Anda di halaman 1dari 23

TUGAS SKILL

PEMERIKSAAN SUHU BASAL TUBUH, LENDIR SERVIKS,


FERN TEST, DAN KONSELING PRAKONSEPSI

Frilyannuur Esananda K. D.
201610330311129
Skill 3

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
SUHU TUBUH BASAL

1. Pengertian Suhu Tubuh Basal


Menghitung masa subur tidak hanya dengan melihat siklus menstruasi
saja, ada banyak cara untuk menentukan masa subur seorang wanita salah
satunya dengan mengukur suhu tubuh basal. Suhu basal tubuh adalah suhu
yang dicapai oleh tubuh ketika istirahat, tidur atau tidak sedang melakukan
aktivitas apapun. Untuk mendapatkan hasil terbaik mengukur suhu tubuh
dilakukan pada pagi hari, setelah bangun tidur dengan catatan tidak melakukan
kegiatan apapun dengan waktu yang sama.
Pengukuran dan pencatatan suhu basal tubuh digunakan untuk
mengetahui kapan terjadinya masa subur atau masa ovulasi sehingga bisa
digunakan sebahai perencanaan kehamilan. Diperlukan termometer basal
untuk mengukur suhu tubuh yang diletakkan pada lidah bagian bawah dan
menutup mulut ketika masa pengukuran berlangsung selama beberapa menit.
Umumnya suhu tubuh basal harian akan menunjukkan peningkatan
sekitar 0,5 hingga 1 derajat F tak lama setelah ovulasi. Peningkatan ini
kemudian berlanjut sampai awal menstruasi di mana suhu tubuh basal
kemudian menurun kembali normal. Sayangnya, hasil yang akurat tergantung
pada pengukuran yang konsisten setiap hari, yang dapat menjadi tantangan
bagi banyak wanita. Untuk hasil yang paling akurat, suhu harus direkam pada
waktu yang sama setiap hari, segera setelah bangun tidur. Pengukuran juga
berpengaruh pada lingkungan seperti demam akibat proses infeksi, stresor
emosional, konsumsi alkohol, dan penambahan atau penghentian kontrasepsi
oral dari rejimen harian.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi
kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum
yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu
tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi
kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum
akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap
tinggi.
2. Fisiologi Suhu Tubuh Basal
Segera setelah ovulasi, korpus luteum terbentuk. Organ vital yang
mensekresi hormon ini yang terdiri dari folikel theca dan sel granulosa folikel
melepaskan progesteron untuk mempersiapkan potensi kehamilan. Salah satu
mekanisme persiapan, menyebabkan progesteron merangsang pada
hipotalamus untuk mengatur suhu tubuh basal yang lebih tinggi. Akibatnya,
fase luteal dari siklus menstruasi dikaitkan dengan peningkatan suhu tubuh.
Progesteron dan suhu tubuh, akan tetap tinggi sepanjang sisa siklus, dan pada
akhirnya akan menurun saat menstruasi jika tidak terjadi kehamilan.
Peningkatan suhu tubuh basal yang tidak kembali ke suhu normal menjadi
indikasi awal kehamilan.
Interaksi antara tiga sistem organ yang berbeda diperlukan untuk ovulasi
dan fluktuasi suhu tubuh basal berikutnya yang terlihat pada proses fisiologis.
hipotalamus-hipofisis-ovarium adalah dasar dari siklus menstruasi pada
wanita. Hipotalamus, organ endokrin mengeluarkan neurohormon, melepaskan
GnRH secara pulsatil. GnRH kemudian bekerja pada kelenjar pituitari anterior
untuk melepaskan LH dan FSH. Pelepasan hormon-hormon ini pada ovarium
menginduksi pematangan dan ovulasi folikel, mengubah suhu tubuh basal.
3. Fungsi Suhu Tubuh Basal
Fungsi metode suhu tubuh basal relatif terhadap ovulasi memungkinkan
seorang wanita untuk memahami siklus menstruasinya karena berbagai alasan
yang lebih baik. Jika berfungsi sebagai metode kontrol kelahiran, wanita harus
menghindari hubungan seksual sejak awal menstruasi hingga sekitar tiga hari
setelah lonjakan suhu basal tubuh. Tiga hari ini hanya perkiraan karena suhu
tubuh basal mungkin tidak memiliki ketinggian yang berbeda sampai tiga hari
setelah ovulasi pada beberapa wanita. Pada wanita yang mengalami menstruasi
tidak teratur, suhu tubuh basal dianggap tidak akurat.
4. Manfaat Suhu Tubuh Basal
Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun
kontrasepsi.
a. Manfaat konsepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan
kehamilan.
b. Manfaat kontrasepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan
menghindari atau mencegah kehamilan.
5. Indikasi Suhu Tubuh Basal
a. Bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.
b. Bagi pasangan yang menghindari atau mencegah kehamilan.
7. Kontraindikasi Suhu Basal Tubuh
a. Demam
b. Meminum alkohol
c. Pengobatan hormonal
d. Kelainan ginekologi
e. Hamil
8. Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh
Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh
antara lain:
a. Penyakit.
b. Gangguan tidur.
c. Merokok dan atau minum alkohol.
d. Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
e. Stres.
f. Penggunaan selimut elektrik.
9. Keuntungan Metode Suhu Basal Tubuh
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri
tentang masa subur/ovulasi.
b. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi
masa subur/ovulasi.
c. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan
untuk hamil.
d. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa
subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
e. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.
10. Keterbatasan Metode Suhu Basal Tubuh
Suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
a. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
b. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
c. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur,
merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
d. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
e. Tidak mendeteksi awal masa subur.
f. Membutuhkan masa pantang yang lama.
Check List Pemeriksaan Suhu Tubuh Basal

Nilai
No Aspek yang dinilai Bobot
0 1 2
1. Salam dan memperkenalkan diri ke pasien
2. Menanyakan identitas pasien (nama, umur,
alamat, pekerjaan, status)
3. Menanyakan alasan kedatangan pasien
4. Inform Consent ke pasien
5. Menyiapkan dan memberi tahu pasien alat yang
akan digunakan yakni
1. Thermometer (Oral, Rectal, Vaginal)
2. Basal Body Temperature Chart / Kartu BBT
(dalam satuan F/C)
Pengukuran Suhu Basal
6. Menjelaskan kepada pasien pengukuran suhu
badan dapat dilakukan digunakan oral, vagina
atau rectal dengan jenis thermometer yang
berbeda
7. Menjelaskan kepada pasien cara penggunaan
thermometer raksa dan digital
8. Memberitahu pasien bahwa pengukuran suhu
tubuh dilakukan setiap pagi di waktu yang hampir
sama sebelum beraktifitas
9. Memberitahu pasien pengukuran suhu badan
menggunakan thermometer dilakukan selama 5
menit
Pencatatan Hasil
10. Menyarankan pasien agar mencatat hasil
pengukuran suhu yang telah
dilakukan pada kartu yang ada dengan mencatat
hari, tanggal, dan waktu pengukuran. Hasil
pengukuran temperature di kolom temperature
pada hari tersebut dengan membuat titik (o)
temperature pada tengah kotak angka temperature
yang sesuai dengan hasil.
11. Menghimbau pada pasien untuk menggunakan
kartu dimulai hari pertama haid sampai 10 hari
pada siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi,
normal dan rendah
12. Memberitahu pasien cara menginterpretasikan
hasil pengukuran suhu badan terhadap masa
ovulasi
1. Suhu normal tubuh : 35,5 – 36°C
2. Saat ovulasi suhu tubuh 37 – 38 °C dan tidak
akan turun ke 35°C
3. Kenaikan akan bertahan 3-4 hr
4. Bila suhu tdk naik  mungkin tdk terjadi
ovulasi
5. Bila suhu tubuh naik dan bertahan setelah
ovulasi  mungkin
Hamil
13. Menjelaskan kepada pasien jika dalam kondisi
sakit (demam) atau malam sebelumnya
mengalami insomnia dan gangguan yang dapat
mempengaruhi temperature basal, maka beri
lingkaran pada hasil pengukuran suhu dan tulis
keterangan pada kolom disturbance dengan
mengisi kolom disturbance
A : alcohol
D : disturbed night
M: medicine
H: holiday
T: travel
L: late(begadang)
E: early (terlalu dini)
Tandai setiap kali melakukan hubungan seksual
dengan tanda panah ke bawah pada kolom coitus
14. Memberitahu dan mengajarkan pasien untuk
menarik garis 0,05 C – 0,1 C di atas suhu tertinggi
dari suhu 10 hari  untuk menggambar cover line
yang berfungsi memisahkan suhu basal rendah
dan tinggi
Interpretasi Hasil
15. 1. beri nomor 1,2,3 pada 3 hari pertama
peningkatan suhu.
2. masa subur yaitu 3 hari berturut-turut kenaikan
suhu
3. fase infertile dimulai sejak malam hari ke-3
peningkatan suhu dan berlanjut hingga awal siklus
selanjutnya.
4. Jika suhu pada hari ke 3 meragukan namun
masih di atas cover line, maka tunggu hingga
besok untuk mengkonfirmasi
5. Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis
pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari.
Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk
menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari
berturutturut suhu tercatat di atas garis pelindung
sebelum memulai senggama.
KIE
16. 1. Bila periode tak subur telah terlewati maka
boleh tidak meneruskan pengukuran suhu tubuh d
an melakukan senggama hingga akhir siklus haid
dan kemudian kembali mencatat grafik suhu basal
siklus berikutnya,
2. tidak dianjurkan melakukan hubungan seks
pada fase infertil jika ingin memiliki anak
3. jika suhu tetap meningkat hingga siklus haid
selanjutnya kemungkinan terjadi kehamilan
4. disarankan melakukan pencatatan BBT
minimal 2-3 siklus atau 6 bulan agar grafik
bernilai banyak
5. konsul kembali setelah selesai pencatatan 1
siklus
17. Menanyakan kepada pasien apakah sudah
mengerti atau belum dan
apakah ada pertanyaan
PEMERIKSAAN LENDIR SERVIKS

1. Pengertian Pemeriksaan Lendir Serviks


Masa subur bisa diketahui melalui melalui lendir dari serviks. Keluarnya
lendir serviks terjadi beberapa hari sebelum ovulasi, yakni proses pelepasan sel
telur yang telah matang dan siap dibuahi, pada masa inilah waktu terbaik
hubungan seksual bisa dilakukan agar meningkatkan kemungkinan terjadinya
pembuahan yang berujung dengan kehamilan.
Salah satu metode sederhana untuk mendeteksi ovulasi adalah melalui
pemeriksaan lendir serviks. Metode ini banyak digunakan dalam kontrasepsi
alami yang menunjukkan prediktor yang bisa diandalkan. Pada prinsipnya,
rendahnya kadar estrogen dan progesteron yang tinggi saat mendekati
menstruasi membuat lendir serviks menjadi sedikit, berwarna keputihan, tebal,
dan tidak elastis untuk menghambat masuknya sperma. Pada tingkat estrogen
yang tinggi saat ovulasi, lendir serviks tampaknya banyak, jelas berwarna,
tipis, dan elastis untuk mendukung sperma memasuki rongga rahim; karena itu,
sperma lebih mudah membuahi sel telur.
2. Indikasi Pemeriksaan Lendir Serviks
Semua wanita yang ingin melakukan perencanaan kehamilan ataupun
mencegah kehamilan dengan metode alamiah.
3. Kontraindikasi Pemeriksaan Lendir Serviks
a. Memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan
b. Wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya
c. Sedang dalam masa menstruasi
d. Menggunakan sabun pembersih wanita
e. Menggunakan KB hormonal.
Check List Pemeriksaan Lendir Serviks

No. Nilai
Aspek yang Dinilai Bobot
0 1 2
1. Salam dan memperkenalkan diri ke px 1
2. Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, 1
pekerjaan, status)
3. Menanyakan alasan kedatangan pasien 1
4. Inform consent 1
5. Menjelaskan kepada pasien tentang pemeriksaan 1
servical mucous dan tujuan pemeriksaannya
6. Memberitahu pasien bahwa dibutuhkan minimal 3 1
siklus menstruasi untuk dapat menilai siklus ovulasi
7. Menghimbau kepada pasien untuk memeriksa dan 1
mencatat ada atau tidaknya mucus (lendir) pada
siang dan sore hari
8. Menganjurkan pasien mencuci tangan dengan sabun 1
sebelum melukan pemeriksaan servical mucous
9. Menganjurkan kepada pasien untuk lebih memilih 1
memeriksa servikal mucous dengan menggunakan
jari dibandingkan tisu (mudah terabsorpsi)
10. Mengajarkan pada pasien bagaimana cara 2
mengambil lendir di vagina menggunakan jari
dengan benar
11. Memberitahu pasien cara 2
menginterpretasikan hasil pemeriksaan
servical mucus :
1. Jika sekresi mukus terasa licin  hari
puncak (waktu terdekat mengalami
ovulasi)  fertil
2. Jika sekresi mukus menjadi tidak licin atau
bahkan tidak ada bukan waktu terdekat
mengalami ovulasi infertile
12. Menanyakan kepada pasien apakah sudah mengerti 1
atau belum dan apakah ada pertanyaan
13. Menyuruh pasien mengulangi kembali apa yang 1
kita jelaskan untuk melihat seberapa paham pasien
dengan apa yang kita jelaskan sebelumnya
FERN TEST

1. Pendahuluan Fern Test


Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu
parameter dalam evaluasi lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur
seperti daun pakis mengacu pada derajat dan pola yang tampak jika lendir
dikeringkan di atas permukaan kaca objek. Pembentukan struktur daun pakis
pada lendir serviks salah satunya ditentukan oleh konsentrasi NaCl. Sepanjang
siklus menstruasi komponen tersebut merupakan garam dengan persentase
tertinggi. Konsentrasi garam tersebut mencapai puncaknya pada saat ovulasi.
Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pada saat
ovulasi, bentuk daun pakis akan lebih jelas terlihat apabila diambil sampel
lender pada waktu yang mendekati ovulasi, dimana struktur tersebut akan
mengering menjadi sebuah bentuk seperti daun pakis (tes fern). Sebelum dan
sesudah ovulasi dan selama kehamilan akan di temukan pola dengan ciri khas
yang berbeda.Pada saat terjadi ovulasi lender serviks akan menjadi sangat cair
dan jernih sebaliknya akan tampak kekuningan dan kental jika diperiksa pada
saat tahapan pra ovulasi dan pasca ovulasi dari siklus haid.
Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan
menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola
pakis yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan
aktivitas estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks.

2. Fungsi pemeriksaan fern


a. Menilai aktivitas estrogen
Pemeriksaan fern merupakan sebuah metode sederhana untuk dapat
menilai ada atau tidaknya aktivitas dari estrogen. Terdapatnya infeksi
serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan menghambatkan
pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola pakis yang
sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas
estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks.
b. Menentukan ovulasi
Ovulasi dapat di tegakkan dengan cukup akurat pada wanita - wanita
dengna siklus menstruasi yang teratur. Tidak ditemukannya pola pakis
pada mukus serviks selama masa pra menstruasi menandakan aktivitas
dari korpus luteum yang menghasilkan progesteron. Satu apusan mukus
serviks harus di ambil pada saat pertengahan siklus menstruasi dan satu
kali lagi pada saat sebelum menstruasi untuk dapat dengan akurat
menegakkan ovulasi. Ferning atau pola pakis harus ditemukan pada saat
pemeriksaan intermenstruasi dan menghilang pada saat. sebelum
menstruasi untuk dapat menegakkan terjadinya ovulasi pada siklus
tersebut. Tetapi karena karena banyaknya faktor yang terlibat dalam
gambaran dari pola pakis ini, maka pemeriksaan ini tidak dapat secara
akurat menentukan hari dimana ovulasi terjadi.
3. Indikasi
Semua wanita yang ingin melakukan perencanaan kehamilan ataupun
mencegah kehamilan
4. Kontraindikasi
a. Hamil
b. Menggunakan KB hormonal
Check List Fern Test

No. Bobot Nilai


Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Salam dan memperkenalkan diri ke px 1
2. Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, 1
pekerjaan, status)
3. Menanyakan alasan kedatangan pasien 1
4. Inform consent 1
5. Menjelaskan kepada pasien tentang pemeriksaan fern 1
test dan tujuan pemeriksaannya
6. Mencuci tangan dengan sabun 1
7. Menyiapkan alat dan bahan 1
8. Memakai handscoen steril 1
9. Persiapan pasien 2
1. Menyuruh pasien buang mengosongkan kandung
kemih
2. Menyuruh paisen disuruh membersihkan area
kewanitaan setelah berkemih
3. Memposisikan pasien dengan posisi lithotomi
10. Desinfeksi vulva vagina dengan larutan NS 1
11. Memasang doek lubang 1
12. Memasang spekulum tanpa lubrikan 1
13. Menyalakan lampu obsgyn 1
14. Mengambil mucus servik menggunakan spatula aire di 1
ostium serviks
15. Mengoleskan lendir sevik pada objek glass dan tunggu 1
hingga kering
16. Mengamati dengan mikroskop dengan pembesaran 40 2
– 100 kemudian amati adakah bentukan kristas seperti
daun pakis
17. Melepaskan kembali spekulum 1
18. Mengedukasikan hasil pemeriksaan pada pasien 1
KONSELING PRAKONSEPSI

1. Pengertian Konseling Prakonsepsi


Konseling merupakan suatu tindakan membantu klien untuk melihat
suatu permasalahan secara lebih nyata dan bila memungkinkan dari sudut
pandang berbeda. Hal ini dapat membantu klien memusatkan pada
permasalahan terkait pengalaman atau perasaannya dengan tujuan untuk
membuat perubahan yang positif.
Persiapan prakehamilan (perawatan prakonsepsi) adalah istilah luas
yang mengacu pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko sosial,
perilaku, lingkungan, dan biomedis terhadap kesuburan dan hasil kehamilan
seorang wanita, yang bertujuan untuk mengurangi risiko ini (bila mungkin)
melalui pendidikan, konseling, dan intervensi yang tepat, sebelum
kehamilan.
Intervensi prakonsepsi lebih penting dari intervensi prenatal untuk
pencegahan anomali kongenital karena sebanyak 30 persen ibu hamil baru
memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua ( >13 minggu
kehamilan, yaitu setelah periode organogenesis utama (antara 3 dan 10
minggu kehamilan).
2. Tujuan Konseling Prakonsepsi
Konseling prakonsepsi memiliki peranan yang penting karena dapat
mengetahui wanita mana yang diuntungkan dari intervensi dini, seperti
mereka yang menderita diabetes melitus atau hipertensi dan dapat
membantu mengurangi cacat janin. Organogenesis dimulai 17 hari setelah
fertilisasi, maka sebaiknya diperhatikan lingkungan yang baik untuk
perkembangan hasil konsepsi. Hasil akhir maternal dan perinatal juga
bergantung pada interaksi antara faktor ibu, janin, dan lingkungannya, dan
sulit untuk menerangkan hasil akhir kehamilan hanya berdasarkan satu
intervensi spesifik. Tujuan akhir adalah konseling prakehamilan dapat
memperbaiki hasil akhir kehamilan. Tiga tujuan utama dari perawatan
prakonsepsi adalah untuk:
a. Mengidentifikasi potensi risiko untuk ibu , janin , dan kehamilan
b. Mendidik wanita tentang risiko ini, pilihan untuk intervensi dan
manajemen
c. Memulai intervensi untuk mendapatkan luaran yang optimal bagi ibu
dan janinnya, melalui Konseling, motivasi , optimasi penyakit , dan
rujukan spesialis Sedikit sekali bukti yang dapat menunjukkan cara
terbaik untuk mencapai tujuan ini
3. Bentuk Konseling Prakonsepsi
Konseling pra kehamilan dapat digabung ke dalam setiap kunjungan
dari wanita dalam masa reproduksi.
A. Anamnesis Lengkap
Hal-hal berikut yang perlu ditanyakan :
1. Identitas pasien dan suami termasuk nama, umur, pekerjaan, nama
suami, agama alamat
2. Riwayat menstruasi , menarche, teratur / tidak, lamanya,
banyaknya darah, nyeri +/- → menilai faal alat kandungan
3. Riwayat perkawinan → kawin / tidak, berapa kali, berapa lama
(anak mahalkah?)
4. Riwayat kehamilan sebelumnya → perdarahan +/- , hiperemesis
gravidarum +/- → prognosis
5. Riwayat persalinan sebelumnya → spontan / buatan, aterm +/-,
perdarahan +/-, siapa yang menolong → prognosa
6. Riwayat nifas sebelumnya → demam +/-, perdarahan +/-, laktasi ?
→ prognosis
7. Riwayat anak yang lahir → jenis kelamin, hidup +/-, berat lahir
8. Riwayat penyakit keluarga → penyakit keturunan +/- (DM,
kelainan genetik), riwayat kembar, penyakit menular +/- (TBC)
9. Riwayat kontrasepsi → pakai +/-, metodenya ?, jenisnya, berapa
lama, efek samping
B. Pemeriksaan - pemeriksaan untuk skrining
 Pemeriksaan darah lengkap termasuk rata – rata volume sel darah
merah dapat menyingkirkan adanya kemungkinan anemia yang
diturunkan
 Pemeriksaan glukosa puasa pada wanita dengan DM gestasional
penting untuk memprediksi insiden anomali fetal → pada
hiperglikemia (puasa) ada peningkatan insiden anomali fetal
 Konseling dan pemeriksaan HIV sebaiknya dilakukan juga secara
rahasia dan atas kesadaran pasien
 Pemeriksaan rutin Toxoplasmosis dipertimbangkan pada wanita
yang memelihara kucing dan sering memakan daging setengah
matang. Tujuannya untuk memeriksa status antibodi sebelum
konsepsi
 Beberapa pemeriksaan yang dilakukan, contoh : rubella, varicella,
dan hepatitis B, sebaiknya dilakukan untuk menentukan vaksinasi
yang akan diberikan sebagai bagian dari penatalaksanaan
prakehamilan
 Khususnya untuk varicella sebaiknya dilakukan pada pasien yang
belum pernah sakit cacar. Pemberian vaksin varisella zoster
terhadap pasien yang belum pernah dapat vaksinasi
direkomendasikan
 Pemeriksaan elektroforesis terhadap hemoglobin dilakukan pada
pasien dengan resiko anemia sickle sel seperti pada ras Afrika-
amerika dan wanita dari mediterania /asia untuk thalasemia
 Sedangkan pada wanita yahudi adalah calon untuk pemeriksaan
karier untuk penyakit tay sachs
 Begitu pula dengan pasangan yang ditemukan sebagai karier
penyakit autosomal resesif, dilakukan pemeriksaan untuk
menentukan resiko di masa yang akan dating
 Pada wanita dengan penyakit ginjal dapat diperiksa kadar serum
kreatininnya, agar dapat memprediksi beberapa keadaan hasil akhir
kehamilan seperti kelahiran preterm, kematian perinatal, IUGR,
abortus
 Sedangkan pada wanita dengan penyakit jantung sianotik dapat
dilakukan pemeriksaan beberapa faktor seperti hemoglobin,
saturasi oksigen arteri
 Pemeriksaan – pemeriksaan spesifik lain dapat dilakukan untuk
menilai wanita dengan beberapa penyakit kronik, seperti pada
penyakit ginjal, penyakit kardiovaskular, dan DM.
4. Penilaian Resiko
Tujuan utama penilaian risiko adalah untuk mendapatkan riwayat
kesehatan reproduksi secara menyeluruh . pertanyaan meliputi:
a. Usia
Seiring dengan peningkatan usia ibu, risiko infertilitas, keguguran,
diabetes gestasional, preeklamsia, dan lahir mati juga meningkat.
Wanita harus menyadari risiko ini dan sebaiknya jangan menunda
kehamilan sampai usia 30-an atau 40-an, atau sebaliknya tidak harus
hamil lagi pada usia tersebut bila tidak betul-betul diperlukan. Usia
ayah yang lanjut juga memiliki beberapa risiko bagi anak .
b. Riwayat Pekerjaan
c. Riwayat umum
- Keinginan dan rencana untuk hamil, lama menikah, rencana
menikah
- Siklus menstruasi,
- Kontrasepsi yang sedang atau pernah dipakai,
- Obat-obatan yang pernah/sedang dipakai
- Alergi obat-obatan atau lainnya
d. Riwayat ginekologis
- Hasil papsmear abnormal,
- Gangguan siklus menstruasi,
- Mioma uteri, Kista ovarium
- Operasi ginekologis
- Penyakit menular seksual seperti gonore, klamidia, kondiloma,
sifilis atau herpes
e. Riwayat Obstetri buruk
- Pernah abortus, hamil kosong/blighted ova, kematian janin, bayi
cacat
- Pernah mengalami KPD/Ketuban Pecah Dini, kelahiran preterm,
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
- Pernah hamil di luar kandungan,
- Pernah hamil mola, atau penyakit trofoblas gestasional ganas
- Perdarahan dalam kehamilan/pascasalin,
f. Imunisasi yang pernah didapat
- Hepatitis B
- Tetanus Toksoid
- Rubella
g. Penyakit Keturunan
- Diabetes melitus
- Talasemia
- Penyakit autoimun (HIV, SLE, APS)
- Epilepsi
- Sistik fibrosis
h. Penyakit Kronis yang pernah/sedang diderita
- Diabetes melitus
- Hipertensi
- Penyatik rongga mulut dan gigi
- Obesitas berat
i. Obat-obatan yang pernah/sedang dikonsumsi
- Kokain
- Heroin
j. Alkohol, merokok, kafein
k. Pernah mendapat produk darah, pernah mengalami komplikasi
transfusi
l. Diet yang sedang dilakukan, suplemen atau herbal yang dikonsumsi
m. Pemakaian herbal rutin
n. Olah raga yang rutin dilakukan
o. Binatang peliharaan
p. Keadaan kesehatan mental/psikis
Check List Konseling Prakonsepsi

No. Nilai
Aspek yang Dinilai Bobot
0 1 2
1. Salam dan memperkenalkan diri ke pasien 1
2. Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, 1
pekerjaan,status)
3. Menanyakan alasan kedatangan pasien 1
4. Inform consent 1
Konseling Medis
5. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan utama 1
konseling medis
6. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit 1
menular seksual
7. Menjelaskan kepada pasien mengenai faktor risiko 1
kehamilan
1. Peng jantung
2. Peny Ginjal Kronis
3. Transplantasi Ginjal
8. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit 1
reproduksi
1. Perempuan  myoma, genital hipoplasia,
anovulasi, ggn haid, hirsutism
2. Laki-laki  undesensus testis, varikokel,
azoospermia, gangguan fisik
Konseling Genetik
9. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan utama 1
konseling genetik
10. Menjelaskan kepada pasien mengenai langkah 2
konseling genetic meliputi :
1. Menentukan diagnosis
2. Mengestimasikan reccurent risk
3. Mengkomunikasi kan
4. Mendukung secara jangka panjang
11. Menjelaskan kepada pasien mengenai teratogenic 1
medication
 Antikonvulsan, antineoplastic, oral
antikoagulan, isotrerinoin, lithium,alkohol,
Smooking EXPLAINED
IT
12. Menjelaskan kepada pasien mengenai indiksasi 2
mendapatkan anak dengan gangguan genetic
1. Usia waktu hamil > 35 th  Down syndrome
1:2000 usia 20 th, 1:500 usia 40, dan 1 : 32 diusia
45 th
2. Sepupu pertama
3. Gen identik (1/16)  meningkatkan
penyakit resesif terutama bila terdapat
riwayat keluraga
4. AbN kromosom pd pasangan
5. Riwayat keluarga dengan gangguan genetik
6. Ethnic
13. Menjelaskan cara hubungan suami-istri yang baik 2
dan benar
DAFTAR PUSTAKA

Evans-Hoeker, E., Pritchard, D. A., Long, D. L., Herring, A. H., Stanford, J. B., &
Steiner, A. Z. (2013). Cervical mucus monitoring prevalence and associated
fecundability in women trying to conceive. Fertility and sterility, 100(4),
1033–1038.e1. doi:10.1016/j.fertnstert.2013.06.002

Gunardi, E. R., Mukti, A., & Situmorang, Herbert. (2018). Basal Temperature,
Cervical Mucous, and Both Combination as Diagnostic Tools to Detect
Ovulation. Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology, (May 2019),
162. https://doi.org/10.32771/inajog.v6i3.781

Hamill T. Fern Test Examination of Amniotic Fluid by Microscopy. UCSF


Medical Center Laboratory Medicine. 2013. P.1

Krisnadi, Sofie. (2015). Persiapan – prakehamilan. 10.13140/RG.2.1.4516.4007.

Šimic, N., & Ravlic, A. (2013). Changes in basal body temperature and simple
reaction times during the menstrual cycle. Arhiv Za Higijenu Rada i
Toksikologiju, 64(1), 99–106. https://doi.org/10.2478/10004-1254-64-2013-
2167

Steward K, Raja A. Physiology, Ovulation, Basal Body Temperature. [Updated


2019 Aug 24]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2019 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546686/

Anda mungkin juga menyukai