Anda di halaman 1dari 29

TUGAS SKILL 3 BLOK IPE

A.  BASAL BODY TEMPERATURE


TEMPERATURE (BBT) TEST 
 Basal body temperature (BBT) merupakan suhu terendah yang dicapai oleh
tubuh selama istirahat
selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur).
(tidur). Pengukuran suhu basal
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas
melakukan aktivitas apapun. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui
kapan terjadinya masa subur /ovulasi. 
/ovulasi.  Suhu basal tubuh diukur dengan
menggunakan termometer basal oral. Selama fase folikuler dalam siklus
menstruasi, umumnya BBT akan berada pada rentang 97-98.08 °F (36-
36,7°C)sampai kurang lebih 1 hari sebelum terjadinya ovulasi. Saat ovulasi, corpus
luteum mulai menghasilkan hormon progesteron. BBT akan meningkat 0.5 °C.
Pada fase luteal akhir, ketika corpus luteal mengalami regresi dan hormon
 progesteron mulai menurun, BBT akan kembali ke rentang yang rendah sampai 1-
2 hari sebelum menstruasi. Setelah dilakukan pengukuran hasil dicatat dalam
lembar grafik suhu basal tubuh dengan jarak suhu 0,1ºC, setiap hari (grafik bisa
dibuat di atas kertas millimeter blok). Grafik ini akan memberikan Anda pola
 perubahan suhu tubuh saat terjadi ovulasi/masa subur. Setiap orang polanya
 berbeda-beda: Ada yang mengalami lonjakan suhu secara tiba-tiba, ada yang naik
secara bertahap.
Sensivitas dan spesifitas BBT
CHECKLIST PENGUKURAN BODY BASAL TEMPERATURE (BBT)

 No. Aspek yang dinilai Nilai

1. Salam dan memperkenalkan diri ke pasien 0 1 2

2. Mempersiapkan alat

3. Menjelaskan tentang prosedur, tujuan pemeriksaan dan proses pemeriksaan

4. Menjelaskan cara penggunaan alat (termometer oral) mulai meghidupkan,


menggunakan dan mematikan alatnya.

5. Menyiapkan grafik BBT yang akan digunakan untuk mencatat hasil


 pengukuran suhu

6. Tuliskan hari, tanggal dan jam setiap saat melakukan pengukuran BBT.
Lakukan pengukuran pada waktu yang sama setiap harinya.

7. Lakukan pengukuran BBT dengan menggunakan basal thermometer yang


dilakukan pagi hari segera sesaat setelah bangun tidur sebelum melakukan
aktifitas apapun (minum, makan, merokok, dll) selama 2-3 menit.

8. Mulailah mencatat pada hari pertama menstruasi/haid dan plot hasil


 pengukuran pada grafik BBT mulai dari kolom cycle day 1 sampai hari
 pertama menstruasi/haid berikutnya

9. Catat hasil pengukuran temperature di kolom temperature pada hari tersebut


dengan membuat titik ( o) temperature pada angka temperature yang sesuai
dengan hasil

10. Buatlah garis diantara setiap titik temperature yang dibuat

11. Tandai setiap kali melakukan hubungan seksual dengan melingkari titik
temperature pada hari tersebut

12. Cek juga mukus serviks pada hari yang sama saat pengukuran BBT setiap
harinya. Catat tipe –  tipe mukus serviks yang ditemukan, tuliskan pada kolom
cervical mucus type:

P = period

D = dry

S = sticky

E = egg-white
13. Tandai setiap kenaikan suhu temperature dengan tanda bintang. Kenaikan
tersebut dapat menandakan bahwa hari itu adalah masa subur/masa fertile,
hal ini harus disertai oleh tipe mukus serviks yang ditemukan adalah tipe
egg-white

14. Lakukanlah pengukuran BBT di setiap siklus menstruasi/haid jika ingin


mengetahui masa subur/masa fertile

15. Setelah memberi penjelasan, pastikan kembali bahwa pasien mengerti


 prosedur pemeriksaannya, kalau perlu pasien disuruh mengulangi apa yang
telah dokter sampaikan
DAFTAR PUSTAKA :
Basal Body Temperature (BBT) as an Indicator for Diagnosis and Evaluation in
Women’s Reproductive Health. 2017; 2: 238– 246 . wileyonlinelibrary.com/journal

Jordhan et al, 2014. Luteal phase defect: the sensitivit y and specificity of
diagnosis methods in common clinical use

Su et al, 2016, Detection of ovulation, a review of currently available methods

ACOG. 2015. Fertility awareness-based methods of family planning. American


College of Obstetricians and Gynecologists

B. FERN TEST
1. Definisi Fern Test
Pemeriksaan Fern (uji pakis)lendir serviks merupakan salah satu parameter
dalam evaluasi lendir serviks. Ferning   adalah pembentukan struktur seperti daun
 pakis mengacu pada derajat dan pola yang tampak jika lendir dikeringkan di atas
 permukaan kaca objek. Pembentukan struktur daun pakis pada lendir serviks salah
satunya ditentukan oleh konsentrasi NaCl. Sepanjang siklus menstruasi komponen
tersebut merupakan garam dengan persentase tertinggi. Konsentrasi garam tersebut
mencapai puncaknya pada saat ovulasi.

Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pada saat ovulasi,
 bentuk daun pakis akan lebih jelas terlihat apabila diambil sampel lender pada
waktu yang mendekati ovulasi, dimana struktur tersebut akan mengering menjadi
sebuah bentuk seperti daun pakis (tes fern). Sebelum dan sesudah ovulasi dan
selama kehamilan akan di temukan pola dengan ciri khas yang berbeda.Pada saat
terjadi ovulasi lender serviks akan menjadi sangat cair dan jernih sebaliknya akan
tampak kekuningan dan kental jika diperiksa pada saat tahapan pra ovulasi dan
 pasca ovulasi dari siklus haid.

Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan
menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola
 pakis yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas
estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks.

Gambar 1. Mukus serviks yang mengalamai kristalisasiberbentuk daun

atau fern(kepustakaan: Cunningham, FG. Williams Obstetric. 24 th edition.

United States, New York : McGraw-Hill Education; 2014. p. 48 -49, 168 )


2. Tujuan Pemeriksaan
a. Menilai aktivitas estrogen
Pemeriksaan fern merupakan sebuah metode sederhana untuk dapat menilai
ada atau tidaknya aktivitas dari estrogen. Terdapatnya infeksi serviks atau darah
 pada saat pemeriksaan fern akan menghambatkan pembentukan pola pakis yang
sempurna. Ditemukannya pola pakis yang sempurna selama pertengahan siklus
menstruasi menandakan aktivitas estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi
serviks.

 b. Menentukan ovulasi


Ovulasi dapat di tegakkan dengan cukup akurat pada wanita - wanita dengna
siklus menstruasi yang teratur. Tidak ditemukannya pola pakis pada mukus
serviks selama masa pra menstruasi menandakan aktivitas dari korpus luteum
yang menghasilkan progesteron. Satu apusan mukus serviks harus di ambil pada
saat pertengahan siklus menstruasi dan satu kali lagi pada saat sebelum
menstruasi untuk dapat dengan akurat menegakkan ovulasi.  Ferning atau pola
 pakis harus ditemukan pada saat pemeriksaan intermenstruasi dan menghilang
 pada saat sebelum menstruasi untuk dapat menegakkan terjadinya ovulasi pada
siklus tersebut.Tetapi karena karena banyaknya faktor yang terlibat dalam
gambaran dari pola pakis ini, maka pemeriksaan ini tidak dapat secara akurat
menentukan hari dimana ovulasi terjadi.

c. Menilai mukus serviks dan penetrasi sperma


Ditemukannya suatu pola pakis dengan bentuk yang sangat baik pada saat
 pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen dan kanal serviks
yang sehat, dimana keadaan tersebut memiliki daya penerimaan terhadap
 penetrasi sperma yang tinggi.Jika gambaran pola pakis yang sempurna tidak
ditemukan, dan hanya pola pakis yang tidak khas dengan unsur seluler yang
sangat jelas, dan subyek yang di periksa tidak mengalami endoservitis maka
terapi estrogen mungkin dapat di berikan pada subyek tersebut, tetapi
memberikan terapi estrogen hanya berdasarkan pada pemeriksaan apusan lendir
serviks tidak disarankan untuk di lakukan.

d. Insufisiensi Progesteron pada Plasenta


Pemeriksaan fern dapat di gunakan untuk menilai insufisiensi progesterone
 pada plasenta. Ditemukannya pola pakis ( Ferning ) pada masa awal kehamilan
mungkin menandakan perlunya terapi progesteron tambahan khususnya pada
 pasien - pasien dengan abrotus habitualis. Ketika pemeriksaan fern di gunakan
untuk tujuan diagnostik, maka perhatian yang sangat teliti harus dilakukan untuk
membedakan bentuk ferning  yang tidak khas dan bentuk ferning yang sempurna.
Beberapa peneliti juga telah mencoba untuk membuat sebuah derajat dari jenis
dan kuantitas ferning  mulai derajat 1 - 4, tergantung dari jumlah yang ditemukan
 pada saat pemeriksaan, dimana derajat I dan II merupakan gambaran ferning
tidak khas dan tidak bisa dijadikan sebagai alat diagnostik. Perbedaan tersebut
 bisa di lihat dengan menggunakan mirkoskop kekuatan tinggi dan rendah.
Dimana fokus akan mengalami perubahan pada ferning  yang tidak khas, dimana
latarnya akan tetap menjadi hitam dan batang serta cabangnya akan menjadi
 bercahaya. Pada ferning   yang sempurna, batang utama begitu juga dengan
cabangnya akan menjadi lebih gelap, sementara latarnya akan tetap jelas.

e. Menentukan kehamilan awal


Ditemukannya pola pakis yang sempurna dapat menyingkirkan diagnosis
dari kehamilan jika seorang wanita tidak mengalami haid pada periode tersebut.
Hasil tes fern yang positif menunjukkan terjadinya siklus anovulatorik pada
wanita tersebut. Penggunaan alfa estradiol dosis tinggi parenteral pada pasien
dengan iregularitas menstruasi dan siklus anovulatorik akan mempresipitasi
 pembentukan fern pada wanita - wanita yang tidak sedang hamil.
f. Memeriksa kebocoran cairan amnion
Ruptur membran amnion spontan merupakan suatu kejadian yang normal
terjadi pada saat persalinan. Ruptur yang terjadi sebelum onset persalinan di
sebut dengan ketuban pecah dini, dimana akan terjadi banyak komplikasi (2% -
20%) infeksi dan mortalitas setelah ruptur terjadi.12 Ketuban pecah dini dapat di
diagnosis dengan anamnesis yaitu terdapat riwayat pengeluaran cairan dari
vagina, dan di konfirmasi dengan pemeriksaan speculum. Pemeriksaan baku
emas yang tidak invasif untuk menentukan diagnosis ruptur, adalah :
1) Akumulasi cairan jernih pada fornix posterior di vagina atau kebocoran
cairan yang berasal dari ostium serviks
2) pH yang bersifat basa dari cairan yang dikeluarkan yang dapat di periksa
dengan menggunakan kertas lakmus yang akan mengubah warna kertas dari
kuning menjadi biru (tes nitrazine)
3) ditemukannya pembentukan pola pakis ( ferning  )   pada cairan yang
dikeluarkan oleh serviks pada saat dikeringkan.
Saat ini, pemeriksaan fern sebagian besar digunakan bersama  –   sama
dengan tes nitrazine untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini (KPD)
Tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang di laporkan dari pemeriksaan fern
adalah 51% dan 70%, pada pasien yang tidak sedang hamil sedangkan
sensitivitas dan spesifisitasnya akan meningkat menjadi 98% dan 88% pada
 pasien yang sedang hamil.
g. Sebagai evaluasi infertilitas
Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri
yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan
senggama teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi tetapi belum berhasil
memperoleh kehamilan.

Penyebab infertilitas dapat diklasifikasikan sebagai factor koitus laki-laki


(40%), cerviks (5%-10%), tuba uterina (30%) factor ovulasi (15-20%) dan
 peritoneal atau factor pelvik (40%).

Pemeriksaan dasar infertilitas merupakan hal yang sangat penting dalam


tatalaksana infertilitas. Dengan melakukan pemeriksaan dasar yang baik dan
lengkap, maka terapi dapat diberikan dengan cepat dan tepat, sehingga
 penderita infertilitas dapat terhindar dari keterlambatan tatalaksana infertilitas
yang dapat memperburuk prognosis dari pasangan suami istri tersebut.
Masalah utama yang terkait dengan fertilitas adalah gangguan fungsi
ovulasi.Dengan pengaruh kadar estrogen yang memicu ovulasi, lendir serviks
akan menjadi tipis, berair, asin dan elastis, ketiga kakrakteristik ini dapat di
evaluasi dengan tes fern.Terbentuknya pola  ferning   tergantung pada adanya
mucin, protein, dan kosentrasi elektrolit, semua elektrolit menghasilkan reaksi
 pembentukan ferning   maka jumlah elektrolit yang banyak akan memberikan
gambaran  ferning   yang lebih jelas, sepanjang siklus menstruasi natrium
terdapat dalam jumlah paling banyak 0.7% sehingga dalam lender serviks
natrium lebih dominan dalam pembentukan ferning .

3. Keterbatasan
a. Fern test ini hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah
terkualifikasi
 b. Hasil false positif: “ferning” bukan ciri spesifik cairan amnion, cairan lain
seperti darah, mukus servik, semen dan beberapa sampel urin juga ketika
kering dapat menimbulkan gambaran fern pada mikroskop.
c. Hasil false negatif: prolonged rupture membran ( >24 jam) atau ruptur
membran yang sedikit dapat menghasilkan false negatif.

CHECK LIST FERN TEST


 Nilai
 No Aspek Yang Dinilai
0 1 2 3

I. Persiapan

1 Memperkenalkan diri kepada pasien

2 Menjelaskan Tindakan yang akan dilakukan

- Dilakukan saat ovulasi atau hari ke 14 setelah hari


 pertama haid

3 Melakukan informed consent

4 Melakukan persiapan alat dan bahan

 Handscoon steril
 Spekulum Vagina
 Cotton swab steril
 Objek glass
 Mikroskop

II. Pelaksanaan

5 Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan

6 Memakai handscoon Steril secara aseptik (melepas cincin,


 jam, dll)
7 Meminta pasien untuk tenang dalam posisi ginekologi
(Litotomi)

8 Memilih speculum sesuai ukuran, menyalakan lampu


 penerangan

9 Membuka bibir vagina

10 Meminta pasien untuk mengambil nafas dalam


11 Memasukkan spekulum dalam keadaan tertutup dengan
tangan kanan

12 Menampilkan portio dengan membuka spekulum,


mengoreksi penerangan lampu (lampu sorot di belakang
 pemeriksa)

13 Menggerakkan spekulum ke atas dan ke bawah bila


 portio belum terlihat

14 Mengunci speculum

15 Mengambil sekret di bagian fornix posterior dengan lidi


kapas (cotton swab steril ).

16 Membuat apusan : mengoleskan secret yang ada


 pada lidi kapas ke kaca objek bersih dengan
membentuk sudut 45 satu kali usapan, diberi label
identitas pasien

17 Apusan basah dibiarkan mengering sekitar 5-10 menit


(CDC,2016)

Kriteria/syarat kering fern test

- Dikeringkan pada suhu ruangan minimal 10 menit


karena akan menambah sensitivitas untuk mendeteksi
ferning (University of California, San Fransisco. Point
of Care Testing. 2009)
- Dikeringkan sempurna di suhu ruangan. Rekomendasi
waktu pengeringan 10 menit (Johns Hopkins Medical
Institution. 2002)

Harus menunggu kering karena pada saat basah


kristalisasi NaCl yang membentuk gambaran pakis tidak
akan terlihat sehingga harus ditunggu hingga kering
(FDA, 2014 dan Introduction & FAQ for Ferning to
 predict Ovulation and pregnancy, 2014)
18 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup
yang terkunci

19 Meletakkan spekulum pada tempatnya (larutan klorin)

20 Membersihkan vulva dengan desinfektan

21 Mengamati apusan dengan mikroskop menggunakan


 perbesaran 40x

22 Menilai apusan dengan melihat adanya gambaran daun


 pakis

0=tidak ada kristal,

1=bentuk tidak khas,

2=ada cabang pertama dan kedua dan

3=ada cabang ketiga dan keempat.


23 Memberi penjelasan pada pasien tentang hasil
 pemeriksaan

Sensitivitas fern test 99%, spesifisitas 72%

DAFTAR PUSTAKA

Department of Laboratory Medicine San Francisco General Hospital. 2009. Fern


Test. In Point of Care Testing October 2009 pg 1-4

Cunningham, FG. Williams Obstetric. 24th edition. United States, New York :


McGraw-Hill Education; 2014. p. 48-49, 168

Hamill T. Fern Test Examination of Amniotic Fluid by Microscopy. UCSF


Medical Center Laboratory Medicine. 2013. P.1

(AG, Neubert. Et al. 2013. Diagnosing rupture of membranes using combination


monoclonal/polyclonal immunologic protein detection)
CDC, 2016, Provider Performed Microscopy Procedures

C. LH SURGE
Sebagai seorang wanita yang akan mendekati masa ovulasi, tubuhnya
menghasilkan peningkatan jumlah hormon yang disebut estrogen, yang
menyebabkan lapisan rahimnya menebal dan membantu menciptakan lingkungan
yang ramah bagi sperma. Tingkat estrogen tinggi ini memicu peningkatan hormon
lain yang disebut luteinizing hormone (LH) secara tiba-tiba. Lonjakan LH ini
menyebabkan pelepasan telur matang dari indung telurnya - ini adalah ovulasi.
Ovulasi biasanya terjadi 24 sampai 48 jam setelah lonjakan LH, oleh karena itu
lonjakan LH merupakan prediktor yang baik untuk menilai puncak kesuburan.

A. Siapa saja yang menggunakan tes LH surge ?

- Pasangan yang ingin memiliki/menunda memiliki anak (untuk


mengetahui waktu konsepsi yang tepat)
B. Dapat dilakukan hari ke 10-11 dihitung dari hari pertama menstruasi ata u 4
hari yang diperkirakan terjadinya ovulasi.

C. Hasil positif menandakan akan terjadi ovulasi dalam 48 jam. Jika ingin
hamil, maka dapat melakukan sexual intercourse 2 hari sebelum ovulasi
hingga terjadinya ovulasi.

D. Test sebaiknya dikerjakan 2 kali sehari. Waktu pemeriksaan yang baik


adalah antara: jam 11 pagi - 3 sore - 5 sore - 10 malam. Lakukan
 pemeriksaan pada jam yang sama setiap hari.

E. Mengetahui siklus terakhir menstruasi terakhir untuk mengetahui perkiraan


ovulasi selanjutnya

F. Sensitivitas dan spesivitas LH surge


G. Checklist LH surge
No Tindakan Dilakukan

Ya Tidak

1 Salam, perkenalan diri

2 Informed consent

3 Anamnesis :
1.  Nama, alamat, usia, status pernikahan
2. Keluhan (ingin memiliki anak atau menunda memiliki
anak)
3. Siklus haid teratur atau tidak
4. Hari pertama haid terakhir pasien
4 Tunjukkan alat yang digunakan untuk mengetes kenaikan LH

5 Buka kemasan ovulation LH test strip.

6 Beritahukan pada pasien bahwa LH test strip akan digunakan untuk


mengetes kadar hormon yang ada dalam urin sehingga memerlukan
wadah untuk tampung urin

7 Posisikan LH test strip dengan garis hitam dibagian bawah, lalu celupkan
LH test strip ke dalam wadah tampung urine selama 30 detik. Jangan
sampai urine melebihi garis hitam / batas maksimal.
7 Ambil LH test strip lalu letakkan di tempat yang permukannya rata dan
tunggu selama 10 menit.

8 Setelah itu di chek apabila ada 2 garis strip dikatakan hasil positive
dan apabila ada 1 garis strip dikatakan hasil negative.

9 Edukasi kan pula jika :


- Tanda 2 garis atau positif menandakan bahwa pasien sedang ada
dalam masa subur yang artinya jika pasien ingin memiliki anak
(hamil), maka pasien dapat melakukan konsepsi pada 24 jam
atau 48 jam setelah dilakukannya tes LH surge
- Tanda 1 garis atau negatif menandakan bahwa pasien sedang
tidak dalam masa subur

Sumber:

Jordhan et al, 2014. Luteal phase defect: the sensitivity and specificity of diagnosis
methods in common clinical use

Su, et al. 2016. Detection of ovulation, a review of currently available methods.


Bioenginering & Translational Medicine. Pp: 238-246

D.KONSELING PRA NIKAH

A. Populasi

1. Pasangan yang akan menikah


2. Pasangan yang baru menikah

3. Individu yang membutuhkan

B. Fungsi

1. Konseling medis

Tujuannya untuk mendiagnosis:

a. STD pada pasangan


b. Mengetahui faktor risiko pada kehamilan

 Penyakit kronis

c. Fungsi reproduksi

 Perempuan   myoma, genital hipoplasia, anovulasi, gangguan haid,

hirsutism

 Laki-laki  undesensus testis, varikokel, azoospermia, gangguan fisik

2. Konseling genetic

a. Tujuan: Skrining individu dengan risiko tinggi mendapatkan anak dengan

gangguan genetik

b. Indikasi

 Usia > 35 th  Down synd 1:2000 usia 20 th, 1:500 usia 40, dan 1 : 32 diusia

45 th

 Menikah dengan sepupu pertama

 AbN kromosom pada pasangan

 Riwayat keluarga dengan gangguan genetik

 Ethnic

• Black : sickel cell anemia, Mediterania : B thalasemia, G6PD def

 Riwayat pregnancy loss di pernikahan sebelumnya

3. Konseling KB

a. Tujuan

 Menghindari kehamilan pada remaja

 Menghindari induksi aborsi bukan indikasi medis

 Menghindari unwanted birth

b. Menjelaskan

 Uncontrolled fertility
 HRP (usia muda, jarak terlalu dekat)

c. Metode

 Alami

 Barier  IUD

 Hormonal  pil, suntik, implan

d. Kontrasepsi emergensi

4. Konseling nutrisi

a. BMI  fertilitas

b. Eating habits

 Puasa berlebihan, Pica, gangguan makan, mega vitamin

c. Asam folat prekonsepsi

5. Sex education

a. Diberikan sesuai usia

 Daerah sensitif

 Hubungan seks yang sehat

 Komunikasi untuk mencegah ketidaknyamanan pernikahan

 Pencegahan STD

 Menjawab pertanyaan seputar issue seks

C. Penjelasan Mengenai Penyakit

1. Diabetes Melitus

Diabetes adalah prototipe dari suatu penyakit yang mendapatkan manfaat


dan konseling prakonsepsi. The American College of Obstetricioans and
Gynecologists menyimpulkan bahwa konseling prakonsepsi untuk wanita dengan
diabetes melitus pragestasi bermanfaat dan cost effective serta harus dianjurkan.
Dari American Diabetes Association menyatakan bahwa tujuan prakonsepsi adalah
mencapai kadar hemoglobin A terendah tanpa menyebabkan resiko hipoglikemia
yang tak perlu pada ibu

2. Epilepsi
Wanita dengan epilepsi dua sampai tiga kali lebih besar kemungkinannya
melahirkan bayi dengan anomali struktural daripada mereka yang tidak
mengidapnya. Janin yang terpajan satu obat, secara bermakna, lebih sedikit
mengalami malformasi dibandingkan dengan mereka yang terpajan dua atau lebih
obat.

Konseling prakonsepsi biasanya mencakup upaya untuk mencapai kontrol


dengan monoterapi dan dengan obat yang dianggap paling kurang
teratogenik.American Academy of Neurology menganjurkan pertimbangan untuk
menghentikan obat antikejang pada wanita tertentu, termasuk mereka yang :

1. Telah bebas kejang selama 2 sampai 5 tahun


2. Mengidap satu tipe kejang

3. Memperlihatkan hasil pemeriksaan neurologis dan intelegensia yang normal

4. Memperlihatkan elektroensefalogram yang telah mengalami normalisasi

dengan pengobatan

Wanita epilepsi juga dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen asam folat.


Risiko kelainan kongenital pada janin yang terpajan karbamazepin, fenobarbital,
fenitoin, dan primidon berkurang, tetapi tidak hilang dengan pemberian suplemen
asam folat.

3. Penyakit Kronik Lain

Konseling prakonsepsi yang dilakukan pada penderita hipertensi, penyakit


ginjal, penyakit tiroid, asma, atau penyakit jantung memperlihatkan hasil akhir yang
secara bermakna lebih baik daripada kehamilan sebelumnya. 80% ibu yang
menjalani konseling prakonsepsi dapat melahirkan bayi normal.

4. Cacat Tabung Saraf (CTS)/Spina Bifida

Insiden kelainan ini adalah 1 sampai 2 per 1000 kelahiran hidup, dan
 penyakit golongan ini menempati posisi kedua dibawah anomali jantung sebagai
 penyebab tersering malformasi struktural janin tersering. Sebagian dari CTS, serta
cacat jantung kongenital, berkaitan dengan mutasi spesifik di gen metilen
tetrahidrofolat reduktase. Sebagian besar dari efek merugikan ini tampaknya dapat
diatasi dengan pemberian suplemen asam folat perikonsepsi . Meskipun perannya
masih diperdebatkan, kadar vitamin B12 yang rendah pada masa perikonsepsi, juga
dapat meningkatkan resiko cacat tabung saraf.

Meskipun jelas bermanfaat, dalam tahun-tahun terakhir ini hanya 40-50%


wanita yang mendapat suplementasi asam folat selama periode perikonsepsi. Untuk
meningkatkan jumlah wanita yang mendapat suplementasi, maka konsultasi
sebelum konsepsi pada tugas kesehatan menjadi sangat penting.

5. Fenilketonuria (PKU)

Penyakit metabolisme fenilalanin yang diturunkan ini adalah suatu contoh


 penyakit dengan janin tidak beresiko mewarisi penyakit, tetapi dapat mengalami
kerusakan akibat penyakit pada ibunya. Secara spesifik, orang dengan PKU yang
makan tanpa batasan akan mengalami peningkatan abnormal kadar fenilalanin
darah. Asam amino ini (fenilalanin) mudah melewati plasenta dan dapat merusak
organ-organ janin organ yang sedang terbentuk, terutama jaringan saraf dan
 jantung. Dengan konseling prakonsepsi yang sesuai dan kepatuhan terhadap diet
rendah fenilalanin sebelum kehamilan, insiden malformasi janin dapat dikurangi
secara drastis

Makanan yang tidak diperbolehkan:

 Semua daging seperti: daging sapi, domba, babi, ham, bacon, ayam, ikan dan produk

ikan, daging organ (hati, jantung, ginjal), dll.

 Telur

 Semua produk susu termasuk: keju cottage, keju, susu, yogurt, es krim, puding, dll.

 Kacang dan biji-bijian

 Kacang polong

 Roti, kue, dan biskuit (yang dibuat dengan ragi dan/atau gluten)

 Makanan kedelai seperti TVP (pengganti daging)

 Setiap makanan mengandung aspartam seperti: soda, selai, lemonades, dll.

Makanan yang dibatasi (harus ditimbang pada jumlah yang diberikan): Setiap
 jumlah yang ditimbang menyediakan 50 mg fenilalanin.
Makanan: Jumlah yang diijinkan:

 Keripik kentang 30 gr

 Kentang: rebus, tumbuk, panggang, dll 80 gr

 Brokoli 30 gr

 Kacang polong: segar, beku, dll 25 gr

 Bayam: direbus, dikukus, dll 25 gr

 Jagung 55 gr

 Sereal 10-20 gr

 Beras putih atau coklat 45 gr

 Makanan Kerupuk dan Makanan Ringan Bervariasi

 Kue dan makanan penutup Bervariasi

6. Talasemia

Penyakit gangguan sintesis rantai globin ini adalah penyakit gen tunggal
tersering di seluruh dunia. Di daerah endemic seperti Negara-negara Mediteranea
dan Asia Tenggara, konseling dan strategi pencegahan lain telah mengurangi paling
tidak sebesar 80% insiden kasus baru. The American College of Obstetricians and
Gynecologist merekomendasikan bahwa orang yang memiliki riwayat talasemia
dalam silsilah keluarganya dianjurkan untuk menjalani uji penapisan karier agar
mereka dapat membuat keputusan setelah mendapat penjelasan yang memadai
(informed decision) mengenai reproduksi dan diagnosis prenatal. Diagnosis genetic
 periimplantasi untuk talasemia dapat dilakukan untuk pasien tertentu. Dalam
 beberapa tahun setelah program prakonsepsi dimulai, semua pasangan beresiko
tinggi yang meminta pemeriksaan diagnosis prenatal telah mendapat konseling, dan
tidak ada anak cacat yang lahir selama waktu ini.
D. Check List Konseling Prakonsepsi

 No Aspek yang dinilai Nilai


1 Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
2 Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan,
status)
3 Menanyakan tujuan pasien datang ke pelayanan kesehatan
4 Menggali informasi yang terkait riwayat pribadi dan keluarga
 Riwayat medis pasien

 Penyakit genetik di keluarga

 Riwayat reproduksi ( infertilitas, hasil kehamilan yang abnormal,

abortus, kehamilan ektopik, riwayat kematian janin berulang,

riwayat melahirkan bayi meninggal, penyulit obstetric lainnya

seperti preeklamsi, abrupsio plasenta dan persalinan kurang

bulan)

 Riwayat haid

 Riwayat KB

5 Menggali informasi untuk konseling genetik


 Remaja lebih besar kemungkinan mengalami anemia, dan

beresiko tinggi memiliki bayi dengan hambatan pertumbuhan,

persalinan kurang bulan.

 Kehamilan setelah usia 35 tahun terjadi peningkatan resiko

obstetrik serta morbiditas dan mortalitas perinatal


 Kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol

a. 4 pertanyaan TACE/ toleransi terhadap alcohol,

terganggu (annoyed) oleh komentar mengenai

kebiasaan minum mereka, mengurangi ( cut down),

riwayat minum minuman berakohol pada pagi hari ( eye-

opener)

b. Perokok: tawari untuk program prakehamilan untuk

menghentikan kebiasaan merokok

 Pajanan lingkungan (mekuri, bakteri, bahan kimia)

6 Menggali informasi yang terkait gaya hidup


 Mengukur BB, TB, IMT

 KIE untuk meningkatkan asupan kalori sebesar 400 kkal/hari,

menganjurkan konsumsi asam folat. Remaja obesitas tidak perlu

tambahan kalori.

7 Konseling resiko penyakit


 Penyakit pada ibu yang akan hamil (wanita usia subur)

Tuba fallopi abnormal, mullerian abnormalities, cervical

abnormalities, uterine abnormalities, vaginitis, diabetes, asma,

epilepsy, hipertensi, thyroid disease, penyakit menular seksual

 Penyakit pada ibu hamil:

Abortus, hipertensi gravidarum, preeklamsia, anemia, vitium

cordis, solusio placenta, placenta previa, multiple pregnancy,

gangguan psikiatri

 Penyakit pada ibu melahirkan:

Retensio placenta, atonia uteri, rupture uteri, distosia,

hidramnion, gangguan psikiatri

8. Edukasi senggama yang benar dalam Islam


 Diawali dengan komunikasi atau cumbuan (Nabi

Muhammad,SAW. Jabir bin Abdullah berkata : “Rasulullah

melarang berhubungan seksual sebelum melakukan cumbuan

terlebih dahulu”
 Berdo'a ketika hendak bergaul (Bersetubuh) seperti do'a yang
telah dianjurkan oleh RasulullahMuhammad saw.

    :   

      : 
: ((       ,
:
 
  ,    
,  
 )).
Artinya : Dari ibn ‘Abbas ra. Berkata, Nabi saw bersabda:
 sekiranya salah seorang mereka ingin mendatangi keluarganya
(yakni istrinya), hendaknya berdo’a: “Dengan Nama Allah, Ya
 Allah, jauhkan kami dari setan dan jauhkan setan terhadap apa
 saja yang Engkau berikan pada kami.” Sesungguhnya jika ia
ditakdirkan mendapatkan anak pada saat itu, maka setan tidak
bisa mengganggunya.” 18
 Hendaknya menutup tubuh ketika bersetubuh, dimaksudkan
untuk mengingat manusia bahwasanya di antara mereka ada
makhluk Allah yang tidak tampak oleh mata manusia, seperti
malaikat, jin, dan setan.
 Bersikap lembut dan bersenda gurau ketika bersetubuh, Islam
tidak membenarkan terjadinya hubungan seksual tanpa adanya
senda gurau dan cumbu rayu terlebih dahulu
 Menjaga kebersihan, penampilan, dan keharuman anggota tubuh,
Islam
tidak hanya menuntunkan untuk memelihara kesucian jiwa dan
akal,
tetapi juga dalam hal kesucian dan penampilan lahiriah.
 Islam tidak menentukan suatu jenis hubungan seksual

tertentu asalkan dilakukan pada kemaluan

9. Konseling kehidupan seksual dalam Islam


 Islam menganjurkan pasangan tidak sampai mempraktekkan

seks ala binatang, melainkan seks yang memanusiakan setiap

pasangan
 Islam tidak memperbolehkan berganti-ganti pasangan

 Islam melarang berzina (hubungan seksual di lluar perkawinan)

 Dilarang menggauli istrinya melalui dubur 


 Tidak diperbolehkan menggauli istri ketika haid
 Istri dilarang menolak ajakan suami untuk bersenggama
 Larangan menceritakan pengalaman senggama

10. Menggali informasi terkait pola hidup sehat


 Menjaga kebersihan diri (cuci tangan sebelum makan, mandi

minimal 2 kali sehari)

 Menjaga berat badan yang seimbang

 Melakukan aktivitas fisik secara teratur (minimal 2 kali

seminggu, masing-masing 75 menit)

 Menjaga pola tidur (durasi tidur selama 7-8 jam, pukul 21.00-

04.00)

 Menjaga pola makan (memperhatikan jumlah asupan gula,

lemak, garam, jenis makanan yaitu 55-65% karbohidrat, 10-15%

protein, 25-35% lemak, jumlah makanan yang dikonsumsi dan

 jadwal makan)

 Menghindari merokok, minuman beralkohol, m engkonsumsi

 junkfood

 Menajemen stress, manajemen waktu dengan baik

 Melakukan medical check up secara teratur

 Menjaga kebersihan sumber air (air minum, air keran untuk

aktivitas)

11. Menggali informasi terkait pola sex yang sehat


 Rajin membersihkan diri dan menggunakan wewangian

 Adanya foreplay diawal

 Terbuka kepada pasangan (komunikasi yang baik)

 Tidak memaksakan diri pada pasangan

 Tidak bergonta-ganti pasangan

 Berhubungan suami istri sebanyak 2 kali dalam seminggu


12 Konseling KB
 Metode sederhana  senggama terputus, pantang berkala,

kondom, diagfragma, cervical cap

 Kontrasepsi hormonal  pil KB, suntik KB

 Alat kontrasepsi bawah kulit

 Intra uterine device  IUD/AKDR

 Kontrasepsi mantap

 Vasektomi (MOP)

 Tubektomi (MOW)

Sumber:

Leveno, KJ., Cunningham, FG., Gant, NF., Alexander, Jm., Bloom, SL., Casey,
BM., Dashe, JS., Shffied, JS. Dan Yost, NP., 2009,
ObstetriWlliamsPanduanRingkas, Jakarta: EGC

Utah Department of Health, PKU list of foods,


health.utah.gov/nsp/Disorders/MSMS/AA/PKU/ DietListFoods_PKU_En.pdf

Anda mungkin juga menyukai