri di bagian vulva. Hal ini disebut metode Billing
(Kesadaran Kesuburan), dan sangat berguna dalam menentukan kapan seorang wanita untuk
berovulasi. Pengujian perlu dilakukan untuk menilai apakah lendir itu normal atau tidak. Dokter
memeriksa serviks dan lendir serviks setiap hari dimulai dari hari kesepuluh dari periode
tersebut. Mulut serviks dinilai, tergantung pada seberapa terbukanya; dan lendir dinilai untuk
jumlahnya; kemampuan peregangannya (“spinnbarkeit”); dan kemampuannya untuk ferning.
Untuk tes ferning, setetes lendir kecil ditempatkan pada kaca geser dan dibiarkan mengering.
Lendir ini harus mengkristal, membentuk cabang yang terlihat sangat mirip daun pakis. Nilai ini
ditambahkan untuk memberi skor lendir Insler. Lendir serviks yang sehat dapat dilihat dari
volume yang banyak; sangat merenggang (sampai 10 cm); dan dengan mudah membentuk
gambaran pakis.
C. Parameter Skor
1. Volume
Volume tersebut dinilai sebagai berikut:
0 = 0 ml
1+ = 0,1 ml
2+ = 0,2 ml
3+ = atau> 0,3 ml
2. Konsistensi
Viskositas lendir serviks diukur dengan menilai konsistensi. Viskositas menurun selama
ovulasi, sehingga dapat memudahkan penetrasi sperma. Viskositas lendir serviks yang tinggi
akan menjadi barier terhadap migrasi sperma yang dapat diamati pada fase luteal siklus
menstruasi.
Konsistensi dinilai sebagai berikut:
0 = tebal, sangat kental, lendir pramenstruasi
1 + = viskositas lendir sedang
2+ = lendir agak kental
3+ = lendir berair, sedikit kental, pertengahan siklus (preovulasi)
3. Ferning
Pola kristalisasi lendir serviks diamati dengan cara mengoleskan dan meratakan lendir
pada object glass yang kemudian dikeringkan dengan udara setelah itu diamati di bawah
mikroskop dengan pembesaran 400x. Pola kristalisasi ini, atau ferning, disebabkan oleh adanya
garam anorganik seperti ion NaCl dan K. Struktur pakis juga bervariasi dengan komposisi lendir
serviks. Batang primer dan sekunder, tersier dan kuartener diamati di bawah pengaruh hormon
dan ion dari lendir serviks.
Ferning dinilai sebagai berikut:
0 = tidak ada
1+ = inisiasi pembentukan pakis
2+ = batang primer dan sekunder
3+ = batang tersier dan kuartener
4. Spinnbarkeit
Spinnbarkeit dievaluasi dengan mengukur jarak peregangan lendir dengan dengan
bantuan forcep dalam satuan sentimeter.
Spinnbarkeit dinilai sebagai berikut:
0 = 1 cm
1 + = 1-4 cm
2+ = 5-8 cm
3+ = 9 cm atau lebih
CHECKLIST PEMERIKSAAN MUKUS
Dilakukan
No Tindakan
Ya Tidak
1 Salam dan perkenalan diri pada pasien
Melakukan anamnesis
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
2 c. RPS
d. RPD
e. RPK
f. RPSos
3 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
4 Melakukan informed consent
Melakukan persiapan alat dan bahan
 Handscoon steril
 Spekulum Vagina
5
 Cotton swab steril
 Objek glass
 Mikroskop
6 Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan
7 Memakai handscoon steril secara aseptik (melepas cincin, jam, dll)
8 Meminta pasien untuk tenang dalam posisi ginekologi
Inspeksi
9
Nilai  Volume mukus
10 Meminta ijin kepada pasien akan dilakukan VT
Melakukan VT
11
Nilai  Konsistensi mukus
12 Memilih speculum sesuai ukuran, menyalakan lampu penerangan
13 Membuka bibir vagina
14 Meminta pasien untuk mengambil nafas dalam
15 Memasukkan spekulum dalam keadaan tertutup dengan tangan kanan
Menampilkan portio dengan membuka spekulum, mengoreksi
16
penerangan lampu (lampu sorot di belakang pemeriksa)
Menggerakkan spekulum ke atas dan ke bawah bila portio belum
17
terlihat
18 Mengunci speculum
Mengambil mukus menggunakan forcep
19
Nilai  Spinnbarkeit
Mengambil sekret portio dengan lidi kapas (cotton bud)  untuk Fern
16
Test
Membuat apusan : mengoleskan secret yang ada pada lidi kapas ke
17 kaca objek bersih dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan, diberi
label identitas pasien
18 Apusan basah dibiarkan mengering
19 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci
20 Meletakkan spekulum pada tempatnya (larutan klorin)
21 Membersihkan vulva dengan desinfektan
22 Mengamati apusan dengan mikroskop
24 Memberi penjelasan pada pasien tentang hasil pemeriksaan

SUMBER:
Dubey,V., et al., 2016, Cervical Mucus Helps in The Fertilization in Women, World Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5(10).
Rao, K.A, Agarwal,A. & Srinivas, M.S., 2010, Andrology Laboratory Manual, Jaypee Brothers
Medical Pub, pp.210-212.

FERN TEST

1. Definisi Fern Test


Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu parameter dalam evaluasi
lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur seperti daun pakis mengacu pada derajat
dan pola yang tampak jika lendir dikeringkan di atas permukaan kaca objek. Pembentukan
struktur daun pakis pada lendir serviks salah satunya ditentukan oleh konsentrasi NaCl.
Sepanjang siklus menstruasi komponen tersebut merupakan garam dengan persentase tertinggi.
Konsentrasi garam tersebut mencapai puncaknya pada saat ovulasi.
Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pada saat ovulasi, bentuk daun
pakis akan lebih jelas terlihat apabila diambil sampel lender pada waktu yang mendekati ovulasi,
dimana struktur tersebut akan mengering menjadi sebuah bentuk seperti daun pakis (tes fern).
Sebelum dan sesudah ovulasi dan selama kehamilan akan di temukan pola dengan ciri khas yang
berbeda. Pada saat terjadi ovulasi lender serviks akan menjadi sangat cair dan jernih sebaliknya
akan tampak kekuningan dan kental jika diperiksa pada saat tahapan pra ovulasi dan pasca
ovulasi dari siklus haid.
Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan menghambat
pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola pakis yang sempurna selama
pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen yang baik dan tidak terdapat
infeksi serviks.
2. Tujuan Pemeriksaan
a. Menilai aktivitas estrogen
Pemeriksaan fern merupakan sebuah metode sederhana untuk dapat menilai ada atau
tidaknya aktivitas dari estrogen. Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat pemeriksaan
fern akan menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola pakis
yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen yang
baik dan tidak terdapat infeksi serviks.
b. Menentukan ovulasi
Ovulasi dapat di tegakkan dengan cukup akurat pada wanita - wanita dengna siklus
menstruasi yang teratur. Tidak ditemukannya pola pakis pada mukus serviks selama masa pra
menstruasi menandakan aktivitas dari korpus luteum yang menghasilkan progesteron. Satu
apusan mukus serviks harus di ambil pada saat pertengahan siklus menstruasi dan satu kali
lagi pada saat sebelum menstruasi untuk dapat dengan akurat menegakkan ovulasi. Ferning
atau pola pakis harus ditemukan pada saat pemeriksaan intermenstruasi dan menghilang pada
saat sebelum menstruasi untuk dapat menegakkan terjadinya ovulasi pada siklus
tersebut.Tetapi karena karena banyaknya faktor yang terlibat dalam gambaran dari pola pakis
ini, maka pemeriksaan ini tidak dapat secara akurat menentukan hari dimana ovulasi terjadi.
c. Menilai mukus serviks dan penetrasi sperma
Ditemukannya suatu pola pakis dengan bentuk yang sangat baik pada saat pertengahan
siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen dan kanal serviks yang sehat, dimana
keadaan tersebut memiliki daya penerimaan terhadap penetrasi sperma yang tinggi.Jika
gambaran pola pakis yang sempurna tidak ditemukan, dan hanya pola pakis yang tidak khas
dengan unsur seluler yang sangat jelas, dan subyek yang di periksa tidak mengalami
endoservitis maka terapi estrogen mungkin dapat di berikan pada subyek tersebut, tetapi
memberikan terapi estrogen hanya berdasarkan pada pemeriksaan apusan lendir serviks tidak
disarankan untuk di lakukan.
d. Insufisiensi Progesteron pada Plasenta
Pemeriksaan fern dapat di gunakan untuk menilai insufisiensi progesterone pada plasenta.
Ditemukannya pola pakis (Ferning) pada masa awal kehamilan mungkin menandakan
perlunya terapi progesteron tambahan khususnya pada pasien - pasien dengan abrotus
habitualis. Ketika pemeriksaan fern di gunakan untuk tujuan diagnostik, maka perhatian yang
sangat teliti harus dilakukan untuk membedakan bentuk ferning yang tidak khas dan bentuk
ferning yang sempurna. Beberapa peneliti juga telah mencoba untuk membuat sebuah derajat
dari jenis dan kuantitas ferning mulai derajat 1 - 4, tergantung dari jumlah yang ditemukan
pada saat pemeriksaan, dimana derajat I dan II merupakan gambaran ferning tidak khas dan
tidak bisa dijadikan sebagai alat diagnostik. Perbedaan tersebut bisa di lihat dengan
menggunakan mirkoskop kekuatan tinggi dan rendah. Dimana fokus akan mengalami
perubahan pada ferning yang tidak khas, dimana latarnya akan tetap menjadi hitam dan
batang serta cabangnya akan menjadi bercahaya. Padaferning yang sempurna, batang utama
begitu juga dengan cabangnya akan menjadi lebih gelap, sementara latarnya akan tetap jelas.
e. Menentukan kehamilan awal
Ditemukannya pola pakis yang sempurna dapat menyingkirkan diagnosis dari kehamilan
jika seorang wanita tidak mengalami haid pada periode tersebut. Hasil tes fern yang positif
menunjukkan terjadinya siklus anovulatorik pada wanita tersebut. Penggunaan alfa estradiol
dosis tinggi parenteral pada pasien dengan iregularitas menstruasi dan siklus anovulatorik
akan mempresipitasi pembentukan fern pada wanita - wanita yang tidak sedang hamil.
f. Memeriksa kebocoran cairan amnion
Ruptur membran amnion spontan merupakan suatu kejadian yang normal terjadi pada
saat persalinan. Ruptur yang terjadi sebelum onset persalinan di sebut dengan ketuban pecah
dini, dimana akan terjadi banyak komplikasi (2% - 20%) infeksi dan mortalitas setelah ruptur
terjadi. Ketuban pecah dini dapat di diagnosis dengan anamnesis yaitu terdapat riwayat
pengeluaran cairan dari vagina, dan di konfirmasi dengan pemeriksaan speculum.
Pemeriksaan baku emas yang tidak invasif untuk menentukan diagnosis ruptur, adalah :
1) Akumulasi cairan jernih pada fornix posterior di vagina atau kebocoran cairan yang
berasal dari ostium serviks
2) pH yang bersifat basa dari cairan yang dikeluarkan yang dapat di periksa dengan
menggunakan kertas lakmus yang akan mengubah warna kertas dari kuning menjadi biru
(tes nitrazine)
3) ditemukannya pembentukan pola pakis (ferning) pada cairan yang dikeluarkan oleh
serviks pada saat dikeringkan.
Saat ini, pemeriksaan fern sebagian besar digunakan bersama – sama dengan tes
nitrazine untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini (KPD) Tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang di laporkan dari pemeriksaan fern adalah 51% dan 70%, pada pasien yang
tidak sedang hamil sedangkan sensitivitas dan spesifisitasnya akan meningkat menjadi 98%
dan 88% pada pasien yang sedang hamil.
g. Sebagai evaluasi infertilitas
Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang telah
menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa
menggunakan kontrasepsi tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan.
Penyebab infertilitas dapat diklasifikasikan sebagai factor koitus laki-laki (40%),
cerviks (5%-10%), tuba uterina (30%) factor ovulasi (15-20%) dan peritoneal atau factor
pelvik (40%).
Pemeriksaan dasar infertilitas merupakan hal yang sangat penting dalam tatalaksana
infertilitas. Dengan melakukan pemeriksaan dasar yang baik dan lengkap, maka terapi dapat
diberikan dengan cepat dan tepat, sehingga penderita infertilitas dapat terhindar dari
keterlambatan tatalaksana infertilitas yang dapat memperburuk prognosis dari pasangan
suami istri tersebut. Masalah utama yang terkait dengan fertilitas adalah gangguan fungsi
ovulasi.Dengan pengaruh kadar estrogen yang memicu ovulasi, lendir serviks akan menjadi
tipis, berair, asin dan elastis, ketiga kakrakteristik ini dapat di evaluasi dengan tes
fern.Terbentuknya pola ferning tergantung pada adanya mucin, protein, dan kosentrasi
elektrolit, semua elektrolit menghasilkan reaksi pembentukan ferning maka jumlah elektrolit
yang banyak akan memberikan gambaran ferning yang lebih jelas, sepanjang siklus
menstruasi natrium terdapat dalam jumlah paling banyak 0.7% sehingga dalam lender
serviks natrium lebih dominan dalam pembentukan ferning.
3. Keterbatasan
a. Fern test ini hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terkualifikasi
b. Hasil false positif: “ferning” bukan ciri spesifik cairan amnion, cairan lain seperti darah,
mukus servik, semen dan beberapa sampel urin juga ketika kering dapat menimbulkan
gambaran fern pada mikroskop.
c. Hasil false negatif: prolonged rupture membran ( >24 jam) atau ruptur membran yang
sedikit dapat menghasilkan false negatif.

CHECKLIST TES FERN


Dilakukan
No Tindakan
Ya Tidak
1 Salam dan perkenalan diri pada pasien
Melakukan anamnesis
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
2 c. RPS
d. RPD
e. RPK
f. RPSos
3 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
4 Melakukan informed consent
Melakukan persiapan alat dan bahan
 Handscoon steril
 Spekulum Vagina
5
 Cotton swab steril
 Objek glass
 Mikroskop
6 Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan
7 Memakai handscoon steril secara aseptik (melepas cincin, jam, dll)
8 Meminta pasien untuk tenang dalam posisi ginekologi
9 Memilih speculum sesuai ukuran, menyalakan lampu penerangan
10 Membuka bibir vagina
11 Meminta pasien untuk mengambil nafas dalam
12 Memasukkan spekulum dalam keadaan tertutup dengan tangan kanan
Menampilkan portio dengan membuka spekulum, mengoreksi
13
penerangan lampu (lampu sorot di belakang pemeriksa)
Menggerakkan spekulum ke atas dan ke bawah bila portio belum
14
terlihat
15 Mengunci speculum
16 Mengambil sekret portio dengan lidi kapas (cotton bud).
Membuat apusan : mengoleskan secret yang ada pada lidi kapas ke
17 kaca objek bersih dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan, diberi
label identitas pasien
18 Apusan basah dibiarkan mengering
19 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci
20 Meletakkan spekulum pada tempatnya (larutan klorin)
21 Membersihkan vulva dengan desinfektan
22 Mengamati apusan dengan mikroskop
Menilai apusan dengan melihat adanya gambaran daun pakis

23

24 Memberi penjelasan pada pasien tentang hasil pemeriksaan

SUMBER:
Department of Laboratory Medicine San Francisco General Hospital. 2009. Fern Test. In Point
of Care Testing October 2009 pg 1-4

Cunningham, FG. Williams Obstetric. 24th edition. United States, New York : McGraw-Hill
Education; 2014. p. 48-49, 168

Hamill T. Fern Test Examination of Amniotic Fluid by Microscopy. UCSF Medical Center
Laboratory Medicine. 2013. P.1

AG, Neubert. Et al. 2013. Diagnosing rupture of membranes using combination

monoclonal/polyclonal immunologic protein detection)


METODE LH SURGE Test

LH Surge Test adalah tes kromatografi cepat untuk mendeteksi lonjakan hormon LH
secara kualitatif dalam urin untuk memprediksi waktu ovulasi.

LH (luteinizin hormone) yang mana terdapat pada urin wanita normal akan meningkat
secara derastis pada pertengahan siklus menstruasi. Peningkatan LH akan memicu ovulasi,
dimana akan terjadi saat pelepasan telur secara berkala pada wanita normal yang subur. WHO
menyatakan bahwa LH Test merupakan cara yang baik untuk mendeteksi ovulasi. Ovulasi akan
terjadi setelah 24-48 jam mengikuti test yang positif. Ketika strip direndam dalam urin, kapiler
yang ada akan membawa urin bermigrasi di sepanjang membran. Saat LH di urin mencapai
membran di strip akan membentuk garis berwarna, garis berwarna menandakan hasil yang
negatif. Mendeteksi LH Surge pada urin akan terlihat jika serum LH ≥ 25 mlU/ml.

Penyebab LH Surge

Selama fase folikel (paruh pertama siklus


ovarium), folikel ovarium mengeluarkan
estrogen di bawah pengaruh FSH, LH, dan
estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang
rendah tetapi harus meningkat tersebut
menghambat sekresi FSH, yang menurun
selama bagian terakhir fase folikel, dan
secara inkomplit menekan sekresi LH yang
terus meningkat selama fase folikel. Pada
saat pengeluaran estrogen mencapai
puncaknya, kadar estrogen yang tinggi memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus.
Lonjakan LH, menyebabakan ovulasi yang matang. Sekresi estrogen merosot sewaktu folikel
mati pada ovulasi.
Kelebihan

1. Cepat
2. Sensitivitas tinggi
3. Murah
4. Menentukan ovulasi

LH Surge Test lebih akurat dibandingkan dengan :


1. Body Basal Temperature chart
2. Salivary ferning test
3. Sistem kalender

Sensitivitas dan Spesifisitas


Tes LH surge urin ini memiliki sensitivitas sebesar 97% dan spesifisitas sebesar 99%.
Sumber:

Sherwood L, 2012, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Jakarta, EGC

Su, H.W., Yi, Y.C., Wei, T.Y., Chang, T.C. and Cheng, C.M., 2017. Detection of Ovulation,
a Review of Currently Available Methods. Bioengineering & Translational Medicine.
CHECKLIST LH SURGE

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
1 Salam dan Memperkenalkan Diri
2 Inform concent test LH surge untuk mengetahui
terjadi ovulasi atau tidak
3 Menanyakan siklus haid pasien3 bulan terakhir :
- Berapa hari ?
- Teratur atau tidak?
- Haid terakhir sampai berhenti kapan?
4 Menetapkan tanggal ovulasi  bisa di test LH surge
5 Menyiapkan Alat dan bahan:
- LH Strip : memberitahukan di depan pasien,
menjelaskan cara pemakaian, menjelaskan cara
membaca
- Tempat untuk specimen urin pasien
- Timer/Stopwatch
6 Mempersilahkan pasien untuk BAK dan menampung
urin
- Penampungan dan pemeriksaan urin terbaik bisa
dilakukan antara jam 10 pagi hingga 8 malam.
7 Melakukan Universal Precaution
8 - Membuka alat, menunjukkan strip yang akan di
pakai.
- Mencelupkan strip sampai batas max di ujung
berwarna putih ke sampel urine pasien kurang lebih 5
detik

9 Memindahkan LH strip dari urine


10 Menunggu kurang lebih 10 menit sampai muncul garis
pink keluar
11 Menginterpretasikan hasil pemeriksaan
12 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien
2 garis maka terjadi LH surge/ovulasi
1 garis maka tidak terjadi LH surge/ovulasi
Tidak ada garis maka test tidak valid
13 Membereskan alat-alat pemeriksaan
14 Melakukan edukasi kepada pasien
- Jika hasil menunjukkan positif terjadi LH surge
dan pasien berencana untuk hamil dan
mempunyai anak, maka disarankan untuk
senggama dalam kurun waktu 24-48 jam
- Atau sebaliknya jika hasil menunjukkan positif
terjadi LH surge dan pasien tidak berencana
untuk hamil, maka dianjurkan untuk
menghindari senggama dalam kurun waktu 24-
48 jam
- Memberitahukan ke pasien bahwa pemeriksaan
LH Surge paling baik dilakukan pada pukul
10.00 – 20.00
- Memberitahukan kepada pasien bahwa pasien
dapat melakukannya sendiri dirumah, dan alat
dapat dibeli di apotek

Sumber :
 LH ovulation Test Core Technology Co.Ltd. 2008
 Ma’roef, Moch., Andriana, Kusuma & Suswati, Irma., 2009, Pengantar Klinik : Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan. Malang: UMM Press
Konseling PraKonsepsi

Merupakan serangkaian intervensi yang ditujukan untuk menemukan dan memodifikasi risiko

biomedis, perilaku, dan social pada akhir kehamilan atau kesehatan wanita melalui pencegahan

dan penatalaksanaan. Berikut ini adalah tujuan tujuan untuk memperbaki perawatan prakonsepsi:

1. Meningkatakan penngetahuan, sikap, dan perilaku pria dan wanita yang berkaitan dengan

kesehatan prakonsepsi

2. Memastikan bahwa semua wanita usia subur menerima layanan perawatan prakonsepsi –

termasuk uji penapisan risiko, promosi kesehatan, dan intervensi yang memungkinkan

mereka memasuki kehamilan dengan kesehatan optimal

3. Mengurangi risiko yang diindikasikan oleh adanya penyimpangan pada hasil akhir

kehamilan sebelumnya melalui intervensi antarkonsepsi untuk mencegah atau

memperkecil berulangnya penyimpangan tersebut

4. Mengurangi kelainan pada kehamilan yang menyimpang

Manfaat Prakonsepsi

Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan emosional yang

optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat

mengetahui hal-hal yang dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan

pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga

ibu dan pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat.

Selain itu asuhan pra konsepsi juga bermanfaat untuk :

a.       Identifikasi keadaan penyakit


b.      Penilaian keadaan psikologis

c.       Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup

d.      Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk membantu

membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.

A. Populasi
1. Pasangan yang akan menikah
2. Pasangan yang baru menikah
3. Individu yang membutuhkan

B. Fungsi
1. Konseling medis
Tujuannya untuk mendiagnosis:

a. STD pada pasangan


b. Mengetahui faktor risiko pada kehamilan
 Penyakit kronis
c. Fungsi reproduksi
 Perempuan  myoma, genital hipoplasia, anovulasi, gangguan haid, hirsutism
 Laki-laki  undesensus testis, varikokel, azoospermia, gangguan fisik
2. Konseling genetic
a. Tujuan: Skrining individu dengan risiko tinggi mendapatkan anak dengan gangguan genetik
b. Indikasi
 Usia > 35 th  Down synd 1:2000 usia 20 th, 1:500 usia 40, dan 1 : 32 diusia 45 th
 Menikah dengan sepupu pertama
 AbN kromosom pada pasangan
 Riwayat keluarga dengan gangguan genetik
 Ethnic
• Black : sickel cell anemia, Mediterania : B thalasemia, G6PD def
 Riwayat pregnancy loss di pernikahan sebelumnya
3. Konseling KB
a. Tujuan
 Menghindari kehamilan pada remaja
 Menghindari induksi aborsi bukan indikasi medis
 Menghindari unwanted birth
b. Menjelaskan
 Uncontrolled fertility
 HRP (usia muda, jarak terlalu dekat)
c. Metode
 Alami
 Barier  IUD
 Hormonal  pil, suntik, implan
d. Kontrasepsi emergensi
4. Konseling nutrisi
a. BMI  fertilitas
b. Eating habits
 Puasa berlebihan, Pica, gangguan makan, mega vitamin
c. Asam folat prekonsepsi
5. Sex education
a. Diberikan sesuai usia
 Daerah sensitif
 Hubungan seks yang sehat
 Komunikasi untuk mencegah ketidaknyamanan pernikahan
 Pencegahan STD
 Menjawab pertanyaan seputar issue seks

C. Penjelasan Mengenai Penyakit

1. Diabetes Melitus

Diabetes adalah prototipe dari suatu penyakit yang mendapatkan manfaat dan konseling
prakonsepsi. The American College of Obstetricioans and Gynecologists menyimpulkan bahwa
konseling prakonsepsi untuk wanita dengan diabetes melitus pragestasi bermanfaat dan cost
effective serta harus dianjurkan. Dari American Diabetes Association menyatakan bahwa tujuan
prakonsepsi adalah mencapai kadar hemoglobin A terendah tanpa menyebabkan resiko
hipoglikemia yang tak perlu pada ibu

2. Epilepsi

Wanita dengan epilepsi dua sampai tiga kali lebih besar kemungkinannya melahirkan
bayi dengan anomali struktural daripada mereka yang tidak mengidapnya. Janin yang terpajan
satu obat, secara bermakna, lebih sedikit mengalami malformasi dibandingkan dengan mereka
yang terpajan dua atau lebih obat.

Konseling prakonsepsi biasanya mencakup upaya untuk mencapai kontrol dengan


monoterapi dan dengan obat yang dianggap paling kurang teratogenik.American Academy of
Neurology menganjurkan pertimbangan untuk menghentikan obat antikejang pada wanita
tertentu, termasuk mereka yang :

1. Telah bebas kejang selama 2 sampai 5 tahun


2. Mengidap satu tipe kejang
3. Memperlihatkan hasil pemeriksaan neurologis dan intelegensia yang normal
4. Memperlihatkan elektroensefalogram yang telah mengalami normalisasi dengan
pengobatan

Wanita epilepsi juga dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen asam folat. Risiko
kelainan kongenital pada janin yang terpajan karbamazepin, fenobarbital, fenitoin, dan primidon
berkurang, tetapi tidak hilang dengan pemberian suplemen asam folat.

3. Penyakit Kronik Lain

Konseling prakonsepsi yang dilakukan pada penderita hipertensi, penyakit ginjal,


penyakit tiroid, asma, atau penyakit jantung memperlihatkan hasil akhir yang secara bermakna
lebih baik daripada kehamilan sebelumnya. 80% ibu yang menjalani konseling prakonsepsi dapat
melahirkan bayi normal.

4. Cacat Tabung Saraf (CTS)/Spina Bifida

Insiden kelainan ini adalah 1 sampai 2 per 1000 kelahiran hidup, dan penyakit golongan
ini menempati posisi kedua dibawah anomali jantung sebagai penyebab tersering malformasi
struktural janin tersering. Sebagian dari CTS, serta cacat jantung kongenital, berkaitan dengan
mutasi spesifik di gen metilen tetrahidrofolat reduktase. Sebagian besar dari efek merugikan ini
tampaknya dapat diatasi dengan pemberian suplemen asam folat perikonsepsi . Meskipun
perannya masih diperdebatkan, kadar vitamin B12 yang rendah pada masa perikonsepsi, juga
dapat meningkatkan resiko cacat tabung saraf.

Meskipun jelas bermanfaat, dalam tahun-tahun terakhir ini hanya 40-50% wanita yang
mendapat suplementasi asam folat selama periode perikonsepsi. Untuk meningkatkan jumlah
wanita yang mendapat suplementasi, maka konsultasi sebelum konsepsi pada tugas kesehatan
menjadi sangat penting.

5. Fenilketonuria (PKU)

Penyakit metabolisme fenilalanin yang diturunkan ini adalah suatu contoh penyakit
dengan janin tidak beresiko mewarisi penyakit, tetapi dapat mengalami kerusakan akibat
penyakit pada ibunya. Secara spesifik, orang dengan PKU yang makan tanpa batasan akan
mengalami peningkatan abnormal kadar fenilalanin darah. Asam amino ini (fenilalanin) mudah
melewati plasenta dan dapat merusak organ-organ janin organ yang sedang terbentuk, terutama
jaringan saraf dan jantung. Dengan konseling prakonsepsi yang sesuai dan kepatuhan terhadap
diet rendah fenilalanin sebelum kehamilan, insiden malformasi janin dapat dikurangi secara
drastis

Makanan yang tidak diperbolehkan:

 Semua daging seperti: daging sapi, domba, babi, ham, bacon, ayam, ikan dan produk ikan, daging
organ (hati, jantung, ginjal), dll.
 Telur
 Semua produk susu termasuk: keju cottage, keju, susu, yogurt, es krim, puding, dll.
 Kacang dan biji-bijian
 Kacang polong
 Roti, kue, dan biskuit (yang dibuat dengan ragi dan/atau gluten)
 Makanan kedelai seperti TVP (pengganti daging)
 Setiap makanan mengandung aspartam seperti: soda, selai, lemonades, dll.
Makanan yang dibatasi (harus ditimbang pada jumlah yang diberikan): Setiap jumlah yang
ditimbang menyediakan 50 mg fenilalanin.

Makanan: Jumlah yang diijinkan:

 Keripik kentang 30 gr
 Kentang: rebus, tumbuk, panggang, dll 80 gr
 Brokoli 30 gr
 Kacang polong: segar, beku, dll 25 gr
 Bayam: direbus, dikukus, dll 25 gr
 Jagung 55 gr
 Sereal 10-20 gr
 Beras putih atau coklat 45 gr
 Makanan Kerupuk dan Makanan Ringan Bervariasi
 Kue dan makanan penutup Bervariasi

6. Talasemia

Penyakit gangguan sintesis rantai globin ini adalah penyakit gen tunggal tersering di
seluruh dunia. Di daerah endemic seperti Negara-negara Mediteranea dan Asia Tenggara,
konseling dan strategi pencegahan lain telah mengurangi paling tidak sebesar 80% insiden kasus
baru. The American College of Obstetricians and Gynecologist merekomendasikan bahwa orang
yang memiliki riwayat talasemia dalam silsilah keluarganya dianjurkan untuk menjalani uji
penapisan karier agar mereka dapat membuat keputusan setelah mendapat penjelasan yang
memadai (informed decision) mengenai reproduksi dan diagnosis prenatal. Diagnosis genetic
periimplantasi untuk talasemia dapat dilakukan untuk pasien tertentu. Dalam beberapa tahun
setelah program prakonsepsi dimulai, semua pasangan beresiko tinggi yang meminta
pemeriksaan diagnosis prenatal telah mendapat konseling, dan tidak ada anak cacat yang lahir
selama waktu ini.
D. Check List Konseling Prakonsepsi
No Aspek yang dinilai Nilai
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
2 Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, status)
3 Menanyakan tujuan pasien datang ke pelayanan kesehatan
4 Menggali informasi yang terkait riwayat pribadi dan keluarga
 Riwayat medis pasien
 Penyakit genetik di keluarga
 Riwayat reproduksi ( infertilitas, hasil kehamilan yang abnormal, abortus,
kehamilan ektopik, riwayat kematian janin berulang, riwayat melahirkan bayi
meninggal, penyulit obstetric lainnya seperti preeklamsi, abrupsio plasenta dan
persalinan kurang bulan)
 Riwayat haid
 Riwayat KB
5 Menggali informasi untuk konseling genetik
 Remaja lebih besar kemungkinan mengalami anemia, dan beresiko tinggi
memiliki bayi dengan hambatan pertumbuhan, persalinan kurang bulan.
 Kehamilan setelah usia 35 tahun terjadi peningkatan resiko obstetrik serta
morbiditas dan mortalitas perinatal
 Kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol
a. 4 pertanyaan TACE/ toleransi terhadap alcohol, terganggu (annoyed)
oleh komentar mengenai kebiasaan minum mereka, mengurangi (cut
down), riwayat minum minuman berakohol pada pagi hari (eye-opener)
b. Perokok: tawari untuk program prakehamilan untuk menghentikan
kebiasaan merokok
 Pajanan lingkungan (mekuri, bakteri, bahan kimia)
6 Menggali informasi yang terkait gaya hidup
 Mengukur BB, TB, IMT
 KIE untuk meningkatkan asupan kalori sebesar 400 kkal/hari, menganjurkan
konsumsi asam folat. Remaja obesitas tidak perlu tambahan kalori.
7 Konseling resiko penyakit
 Penyakit pada ibu yang akan hamil (wanita usia subur)
Tuba fallopi abnormal, mullerian abnormalities, cervical abnormalities, uterine
abnormalities, vaginitis, diabetes, asma, epilepsy, hipertensi, thyroid disease,
penyakit menular seksual
 Penyakit pada ibu hamil:
Abortus, hipertensi gravidarum, preeklamsia, anemia, vitium cordis, solusio
placenta, placenta previa, multiple pregnancy, gangguan psikiatri
 Penyakit pada ibu melahirkan:
Retensio placenta, atonia uteri, rupture uteri, distosia, hidramnion, gangguan
psikiatri
8. Edukasi senggama yang benar dalam Islam
 Diawali dengan komunikasi atau cumbuan (Nabi Muhammad,SAW. Jabir bin
Abdullah berkata : “Rasulullah melarang berhubungan seksual sebelum
melakukan cumbuan terlebih dahulu”
 Berdo'a ketika hendak bergaul (Bersetubuh) seperti do'a yang telah dianjurkan
oleh RasulullahMuhammad saw.

‫ عن‬،‫ عن سالم‬،‫ عن م ْنصوْ ِر‬،ٌ‫ ح ّد ثنا جرير‬: َ‫عثمان ب ُْن أبي َش ْيبَة‬ ُ ‫ح ّد ثنا‬
‫ال النَّبِ ُّي ص َّل هللا عليْه‬ َ َ‫ ق‬:‫س رضي هللاُ َع ْنهُ َما قا ل‬ ٍ ‫ ع َِن اب ِْن َعبَّا‬،‫ب‬ ِ ‫آر ْي‬
َّ َ ْ َ َ َ َ
َ ُ‫ ((لو أ َّن أ َح َدهُ ْم أِ َذا أ َرا َد أ ْن يَأتِ َي أ ْهلَه‬:‫وسلَّم‬
‫ اللهُ َّم َجنِّ ْبنَا‬,ِ‫ بِاس ِْم هللا‬:‫قال‬
ُ‫ض َّره‬
ُ َ‫ ل ْم ي‬,‫ك‬ َ ِ‫ فَإِنَّهُ إِ ْن يُقَ َّدرْ بَ ْينَهُ َما في ذل‬,‫ب ال َّش ْيطَانَ ما َر َز ْقتَنَا‬ ِ ِّ‫وجن‬ َ َ‫ال َّش ْيطَان‬
‫)) َش ْيطَا ٌن أَبَدَا‬.
Artinya : Dari ibn ‘Abbas ra. Berkata, Nabi saw bersabda: sekiranya salah
seorang mereka ingin mendatangi keluarganya (yakni istrinya), hendaknya
berdo’a: “Dengan Nama Allah, Ya Allah, jauhkan kami dari setan dan jauhkan
setan terhadap apa saja yang Engkau berikan pada kami.” Sesungguhnya jika ia
ditakdirkan mendapatkan anak pada saat itu, maka setan tidak bisa
mengganggunya.”18
 Hendaknya menutup tubuh ketika bersetubuh, dimaksudkan untuk mengingat
manusia bahwasanya di antara mereka ada makhluk Allah yang tidak tampak
oleh mata manusia, seperti malaikat, jin, dan setan.
 Bersikap lembut dan bersenda gurau ketika bersetubuh, Islam tidak
membenarkan terjadinya hubungan seksual tanpa adanya senda gurau dan cumbu
rayu terlebih dahulu
 Menjaga kebersihan, penampilan, dan keharuman anggota tubuh, Islam
tidak hanya menuntunkan untuk memelihara kesucian jiwa dan akal,
tetapi juga dalam hal kesucian dan penampilan lahiriah.
 Islam tidak menentukan suatu jenis hubungan seksual tertentu asalkan
dilakukan pada kemaluan
9. Konseling kehidupan seksual dalam Islam
 Islam menganjurkan pasangan tidak sampai mempraktekkan seks ala binatang,
melainkan seks yang memanusiakan setiap pasangan
 Islam tidak memperbolehkan berganti-ganti pasangan
 Islam melarang berzina (hubungan seksual di lluar perkawinan)
 Dilarang menggauli istrinya melalui dubur
 Tidak diperbolehkan menggauli istri ketika haid
 Istri dilarang menolak ajakan suami untuk bersenggama
 Larangan menceritakan pengalaman senggama
10. Menggali informasi terkait pola hidup sehat
 Menjaga kebersihan diri (cuci tangan sebelum makan, mandi minimal 2 kali
sehari)
 Menjaga berat badan yang seimbang
 Melakukan aktivitas fisik secara teratur (minimal 2 kali seminggu, masing-
masing 75 menit)
 Menjaga pola tidur (durasi tidur selama 7-8 jam, pukul 21.00-04.00)
 Menjaga pola makan (memperhatikan jumlah asupan gula, lemak, garam, jenis
makanan yaitu 55-65% karbohidrat, 10-15% protein, 25-35% lemak, jumlah
makanan yang dikonsumsi dan jadwal makan)
 Menghindari merokok, minuman beralkohol, mengkonsumsi junkfood
 Menajemen stress, manajemen waktu dengan baik
 Melakukan medical check up secara teratur
 Menjaga kebersihan sumber air (air minum, air keran untuk aktivitas)

11. Menggali informasi terkait pola sex yang sehat


 Rajin membersihkan diri dan menggunakan wewangian
 Adanya foreplay diawal
 Terbuka kepada pasangan (komunikasi yang baik)
 Tidak memaksakan diri pada pasangan
 Tidak bergonta-ganti pasangan
 Berhubungan suami istri sebanyak 2 kali dalam seminggu

12 Konseling KB
o Metode sederhana senggama terputus, pantang berkala, kondom,
diagfragma, cervical cap
o Kontrasepsi hormonal  pil KB, suntik KB
o Alat kontrasepsi bawah kulit
o Intra uterine device  IUD/AKDR
o Kontrasepsi mantap
o Vasektomi (MOP)
o Tubektomi (MOW)

Sumber :

Cunningham, F. g. et al., 2014. Konseling Prakonsepsi. In: Obstetri Williams. Jakarta:

EGC, pp. 182-197.

Utah Department of Health, PKU list of foods,


health.utah.gov/nsp/Disorders/MSMS/AA/PKU/ DietListFoods_PKU_En.pdf

Anda mungkin juga menyukai