Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu komponen yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran
(fertilitas) yang bersifat menambah jumlah penduduk. Fertilitas adalah kemampuan
menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita (fekunditas). Untuk
itu menurut Sugiri Indonesia harus memiliki Grand Design Pembangunan
Kependudukan (GDPK), yang meliputi fertilitas, mortalitas dan mobilitas penduduk.
Kondisi yang diinginkan adalah penduduk tumbuh seimbang sebagai prasyarat
tercapainya penduduk tanpa pertumbuhan, dimana tingkat fertilitas , mortalitas
semakin menurun, dan persebaran lebih merata.
Tingkat fertilitas di suatu negara dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti umur,
jenis kelamin, status perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi atau karakteristik
lainnya. Menurut Davis dan Blake faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah
variabel antara yaitu variabel yang secara langsung mempengaruhi dan variabel tak
langsung, seperti faktor soaial, ekonomi dan budaya. Menurut Easterlin tingkat
fertilitas sebagiannya ditentukan oleh karakteristik latar belakang seperti persepsi nilai
anak, agama, kondisi pemukiman, pendidikan, status kerja, umur kawin pertama,
pendapatan, kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap
fertilitas yang didasarkan atas karakteristik di atas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fertilitas?
2. Bagaimana Penilaian hasil Pemeriksaan semen?
3. Bagaimana penjelasan mengenai Lembaran kurva temperatur basal?
4. Bagaimana Instruksi penilaian hasil?
5. Bagaimana Pemeriksaan mucus serviks, Tesfern dan Ujipascacoitus?

C. Tujuan umum
Dibuatnya makalah ini dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan pada pra nikah dan prankonsepsi diharapkan mahasiswa
dapat memahami dan mengetahui tentang pemeriksaan tambahan untuk
fertilitas.

D. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari fertilitas
2. Untuk mengetahui hasil penilaian pemeriksaan semen
3. Untuk mengetahui lembaran kurva temperature basal
4. Untuk mengetahui Instruksi penilaian hasil
5. Untuk mengetahui pemeriksaan mucu serviks, tesfern dan Uji pasca
coitus

E. Manfaat
Manfaat yang kami harapkan dengan adanya makalah ini adalah dapat
menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca, layaknya penyusun
makalah ini dan dapat digunakan sebagai referensi untuk perbaikan makalah
ini kedepannya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Fertilitas
Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan
kesuburan wanita (fekunditas) Fertilitas juga sama dengan kelahiran hidup (live
birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-
tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan
sebagainya. Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan
pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali,
tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi (Mantra, 2000:145).
Definisi menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization-WHO), terdapat tiga konsep mengenai
kelahiran. Pertama, lahir hidup (live birth), adalah kelahiran seorang bayi tanpa
memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, di mana si bayi menunjukkan
tanda-tanda kehidupan pada saar dilahirkan. Kedua adalah lahir mati, kelahiran
seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan. Konsep terakhir
adalah aborsi, peristiwa kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang
dari 28 minggu baik secara sengaja maupun tidak disengaja (Adioetomo dan
Samosir, 2010:73-74).
Menurut Suandi (2010), fertilitas merupakan bagian dari sistem yang sangat
kompleks dalam sosial, biologi, dan interaksinya dengan faktor lingkungan.
Dalam penentuan tinggi rendahnya tingkat fertilitas seseorang, keputusan
diambil oleh istri atau suami-istri atau secara luas oleh keluarga. Penentuan
keputusan ini dapat dipengaruhi oleh latar belakang dan lingkungan, misalnya
pendidikan, pendapatan, pekerjaan, norma keluarga besar umur perkawinan,
dan sebagainya. SDKI (2007) menyebutkan bahwa jumlah anak dari seorang
wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk tingkat pendidikan
(menyebabkan penundaan perkawinan), umur kawin pertama, keinginan
membatasi jumlah anak, dan penggunaan kontrasepsi. Oleh karena itu,
perbedaan-perbedaan fertilitas antar masyarakat maupun antar waktu dari suatu
masyarakat baru dapat diketahui atau dipahami apabila telah memahami
beragam faktor yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi
dengan fertilitas.

2. Pemeriksaan Pemeriksaan tambahan untuk fertilitas

a. Penilaian hasil pemeriksaan semen

Lendir yang keluar dari genitalia jantan waktu ejakulasi disebut semen mani. Ia
terdiri dari bagian padat dan bagian cair . Bagian padat ialah spermatozoa,
bagian chair disebut plasma semen air mani. spermatozoa dihasilkan Testis,
plasma semen dihasilkan ampulla vas deferens, Dan kelenjar prostat, Vesikula
seminalis, Cowper, Dan Littre.
Semen keluar dari penis biasanya dalam 4 fraksi
:
1. Fraksi Pre-ejakulasi
2. Fraksi Awal
3. Fraksi utama fraksi-fraksi ejakulat
4. Fraksi akhir

Analisa semen parameter yang biasa diperiksa meliputi warna, bau, PH,
volume, viskositas, konsentrasi spermatozoa, dengan presentase Yang motil
dan mati kecepatan Mortalitas rata rata spermatozoa, presentasenya
Morfologi abnormal dan sel sel lain serta uji Fruktosa yang hanya dilakukan
khusus pada keadaan azoospremia Sedangkan persiapannya meliputi
petunjuk abstinence, cara memperoleh semen dan pemilihan penampung
semen yang disediakan oleh laboratorium. Analisis semen memerlukan
spesimen segar. Pemeriksaan analisis semen harus dikerjakan dalam waktu
kurang dari 30 menit setelah ejakulasi analisis semen sehingga memerlukan
kesiapan pemeriksa. Analisis Semen juga memerlukan persiapan khusus
pasien untuk mendapatkan spesimen yang layak periksa.

Hal hal yang perlu diperiksa atau diamati dalam analisis semen adalah
keadaan makroskopis Meliputi jumlah spermatozoa per ml, motilitas
spermatozoa, kecepatan, Morfologi spermatozoa, sel sel muda Eritrosit
lekosit agglutinasi.

Secara Makroskopis
Pemeriksaan Mikroskopis semen meliputi :

1. Warna
Warna normal adalah putih atau agak keruh. Kadang ditemukan juga
warna kekuning-kuningan atau merah. Merah kekuning-kuningan
mungkin di sebabkan karena radang saluran kencing atau abstinesi
terlalu lama. Warna merah biasanya oleh karena tercemar sel
eritrosit( hemospermi)
2. Volume
Cairan semen yang ditampung diukur dengan gelas ukur, dan dikatakan
Normospermi Bila volumenya normal yaitu 2-6 ml, dengan jumlah rata
rata 2 – 3,5ml. Aspermi bila tidak keluar sperma pada waktu ejakulasi.
Perspermi bila volume lebih dari 6 ml. Hipospermi bila volumenya
kurang 1 ml ini mungkin disebabkan karena :
a. Tercecer pada waktu memasukkan semen ke dalam botol.
b. Keadaan patologis antara lain
- penyumbatan kedua duktus ejakulatoriu
- Kelainan kongenital misalnya agenesis Vasikula seminalis Hipospermi
Biasanya diikuti oleh konsentrasi spermatozoa yang rendah dan hiperspermi
dapat disebabkan karena abstinensi Yang lama dan produksi kelenjar
aksesoris yang berlebihan Secara kasar volume terdiri dari Sekret kelenjar
bubouretral 3% Sekret kelenjar Prostrat 20% Spermatozoa dengan cairan
Epididimis 7% Dan sisanya yang merupakan bagian terbesar dari vasika
seminalis 70% Mengenai cara pengeluaran nya pada waktu yang terjadi
ejakulasi mula mula Sekret kelenjar prostat baru spermatozoa dengan cairan
dari epididimis dan ampula lalu yang terakhir cairan seminalis.

Volume semen sangat bervariasi antara tiap tiap pria, bahkan ada seorang
pria pada tiap tiap ejakulasi, faktor faktor yang mempengaruhi sangat
banyak antara lain lamanya Abstinensia keadaan emosi ataupun rangsangan
pada waktu terjadinya ejakulasi.

3. Bau
spermatozoa mempunyai bau khas, sekali membawa tidak akan lupa lagi
bau ini mungkin disebabkan oleh proses oksidasi dari spermia yang
diproduksi oleh prostat semen dapat berbau busuk atau amis bila terjadi
infeksi.
4. pH
cara untuk mengetahui keasaman semen digunakan kertas pH atau
Lakmus, biasanya sifatnya sedikit alkalis. Semen yang terlalu lama akan
berubah pH nya. Pada infeksi akut kelenjar prostat pHnya berubah
menjadi di atas 8 atau menjadi 7,2 misalnya ada infeksi kronis organ
organ tadi. Who memakai kriteria normal yang lajim yaitu 7,2-7,8.
5. Viskositas
Vikositas Semen diukur setelah mengalami Liquifaksi betul ( 15-20
menita setelah ejakulasi). Pengukuran dapat dilakukan dengan 2 cara:
- Dengan pipet pasteur: Semen di isap ke dalam Pipet tersebut pada waktu
pipet diangkat maka akan tertinggal sembilan berbentuk Benang pada ujung
pipet. Panjang Benang diukur, normalnya panjangnya 3-5 cm.
- Menggunakan pipet yang sudah mengalami standardisasi iPad dalam posisi
tegak lalu diukur waktu yang diperlukan saat Pipet semen untuk lepas dari
ujung pipet tadi, angka normal adalah 1-2 detik.

6. Likuefaksi
Semen normal pada suhu ruangan akan mengalami liqueFaksi dalam
waktu 60 menit walau pada umumnya sudah terjadi selama 15 min pada
beberapa kasus Likuifaksi Lengkap tidak terjadi selama 60 min. Hal ini
bisa terjadi bila mengandung Granulla seperti Jeli ( badan gelatine yang
tidak mencair) tetapi tidak memiliki makna secara klinis bila hal ini
ditemukan akan sangat mengganggu dalam analisis semen, sehingga
perlu dibantu dengan pencampuran Enzimatis.

Secara Mikroskopis

Pemeriksaan Mikroskopis meliputi :

a. Kecepatan gerak sperma


Semen yang tidak diencerkan di teteskan ke dalam. Hitung, tentukan waktu
yang dibutuhkan satu spermatozoa untuk menempuh jarak 1/20 mm, pada
keadaan normal dibutuhkan 1-1,4 detik ini disebut norma kinetik.

b. Motilitas sperma
Motilitas dikenali sebagai prediktor yang terpenting dalam aspek fungsional
spermatozoa. Motilitas sperma merupakan refleksi perkembangan normal dan
kematangan spermatozoa dalam epididimis. Menurut who tahun 2010 motilitas
spermatozoa dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
- progresif motility spermatozoa bergerak bebas, baik lurus maupun
lingkaran besar, dalam kecepatan apapun.
- Non Progresif motility seperti Benang dalam lingkaran kecil atau ekor
flagela yang sulit menggerakkan kepala atau hanya ekor saja bergerak.
- Imotility tidak bergerak sama sekali

Namun secara garis besar who dan beberapa ahli berpendapat motilitas dianggap
normal bila 50% atau lebih bergerak maju atau 25% atau lebih bergerak maju dengan
cepat waktu 60 min setelah ditampung.

Yang dikatakan memiliki nilai motilitas normal yaitu Progresif motility lebih dari
32% atau PR + NP lebih dari 40%. Disebut asthenospermia ( 15%) periode Abstinensi
Yang panjang, infeksi tractus genitalia Obstruksi duktus parsial, dan varikokel hal ini
dapat menurunkan motilitas sperma dalam penetrasi ke mukosa servikal.

c. Jumlah dan konsentrasi sperma


Pemeriksaan ini dilakukan setelah terjadi pengeluaran cairan semen. Jumlah
sperma normal lebih dari 20 juta sperma per ml bila jumlahnya kurang dari 20
juta sperma per ml maka disebut sebagai oligospermia. Azoospermia Ketiadaan
sperma dapat disebabkan karena adanya gangguan saat spermatogenesis dan
disfungsi ejakulasi ataupun karena adanya Obstruksi laboratorium who
menetapkan batas toleransi jumlah sperma terendah yang masih dikatakan
normal adalah lebih dari 20juta sperma per ml atau jumlah sperma total lebih
dari 39 juta ejakulasi. ( WHO, 2010)

d. Jumlah spermatozoa per ml


Perlu diketahui yang dimaksud dengan konsentrasi sperma ialah jumlah
spermatozoa per ml sperma. Jumlah spermatozoa total ialah jumlah seluruh
spermatozoa dalam ejakulasi jumlah sperma di katakan
Normal : jumlah spermatozoa di atas 60juta per ml
Subfertil : 20-60 juta/ml
Steril : 20 juta atau kurang /ml
Namun who menganggap bila jumlah sperma 20juta/ml atau lebih dianggap
masih normal.

e. Viabilitas Sperma
standar nilai via bilitas normal adalah lebih dari 58% Bila sperma yang motil
ditemukan kurang dari 58% sperma yang viabel Maka kemungkinan motilitas
sperma akan menurun karena terdapat sperma Yang mati. Perlu dilakukan
pemeriksaan via bilitas pada analisa sperma ini ( WHO 2010).

f. Morfologi
Morfologi spermatozoa yang normal ditentukan oleh bentuk kepala, leher
tampak adanya sitoplasmik “droplets” dan bentuk ekor. Semen yang normal
mengandung setidaknya 48% sampai 50% spermatozoa normal.

g. Aglutinasi Sperma

Pemeriksaan ini dimulai dengan hapusan tebal dengan meletakan semen pada slide
yang di tutup oleh cover slip Dan diamati pada pembesaran 1000 kali melalui metode
ini agglutinasi sperma keberadaan sperma dan motilitas Subyektif sperma dapat
diamati. Dalam keadaan normal tidak ditemukan adanya agglutinasi dan jumlah
lekosit kurang dari 1juta per ml Serta tidak ditemukan adanya Immature germ cell.
Adanya Adhesi sperma ke elemen non sperma mau indikasikan adanya infeksi
kelenjar aksesoris, adanya Adhesi sperma sperma mengin dikasikan adanya antibodi
anti sperma Sekunder.

h. Komponen seluler lain dari semen lekosit dan Eritrosit.


Sel non sperma sel Germinal yang Immatur sel epitel dan lekosit. Lekosit
merupakan elemen sel non sperma yang sangat signifikan dan sering dijumpai
pada pasien dengan Infertilitas. Who menyatakan bahwa bila levelnya kos it di
atas satu kali 106 WBC per ml maka disebut dengan Leukositospermia. nilai
normalnya adalah kurang dari 1juta ml apabila sperma pemeriksaan ini
hasilnya negatif, maka diagnosisnya adalah lekositspermi non infeksi, yang
mengi indikasi adanya permaebilitas Abnormal traktue genital pria hingga
Sehingga mudah dilalui oleh SDP jenis sel bulat lain yang kadang ditemukan
adalah sel sel Imatur dari segi spermatogenetik Dan sel epitel dari uretra dan
Vasikula urinaria . Sedangkan untuk sel darah merah Eritrosit dalam keadaan
normal tidak ditemukan pada pemeriksaan semen.

LEMBARAN KURVA TEMPETARUE BASAL

Metode Suhu Basal  


Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan
pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas
lainnya. 
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer
basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui
dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu
normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan
turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan
kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa
subur/ovulasi. 
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 34 hari, kemudian akan
turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal
sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun. 
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan
suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang
memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh
dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi
kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum
akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap
tinggi. 
1. Manfaat 
Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun
kontrasepsi. 
a. Manfaat konsepsi Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang
menginginkan kehamilan. 
b. Manfaat kontrasepsi Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang
menghindari atau mencegah kehamilan. 
2. Efektifitas 
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan
berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat
keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan
per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15
kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh
lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain
seperti kondom, spermisida, ataupun metode kalender (calender method or
periodic abstinence). 
Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh Adapunfaktor
yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh antara lain: 
a. penyakit 
b. gangguan tidur 
c. merokok dan atau minum alkohol 
d. penggunaan obat-obatan ataupun narkoba. 
e. stres 
f. penggunaan selimut elektrik 
3. Keuntungan Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain: 
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa
subur/ovulasi. 
b. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur untuk mendeteksi masa
subur/ovulasi. 
c. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk
hamil. 
d. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa
subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks. 
e. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri. 
 
Keterbatasan 
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut. 
a. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri. 
b. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis. 
c. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol,
stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik. 
d. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama. 
e. Tidak mendeteksi awal masa subur. 
f. Membutuhkan masa pantang yang lama. 
Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu BasalTubuh Aturan perubahan
suhu/temperatur sebagai berikut. 
a. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat
tidur). 
b. Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia. 
c. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk
menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu
tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya. 
d. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain. 
e. Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari
suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu. 
f. Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh
berada di atas garis pelindung/suhu basal. 
g. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan
secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tidak subur). 
h. Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh lebih panjang dari
metode ovulasi billings. 
i. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati. 
 
Catatan 
a. Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama
perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari
kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung
sebelum memulai senggama. 
b. Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu
tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid kemudian kembali mencatat
grafik suhu basal siklus berikutnya.

INSTRUKSI PENILAIAN HASIL

PEMERIKSAAN MUCUS SERVIKS

Metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn


Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan kemudian menyebar
ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat, sehingga dapat
diterima oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang
dengan kontrasepsi modern.

Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga


berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi
dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulvamenjelang hari-hari
ovulasi.

Esensi Metode Mukosa Serviks


Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel
sekretori serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:

1. Molekul lendir.
2. Air.
3. Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).
Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh
sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap
adanya lendir pada masa subur/ovulasi.

Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada


saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita
sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus
dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir
pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.

Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:

1. Merasakan perubahan rasa pada vulvasepanjang hari.


2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan
menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.

Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah
pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang
mengontrol kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian
akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau
menunda kehamilan.

Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi
wanita yang menginginkan kehamilan.

Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat,
pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks,
serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka
kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per
tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa
serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam
mencegah kehamilan 99 persen.

Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:

1. Mudah digunakan.
2. Tidak memerlukan biaya.
3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang
mengamati tanda-tanda kesuburan.
Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki
keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:

1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan


metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-
tanda kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:

1. Menyusui.
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
4. Perimenopause.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6. Spermisida.
7. Infeksi penyakit menular seksual.
8. Terkena vaginitis.
Instruksi Kepada Pengguna/Klien
Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut:

1. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar
dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam
harinya.
2. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan
perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke
dalam vagina.
3. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar
ketidaksuburan.
4. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama
satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola
kesuburan maupun pola dasar tidak subur.
5. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama
tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi.
6. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang
bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan
masa tidak subur.
7. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini
merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
8. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini
untuk menghindari terjadinya pembuahan.
9. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak
hari subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya.
Contoh Kode yang Dipakai untuk Mencatat Kesuburan
Pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid).
Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering.
Gambar suatu tanda L dalam lingkaran atau biarkan kosong untuk memperlihatkan
lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur.
Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur yang kental,
putih, keruh

c) Zona Basah atau Berlendir


Zona ini harus mendapat perhatian khusus karena disinilah lendir
serviks akan muncul. Pada zona ini akan terjadi ovulasi. Inilah
saat-saat emas bagi wanita (golden period). Wanita hanya akan
mengeluarkan sebuah telur dari salah satu ovarium dan hanya
berumur 24 jam untuk bisa dibuahi. Zona ini berlangsung kurang
lebih selama enam hari.
(1) Hari basah satu (L1)
Ini adalah hari pertama dan permulaan masa subur karena
akan ditemukannya sedikit lendir. Hal utama yang harus
diperhatikan adalah warna dan kekentalannya. Lendir yang
muncul pada hari pertama biasanya lebih keruh dan kental.
(2) Hari basah kedua (L2)
Lendir serviks benar-benar muncul. Lendir ini masih kental,
keruh dan berwarna krem. Ketika diregangkan dengan
meletakkan lendir serviks antara ibu jari dan jari telunjuk
kemudian secara perlahan dipisahkan menjadi dua, jarak
regangan lendir tersebut ± 2,5-5 cm.
(3) Hari basah ketiga (L3)
Lendir serviks lebih cair dan elastis serta jumlah yang lebih
banyak dari hari sebelumnya. Lendir ini masih buram, tapi
tidak sekeruh sebelumnya. Lendir akan terasa lebih basah dan
kekentalannya lebih berair serta jarak regangannya lebih jauh.

(4) Hari basah keempat (L4)


Lendir serviks muncul dengan sifat lebih berair dari hari
sebelumnya. Bentuknya lebih jernih dan bisa meregang lebih
jauh dari hari sebelumnya.
(5) Hari basah ke lima (L5)
Lendir serviks yang muncul bersifat sangat berair.
Kekentalannya sama seperti putih telur mentah, sangat licin
dan jernih. Lendir menjadi lebih elastis dan meregang
dengan jarak beberapa sentimeter (> 10 cm) tanpa terputus.
Dalam metode ovulasi, ini disebut sebagai kondisi puncak
yang merupakan golden periode untuk memiliki keturunan.
(6) Hari basah ke enam (L6)
Lendir serviks masih keluar dengan tekstur yang jernih dan
licin. Kondisi ini masih akan terlihat pada hari-hari
berikutnya. Gejala puncak ini berlangsung ± 1-2 hari.
Namun, ada sebagian wanita yang mengalami gejala puncak
dalam beberapa jam saja.
d) Zona Kering II
Setelah melalui hari-hari basah, wanita masuk pada hari
kering kedua. Namun berbeda dengan kering I, saat ini masih
terdapat lendir serviks yang berubah menjadi kental, keruh dan
tidak meregang. Lamanya juga berbeda namun relatif konstan
dan paling lama dibanding tiga zona lainnya. Jika siklus haid selama 28 hari maka
zona ini berlangsung sekitar 10-12 hari yang
selanjutnya akan kembali pada zona berdarah.
Dalam penggunaan metode lendir serviks diperlukan latihan
selama minimal 3 kali siklus. Jika mengalami kesulitan menentukan
ovulasi dengan lendir serviks, dapat menggunakan bantuan metode
suhu basal tubuh untuk menambah informasi, terutama apabila siklus
haidnya tidak teratur.
(Anton dan Andari, 2011).
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mu’minuun : 12-14).

TES FERN

Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu parameter dalam evaluasi
lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur seperti daun pakis mengacu pada derajat
dan pola yang tampak jika lendir dikeringkan di atas permukaan kaca objek. Wibowo (1991)
menyebutkan bahwa pembentukan struktur daun pakis pada lendir serviks salah satunya
ditentukan oleh konsentrasi NaCl. Sepanjang siklus menstruasi komponen tersebut
merupakan garam dengan persentase tertinggi. Konsentrasi garam tersebut mencapai
puncaknya pada saat ovulasi.12 Terbentuknya pola ferning tergantung pada adanya mucin,
protein dan konsentrasi elektrolit . Kessereii (1993) menyebutkan bahwa pada dasarnya
semua elektrolit menghasilkan reaksi pembentukan ferning dalam larutan pada konsentrasi
yang tepat (optimum). Karena semua garam mempunyai kemampuan membentuk ferning,
maka jumlah garam yang banyak akan memberikan gambaran ferning yang lebih jelas.
Lendir serviks mengandung garam kalium dalam jumlah yang sangat sedikit atau merupakan
trace elemen (Elstein et Al,,1973), sebaliknya sepanjang siklus menstruasi garam natrium
terdapat dalam jumlah paling banyak yaitu 0,7 % (Elstein et Al,,1973).
Sehingga dalam lendir serviks garam natrium lebih dominan dalam pembentukan ferning. 10
Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pada saat ovulasi, bentuk daun pakis
akan lebih jelas terlihat apabila diambil sampel lender pada waktu yang mendekati ovulasi,
dimana struktur tersebut akan mengering menjadi sebuah bentuk seperti daun pakis (tes fern).
Sebelum dan sesudah ovulasi dan selama kehamilan akan di temukan pola dengan ciri khas
yang berbeda. Pada saat terjadi ovulasi lender serviks akan menjadi sangat cair dan jernih
sebaliknya akan tampak kekuningan dan kental jika diperiksa pada saat tahapan pra ovulasi
dan pasca ovulasi dari siklus haid. 13 Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat
pemeriksaan fern akan menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna.
Ditemukannya pola
pakis yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen
yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks

UJI PASCA COITUS


Uji paska senggama
Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana namun dapat memberi informasi
mengenai interaksi antara sperma dan getah seviks. Uji pasca senggama dilakukan 2-3
hari sebelum masa perkiraan ovulasi. Pengambilan lendir serviks dari kanalis-endo
serviks dilakukan setelah 2-12 jam senggama.Pemeriksaan dilakukan dibawah
mikroskop. Uji pasca senggama dikatakan positif apabila ditemukan paling sedikit 5
sperma perlapangan pandang besar. Uji pasca senggama dapat memberikan informasi
gambaran tentang kualitas sperma, fungsi getah serviks dan keramahan getah serviks
terhadap sperma.
ji pasca senggama dilakukan dengan memeriksa kadar sel sperma pada lendir serviks
(tepatnya di forniks posterior vagina, ektoserviks, dan endoserviks. Dari sini, bisa
dievaluasi bagaimana kualitas dan kuantitas sel sperma, serta interaksinya dengan sel-
sel di sekitar serviks.
ji pasca senggama dilakukan dengan memeriksa kadar sel sperma pada lendir serviks
(tepatnya di forniks posterior vagina, ektoserviks, dan endoserviks. Dari sini, bisa
dievaluasi bagaimana kualitas dan kuantitas sel sperma, serta interaksinya dengan sel-
sel di sekitar serviks. Pemeriksaan ini menandakan bahwa Teknik koitus lendir
serviks normal, Estrogen ovarium cukup baik.

Daftar Pustaka
E jurnal. Femi Dwi Aldini. Hubungan Body Mass indeks dengan kejadian Infertilitas
pada perempuan. 2012: Surakarta

E Jurnal Siti Hawa. penilaian Hasil pemeriksaan Semen. 2018

Anda mungkin juga menyukai