Anda di halaman 1dari 16

TUGAS SKILL

Oleh :

Fihkri Baroq Kholilillah

201610330311115

SKILL 5

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2019
A. BASAL BODY TEMPERATURE (BBT) TEST
Basal body temperature (BBT) merupakan suhu terendah yang dicapai oleh tubuh
selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan
pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apapun.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu
basal tubuh diukur dengan menggunakan termometer basal oral. Selama fase folikuler
dalam siklus menstruasi, umumnya BBT akan berada pada rentang 97-98.08 °F (36-
36,7°C) sampai kurang lebih 1 hari sebelum terjadinya ovulasi. Saat ovulasi, corpus luteum
mulai menghasilkan hormon progesteron. BBT akan meningkat 0.5 °C. Pada fase luteal
akhir, ketika corpus luteal mengalami regresi dan hormon progesteron mulai menurun,
BBT akan kembali ke rentang yang rendah sampai 1-2 hari sebelum menstruasi. Setelah
dilakukan pengukuran hasil dicatat dalam lembar grafik suhu basal tubuh dengan jarak suhu
0,1ºC, setiap hari (grafik bisa dibuat di atas kertas millimeter blok). Grafik ini akan
memberikan Anda pola perubahan suhu tubuh saat terjadi ovulasi/masa subur. Setiap orang
polanya berbeda-beda: Ada yang mengalami lonjakan suhu secara tiba-tiba, ada yang naik
secara bertahap.

Sensivitas dan spesifitas BBT


Fisiologi Menstruasi

CHECKLIST PENGUKURAN BODY BASAL TEMPERATURE (BBT)

No. Aspek yang dinilai Nilai

1. Salam dan memperkenalkan diri ke pasien 0 1 2

2. Mempersiapkan alat

3. Menjelaskan tentang prosedur, tujuan pemeriksaan dan proses pemeriksaan

4. Menjelaskan cara penggunaan alat (termometer oral) mulai meghidupkan, menggunakan dan
mematikan alatnya.

5. Menyiapkan grafik BBT yang akan digunakan untuk mencatat hasil pengukuran suhu

6. Tuliskan hari, tanggal dan jam setiap saat melakukan pengukuran BBT. Lakukan pengukuran pada
waktu yang sama setiap harinya.

7. Lakukan pengukuran BBT dengan menggunakan basal thermometer yang dilakukan pagi hari segera
sesaat setelah bangun tidur sebelum melakukan aktifitas apapun (minum, makan, merokok, dll) selama
2-3 menit.

8. Mulailah mencatat pada hari pertama menstruasi/haid dan plot hasil pengukuran pada grafik BBT
mulai dari kolom cycle day 1 sampai hari pertama menstruasi/haid berikutnya

9. Catat hasil pengukuran temperature di kolom temperature pada hari tersebut dengan membuat titik (o)
temperature pada angka temperature yang sesuai dengan hasil

10. Buatlah garis diantara setiap titik temperature yang dibuat

11. Tandai setiap kali melakukan hubungan seksual dengan melingkari titik temperature pada hari tersebut

12. Cek juga mukus serviks pada hari yang sama saat pengukuran BBT setiap harinya. Catat tipe – tipe
mukus serviks yang ditemukan, tuliskan pada kolom cervical mucus type:

P = period

D = dry

S = sticky
E = egg-white

13. Tandai setiap kenaikan suhu temperature dengan tanda bintang. Kenaikan tersebut dapat menandakan
bahwa hari itu adalah masa subur/masa fertile, hal ini harus disertai oleh tipe mukus serviks yang
ditemukan adalah tipe egg-white

14. Lakukanlah pengukuran BBT di setiap siklus menstruasi/haid jika ingin mengetahui masa subur/masa
fertile

15. Setelah memberi penjelasan, pastikan kembali bahwa pasien mengerti prosedur pemeriksaannya,
kalau perlu pasien disuruh mengulangi apa yang telah dokter sampaikan

DAFTAR PUSTAKA :
Basal Body Temperature (BBT) as an Indicator for Diagnosis and Evaluation in Women’s Reproductive Health.
2017; 2: 238–246 . wileyonlinelibrary.com/journal

Jordhan et al, 2014. Luteal phase defect: the sensitivity and specificity of diagnosis methods in common clinical
use

Su et al, 2016, Detection of ovulation, a review of currently available methods


B. FERN TEST
1. Definisi Fern Test
Pemeriksaan Fern (uji pakis)lendir serviks merupakan salah satu parameter dalam
evaluasi lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur seperti daun pakis mengacu
pada derajat dan pola yang tampak jika lendir dikeringkan di atas permukaan kaca objek.
Pembentukan struktur daun pakis pada lendir serviks salah satunya ditentukan oleh
konsentrasi NaCl. Sepanjang siklus menstruasi komponen tersebut merupakan garam
dengan persentase tertinggi. Konsentrasi garam tersebut mencapai puncaknya pada saat
ovulasi.

Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pada saat ovulasi, bentuk
daun pakis akan lebih jelas terlihat apabila diambil sampel lender pada waktu yang
mendekati ovulasi, dimana struktur tersebut akan mengering menjadi sebuah bentuk seperti
daun pakis (tes fern). Sebelum dan sesudah ovulasi dan selama kehamilan akan di temukan
pola dengan ciri khas yang berbeda.Pada saat terjadi ovulasi lender serviks akan menjadi
sangat cair dan jernih sebaliknya akan tampak kekuningan dan kental jika diperiksa pada
saat tahapan pra ovulasi dan pasca ovulasi dari siklus haid.

Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan
menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola pakis yang
sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen yang baik
dan tidak terdapat infeksi serviks.

Gambar 1. Mukus serviks yang mengalamai kristalisasiberbentuk daun

atau fern(kepustakaan: Cunningham, FG. Williams Obstetric. 24 th edition.

United States, New York : McGraw-Hill Education; 2014. p. 48-49, 168)

2. Tujuan Pemeriksaan
a. Menilai aktivitas estrogen
Pemeriksaan fern merupakan sebuah metode sederhana untuk dapat menilai ada
atau tidaknya aktivitas dari estrogen. Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat
pemeriksaan fern akan menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna.
Ditemukannya pola pakis yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi
menandakan aktivitas estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks.

b. Menentukan ovulasi
Ovulasi dapat di tegakkan dengan cukup akurat pada wanita - wanita dengan siklus
menstruasi yang teratur. Tidak ditemukannya pola pakis pada mukus serviks selama
masa pra menstruasi menandakan aktivitas dari korpus luteum yang menghasilkan
progesteron. Satu apusan mukus serviks harus di ambil pada saat pertengahan siklus
menstruasi dan satu kali lagi pada saat sebelum menstruasi untuk dapat dengan akurat
menegakkan ovulasi. Ferning atau pola pakis harus ditemukan pada saat pemeriksaan
intermenstruasi dan menghilang pada saat sebelum menstruasi untuk dapat menegakkan
terjadinya ovulasi pada siklus tersebut.Tetapi karena karena banyaknya faktor yang
terlibat dalam gambaran dari pola pakis ini, maka pemeriksaan ini tidak dapat secara
akurat menentukan hari dimana ovulasi terjadi.

c. Menilai mukus serviks dan penetrasi sperma


Ditemukannya suatu pola pakis dengan bentuk yang sangat baik pada saat
pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen dan kanal serviks yang
sehat, dimana keadaan tersebut memiliki daya penerimaan terhadap penetrasi sperma
yang tinggi. Jika gambaran pola pakis yang sempurna tidak ditemukan, dan hanya pola
pakis yang tidak khas dengan unsur seluler yang sangat jelas, dan subyek yang di periksa
tidak mengalami endoservitis maka terapi estrogen mungkin dapat di berikan pada
subyek tersebut, tetapi memberikan terapi estrogen hanya berdasarkan pada
pemeriksaan apusan lendir serviks tidak disarankan untuk di lakukan.

d. Menentukan kehamilan awal


Ditemukannya pola pakis yang sempurna dapat menyingkirkan diagnosis dari
kehamilan jika seorang wanita tidak mengalami haid pada periode tersebut. Hasil tes
fern yang positif menunjukkan terjadinya siklus anovulatorik pada wanita tersebut.
Penggunaan alfa estradiol dosis tinggi parenteral pada pasien dengan iregularitas
menstruasi dan siklus anovulatorik akan mempresipitasi pembentukan fern pada wanita
- wanita yang tidak sedang hamil.
a. Fern test ini hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terkualifikasi
b. Hasil false positif: “ferning” bukan ciri spesifik cairan amnion, cairan lain seperti
darah, mukus servik, semen dan beberapa sampel urin juga ketika kering dapat
menimbulkan gambaran fern pada mikroskop.
c. Hasil false negatif: prolonged rupture membran ( >24 jam) atau ruptur membran
yang sedikit dapat menghasilkan false negatif.

CHECK LIST FERN TEST


Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2 3

I. Persiapan

1 Memperkenalkan diri kepada pasien

2 Menjelaskan Tindakan yang akan dilakukan

- Dilakukan saat ovulasi atau hari ke 14 setelah hari pertama haid

3 Melakukan informed consent

4 Melakukan persiapan alat dan bahan

 Handscoon steril
 Spekulum Vagina
 Cotton swab steril
 Objek glass
 Mikroskop

II. Pelaksanaan

5 Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan


6 Memakai handscoon Steril secara aseptik (melepas cincin, jam, dll)

7 Meminta pasien untuk tenang dalam posisi ginekologi (Litotomi)

8 Memilih speculum sesuai ukuran, menyalakan lampu penerangan

9 Membuka bibir vagina

10 Meminta pasien untuk mengambil nafas dalam

11 Memasukkan spekulum dalam keadaan tertutup dengan tangan kanan

12 Menampilkan portio dengan membuka spekulum, mengoreksi


penerangan lampu (lampu sorot di belakang pemeriksa)

13 Menggerakkan spekulum ke atas dan ke bawah bila portio belum terlihat

14 Mengunci speculum

15 Mengambil sekret di bagian fornix posterior dengan lidi kapas (cotton swab
steril).

16 Membuat apusan : mengoleskan secret yang ada pada lidi kapas ke


kaca objek bersih dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan, diberi label
identitas pasien

17 Apusan basah dibiarkan mengering sekitar 5-10 menit (CDC,2016)

Kriteria/syarat kering fern test

- Dikeringkan pada suhu ruangan minimal 10 menit karena akan


menambah sensitivitas untuk mendeteksi ferning (University of
California, San Fransisco. Point of Care Testing. 2009)
- Dikeringkan sempurna di suhu ruangan. Rekomendasi waktu
pengeringan 10 menit (Johns Hopkins Medical Institution. 2002)

Harus menunggu kering karena pada saat basah kristalisasi NaCl yang
membentuk gambaran pakis tidak akan terlihat sehingga harus ditunggu hingga
kering (FDA, 2014 dan Introduction & FAQ for Ferning to predict Ovulation
and pregnancy, 2014)

18 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci

19 Meletakkan spekulum pada tempatnya (larutan klorin)

20 Membersihkan vulva dengan desinfektan

21 Mengamati apusan dengan mikroskop menggunakan perbesaran 40x

22 Menilai apusan dengan melihat adanya gambaran daun pakis


0=tidak ada kristal,

1=bentuk tidak khas,

2=ada cabang pertama dan kedua dan

3=ada cabang ketiga dan keempat.

23 Memberi penjelasan pada pasien tentang hasil pemeriksaan

Sensitivitas fern test 99%, spesifisitas 72%

C. PEMERIKSAAN LENDIR SERVIKS


Metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn
Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan kemudian menyebar ke
seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat, sehingga dapat diterima oleh
pasangan taat agama dan budaya yang berpantang dengan kontrasepsi modern.

Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.

Esensi Metode Mukosa Serviks

Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel sekretori
serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:

1. Molekul lendir.
2. Air.
3. Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).

Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh sel-
sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap adanya
lendir pada masa subur/ovulasi.

Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada saat
menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita sedang berdiri
atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup
12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan
menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.

Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:

1. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.


2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.

Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan
pola kesuburan dan pola ketidaksuburan. Pola Subur adalah pola yang terus berubah,
sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola
ini mengikuti hormon yang mengontrol kelangsungan hidup sperma dan
konsepsi/pembuahan. Dengan demikian akan memberikan informasi yang bisa diandalkan
untuk mendapatkan atau menunda kehamilan.
Manfaat

Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan berpantang
senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi wanita yang
menginginkan kehamilan.

Efektifitas

Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat, pemahaman
yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks, serta motivasi
dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode
mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga
mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini digunakan
dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen.

Kelebihan

Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:

1. Mudah digunakan.
2. Tidak memerlukan biaya.
3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang
mengamati tanda-tanda kesuburan.

Keterbatasan

Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki
keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:

1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi
lain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.

Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks

Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:

1. Menyusui.
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
4. Perimenopause.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6. Spermisida.
7. Infeksi penyakit menular seksual.
8. Terkena vaginitis.

Instruksi Kepada Pengguna/Klien

Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut:


1. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina.
Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya.
2. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan
kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
3. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar ketidaksuburan.
4. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu siklus.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan maupun pola
dasar tidak subur.
5. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama tergolong aman
pada dua hari setelah menstruasi.
6. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang bersenggama).
Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak subur.
7. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini merupakan
hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
8. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini untuk
menghindari terjadinya pembuahan.
9. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari subur
sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya.

Contoh Kode yang Dipakai untuk Mencatat Kesuburan

Pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid).


Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering.
Gambar suatu tanda L dalam lingkaran atau biarkan kosong untuk memperlihatkan lendir
subur yang basah, jernih, licin dan mulur.
Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur yang kental, putih,
keruh dan lengket.

D. KONSELING PRA NIKAH


A. Populasi
1. Pasangan yang akan menikah
2. Pasangan yang baru menikah
3. Individu yang membutuhkan

B. Fungsi
1. Konseling medis
Tujuannya untuk mendiagnosis:

a. STD pada pasangan


b. Mengetahui faktor risiko pada kehamilan
 Penyakit kronis
c. Fungsi reproduksi
 Perempuan  myoma, genital hipoplasia, anovulasi, gangguan haid, hirsutism
 Laki-laki  undesensus testis, varikokel, azoospermia, gangguan fisik
2. Konseling genetic
a. Tujuan: Skrining individu dengan risiko tinggi mendapatkan anak dengan
gangguan genetik
b. Indikasi
 Usia > 35 th  Down synd 1:2000 usia 20 th, 1:500 usia 40, dan 1 : 32 diusia 45 th
 Menikah dengan sepupu pertama
 AbN kromosom pada pasangan
 Riwayat keluarga dengan gangguan genetik
 Ethnic
• Black : sickel cell anemia, Mediterania : B thalasemia, G6PD def
 Riwayat pregnancy loss di pernikahan sebelumnya
3. Konseling KB
a. Tujuan
 Menghindari kehamilan pada remaja
 Menghindari induksi aborsi bukan indikasi medis
 Menghindari unwanted birth
b. Menjelaskan
 Uncontrolled fertility
 HRP (usia muda, jarak terlalu dekat)
c. Metode
 Alami
 Barier  IUD
 Hormonal  pil, suntik, implan
d. Kontrasepsi emergensi
4. Konseling nutrisi
a. BMI  fertilitas
b. Eating habits
 Puasa berlebihan, Pica, gangguan makan, mega vitamin
c. Asam folat prekonsepsi
5. Sex education
a. Diberikan sesuai usia
 Daerah sensitif
 Hubungan seks yang sehat
 Komunikasi untuk mencegah ketidaknyamanan pernikahan
 Pencegahan STD
 Menjawab pertanyaan seputar issue seks

C. Penjelasan Mengenai Penyakit

1. Diabetes Melitus

Diabetes adalah prototipe dari suatu penyakit yang mendapatkan manfaat dan
konseling prakonsepsi. The American College of Obstetricioans and Gynecologists
menyimpulkan bahwa konseling prakonsepsi untuk wanita dengan diabetes melitus
pragestasi bermanfaat dan cost effective serta harus dianjurkan. Dari American Diabetes
Association menyatakan bahwa tujuan prakonsepsi adalah mencapai kadar hemoglobin A
terendah tanpa menyebabkan resiko hipoglikemia yang tak perlu pada ibu

2. Epilepsi

Wanita dengan epilepsi dua sampai tiga kali lebih besar kemungkinannya
melahirkan bayi dengan anomali struktural daripada mereka yang tidak mengidapnya.
Janin yang terpajan satu obat, secara bermakna, lebih sedikit mengalami malformasi
dibandingkan dengan mereka yang terpajan dua atau lebih obat.

Konseling prakonsepsi biasanya mencakup upaya untuk mencapai kontrol dengan


monoterapi dan dengan obat yang dianggap paling kurang teratogenik.American Academy
of Neurology menganjurkan pertimbangan untuk menghentikan obat antikejang pada
wanita tertentu, termasuk mereka yang :
1. Telah bebas kejang selama 2 sampai 5 tahun
2. Mengidap satu tipe kejang
3. Memperlihatkan hasil pemeriksaan neurologis dan intelegensia yang normal
4. Memperlihatkan elektroensefalogram yang telah mengalami normalisasi
dengan pengobatan
Wanita epilepsi juga dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen asam folat. Risiko
kelainan kongenital pada janin yang terpajan karbamazepin, fenobarbital, fenitoin, dan
primidon berkurang, tetapi tidak hilang dengan pemberian suplemen asam folat.

3. Penyakit Kronik Lain

Konseling prakonsepsi yang dilakukan pada penderita hipertensi, penyakit ginjal,


penyakit tiroid, asma, atau penyakit jantung memperlihatkan hasil akhir yang secara
bermakna lebih baik daripada kehamilan sebelumnya. 80% ibu yang menjalani konseling
prakonsepsi dapat melahirkan bayi normal.

4. Cacat Tabung Saraf (CTS)/Spina Bifida

Insiden kelainan ini adalah 1 sampai 2 per 1000 kelahiran hidup, dan penyakit
golongan ini menempati posisi kedua dibawah anomali jantung sebagai penyebab tersering
malformasi struktural janin tersering. Sebagian dari CTS, serta cacat jantung kongenital,
berkaitan dengan mutasi spesifik di gen metilen tetrahidrofolat reduktase. Sebagian besar
dari efek merugikan ini tampaknya dapat diatasi dengan pemberian suplemen asam folat
perikonsepsi . Meskipun perannya masih diperdebatkan, kadar vitamin B12 yang rendah
pada masa perikonsepsi, juga dapat meningkatkan resiko cacat tabung saraf. Meskipun
jelas bermanfaat, dalam tahun-tahun terakhir ini hanya 40-50% wanita yang mendapat
suplementasi asam folat selama periode perikonsepsi. Untuk meningkatkan jumlah wanita
yang mendapat suplementasi, maka konsultasi sebelum konsepsi pada tugas kesehatan
menjadi sangat penting.

5. Fenilketonuria (PKU)

Penyakit metabolisme fenilalanin yang diturunkan ini adalah suatu contoh penyakit
dengan janin tidak beresiko mewarisi penyakit, tetapi dapat mengalami kerusakan akibat
penyakit pada ibunya. Secara spesifik, orang dengan PKU yang makan tanpa batasan akan
mengalami peningkatan abnormal kadar fenilalanin darah. Asam amino ini (fenilalanin)
mudah melewati plasenta dan dapat merusak organ-organ janin organ yang sedang
terbentuk, terutama jaringan saraf dan jantung. Dengan konseling prakonsepsi yang sesuai
dan kepatuhan terhadap diet rendah fenilalanin sebelum kehamilan, insiden malformasi
janin dapat dikurangi secara drastis. Makanan yang tidak diperbolehkan:

 Semua daging seperti: daging sapi, domba, babi, ham, bacon, ayam, ikan dan produk ikan,
daging organ (hati, jantung, ginjal), dll.
 Telur
 Semua produk susu termasuk: keju cottage, keju, susu, yogurt, es krim, puding, dll.
 Kacang dan biji-bijian
 Kacang polong
 Roti, kue, dan biskuit (yang dibuat dengan ragi dan/atau gluten)
 Makanan kedelai seperti TVP (pengganti daging)
 Setiap makanan mengandung aspartam seperti: soda, selai, lemonades, dll.

Makanan yang dibatasi (harus ditimbang pada jumlah yang diberikan): Setiap jumlah
yang ditimbang menyediakan 50 mg fenilalanin.
Makanan: Jumlah yang diijinkan:

 Keripik kentang 30 gr
 Kentang: rebus, tumbuk, panggang, dll 80 gr
 Brokoli 30 gr
 Kacang polong: segar, beku, dll 25 gr
 Bayam: direbus, dikukus, dll 25 gr
 Jagung 55 gr
 Sereal 10-20 gr
 Beras putih atau coklat 45 gr
 Makanan Kerupuk dan Makanan Ringan Bervariasi
 Kue dan makanan penutup Bervariasi

6. Talasemia

Penyakit gangguan sintesis rantai globin ini adalah penyakit gen tunggal tersering
di seluruh dunia. Di daerah endemic seperti Negara-negara Mediteranea dan Asia
Tenggara, konseling dan strategi pencegahan lain telah mengurangi paling tidak sebesar
80% insiden kasus baru. The American College of Obstetricians and Gynecologist
merekomendasikan bahwa orang yang memiliki riwayat talasemia dalam silsilah
keluarganya dianjurkan untuk menjalani uji penapisan karier agar mereka dapat membuat
keputusan setelah mendapat penjelasan yang memadai (informed decision) mengenai
reproduksi dan diagnosis prenatal. Diagnosis genetic periimplantasi untuk talasemia dapat
dilakukan untuk pasien tertentu. Dalam beberapa tahun setelah program prakonsepsi
dimulai, semua pasangan beresiko tinggi yang meminta pemeriksaan diagnosis prenatal
telah mendapat konseling, dan tidak ada anak cacat yang lahir selama waktu ini.

Check List Konseling Prakonsepsi


No Aspek yang dinilai Nilai

1 Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada pasien


2 Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, status)
3 Menanyakan tujuan pasien datang ke pelayanan kesehatan
4 Menggali informasi yang terkait riwayat pribadi dan keluarga
 Riwayat medis pasien
 Penyakit genetik di keluarga
 Riwayat reproduksi ( infertilitas, hasil kehamilan yang abnormal, abortus,
kehamilan ektopik, riwayat kematian janin berulang, riwayat melahirkan bayi
meninggal, penyulit obstetric lainnya seperti preeklamsi, abrupsio plasenta dan
persalinan kurang bulan)
 Riwayat haid
 Riwayat KB
5 Menggali informasi untuk konseling genetik
 Remaja lebih besar kemungkinan mengalami anemia, dan beresiko tinggi
memiliki bayi dengan hambatan pertumbuhan, persalinan kurang bulan.
 Kehamilan setelah usia 35 tahun terjadi peningkatan resiko obstetrik serta
morbiditas dan mortalitas perinatal
 Kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol
a. 4 pertanyaan TACE/ toleransi terhadap alcohol, terganggu (annoyed)
oleh komentar mengenai kebiasaan minum mereka, mengurangi (cut
down), riwayat minum minuman berakohol pada pagi hari (eye-opener)
b. Perokok: tawari untuk program prakehamilan untuk menghentikan
kebiasaan merokok
 Pajanan lingkungan (mekuri, bakteri, bahan kimia)

6 Menggali informasi yang terkait gaya hidup


 Mengukur BB, TB, IMT
 KIE untuk meningkatkan asupan kalori sebesar 400 kkal/hari, menganjurkan
konsumsi asam folat. Remaja obesitas tidak perlu tambahan kalori.
7 Konseling resiko penyakit
 Penyakit pada ibu yang akan hamil (wanita usia subur)
Tuba fallopi abnormal, mullerian abnormalities, cervical abnormalities, uterine
abnormalities, vaginitis, diabetes, asma, epilepsy, hipertensi, thyroid disease,
penyakit menular seksual
 Penyakit pada ibu hamil:
Abortus, hipertensi gravidarum, preeklamsia, anemia, vitium cordis, solusio
placenta, placenta previa, multiple pregnancy, gangguan psikiatri
 Penyakit pada ibu melahirkan:
Retensio placenta, atonia uteri, rupture uteri, distosia, hidramnion, gangguan
psikiatri

8. Edukasi senggama yang benar dalam Islam


 Diawali dengan komunikasi atau cumbuan (Nabi Muhammad,SAW. Jabir bin
Abdullah berkata : “Rasulullah melarang berhubungan seksual sebelum
melakukan cumbuan terlebih dahulu”
 Berdo'a ketika hendak bergaul (Bersetubuh) seperti do'a yang telah dianjurkan
oleh RasulullahMuhammad saw.
‫ شَيبَةَ أبي بن عثمان ثنا حد‬: ‫جرير ثنا حد‬، ‫منصور عن‬، ‫سالم عن‬، ‫عن‬
‫آريب‬، ‫ل قا َعنه َما للا رضي َعبَّاس ابن َعن‬: ‫عليه للا ص َّل النَّبي قَا َل‬
‫وسلَّم‬: ((‫ي أَن أَ َرادَ أذَا أ َ َحدَهم أَ َّن لو‬
َ ‫قا َل أَهلَه يَأت‬: ‫للا باسم‬, ‫َجنبنَا اللَّه َّم‬
َ ‫شي‬
َ‫طان‬ َّ ‫طانَ و َجنب ال‬َ ‫شي‬ َ ‫ذلكَ في بَينَه َما يقَدَّر إن فَإنَّه‬, ‫يَض َّره لم‬
َّ ‫مارزَ قتَنَا ال‬,
‫طا‬َ ‫))أَبَدَا ن شَي‬.
Artinya : Dari ibn ‘Abbas ra. Berkata, Nabi saw bersabda: sekiranya salah seorang mereka
ingin mendatangi keluarganya (yakni istrinya), hendaknya berdo’a: “Dengan Nama Allah,
Ya Allah, jauhkan kami dari setan dan jauhkan setan terhadap apa saja yang Engkau
berikan pada kami.” Sesungguhnya jika ia ditakdirkan mendapatkan anak pada saat itu,
maka setan tidak bisa mengganggunya.”18
 Hendaknya menutup tubuh ketika bersetubuh, dimaksudkan untuk mengingat
manusia bahwasanya di antara mereka ada makhluk Allah yang tidak tampak oleh
mata manusia, seperti malaikat, jin, dan setan.
 Bersikap lembut dan bersenda gurau ketika bersetubuh, Islam tidak membenarkan
terjadinya hubungan seksual tanpa adanya senda gurau dan cumbu rayu terlebih
dahulu
 Menjaga kebersihan, penampilan, dan keharuman anggota tubuh, Islam
tidak hanya menuntunkan untuk memelihara kesucian jiwa dan akal,
tetapi juga dalam hal kesucian dan penampilan lahiriah.
 Islam tidak menentukan suatu jenis hubungan seksual tertentu asalkan dilakukan
pada kemaluan
9. Konseling kehidupan seksual dalam Islam
 Islam menganjurkan pasangan tidak sampai mempraktekkan seks ala binatang,
melainkan seks yang memanusiakan setiap pasangan
 Islam tidak memperbolehkan berganti-ganti pasangan
 Islam melarang berzina (hubungan seksual di lluar perkawinan)
 Dilarang menggauli istrinya melalui dubur
 Tidak diperbolehkan menggauli istri ketika haid
 Istri dilarang menolak ajakan suami untuk bersenggama
 Larangan menceritakan pengalaman senggama
10. Menggali informasi terkait pola hidup sehat
 Menjaga kebersihan diri (cuci tangan sebelum makan, mandi minimal 2 kali
sehari)
 Menjaga berat badan yang seimbang
 Melakukan aktivitas fisik secara teratur (minimal 2 kali seminggu, masing-masing
75 menit)
 Menjaga pola tidur (durasi tidur selama 7-8 jam, pukul 21.00-04.00)
 Menjaga pola makan (memperhatikan jumlah asupan gula, lemak, garam, jenis
makanan yaitu 55-65% karbohidrat, 10-15% protein, 25-35% lemak, jumlah
makanan yang dikonsumsi dan jadwal makan)
 Menghindari merokok, minuman beralkohol, mengkonsumsi junkfood
 Menajemen stress, manajemen waktu dengan baik
 Melakukan medical check up secara teratur
 Menjaga kebersihan sumber air (air minum, air keran untuk aktivitas)

11. Menggali informasi terkait pola sex yang sehat


 Rajin membersihkan diri dan menggunakan wewangian
 Adanya foreplay diawal
 Terbuka kepada pasangan (komunikasi yang baik)
 Tidak memaksakan diri pada pasangan
 Tidak bergonta-ganti pasangan
 Berhubungan suami istri sebanyak 2 kali dalam seminggu

12 Konseling KB
 Metode sederhana senggama terputus, pantang berkala, kondom, diagfragma,
cervical cap
 Kontrasepsi hormonal  pil KB, suntik KB
 Alat kontrasepsi bawah kulit
 Intra uterine device  IUD/AKDR
 Kontrasepsi mantap
 Vasektomi (MOP)
 Tubektomi (MOW)

Sumber:

Leveno, KJ., Cunningham, FG., Gant, NF., Alexander, Jm., Bloom, SL., Casey, BM., Dashe, JS., Shffied, JS.
Dan Yost, NP., 2009, ObstetriWlliamsPanduanRingkas, Jakarta: EGC

Utah Department of Health, PKU list of foods, health.utah.gov/nsp/Disorders/MSMS/AA/PKU


DietListFoods_PKU_En.pdf

contracept.org/ovulation.php diunduh 28 Maret 2010, 08:42 PM

fertilityfriend.com/Faqs/Ovulation.html diunduh 27 Maret 2010, 12:14AM.

plannedparenthood.org/health-topics/birth-control/fam-cervical-mucus-method-22140.htm diunduh 28 Maret


2010, 08:20 PM

Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian
Kedua MK 10- MK 12).

woomb.org/omrrca/bulletin/vol21/no3/discovery.shtml diunduh 27 Maret 2010, 01:08 AM.

Department of Laboratory Medicine San Francisco General Hospital. 2009. Fern Test. In Point of Care Testing
October 2009 pg 1-4

Cunningham, FG. Williams Obstetric. 24th edition. United States, New York : McGraw-Hill Education; 2014.
p. 48-49, 168

Hamill T. Fern Test Examination of Amniotic Fluid by Microscopy. UCSF Medical Center Laboratory
Medicine. 2013. P.1

(AG, Neubert. Et al. 2013. Diagnosing rupture of membranes using combination monoclonal/polyclonal
immunologic protein detection)
CDC, 2016, Provider Performed Microscopy Procedures

Anda mungkin juga menyukai