0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang konsep fertilitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, jenis pemeriksaan untuk mengetahui status kesuburan seseorang, serta asuhan yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah infertilitas seperti nasihat, pengobatan, dan terapi.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep fertilitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, jenis pemeriksaan untuk mengetahui status kesuburan seseorang, serta asuhan yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah infertilitas seperti nasihat, pengobatan, dan terapi.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep fertilitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, jenis pemeriksaan untuk mengetahui status kesuburan seseorang, serta asuhan yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah infertilitas seperti nasihat, pengobatan, dan terapi.
NPM : 202262005 MK : ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI.
KONSEP PEMERIKSAAN TAMBAHAN UNTUK FERTILITAS
Fertilitas adalah kesuburan
Keseburan yang dimaksud disini adalah dapat bekerjanya secara optimal dari organ-organ reproduksi baik dari pihak pria maupun wanita sehingga dapat melakukan fungsi fertilitas dengan baik. Tingkat kesuburan wanita sangat dipengaruhi oleh fungsi hormonal, kesehatan ovarium dan system metabolisme, bila tiga hal tersebut tidak mengalami gangguan maka dapat dipastikan wanita tersebut memiliki tingkat kesuburan yang sangat baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas
1. Genetik 2. Usia 3. Hormonal 4. Psikologis Usia juga sangat mepengaruhi kesuburan wanita : Tingkat kesuburan paling tinggi terjadi pada usia 18 – 30 tahun Menurun 5 – 10% pada rentang usia 30 – 35 tahun Persentase menurun 30% jika telah menapaki usia 35 – 40 tahun Kesuburan menurun hingga 50% ketika berusia 40 tahun ke atas bahkan berhenti secara total pada masa menopause, setelah melewati masa itu, sebenarnya wanita masih bisa jika kondisi ovarium masih sangat baik.mengalami kehamilan.
Jenis jenis pemeriksaan kesuburan, untuk mengetahui status kesuburan :
1. Riwayat medis 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan darah dan urine 4. Analisis semen dan sperma 5. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan Tambahan Untuk Fertilitas
Penilaian hasil pemeriksaan adalah : 1. Semen adalah lendir yang keluar dari genetalia jantan waktt ejakulasi (mani) terdiri dari : Bagian padat adalah spermatozoa Bagian cair disebut plasma semen (air mani) Warna semen waktu baru ejakulasi seperti warna lem kanji yang encer atau putih ke abu- abuan. Volume normal semen sekali ejakulasi sekitar 2,0 – 3,0 ml. ada juga sampai 4,5 ml. jika volume kurang dari 1 ml, ada kemungkinan tidak beresnya prostat dan vesicula seminalis yang merupakan penghasil utama plasma semen. Keadaan fisik semen yang baru diejakulasi adalah kental, tapi sekitar 15 menit akan mengalami pengenceran yang disebut likuifaksi oleh sminim (enzim lysis) yang dihasilkan prostat. Jika pengenceran tidak wajar berarti ada ketidakberesan pada kelenjar tersebut. 2. Lembaran kurva temperatur basal (suhu tubuh basal) Adalah suhu yang diperoleh dalam keadaan istirahat dan harus diambil segera setelah bangun di pagi hari setelah setidaknya 6 jam tidur. Tujuan pencatatan suhu basal adalah untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu tubuh diukur dengan termometer basal. Dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu tubuh normal sekitar 35,5 – 36 derajat celcius. Pada waktt ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat celcius kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat ccelcius. Pada saat itulah terjadi masa subur, kenaikan suhu tubuh akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun. Pencatatan hasil pengukuran suhu basal tubuh hrs dilakukan setiap hari selama 3 bulan utk melihat konsistensi siklus menstruasi. Bila catatan meperlihatkan dalm sebulan suhu basal tidak pernah mengalami kenaikan (tdk pernah sakit/demam) berarti pada kurun waktu tersebut tidak terjadi ovulasi. 3. Pemeriksaan mukus serviks Pemeriksaan dilakukan dg mengambil sampel jaringan lendir serviks menggunakan alat swab khusus , lalu diperiksa secara mikroskopik di laboratorium. Sesudah ovulasi mukus serviks menjadi lebih kental dan lebih keruh 4. Fren test (tes pakis) Yang diamati dlam fren test adalah pembentukan struktur menyerupai daun pakis oleh lendir serviks yang dikeringkan diatas objek glas dan dilihat dibawah mikroskop, tampak kristal dalam bentuk daun pakis. Biasanya kadar NacL tertinggi pada lendir serviks pada saat mendekati ovulasi karena dipengaruhi oleh aktifitas hormon estrogen yg tinggi. 5. Uji pasca coitus Dilakukan dengan memeriksa kadar sel sperma pada lendir serviks (tepatnya di forniks posterior vagina, ektoserviks dan endoserviks) dalam 8 hingga 10 jam setelah pasangan suami istri bersenggama di masa subur, sehinnga biasa dievaluasi kualitas dan kuantitas sel sperma serta intreaksinya dengan sel-sel di sekitar serviks.
Asuhan dalam mengatasi infertilasi
a. Nasehat Untuk Pasangan Infertilasi Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertilasi diantaranya: 1. Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual dengan memperhatikan masa subur. 2. Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan. 3. Menghitung minggu masa subur. 4. Membiasakan pola hidup sehat. b. Pengobatan 1. Terapi oklusi Disini suami menggunakan kondom selama 6-9 bulan bila isteri mempunyai bukti faktor imunologis sebagai penyebab infertilitasnya. Ada yang menganjurkan 6-12 bulan. Tujuannya adalah untuk mengurangi titer antibodi antispermatozoa dengan mencegah pengulangan stimulasi antigenik. Uji imunologi harus diulang setiap 3 bulan sehingga menjadi negatif atau titernya menjadi 1:4 atau kurang. Terapi ini tidak memberikan hasil yang memuaskan pada isteri yang mempunyai antibodi antisperma dalam serumnya. Terapi ini lebih rasional bila diberikan pada pasien dengan adanya faktor imunologik lokal (lendir serviks). Franklin dan Dukes melaporkan bahwa kondom efektif untuk beberapa pasien. Tetapi menurut aiman tidak ada bukti untuk menyakinkan untuk pemakaian kondom. 2. Inseminasi intrauterin Inseminasi intrauterin terutama diberikan bila terbukti adanya antibodi antisperma lokal pada lendir serviks yang menyebabkan kegagalan penetrasil lendir serviks oleh sperma. Memang indikasi inseminasi ini masih kontroversi karena beragamnya hasil yang dilaporkan. Angka keberhasilan dengan metode ini berkisar antara 20-30% francavilla dkk dalam penelitiannya tidak berhasil melakukan inseminasi intrauterin ini dimana spermatozoa yang digunakan semuanya berikatan dengan antibody. Sedangkan rojas dalam penelitiannya terhadap 41orang yang dilakukan inseminasi dengan menggunakan sperma yang dicuci hanya mendapatkan insidens antibodi antisperma CHD pada 2 pasien (4,8%). 3. Terapi imunosupresif/kortikosteroid Terapi kortikosteroid dapat diharapkan menurunkan produksi ASA. Suami diberikan 20 mg prednisolon selama 10 hari pertama sesuai siklus isteri dan 5mg/hari pada hari ke 11-12 selama 3 siklus. Ada juga penelitiana yang menggunakan metalprednisolon. Lahteenmaki membandingkan efektivitas pemberian prednisolonoral dengan inseminasi intrauteri pada 46 pasangan dengan antibody antisperma (+) pada suami. Suami diberi prednisolon hariselama 10 hari ditambah 5mg/hari pada hari ke 11-12 selama 3 siklus. Namun pada penelitian ini ia berkesimpulan bahwa inseminasi lebih baik dibandingkan terapi steroid pada suami. 4. Pencucian spermatozoa Metode ini merupakan salah satu metode menghilangkan antibodiantisperma 'ang terikat pada sperma. Disini sperma dari suami dicucii beberapa kali dengan buffer fisiologik yang ditambah serum/albumin manusia 5-10%. Spermatozoa yang telah dicuci diinseminasi kekanalis servikalis atau kavum uteri isteri. Kualitas sperma yang baik penting sekali dalam metode ini. 5. Penggunaan heparin dan aspirin Pada keadaan infertilitas yang disebabkan adanya faktor auto imum dimana didapatkan antibodi antifosfolipid beberapa peneliti menggunakan heparin dan aspirin sebagai obat yang digunakan. tingkat kehamilan sebesar 49% pada kelompok terapi dan hanya 16% pada kelompok non terapi penggunaan heparin dan aspirindosis rendah lebih baik dibandingkan hanya menggunakan aspirin saja. Angka kehamilan 44% pada kelompok aspirin dan 80% pada kelompok aspirin ditambah heparin. menggunakan aspirin 100 mg/hari mulai 1 bulan sebelum konsepsi sampai selama kehamilan dapat meningkatkan angka keberhasilan kehamilan dari 6,1 % sampai 90,5%.