Anda di halaman 1dari 4

Nama : Elvi Azizatul Magfiroh

Nim : 152191166
Kelas : F3.1 (C)
Tugas : ASKEB Pra Nikah dan Pra Konsepsi
Dosen : Moneca Diah Listiyaningsih , S.Si.T., M.Kes

Tugas !!
Meresume materi tentang Pemeriksaan Tambahan Fertilitas pada Skrining
Pranikah.

Pemeriksaan tambahan ini dilakukan untuk mengetahui kesuburan dari masing-


masing calon pengantin baik wanita maupun laki – laki. Dimana pemeriksaan ini
lebih mengedepankan untuk pemeriksaan fertilitas baik pada laki-laki maupun
perempuan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
1. Semen Analysis (Pemeriksaan Sperma)
Pemeriksaan ini dilakukan pada laki-laki untuk mengetahui kualitas semen
(mani) seorang pria dengan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium.
Hasil pemeriksaan untuk mengetahui apakah seorang laki-laki memiliki
masalah dalam fertilitasnya. Karena banyak pasangan yang tidak memiliki
anak juga disebabkan dari kualitas sperma itu sendiri.
Persiapan yang harus dilakukan dalam pemeriksaan ini yaitu :
a. Menghindari berhubungan seksual dan ejakulasi selama 2-5 hari
menjelang waktu pengambilan sempel.
b. Jangan menghindari hubungan seksual lebih dari 1-2 minggu sebelum
pengambilan sempel.
Selain persiapan juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan karena dapat
mempengaruhi hasil dari pemeriksaan dan keakuratannya, seperti :
a. Mengkonsumsi obat-obatan misalnya preparat hormone, sulfasalazine,
nitrofurantoin dan beberapa obat kemoterapi.
b. Mengkonsumsi kafein, alcohol, tembaga, kokain, dan ganja.
c. Mengkonsumsi obat-obat herbal yang belum diketahui kandungan
hormonalnya.
d. Usahakan saat pengambilan sempel sperma tabung harus terisi penuh
dan lakukan ejakulasi dengan sempurna.
2. Pengukuran Suhu Basal
Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari saat bangun tidur dan
belum melakukan aktifitas apapun bahkan belum beranjak dari tempat tidur.
Suhu basal dilakukan untuk mengetahui bahwa ovulasi telah terjadi bukan
untuk mengetahui kapan waktu berhubungan. Selain itu untuk mengetahui
apakah ovulasi berjalan dengan baik dan normal. Perubahan suhu basal
biasanya terjadi 12-24 jam setelah ovulasi atau masa subur berlangsung.
Pada umumnya suhu wanita saat tidak berovulasi sekitar 35,5℃ sampai
dengan 36℃ dan saat terjadi ovulasi atau sel telur dilepaskan maka suhu
akan mengalami kenaikan sekitar 0,5℃, karena ovarium mengeluarkan
hormone progesterone. Bila terjadi kehamilan suhu tubuh akan mengalami
suhu tubuh yang tetap tinggi hingga melewati kehamilan trimester 1. Namun
apabila suhu tubuh tidak mengikuti pola perubahan dari pengukuran maka
dapat dicurigai terjadinya masalah dalam ovulasi atau masa subur.
Selain itu ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi keakuratan
pengukuran suhu basal :
a. Kurang tidur atau tidur terganggu
b. Bangun dijam yang berbeda
c. Sakit atau kelelahan
d. Kondisi emosi yang tidak stabil
e. Merokok
f. Konsumsi alkohol
3. Pemeriksaan Lendir Serviks
Sebelumnya setiap individu sebaiknya mengenali jenis-jenis lendir serviks
pada setiap masa yang berbeda-beda. Seperti pada masa setelah terjadinya
menstruasi maka tidak adanya lendir serviks yang keluar dalam waktu 3-4
hari. Namun apabila seorang wanita sedang dalam masa subur makan akan
mengeluarkan lendir serviks dengan cirri-ciri teras tipis, licin dan sangat
elastic. Sedangkan setelah ovulasi, lendir serviks mungkin tidak akan keluar
hingga 2 minggu sebelum seorang wanita menstruasi kembali dan jenis
lendir serviks disini yaitu kental, tetapi jarang juga mungkin akan keluar.
Selain menila jenis dan tipe lendir serviks sebaiknya lakukan pencatatan
setiap hari agar mendapatkan hasil evaluasi yang akurat. Setelah satu atau
beberapa siklus menstruasi, bacalah catatan karakteristik lendir serviks.
Catatan ini akan membantu dalam mengevaluasi siklus menstruasi dan
ovulasi secara efektif, dan membantu mencegah atau memperbesar peluang
kehamilan.
4. Test Fern
Pemeriksaan fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu parameter
dalam evaluasi lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur seperti
daun pakis mengacu pada derajat dan pola yang tampak jika lendir
dikeringkan diatas permukaan kaca objek. Sepanjang siklus menstruasi
komponen tersebut merupakan garam dengan persentase tertinggi.
Konsentrasi garam tersebut mencapai puncaknya pada saat ovulasi. Apabila
terjadi infeksi pada serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan
menghambat pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola
pakis yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan
aktivitas estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks.
Adapun tujuan dari pemeriksaan fern ini sebagai berikut :
a. Menilai aktivitas estrogen
b. Menentukan ovulasi
c. Menilai mucus serviks dan penetrasi sperma
d. Insufisiensi progesterone pada plasenta
e. Menentukan kehamilan awal
f. Memeriksa kebocoran cairan amnion
g. Sebagai evaluasi infertilitas
Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pada saat ovulasi
bentuk daun pakis akan lebih jelas terlihat apabila diambil sampel lendir
pada waktu yang mendekati ovulasi dimana struktur tersebut akan
mengering menjadi sebuah bentuk seperti daun pakis (tes fern). Selain itu
juga terdapat keterbatasan dalam pemeriksaan tes fern ini, yaitu :
a. Fern tes ini hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah
terkualifikasi.
b. Hasil false positif :” ferning ” bukan ciri spesifik cairan amnion, cairan
lain seperti darah, mucus serviks, semen, dan beberapa sanpel urin
juga ketika kering dapat menimbulkan gambaran fern pada mikroskop.
c. Hasil false negative : prolonged rupture membrane (>24 jam) atau
rupture membrane yang sedikit dapat menghasilkan false negative.
5. Uji Pasca Senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lendir serviks. Caranya
dianjurkan melakukan hubungan seks dirumah dan setelah 2 jam, datang
kerumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya
dilakukan pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai dilendir tersebut.
Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke-12,
13, dan 14 dengan perhitungan menstruasi pertama dianggap hari pertama.
6. Tes LH (Luteinizing Hormone)
Tes LH merupakan uji untuk mengetahui jumlah hormon luteinizing dalam
darah, yaitu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis di bawah otak.
Sama seperti hormon follicle-stimulating, hormon luteinizing juga berfungsi
membantu mengatur siklus menstruasi dan produksi sel telur. Selain untuk
mengetahui produksi sel telur dan masalah menstruasi, tes ini juga biasanya
dilakukan untuk mengetahui apakah wanita sedang berovulasi atau sudah
mencapai masa Biasanya tes ini dilakukan pada hari-hari tertentu dalam
siklus menstruasi wanita.

Anda mungkin juga menyukai