0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
930 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas konsep pemeriksaan tambahan untuk menilai fertilitas yang meliputi pemeriksaan semen, suhu basal, mukus serviks, fren test, dan uji pasca coitus untuk mengetahui status kesuburan pria dan wanita secara lebih mendalam.
Dokumen tersebut membahas konsep pemeriksaan tambahan untuk menilai fertilitas yang meliputi pemeriksaan semen, suhu basal, mukus serviks, fren test, dan uji pasca coitus untuk mengetahui status kesuburan pria dan wanita secara lebih mendalam.
Dokumen tersebut membahas konsep pemeriksaan tambahan untuk menilai fertilitas yang meliputi pemeriksaan semen, suhu basal, mukus serviks, fren test, dan uji pasca coitus untuk mengetahui status kesuburan pria dan wanita secara lebih mendalam.
Keseburan yang dimaksud disini adalah dapat bekerjanya secara optimal dari organ-organ reproduksi baik dari pihak pria maupun wanita sehingga dapat melakukan fungsi fertilitas dengan baik. Tingkat kesuburan wanita sangat dipengaruhi oleh fungsi hormonal, kesehatan ovarium dan system metabolisme, bila tiga hal tersebut tidak mengalami gangguan maka dapat dipastikan wanita tersebut memiliki tingkat kesuburan yang sangat baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah : 1. Genetik 2. Usia 3. Hormonal 4. Psikologi Usia juga sangat mepengaruhi kesuburan wanita : Tingkat kesuburan paling tinggi terjadi pada usia 18 – 30 tahun Menurun 5 – 10% pada rentang usia 30 – 35 tahun Persentase menurun 30% jika telah menapaki usia 35 – 40 tahun Kesuburan menurun hingga 50% ketika berusia 40 tahun ke atas bahkan berhenti secara total pada masa menopause, setelah melewati masa itu, sebenarnya wanita masih bisa jika kondisi ovarium masih sangat baik.mengalami kehamilan. Manfaat mengetahui masa subur : Menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi Memprediksi hari-hari subur yang maksimum Mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan Membantu mengidentifikasi sebagian masalah infertilitas Jenis jenis pemeriksaan kesuburan untuk mengetahui status kesuburan : 1. Riwayat medis 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan darah dan urine 4. Analisis semen dan sperma 5. Ultrasonografi (USG) 6. Hysterosalfingografi (HSG) 7. Tes antybody, kromosom dan genetik
Pemeriksaan Tambahan Untuk Fertilitas
Penilaian hasil pemeriksaan adalah : 1. Semen adalah lendir yang keluar dari genetalia jantan waktt ejakulasi (mani) terdiri dari : Bagian padat adalah spermatozoa Bagian cair disebut plasma semen (air mani) Warna semen waktu baru ejakulasi seperti warna lem kanji yang encer atau putih ke abu- abuan. Volume normal semen sekali ejakulasi sekitar 2,0 – 3,0 ml. ada juga sampai 4,5 ml. jika volume kurang dari 1 ml, ada kemungkinan tidak beresnya prostat dan vesicula seminalis yang merupakan penghasil utama plasma semen. Keadaan fisik semen yang baru diejakulasi adalah kental, tapi sekitar 15 menit akan mengalami pengenceran yang disebut likuifaksi oleh sminim (enzim lysis) yang dihasilkan prostat. Jika pengenceran tidak wajar berarti ada ketidakberesan pada kelenjar tersebut. 2. Lembaran kurva temperatur basal (suhu tubuh basal) Adalah suhu yang diperoleh dalam keadaan istirahat dan harus diambil segera setelah bangun di pagi hari setelah setidaknya 6 jam tidur. Tujuan pencatatan suhu basal adalah untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu tubuh diukur dengan termometer basal. Dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu tubuh normal sekitar 35,5 – 36 derajat celcius. Pada waktt ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat celcius kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat ccelcius. Pada saat itulah terjadi masa subur, kenaikan suhu tubuh akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun. Pencatatan hasil pengukuran suhu basal tubuh hrs dilakukan setiap hari selama 3 bulan utk melihat konsistensi siklus menstruasi. Bila catatan meperlihatkan dalm sebulan suhu basal tidak pernah mengalami kenaikan (tdk pernah sakit/demam) berarti pada kurun waktu tersebut tidak terjadi ovulasi. 3. Pemeriksaan mukus serviks Pemeriksaan dilakukan dg mengambil sampel jaringan lendir serviks menggunakan alat swab khusus , lalu diperiksa secara mikroskopik di laboratorium. Sesudah ovulasi mukus serviks menjadi lebih kental dan lebih keruh 4. Fren test (tes pakis) Yang diamati dlam fren test adalah pembentukan struktur menyerupai daun pakis oleh lendir serviks yang dikeringkan diatas objek glas dan dilihat dibawah mikroskop, tampak kristal dalam bentuk daun pakis. Biasanya kadar NacL tertinggi pada lendir serviks pada saat mendekati ovulasi karena dipengaruhi oleh aktifitas hormon estrogen yg tinggi. 5. Uji pasca coitus Dilakukan dengan memeriksa kadar sel sperma pada lendir serviks (tepatnya di forniks posterior vagina, ektoserviks dan endoserviks) dalam 8 hingga 10 jam setelah pasangan suami istri bersenggama di masa subur, sehinnga biasa dievaluasi kualitas dan kuantitas sel sperma serta intreaksinya dengan sel-sel di sekitar serviks.