Jenis-jenis Infertilitas
Djuwanto, dkk., (2008) mengemukakan bahwa secara medis, infertilitas dibagi menjadi
2 jenis, yaitu:
a.Infertilitas primer
Berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1
tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b.Infertilitas sekunder
Berarti pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini
belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3
kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Pencegahan Infertilitas
Beberapa jenis infertilitas tidak dapat dicegah. Tetapi beberapa cara dapat dilakukan untuk
meningkatkan peluang Anda untuk hamil.
Pada pasangan
Ovulasi biasanya terjadi pada pertengahan siklus yaitu setengah dari periode menstruasi, untuk
sebagian besar wanita dengan siklus menstruasi sekitar 28 hari.
1. Pada Laki-laki
Untuk pria, meskipun sebagian besar jenis infertilitas tidak dapat dicegah, namun beberapa hal
di bawah ini dapat membantu Anda, yaitu:
Hindari suhu yang tinggi, karena dapat memengaruhi produksi dan motilitas sperma.
Batasi obat-obatan yang dapat mempengaruhi kesuburan, baik obat resep maupun non-
resep. Bicarakan dengan dokter Anda tentang obat apapun yang Anda minum secara
teratur.
2. Pada Wanita
Pada wanita, sejumlah cara berikut dapat meningkatkan peluang untuk hamil, yaitu:
Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang. Zat-zat ini dapat mengganggu kemampuan
Anda untuk hamil.
Batasi penggunaan kafein.
Berolahraga secukupnya. Olahraga teratur itu penting, tetapi berolahraga yang sangat
intens sehingga siklus menstruasi Anda terganggu dapat mempengaruhi kesuburan Anda.
Hindari berat badan yang ekstrim. Kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan
dapat mempengaruhi produksi hormon Anda dan menyebabkan kemandulan.
Pengobatan infertilitas
UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta dating 2-8 jam
setelah senggama normal. Getah servik dihisap dari kanal endoserviks yang pada tahap ini harus
banyak dan bening.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop. Jika dijumpai 20 sperma
perlapang pandang, harapan untuk kehamilan cukup besar jika 1-20 sperma
aktif per lapang pandang. Uji ini harus dilakukan sekurang-kurangnya pada dua
keadaan yang terpisah, hasil negative bias disebabkan oleh teknik senggama.
4. Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
UPS dapat menyingkirkan sebab infertilitas suami, dan yang sangat
penting adalah apakah ovarium secara teratur menghasilkan ova.
Riwayat haid dapat memberikan pegangan terhadap hal ini. Ovulasi
lebih mungkin terjadi jika siklus haid berlangsung teratur dan dengan jumlah
darah haid yang sedang untuk jangka waktu 3-5 hari. Haid yang tak teratur dan
sedikit menjadi partanda siklus anovulatorik.
Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa illiaka untuk 12-24
jam pada saat ovulasi, dan hal ini mungkin bersamaan atau tanpa disertai
pendarahan ringan atau dengan suatu peningkatan limbah vagina. Matalgia
prahaid menandakan adanya suatu korpus luteum yang aktif, artinya ovulasi
sebelumnya telah terjadi dalam siklus itu.
5. Uji Pakis
Di bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan pada obyek
glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang
cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus haid dan
kemudian akan dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak
pada hari ke-23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke-
23 ini menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga dapat
menghambat pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil yang salah sering
dijumpai pada uji ini.
6. Suhu Basal Badan (SBB)
Pada beberapa wanita, SBB meningkat selama fase progesterone dari
siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi.
SBB diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari
tempat tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik.
Jika wanita erovulasigrafik akan memperlihatkan pola bifasik yang khas
(tipikal).
Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi, suatu grafik
monofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi.
SBB bisa dipakai untuk menentukan kemungkinan hari ovulasi,
sehingga senggama bias diarahkan sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan
SBB tidak selalu mudah untuk dipercaya (seperti umumnya sebagian besar
pasien di Negara kita).
7. Sitologi vagina atau endoserviks
Epitel dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan respon yang
ada pada hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara serial. Sekarang
telah dikembangkan pemeriksaan dari endoserviks pada fase pasca ovulasi
dengan pengambilan tunggal (tanpa serial). Perubahan sitologik dengan melihat
indeks kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya ovulasi.
8. Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium bias dilakukan secara poliklinis tanpa anastesi,
dengan memakai sendok kurret kecil tanpa dilatasi serviks. Saat yang tepat
adalah fase sekresi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
9. Laparaskopi
Cara ini memungkinkan visualisasi langsung secara endoskopik baik
ovulasi yang baru saja terjadi dengan adanya bintik ovulasi, maupun adanya
korpus luteum sebagai hasil ovulasi diwaktu yang lebih dini dari siklus itu.
(Widyastuti, dkk. 2009)
Pengobatan infertilitas pasangan
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja obat-
obatan ini adalah untuk merangsang produksi spermatozoa matang dalam testis.
Selain dengan jalan langsung dari luar tubuh, obat-obatan yang mengandung
GnRH, FSH, dan LH juga dapat diberikan dengan tujuan yang sama. Selain
pemberian hormon tambahan, obat-obatan yang merangsang produksi dan
pelepasan hormon-hormon tersebut juga dapat diberikan.
Obat-obatan yang sering diberikan dokter sebagai obat pendukung dalam
meningkatkan kesuburan adalah vitamin dan antibiotik. Pada umumnya, vitamin
yang diberikan dokter adalah vitamin E. vitamin E telah terbukti memiliki efek
antioksidan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sel-sel
tubuh, termasuk kerja sel yang berkaitan dengan produksi dan perkembangan
spermatozoa hingga matang.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M., dkk. (2006). Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC
Djuwantono, T., dkk. (2008). Hanya 7 hari Memahami Infertilitas. Bandung: PT Refika
Aditama