Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Infertilitas

Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan kehamilan


sekurangkurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi, atau
biasa disebut juga sebagai infertilitas primer. Infertilitas sekunder adalah ketidakmampuan
seseorang memiliki anak atau mempertahankan kehamilannya. Pada perempuan di atas 35
tahun, evaluasi dan pengobatan dapat dilakukan setelah 6 bulan pernikahan. Infertilitas
idiopatik mengacu pada.
pasangan infertil yang telah menjalani pemeriksaan standar meliputi tes ovulasi, patensi
tuba, dan analisis semen dengan hasil normal. Fekunditas merupakan kemampuan seorang
perempuan untuk hamil. Data dari studi yang telah dilakukan pada populas, kemungkinan
seorang perempuan hamil tiap bulannya adalah sekitar 20 sampai 25%.

Jenis-jenis Infertilitas
Djuwanto, dkk., (2008) mengemukakan bahwa secara medis, infertilitas dibagi menjadi
2 jenis, yaitu:
a.Infertilitas primer
Berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1
tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b.Infertilitas sekunder
Berarti pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini
belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3
kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.

Pencegahan Infertilitas

cara mencegah terjadinya infertilitas

Beberapa jenis infertilitas tidak dapat dicegah. Tetapi beberapa cara dapat dilakukan untuk
meningkatkan peluang Anda untuk hamil.
Pada pasangan

Lakukanlah hubungan intim secara teratur beberapa kali sekitar waktu ovulasi atau


waktu subur untuk meningkatkan terjadinya kehamilan. Melakukan hubungan intim dimulai
setidaknya 5 hari sebelum dan sampai sehari setelah ovulasi dapat meningkatkan peluang Anda
untuk hamil dan lakukan 2 hari sekali jangan setiap hari. Sperma perlu waktu 1 hari hingga
untuk diproduksi dan disimpan. 

Ovulasi biasanya terjadi pada pertengahan siklus yaitu setengah dari periode menstruasi, untuk
sebagian besar wanita dengan siklus menstruasi sekitar 28 hari.

1. Pada Laki-laki

Untuk pria, meskipun sebagian besar jenis infertilitas tidak dapat dicegah, namun beberapa hal
di bawah ini dapat membantu Anda, yaitu:

 Hindari penggunaan narkoba, tembakau dan konsumsi alkohol yang berlebihan,.

 Hindari suhu yang tinggi, karena dapat memengaruhi produksi dan motilitas sperma.

 Hindari paparan racun industri atau lingkungan, yang dapat berdampak pada produksi


sperma.

 Batasi obat-obatan yang dapat mempengaruhi kesuburan, baik obat resep maupun non-
resep. Bicarakan dengan dokter Anda tentang obat apapun yang Anda minum secara
teratur.

 Berolahraga secukupnya. Olahraga teratur dapat meningkatkan kualitas sperma dan


meningkatkan peluang untuk mencapai kehamilan.

2. Pada Wanita

Pada wanita, sejumlah cara berikut dapat meningkatkan peluang untuk hamil, yaitu:

 Berhenti merokok. Tembakau memiliki banyak efek negatif pada kesuburan,  kesehatan


Anda dan kesehatan janin..

 Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang. Zat-zat ini dapat mengganggu kemampuan
Anda untuk hamil.

 Batasi penggunaan kafein.
 Berolahraga secukupnya. Olahraga teratur itu penting, tetapi berolahraga yang sangat
intens sehingga siklus menstruasi Anda terganggu dapat mempengaruhi kesuburan Anda.

 Hindari berat badan yang ekstrim. Kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan
dapat mempengaruhi produksi hormon Anda dan menyebabkan kemandulan.

Pengobatan infertilitas

Pemeriksaan pasangan infertil

Sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertama pernikahan


dengan senggama yang normal dan teratur.

1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan


Pemeriksaan awal dari pasangan infertil mencakup riwayat penyakit,
riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang pemeriksaan terhadap masing-
masing pasangan. Sungguh baik jika pertama kali pasangan diperiksa bersama-
sama, karena dokter yang memeriksa akan dapat menilai interaksi mereka,
untuk pemeriksaan berikutnya lebih baik dinilai sendiri-sendiri.
2. Analisis Sperma
Analisis sperma harus dilakukan pada tahap awal, contoh sperma
dikumpulkan dalam plastic atau dalam wadah gelas, tidak boleh pakai karet
kondom, kemudian harus dikirim ke laboratorium dalam masa dua jam dari
ejakulasi. Tidak adanya semen dalam didalam dua atau lebih contoh semen
merupakan indikasi untuk pemeriksaan ulang.
Tiadanya fruktosa didalam contoh semen menjadi petunjuk tiadanya
vesikula dan vasa seminalis yang bersifat congenital, ini menjadi patokan bahwa
pemeriksaan fungsi testis berikutnya tidak ada gunanya. Apabila frukosa dalam
contoh semen ada, maka perlu dilakukan biopsi testis.
3. Uji Pasca Senggama (UPS)
Apabila telah diyakini bahwa analisis spermanya normal, maka UPS
bisa dijadwalkan. Ini akan memperlihatkan apakah semen sudah terpancar
dengan baik ke puncak vagina selama senggama.

UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta dating 2-8 jam
setelah senggama normal. Getah servik dihisap dari kanal endoserviks yang pada tahap ini harus
banyak dan bening.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop. Jika dijumpai 20 sperma
perlapang pandang, harapan untuk kehamilan cukup besar jika 1-20 sperma
aktif per lapang pandang. Uji ini harus dilakukan sekurang-kurangnya pada dua
keadaan yang terpisah, hasil negative bias disebabkan oleh teknik senggama.
4. Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
UPS dapat menyingkirkan sebab infertilitas suami, dan yang sangat
penting adalah apakah ovarium secara teratur menghasilkan ova.
Riwayat haid dapat memberikan pegangan terhadap hal ini. Ovulasi
lebih mungkin terjadi jika siklus haid berlangsung teratur dan dengan jumlah
darah haid yang sedang untuk jangka waktu 3-5 hari. Haid yang tak teratur dan
sedikit menjadi partanda siklus anovulatorik.
Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa illiaka untuk 12-24
jam pada saat ovulasi, dan hal ini mungkin bersamaan atau tanpa disertai
pendarahan ringan atau dengan suatu peningkatan limbah vagina. Matalgia
prahaid menandakan adanya suatu korpus luteum yang aktif, artinya ovulasi
sebelumnya telah terjadi dalam siklus itu.
5. Uji Pakis
Di bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan pada obyek
glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang
cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus haid dan
kemudian akan dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak
pada hari ke-23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke-
23 ini menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga dapat
menghambat pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil yang salah sering
dijumpai pada uji ini.
6. Suhu Basal Badan (SBB)
Pada beberapa wanita, SBB meningkat selama fase progesterone dari
siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi.
SBB diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari
tempat tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik.
Jika wanita erovulasigrafik akan memperlihatkan pola bifasik yang khas
(tipikal).
Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi, suatu grafik
monofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi.
SBB bisa dipakai untuk menentukan kemungkinan hari ovulasi,
sehingga senggama bias diarahkan sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan
SBB tidak selalu mudah untuk dipercaya (seperti umumnya sebagian besar
pasien di Negara kita).
7. Sitologi vagina atau endoserviks
Epitel dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan respon yang
ada pada hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara serial. Sekarang
telah dikembangkan pemeriksaan dari endoserviks pada fase pasca ovulasi
dengan pengambilan tunggal (tanpa serial). Perubahan sitologik dengan melihat
indeks kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya ovulasi.
8. Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium bias dilakukan secara poliklinis tanpa anastesi,
dengan memakai sendok kurret kecil tanpa dilatasi serviks. Saat yang tepat
adalah fase sekresi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
9. Laparaskopi
Cara ini memungkinkan visualisasi langsung secara endoskopik baik
ovulasi yang baru saja terjadi dengan adanya bintik ovulasi, maupun adanya
korpus luteum sebagai hasil ovulasi diwaktu yang lebih dini dari siklus itu.
(Widyastuti, dkk. 2009)
Pengobatan infertilitas pasangan

Pengobatan infertilitas harus disesuaikan dengan penyebab infertilitas


masing-masing pasangan suami istri. Penggunaan obat yang logis dan sesuai
dengan jenis kelainan yang dimiliki adalah kunci penanganan infertilitas yang
tepat.

1. Obat infertilitas pria


Manusia terdiri atas sekumpulan sistem organ yang berkoordinasi satu
samalain. Sistem reproduksi juga berkoordinasi dengan sistem tubuh lainnya,
terutama sistem hormonal dan sistem saraf.
Hormon yang terkait langsung dengan kualitas kerja sistem reproduksi
pria adalah testosteron. Hormon tersebut penting karena perannya dalam
perkembangan spermatozoa menjadi matang (siap untuk membuahi sel telur).
Produksi dan kadar hormon testosteron dalam tubuh pria dipengaruhi oleh
produksi dan kadar hormon lain yang merangsangnya.

Produksi dan kadar hormon testosteron dipengaruhi oleh:

a. Produksi dan pelepasan hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)


b. Produksi dan pelepasan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan
LH (Luteinizing Hormone)

Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja obat-
obatan ini adalah untuk merangsang produksi spermatozoa matang dalam testis.
Selain dengan jalan langsung dari luar tubuh, obat-obatan yang mengandung
GnRH, FSH, dan LH juga dapat diberikan dengan tujuan yang sama. Selain
pemberian hormon tambahan, obat-obatan yang merangsang produksi dan
pelepasan hormon-hormon tersebut juga dapat diberikan.
Obat-obatan yang sering diberikan dokter sebagai obat pendukung dalam
meningkatkan kesuburan adalah vitamin dan antibiotik. Pada umumnya, vitamin
yang diberikan dokter adalah vitamin E. vitamin E telah terbukti memiliki efek
antioksidan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sel-sel
tubuh, termasuk kerja sel yang berkaitan dengan produksi dan perkembangan
spermatozoa hingga matang.

Antibiotik hanya diberikan apabila sang pria terbukti mengalami infeksi


pada organ ataupun saluran reproduksinya. Antibiotik diberikan atas instruksi
dokter dan digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaannya.

2. Obat infertilitas wanita


Pengobatan infertilitas untuk wanita secara garis besar bertujuan untuk:
1) Perbaikan fungsi ovarium (Tempat dihasilkannya sel telur wanita yang
matang)
Sama halnya dengan sistem reproduksi pria, sistem reproduksi
wanita juga dipengaruhi oleh kerja sistem neuro-hormonal. Kerja sistem
reproduksi wanita dapat diamati pada siklus ovulasi dan menstruasi yang
dialaminya, yaitu dalam interval waktu yang teratur setiap bulannya (setiap
±28 hari).
Klomifen sitrat dan tamoksifen adalah obat yang sering digunakan
dan bertujuan untuk meningkatkan kadar FSH yang mempengaruhi
perkembangan sel telur wanita hingga mencapai maturasi / kematangan.
Obat tersebut bekerja dengan merangsang pelepasan GnRH, yang
selanjutnya akan merangsang reproduksi dan pelepasan FSH.
2) Perbaikan fungsi tuba (Tempat terjadinya pembuahan sel telur oleh
spermatozoa)
Sumbatan (obstruksi) pada tuba dipastikan secara medis melalui
pemeriksaan Histerosalfingografi (HSG), sonohisterografi, ataupun
laparoskopi. Salah satu penyebab tersering dari sumbatan pada tuba adalah
infeksi bakteri Chlamydia. Apabila sumbatan tuba terbukti disebabkan oleh
10
infeksi Chlamydia, obat yang sepantasnya diberikan adalah antibiotik yang
tepat dalam menangani infeksi tersebut. Selain dengan obat-obatan,
gangguan sumbatan pada tuba dapat diatasi dengan metode operatif.
3) Perbaikan fungsi rahim (Tempat berkembangnya janin dalam tubuh ibu)
Keseimbangan hormonal serta ketiadaan infeksi termasuk syarat-
syarat utama kesehatan rahim. Atas dasar inilah, obat-obatan yang berfungsi
menyeimbangkan kadar hormon estrogen dan progesteron serta penanganan
infeksi menjadi pilihan terapi pada wanita yang mengalami gangguan fungsi
rahim.

(Djuwantono, dkk. 2008)

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., dkk. (2006). Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC

Diah. (2012). “INFERTILITAS : Pengertian, penanganan, pencegahan “, [online]. Tersedia:


http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/infertilitas-pengertian-penanganan.html
yang direkam pada 14 Mei 2012 17.01.03 GMT. [3 Des 2013].

Djuwantono, T., dkk. (2008). Hanya 7 hari Memahami Infertilitas. Bandung: PT Refika
Aditama

Reeder, dkk. (2012). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Widyastuti, Y., dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya


1
1
12

Anda mungkin juga menyukai