PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komponen yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran
(fertilitas) yang bersifat menambah jumlah penduduk. Fertilitas adalah kemampuan
menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita (fekunditas). Untuk
itu menurut Sugiri Indonesia harus memiliki Grand Design Pembangunan
Kependudukan (GDPK), yang meliputi fertilitas, mortalitas dan mobilitas penduduk.
Kondisi yang diinginkan adalah penduduk tumbuh seimbang sebagai prasyarat
tercapainya penduduk tanpa pertumbuhan, dimana tingkat fertilitas , mortalitas
semakin menurun, dan persebaran lebih merata.
Tingkat fertilitas di suatu negara dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti umur,
jenis kelamin, status perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi atau karakteristik
lainnya. Menurut Davis dan Blake faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah
variabel antara yaitu variabel yang secara langsung mempengaruhi dan variabel tak
langsung, seperti faktor soaial, ekonomi dan budaya. Menurut Easterlin tingkat
fertilitas sebagiannya ditentukan oleh karakteristik latar belakang seperti persepsi nilai
anak, agama, kondisi pemukiman, pendidikan, status kerja, umur kawin pertama,
pendapatan, kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap
fertilitas yang didasarkan atas karakteristik di atas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fertilitas?
2. Bagaimana Penilaian hasil Pemeriksaan semen?
3. Bagaimana penjelasan mengenai Lembaran kurva temperatur basal?
4. Bagaimana Instruksi penilaian hasil?
5. Bagaimana Pemeriksaan mucus serviks, Tesfern dan Ujipascacoitus?
C. Tujuan umum
Dibuatnya makalah ini dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan pada pra nikah dan prankonsepsi diharapkan mahasiswa
dapat memahami dan mengetahui tentang pemeriksaan tambahan untuk
fertilitas.
D. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari fertilitas
2. Untuk mengetahui hasil penilaian pemeriksaan semen
3. Untuk mengetahui lembaran kurva temperature basal
4. Untuk mengetahui Instruksi penilaian hasil
5. Untuk mengetahui pemeriksaan mucu serviks, tesfern dan Uji pasca
coitus
E. Manfaat
Manfaat yang kami harapkan dengan adanya makalah ini adalah dapat
menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca, layaknya penyusun
makalah ini dan dapat digunakan sebagai referensi untuk perbaikan makalah
ini kedepannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Fertilitas
Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan
kesuburan wanita (fekunditas) Fertilitas juga sama dengan kelahiran hidup (live
birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-
tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan
sebagainya. Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan
pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali,
tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi (Mantra, 2000:145).
Definisi menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization-WHO), terdapat tiga konsep mengenai
kelahiran. Pertama, lahir hidup (live birth), adalah kelahiran seorang bayi tanpa
memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, di mana si bayi menunjukkan
tanda-tanda kehidupan pada saar dilahirkan. Kedua adalah lahir mati, kelahiran
seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan. Konsep terakhir
adalah aborsi, peristiwa kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang
dari 28 minggu baik secara sengaja maupun tidak disengaja (Adioetomo dan
Samosir, 2010:73-74).
Menurut Suandi (2010), fertilitas merupakan bagian dari sistem yang sangat
kompleks dalam sosial, biologi, dan interaksinya dengan faktor lingkungan.
Dalam penentuan tinggi rendahnya tingkat fertilitas seseorang, keputusan
diambil oleh istri atau suami-istri atau secara luas oleh keluarga. Penentuan
keputusan ini dapat dipengaruhi oleh latar belakang dan lingkungan, misalnya
pendidikan, pendapatan, pekerjaan, norma keluarga besar umur perkawinan,
dan sebagainya. SDKI (2007) menyebutkan bahwa jumlah anak dari seorang
wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk tingkat pendidikan
(menyebabkan penundaan perkawinan), umur kawin pertama, keinginan
membatasi jumlah anak, dan penggunaan kontrasepsi. Oleh karena itu,
perbedaan-perbedaan fertilitas antar masyarakat maupun antar waktu dari suatu
masyarakat baru dapat diketahui atau dipahami apabila telah memahami
beragam faktor yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi
dengan fertilitas.
Lendir yang keluar dari genitalia jantan waktu ejakulasi disebut semen mani. Ia
terdiri dari bagian padat dan bagian cair . Bagian padat ialah spermatozoa,
bagian chair disebut plasma semen air mani. spermatozoa dihasilkan Testis,
plasma semen dihasilkan ampulla vas deferens, Dan kelenjar prostat, Vesikula
seminalis, Cowper, Dan Littre.
Semen keluar dari penis biasanya dalam 4 fraksi
:
1. Fraksi Pre-ejakulasi
2. Fraksi Awal
3. Fraksi utama fraksi-fraksi ejakulat
4. Fraksi akhir
Analisa semen parameter yang biasa diperiksa meliputi warna, bau, PH,
volume, viskositas, konsentrasi spermatozoa, dengan presentase Yang motil
dan mati kecepatan Mortalitas rata rata spermatozoa, presentasenya
Morfologi abnormal dan sel sel lain serta uji Fruktosa yang hanya dilakukan
khusus pada keadaan azoospremia Sedangkan persiapannya meliputi
petunjuk abstinence, cara memperoleh semen dan pemilihan penampung
semen yang disediakan oleh laboratorium. Analisis semen memerlukan
spesimen segar. Pemeriksaan analisis semen harus dikerjakan dalam waktu
kurang dari 30 menit setelah ejakulasi analisis semen sehingga memerlukan
kesiapan pemeriksa. Analisis Semen juga memerlukan persiapan khusus
pasien untuk mendapatkan spesimen yang layak periksa.
Hal hal yang perlu diperiksa atau diamati dalam analisis semen adalah
keadaan makroskopis Meliputi jumlah spermatozoa per ml, motilitas
spermatozoa, kecepatan, Morfologi spermatozoa, sel sel muda Eritrosit
lekosit agglutinasi.
Secara Makroskopis
Pemeriksaan Mikroskopis semen meliputi :
1. Warna
Warna normal adalah putih atau agak keruh. Kadang ditemukan juga
warna kekuning-kuningan atau merah. Merah kekuning-kuningan
mungkin di sebabkan karena radang saluran kencing atau abstinesi
terlalu lama. Warna merah biasanya oleh karena tercemar sel
eritrosit( hemospermi)
2. Volume
Cairan semen yang ditampung diukur dengan gelas ukur, dan dikatakan
Normospermi Bila volumenya normal yaitu 2-6 ml, dengan jumlah rata
rata 2 – 3,5ml. Aspermi bila tidak keluar sperma pada waktu ejakulasi.
Perspermi bila volume lebih dari 6 ml. Hipospermi bila volumenya
kurang 1 ml ini mungkin disebabkan karena :
a. Tercecer pada waktu memasukkan semen ke dalam botol.
b. Keadaan patologis antara lain
- penyumbatan kedua duktus ejakulatoriu
- Kelainan kongenital misalnya agenesis Vasikula seminalis Hipospermi
Biasanya diikuti oleh konsentrasi spermatozoa yang rendah dan hiperspermi
dapat disebabkan karena abstinensi Yang lama dan produksi kelenjar
aksesoris yang berlebihan Secara kasar volume terdiri dari Sekret kelenjar
bubouretral 3% Sekret kelenjar Prostrat 20% Spermatozoa dengan cairan
Epididimis 7% Dan sisanya yang merupakan bagian terbesar dari vasika
seminalis 70% Mengenai cara pengeluaran nya pada waktu yang terjadi
ejakulasi mula mula Sekret kelenjar prostat baru spermatozoa dengan cairan
dari epididimis dan ampula lalu yang terakhir cairan seminalis.
Volume semen sangat bervariasi antara tiap tiap pria, bahkan ada seorang
pria pada tiap tiap ejakulasi, faktor faktor yang mempengaruhi sangat
banyak antara lain lamanya Abstinensia keadaan emosi ataupun rangsangan
pada waktu terjadinya ejakulasi.
3. Bau
spermatozoa mempunyai bau khas, sekali membawa tidak akan lupa lagi
bau ini mungkin disebabkan oleh proses oksidasi dari spermia yang
diproduksi oleh prostat semen dapat berbau busuk atau amis bila terjadi
infeksi.
4. pH
cara untuk mengetahui keasaman semen digunakan kertas pH atau
Lakmus, biasanya sifatnya sedikit alkalis. Semen yang terlalu lama akan
berubah pH nya. Pada infeksi akut kelenjar prostat pHnya berubah
menjadi di atas 8 atau menjadi 7,2 misalnya ada infeksi kronis organ
organ tadi. Who memakai kriteria normal yang lajim yaitu 7,2-7,8.
5. Viskositas
Vikositas Semen diukur setelah mengalami Liquifaksi betul ( 15-20
menita setelah ejakulasi). Pengukuran dapat dilakukan dengan 2 cara:
- Dengan pipet pasteur: Semen di isap ke dalam Pipet tersebut pada waktu
pipet diangkat maka akan tertinggal sembilan berbentuk Benang pada ujung
pipet. Panjang Benang diukur, normalnya panjangnya 3-5 cm.
- Menggunakan pipet yang sudah mengalami standardisasi iPad dalam posisi
tegak lalu diukur waktu yang diperlukan saat Pipet semen untuk lepas dari
ujung pipet tadi, angka normal adalah 1-2 detik.
6. Likuefaksi
Semen normal pada suhu ruangan akan mengalami liqueFaksi dalam
waktu 60 menit walau pada umumnya sudah terjadi selama 15 min pada
beberapa kasus Likuifaksi Lengkap tidak terjadi selama 60 min. Hal ini
bisa terjadi bila mengandung Granulla seperti Jeli ( badan gelatine yang
tidak mencair) tetapi tidak memiliki makna secara klinis bila hal ini
ditemukan akan sangat mengganggu dalam analisis semen, sehingga
perlu dibantu dengan pencampuran Enzimatis.
Secara Mikroskopis
b. Motilitas sperma
Motilitas dikenali sebagai prediktor yang terpenting dalam aspek fungsional
spermatozoa. Motilitas sperma merupakan refleksi perkembangan normal dan
kematangan spermatozoa dalam epididimis. Menurut who tahun 2010 motilitas
spermatozoa dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
- progresif motility spermatozoa bergerak bebas, baik lurus maupun
lingkaran besar, dalam kecepatan apapun.
- Non Progresif motility seperti Benang dalam lingkaran kecil atau ekor
flagela yang sulit menggerakkan kepala atau hanya ekor saja bergerak.
- Imotility tidak bergerak sama sekali
Namun secara garis besar who dan beberapa ahli berpendapat motilitas dianggap
normal bila 50% atau lebih bergerak maju atau 25% atau lebih bergerak maju dengan
cepat waktu 60 min setelah ditampung.
Yang dikatakan memiliki nilai motilitas normal yaitu Progresif motility lebih dari
32% atau PR + NP lebih dari 40%. Disebut asthenospermia ( 15%) periode Abstinensi
Yang panjang, infeksi tractus genitalia Obstruksi duktus parsial, dan varikokel hal ini
dapat menurunkan motilitas sperma dalam penetrasi ke mukosa servikal.
e. Viabilitas Sperma
standar nilai via bilitas normal adalah lebih dari 58% Bila sperma yang motil
ditemukan kurang dari 58% sperma yang viabel Maka kemungkinan motilitas
sperma akan menurun karena terdapat sperma Yang mati. Perlu dilakukan
pemeriksaan via bilitas pada analisa sperma ini ( WHO 2010).
f. Morfologi
Morfologi spermatozoa yang normal ditentukan oleh bentuk kepala, leher
tampak adanya sitoplasmik “droplets” dan bentuk ekor. Semen yang normal
mengandung setidaknya 48% sampai 50% spermatozoa normal.
g. Aglutinasi Sperma
Pemeriksaan ini dimulai dengan hapusan tebal dengan meletakan semen pada slide
yang di tutup oleh cover slip Dan diamati pada pembesaran 1000 kali melalui metode
ini agglutinasi sperma keberadaan sperma dan motilitas Subyektif sperma dapat
diamati. Dalam keadaan normal tidak ditemukan adanya agglutinasi dan jumlah
lekosit kurang dari 1juta per ml Serta tidak ditemukan adanya Immature germ cell.
Adanya Adhesi sperma ke elemen non sperma mau indikasikan adanya infeksi
kelenjar aksesoris, adanya Adhesi sperma sperma mengin dikasikan adanya antibodi
anti sperma Sekunder.
1. Molekul lendir.
2. Air.
3. Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).
Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh
sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap
adanya lendir pada masa subur/ovulasi.
Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah
pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang
mengontrol kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian
akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau
menunda kehamilan.
Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi
wanita yang menginginkan kehamilan.
Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat,
pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks,
serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka
kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per
tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa
serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam
mencegah kehamilan 99 persen.
Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
1. Mudah digunakan.
2. Tidak memerlukan biaya.
3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang
mengamati tanda-tanda kesuburan.
Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki
keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Menyusui.
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
4. Perimenopause.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6. Spermisida.
7. Infeksi penyakit menular seksual.
8. Terkena vaginitis.
Instruksi Kepada Pengguna/Klien
Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut:
1. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar
dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam
harinya.
2. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan
perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke
dalam vagina.
3. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar
ketidaksuburan.
4. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama
satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola
kesuburan maupun pola dasar tidak subur.
5. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama
tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi.
6. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang
bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan
masa tidak subur.
7. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini
merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
8. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini
untuk menghindari terjadinya pembuahan.
9. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak
hari subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya.
Contoh Kode yang Dipakai untuk Mencatat Kesuburan
Pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid).
Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering.
Gambar suatu tanda L dalam lingkaran atau biarkan kosong untuk memperlihatkan
lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur.
Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur yang kental,
putih, keruh
TES FERN
Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu parameter dalam evaluasi
lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur seperti daun pakis mengacu pada derajat
dan pola yang tampak jika lendir dikeringkan di atas permukaan kaca objek. Wibowo (1991)
menyebutkan bahwa pembentukan struktur daun pakis pada lendir serviks salah satunya
ditentukan oleh konsentrasi NaCl. Sepanjang siklus menstruasi komponen tersebut
merupakan garam dengan persentase tertinggi. Konsentrasi garam tersebut mencapai
puncaknya pada saat ovulasi.12 Terbentuknya pola ferning tergantung pada adanya mucin,
protein dan konsentrasi elektrolit . Kessereii (1993) menyebutkan bahwa pada dasarnya
semua elektrolit menghasilkan reaksi pembentukan ferning dalam larutan pada konsentrasi
yang tepat (optimum). Karena semua garam mempunyai kemampuan membentuk ferning,
maka jumlah garam yang banyak akan memberikan gambaran ferning yang lebih jelas.
Lendir serviks mengandung garam kalium dalam jumlah yang sangat sedikit atau merupakan
trace elemen (Elstein et Al,,1973), sebaliknya sepanjang siklus menstruasi garam natrium
terdapat dalam jumlah paling banyak yaitu 0,7 % (Elstein et Al,,1973).
Sehingga dalam lendir serviks garam natrium lebih dominan dalam pembentukan ferning. 10
Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pada saat ovulasi, bentuk daun pakis
akan lebih jelas terlihat apabila diambil sampel lender pada waktu yang mendekati ovulasi,
dimana struktur tersebut akan mengering menjadi sebuah bentuk seperti daun pakis (tes fern).
Sebelum dan sesudah ovulasi dan selama kehamilan akan di temukan pola dengan ciri khas
yang berbeda. Pada saat terjadi ovulasi lender serviks akan menjadi sangat cair dan jernih
sebaliknya akan tampak kekuningan dan kental jika diperiksa pada saat tahapan pra ovulasi
dan pasca ovulasi dari siklus haid. 13 Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat
pemeriksaan fern akan menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna.
Ditemukannya pola
pakis yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen
yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks
Daftar Pustaka
E jurnal. Femi Dwi Aldini. Hubungan Body Mass indeks dengan kejadian Infertilitas
pada perempuan. 2012: Surakarta