Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENANGANAN DISMENORE


PADA REMAJA PUTRI STIKES MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2021

Disusun Oleh:
Adinda Safitri 1910301002
Aras Pinanti 1910301003
Ferawati Agustina 1910301008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIREBON


Jl. Kalitanjung Timur No. 14/18 A Kel./Kec. Harjamukti
Kota Cirebon
Tahun 2021

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim, Alhamdulillahirabil ‘alamin, puji dan

syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan

hidayah-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Laporan

Penelitian. Laporan Penelitian dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Dengan

Perilaku Penanganan Dismenore Pada Mahasiswi Stikes Muhammadiyah

Cirebon Tahun 2021 ” adalah bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Mata

Kuliah Asuhan Kebidanan Pada Remaja.

Dalam penyusunan Laporan ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan

baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:

1. Hj. Ilah Sursilah, S.Si.T.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Cirebon yang telah banyak membantu

penyusun selama proses penyusunan Laporan Penelitian.

2. Drs. H. Kosasih Natawijaya, M.Pd.I, selaku Ketua Badan Pembina Harian

(BPH) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Cirebon

3. Teman-teman sejawat di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah

Cirebon yang telah membantu penyusun dalam menyusun Laporan

Penelitian ini

4. Calon imam tercinta yang selalu mendukung dalam penyusunan Laporan

Penelitian.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam penyusunan

Laporan Penelitian.

2
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Penelitian ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran

dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Laporan Penelitian ini.

Cirebon, Agustus 2021

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 5
D. Manfat Penelitian.............................................................................. 5
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. PENGETAHUAN .............................................................................
B. PERILAKU
C. REMAJA............................................................................................ 8
a. Pengertian Remaja ........................................................................ 8
b. Pengertian Masa remaja sebagai periode perubahan ....................
D. DISMINORE...................................................................................... 18

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS


A. Kerangka Konsep............................................................................... 19
B. Definisi Operasional........................................................................... 19
C. Hipotesis............................................................................................. 20
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian................................................................................ 21
B. Waktu dan Tempat.............................................................................. 21
C. Populasi dan Sampel........................................................................... 21
D. Alur penelitian.................................................................................... 22
E. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian.............................. 24
F. Pengolahan Data ................................................................................ 24
G. Analisis Data ...................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

4
LAMPIRAN

iii

5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut Irwanto (1994) periode remaja adalah dianggap masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa, periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting
dalam kehidupan seseorang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional,
dan sosial serta dalam pembentukan kepribadian individu.
Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak akan
memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada pubertas,
yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks sekunder,
perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem
sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh. Perubahan
fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung dengan sangat cepat dalam sekuens yang
teratur dan berkelanjutan. (Gunarsa, 2001)
Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan secara biologis. Salah satu tanda
keremajaan secara biologi yaitu mulainya remaja mengalami menstruasi. Menstruasi dimulai saat
pubertas dan kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak atau masa reproduksi.
Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan
perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi
matang. Umumnya remaja mengalami menarche adalah pada usia 12 sampai 16 tahun
(Kusmiran, 2011). Tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi
dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak
wanita yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya nyeri haid/dismenore
(Sumudarsono,1998).
Nyeri menstruasi atau dismenorea merupakan nyeri pada saat menstruasi yang
merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dari berbagai tingkat usia
(Bobak,2004: 989). Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di perut
bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual (Prawirohardjo, 2007 :
229). Nyeri menstruasi atau dismenorea menurut Manuaba (2009 : 402) adalah rasa nyeri saat
menstruasi yang menganggu kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk
melakukan pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, puskesmas atau datang kebidan. Nyeri

6
menstruasi atau dismenorea adalah aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami
nyeri sehngga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau aktivitas
rutinnya sehari-hari selama beberapa jam atau beberapa hari (Anurogo,2011; 33)
Wanita pernah mengalami dismenore sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya
mengganggu 50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang mengakibatkan
banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor. Pada umumnya 50-60% wanita diantaranya
memerlukan obat-obatan analgesik untuk mengatasi masalah dismenore ini
(Annathayakheisha,2009). Disminore dapat diatasi dengan Latihan-latihan olahraga yang ringan
hal ini sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore. Olahraga/senam merupakan salah satu
teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat
melakukan olahraga/senam tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin adalah zat kimia
seperti morfin yang dapat dihasilkan secara alami oleh tubuh dan memiliki peran dalam
membantu mengurangi rasa sakit saat memicu perasaan positif. Hormon endorphin diproduksi
oleh kelenjar pituari dan sistem saraf pusat manusia. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat
penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry,2007). Dari
hasil penelitian ternyata dismenore lebih sedikit terjadi pada olahragawati dibandingkan wanita
yang tidak melakukan olahraga/senam (Sumudarsono,1998).

Masalah haid dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 222 :


‫ض َواَل تَ ْق َربُ ْوهُنَّ َح ٰتّى يَ ْطهُ ْرنَ ۚ فَاِذ‬ ِ ۙ ‫س ۤا َء فِى ا ْل َم ِح ْي‬
َ ِّ‫ض ۗ قُ ْل ه َُو اَ ًذ ۙى فَا ْعتَ ِزلُوا الن‬
ِ ‫لُ ْونَكَ ع َِن ا ْل َم ِح ْي‬Xََٔ‫سٔـ‬
ْ َ‫َوي‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ‫ث اَ َم َر ُك ُم ُ ۗ اِنَّ َ يُ ِح ُّب التَّ َّوابِيْنَ َويُ ِح ُّب ا ْل ُمتَطَ ِّه ِريْن‬ ُ ‫تَطَهَّ ْرنَ فَأْت ُْوهُنَّ ِمنْ َح ْي‬

Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri” (Q.S. AlBaqarah 2:222). Ayat tersebut diatas menyebut darah menstruasi atau
haid dengan kata adza, dalam terjemahan al-Qur’an Departemen Agama diartikan sebagai
“kotoran” dan diberi dalam kurung ‘najis’. Ini merupakan penyempitan kata karena arti adza
sebenarnya jauh lebih luas.
Selain itu menurut Hendrik (2006) adalah terjadinya pengeluaran darah kotor dari organ
kemaluan terutama dari dalam uterus dan vagina, yang mengandung campuran peluruhan

7
dinding rahim. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh aktivitas hormonal tubuh terutama hormon-
hormon seks tubuh antara lain esterogen dan progesteron, bekuan darah, cairan dan lendir selain
itu beberapa bakteri dan mikroorganisme yang hidup didaerah vagina yang berlangsung selama
beberapa hari. Serta dapat disertai dengan timbulnya perasaan nyeri, ketidakstabilan emosi,
lemas, tidak bergairah dan penurunan nafsu makan.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan
pengetahuan dengan perilaku penanganan dismenore pada mahasiswi STIKES Muhammadiyah
Cirebon.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas rumusan masalahnya adalah adakah hubungan pengetahuan


dengan perilaku penanganan dismenore pada mahasiswi STIKES Muhammadiyah Cirebon?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku penanganan dismenore pada
mahasiswi STIKes Muhammadiyah Cirebon.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Dismenore pada Remaja Putri STIKES
MUHAMMADIYAH CIREBON
b) Untuk mengetahui perilaku penanganan Dismenore pada Remaja Putri STIKES
MUHAMMADIYAH CIREBON
c) Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku penanganan Dismenore.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah referensi di bidang kesehatan, terutama dalam menganalisis hubungan pengetahuan
dan perilaku penanganan disminore pada mahasiswi STIKes Muhammadiyah Cirebon.
2. Manfaat Praktis
a. Institusi Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna dan menjadi referensi ilmu pengetahun
mengenai hubungan pengetahuan dengan perilaku penanganan dismenore pada mahasiswi
STIKes Muhammadiyah Cirebon.

8
b. Masyarakat
Sebagai sumber informasi bagi masyarakat terutama untuk remaja yang sering mengalami nyeri
pada saat haid karena dengan adanya informasi ini diharapkan dapat mengetahui bahwa adanya
hubungan pengetahuan dengan perilaku penanganan dismenore.
c. Peneliti
Menambahkan pengetahuan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku
penanganan dismenore pada mahasiswi STIKES Muhammadiyah Cirebon.

E. Ruang Lingkup Penelitian


1. Judul Penelitian
Hubungan Pengetahuan dan perilaku penanganan Dismenore pada Mahasiswi STIKes
Muhammadiyah Cirebon
2. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini Mahasiswi STIKes Muhammadiyah Cirebon
3. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus di STIKes Muhammadiyah Cirebon.
4. Metode
Penelitian ini merupakan survei deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terbentuk setelah seseorang melakukan
pengeinderaan terhadap suatu obyek tertentu. Terdapat beberapa tingkatan dari pengetahuan
yakni:
1. Tahu
Tahu diartikan hanya sebagai memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah
mengamati sesuatu. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui, dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

9
a. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi sebenarnya. Aplikasi dalam dilakukan dalam beberapa hal seperti penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip.
b. Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian
mencari hubungan antara komponen- komponen yang terdapat dalam suatu masalah. Salah
satu tanda seseorang sudah mencapai tahap ini adalah orang tersebut mampu membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, atau membuat diagram terhadap suatu obyek.
1. Sintesis.
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Secara lebih sederhana, sintesis
adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

2. Evaluasi.
Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap obyek tertentu.
Penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau yang telah ada
sebelumnya.
B. Perilaku
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam
melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai
yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan
lingungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku
secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon organisme atau seseorang terhadap
rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif
dan bentuk aktif dimana bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif yaitu
apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung (Triwibowo, 2015).

10
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Sedangkan menurut Newcomb, sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sehingga
berdasarkan pengertian diatas, sikap bersifat tertutup dan merupakan predisposisi perilaku
seseorang terhadap suatu stimulus. Terdapat beberapa tingkatan sikap yakni:
1 Menerima.
Menerima diartikan bahwa seorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
2.Menanggapi.
Menanggapi diartikan apabila seseorang memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
obyek yang dihadapkan.
a. Menghargai.
Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai yang positif terhadap suatu objek seperti
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
b. Bertanggung jawab.
Seseorang pada tingkatan ini harus berani mengambil resiko apabila ada orang lain yang
mencemooh ataupun resiko lainnya.
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati dari luar.Menurut Skinner, perilaku
adalah respon atau reaksi seseorang terhadap suatu rangsangan dari luar. Berdasarkan
bentuk respons terhadap stimulus, perilaku dapat dibagi menjadi dua yakni:
1. Perilaku tertutup (covert behavior).
Perilaku tertutup terjadi apabila respon dari suatu stimulus belum dapat diamati oleh orang
lain secara jelas. Respon seseorang terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus tersebut. Bentuk covert
behavior yang dapat diamati adalah pengetahuan dan sikap.
2. Perilaku terbuka (overt behavior).
Perilaku terbuka terjadi apabila respon terhadap suatu stimulus dapat diamati oleh orang
lain. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam suatu tindakan atau praktik yang
dapat dengan mudah diamati oleh orang lain. Tidak semua tindakan terwujud dalam sebuah
tindakan. Hal ini karena untuk terwujudnya suatu tindakan diperlukan beberapa faktor-
faktor seperti adanya fasilitas, sarana, dan prasarana

11
C. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Selama rentang kehidupan manusia, terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan
dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia
tersebut, salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat perhatian adalah masa
remaja.
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pada masa ini sebenarnya
tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga
golongan dewasa atau tua.
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun.
Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall
(Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan
yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi
berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah
remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek. Hal senada diungkapkan oleh
Santrock (2003) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara
masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-
emosional.

Masa Remaja Pada masa ini terjadi perubahan yang cepat. Disebut jiga masa puber. Ciri-ciri
masa remaja yaitu:
a. Perubahan emosional secara cepat
b.Perubahan yang cepat secara fisik
c.Terjadi perubahan dalam keterkaitan terhadap sesuatu Masa remaja adalah suatu tahap
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal
pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12
pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya ke kebudayaan lain,

12
namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas
dari orang tua mereka.

Menurut Kartono (1990), dibagi tiga yaitu :


1. Remaja Awal (12-15 Tahun) Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang
sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak
pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak
lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa
ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun) Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-
kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian
dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan
melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Bermula dari perasaan
yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul
kemantapan pada diri sendiri. Rasa Percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan
pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya.
Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
3. Remaja Akhir (18-21 Tahun) Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja
sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri
dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan
hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas
yang baru ditemukannya.

2. Masa remaja sebagai periode perubahan.


Perubahan sikap dan perilaku dalam periode remaja sejajar dengan tingkat perubahan
fisik. 4 perubahan yang sama yang bersifat universal :
a. meningginya emosi : yang intensitasnya bergantung pada perubahan fisik dan
psikologisnya. Karena perubahan emosi lebih cepat pada masa awal remaja dan
meningginya emosi lebih menonjol pada masa remaja akhir.
b. perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan kelompok social. Bagi remaja
muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih sulit diselesaikan dibanding masalah

13
sebelumnya. Remaja masih merasa di timbun masalah sampai ia dapat menyelesaikan
dengan kepuasannya sendiri.
c. dengan berubahnya minat dan perilaku maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada
masa anak-anak di anggap penting sekarang masa remaja tidak penting lagi.
d. mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tapi mereka sering takut bertanggung
jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi
tanggung jawab tersebut.

Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan
mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini berakibat dalam sekresi hormon
yang meningkat, dengan efek fisiologis yang tersebar luas. Hormon pertumbuhan
memproduksi dorongan.
Perkembangan Fisik pertumbuhan yang cepat, yang membawa tubuh mendekati
tinggi dan berat dewasanya dalam sekitar dua tahun. Dorongan pertumbuhan terjadi lebih
awal pada pria daripada wanita, juga menandakan bahwa wanita lebih dahulu matang secara
seksual daripada pria. Pencapaian kematangan seksual pada gadis remaja ditandai oleh
kehadiran menstruasi. Hormon-hormon utama yang mengatur perubahan ini adalah
estrogen.
D. Dismenore
1. Definisi dismenore Beberapa definisi dismenore dikutip dalam Hermawan (2012) :
a. Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari –
hari (Manuaba, 2001).
b. Dismenore adalah nyeri di perut bagian bawah ataupun di pungung bagian bawah
akibat dari gerakan rahim yang meremas – remas (kontraksi) dalam usaha untuk
mengeluarkan lapisan dinding rahim yang terlepas (Faizah, 2000).
c. Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan muncul
sebelum, selama atau setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus
menerus. Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang
menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut
bagian bawah, daerah pantat dan sisi medial paha (Badziad, 2003).

14
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa
dengan rentang usia antara 12-21 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses
pematangan baik itu pematangan fisik, biologis, maupun psikologis. Pada masa remaja
relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus
menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life
events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi
juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis.
Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm
and Stress) (Haryanto, 2010). Salah satu tanda keremajaan secara biologi yaitu mulainya
remaja mengalami menstruasi yang biasanya dimulai antara usia 10 sampai 16 tahun.
Menstruasi merupakan hal yang bersifat fisiologis yang terjadi pada setiap perempuan.
Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak perempuan yang mengalami masalah
menstruasi, diantaranya nyeri haid/dismenore. Dismenore merupakan kram dan nyeri
menusuk yang terasa di perut bagian bawah dan paha, punggung bawah,bisa disertai mual,
muntah, diare, dan berkeringat. Dismenore ini sering membuat perempuan menjadi tidak
nyaman sehingga baru-baru ini dismenore disisihkan sebagai masalah psikologis atau aspek
kewanitaan yang tidak dapat dihindari.
Klasifikasi Dismenorea Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada
tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi
menjadi, dismenore spasmodik dan dismenore kongestif ( Calis, 2011).
1 Nyeri Spasmodik Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum
masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus
berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa
pun. Ada di antara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-
benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai
pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenore spasmodik dapat diobati
atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula
perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu.
2. Nyeri Kongestif Penderita dismenore kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-
hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Mereka mungkin akan
mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak menentu, beha terasa

15
terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit
dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu
tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal
menyiksa yang berlangsung antara 2 atau 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses
menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan
setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa
lebih baik. Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati,
nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder.
a. Dismenore Primer Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di adanya
kelainan pada alat- alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu
setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus- siklus haid
pada bulanbulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak
disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-
sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada
beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang
berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar
ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya. Gadis dan perempuan muda
dapat diserang nyeri haid primer. Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri
timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang
sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu diperkirakan
bahwa rahim yang agak kecil dari perempuan yang belum pernah melahirkan menjadi
penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari teori itu (Hermawan, 2012).
b. Dismenore Sekunder Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan
anatomis genitalis (Manuaba, 2001). Sedangkan menurut Hacker (2001) tanda – tanda
klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid,
adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak
terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada
perempuan yang lebih tua (30-40 th) dan dapat disertai dengan gejala yang lain
(dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal) (Hermawan, 2012).

16
Dismenorea sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada sistem
reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenorea sekunder dapat diatasi hanya dengan mengbati atau menangani penyakit atau
kelainan yang menyebabkannya. − Fibroid adalah pertumbuhan jaringan di luar, di dalam,
atau pada dinding rahim. Banyak kasus fibroid yang tidak menimbulkan gejala, artinya
perempuan yang memiliki fibroid tidak merasakan gangguan atau rasa sakit yang nyata.
Gejala fibroid bisa muncul atau tidak bergantung pada lokasi, ukuran dan jumlah fibroid.
Fibroid yang terdapat pada dinding rahim dapat menyebabkan rasa sakit dan nyeri yang
parah. Fibroid yang menimbulkan gejala biasanya ditandai dengan perdarahan menstruasi
yang berat, durasi atau periode menstruasi lebih dari satu minggu, sakit atau pegal pada
panggul, dan sering berkemih. Endometriosis adalah suatu kelainan di mana jaringan dari
lapisan dalam dinding rahim atau endometrium tumbuh di luar rongga rahim. Lokasi
endometriosis yang paling sering adalah pada organorgan di dalam rongga panggul (pelvis),
seperti indung telur (ovarium), dan lapisan yang melapisi rongga abdomen (peritoneum),
atau pada tuba fallopii dan disamping rongga rahim. Jaringan tersebut juga mengalami
proses penebalan dan luruh, sama dengan endometrium normal yang terdapat di dalam
rongga rahim. Tetapi karena terletak di luar rahim, darah tersebut akhirnya mengendap dan
tidak bisa keluar. Perdarahan ini menimbulkan rasa sakit dan nyeri, terutama di sekitar masa
menstruasi. Endapan perdarahan tersebut juga akan mengiritasi jaringan di sekitarnya, dan
lama-kelamaan jaringan parut atau bekas iritasi pun terbentuk. Rasa sakit luar biasa saat
menstruasi yang menjadi gejala utama penyakit ini dapat dikurangi dengan obat pereda sakit
atau terapi hormon. Penanganan dengan operasi juga bisa dilakukan untuk mengangkat
jaringan endometriosis, terutama untuk penderita yang berencana untuk memiliki anak.

3. . Gejala Dismenore Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa
menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang
hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai
timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24
jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit
kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. kadang sampai terjadi muntah.
Sedangkan menurut Taber (1994, dikutip dalam Suparyanto, 2011) mengatakan bahwa

17
gejala dismenore dapat diperoleh dari data subjektif atau gejala pada saat ini dan data
objektif.

Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Menurut Manuaba (2001) terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi dismenore antara lain:
a. Faktor Kejiwaan Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang
mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis.
Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada
dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan
gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenore.
b. Faktor Konstitusi Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai
penyebab timbulnya dismenore primer yang dapat menurunkan ketahanan seseorang
terhadap nyeri.
Faktor ini antara lain:
a. Anemia Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan
untuk pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan zat besi.
Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak.
b. Penyakit Menahun Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan
menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri.
Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain.
Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer
disebabkan oleh stenosis kanalis servikalis. Pada perempuan dengan uterus dalam
hiperantifleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang
tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak
perempuan yang menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam
hiperantifleksi. Sebaliknya terdapat perempuan tanpa keluhan dismenore, walaupun ada
stenosis servikalis dan uterus terlatak dalam hiperantifleksi atau hiperretofleksi.
Faktor Endokrin Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang
berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin F2 α yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin

18
F2 α berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula
efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
Faktor Alergi Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer
dengan urtikaria, migren atau asma bronkial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah
toksin haid. Menurut Bare & Smeltzer (2002 dikutif dalam Hermawan 2012), faktor resiko
terjadinya dismenore primer adalah:
a. Menarche pada usia lebih awal
Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi
secara optimal dan belum siap mengalami perubahanperubahan sehingga timbul nyeri
ketika menstruasi.
b.Belum pernah hamil dan melahirkan
Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan saraf yang
menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim
melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.
c. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)
Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi menimbulkan adanya
kontraksi uterus, terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi,
dan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang
berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang turus menerus
menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi dismenore.
d. Umur
Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim
bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenore jarang ditemukan.
Sedangkan menurut Medicastore (2004), wanita yang mempunyai resiko menderita
dismenore primer adalah:
e. Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan racun bagi tubuh. Hati bertanggungjawab terhadap penghancur
estrogen untuk disekresi tubuh. Adanya alkohol dalam tubuh secara terus menerus
dapat mengganggu fungsi hati sehingga estrogen tidak dapat disekresi tubuh sehingga
estrogen yang menumpuk dalam tubuh dapat merusak pelvis.
f. Perokok

19
Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan meningkatkan lamanya
dismenore.
g. Tidak pernah berolah raga
Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selam menstruasi dan
kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun.
Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan
menyebabkan nyeri.
h. Stres
Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot punggung
bawah sehingga menyebabkan dismenore.
Diagnosis Dismenore Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik. Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat menstruasi. Perubahan
apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan yang sakit dan
perubahan pada jumlah dan lama menstruasi, membutuhkan pemeriksaan ginekologis;
perubahanperubahan seperti itu dapat menandakan sebab dari dismenore sekunder.
( Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013)

1. Karakteristik responden
a. Usia Responden
Perubahan fisik terjadi pada remaja awal berusia 11-14 tahun yang ditandai dengan
perubahan karakteristik seks sekunder yaitu payudara mulai membesar, tumbuh rambut di
aksila atau rambut pubis. Remaja tengah berusia 14-17 tahun mengalami pertumbuhan seks
sekunder yang mencapai tahap matur. Remaja akhir berusia 17-20 tahun mengalami
pertumbuhan alat reproduksi hampir lengkap serta secara fisik telah matang (Wulandari,
2014).
Perubahan sistem hormon di dalam tubuh selama proses pubertas sangat mempengaruhi
perkembangan seks sekunder. Perubahan hormon yang terjadi pada remaja wanita yaitu
timbulnya tunas payudara di usia 10 tahun, kemudian payudara mengalami perkembangan
pada usia 13-14 tahun, rambut pubis mulai tumbuh diusia 11-12 tahun dan pada usia 14
tahun pertumbuhan rambut pubis remaja sudah lengkap. Remaja mengalami menarche dua
tahun setelah remaja mengalami pubertas yaitu pada usia 12,5 tahun (Batubara, 2016).

20
Faktor risiko wanita mengalami nyeri haid disebabkan oleh usia menarche yang terlalu
muda, yaitu dibawah 12 tahun. Anak berusia dibawah 12 tahun memiliki alat reproduksi
yang belum siap untuk mengalami perubahan. Serviks masih sempit sehingga dapat
menimbulkan rasa nyeri (Rahmadhayanti & Rohmin, 2016). Salah satu faktor yang
menyebabkan menarche dini yaitu status gizi. Remaja dengan status gizi berlebih seperti
obesitas memiliki asupan makanan lebih sehingga mempengaruhi hormon esterogen,
progesteron, FSH dan LH. Hormon-hormon tersebut berfungsi memacu kematangan sel
telur sampai pelepasan sel telur dari ovarium.
Risiko dari menarche dini adalah nyeri haid atau nyeri haid sampai dengan
pertumbuhan sel mioma atau kanker serviks (Gustina, 2015). Wanita yang tinggal di negara
Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, umumnya mengalami menarche pada usia 12 tahun,
paling cepat pada usia 8 tahun dan paling lama pada usia 16 tahun (Lestari, 2017).

b. Lama Menstruasi
Durasi menstruasi kurang dari 7 hari dapat diakibatkan oleh perubahan gaya hidup
remaja, seperti kurang olahraga, merokok, mengkonsumsi makanan tidak bergizi, dan
penggunaan obat-obatan menjadikan faktor lama menstruasi tidak teratur (Gustina, 2015).
Faktor fisiologis maupun faktor psikologis dapat mempengaruhi durasi menstruasi .
Faktor fisiologis disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon esterogen dan prosgesteron
saat menstruasi. Pada saat menstruasi, terjadi peningkatan kontraksi otot uterus yang
menyebabkan penurunan aliran darah ke uterus sehingga terjadi iskemia dan timbul nyeri
haid . Salah satu faktor risiko dari nyeri haid adalah lama menstruasi. Remaja yang sedang
menstruasi akan mengalami kontraksi otot uterus yang dapat menghasilkan hormon
prostaglandin. Hormon tersebut dapat menyebabkan vasokontriksi sehingga menimbulkan
iskemia dan mengakibatkan nyeri haid. Lamanya durasi menstruasi ini berbanding lurus
dengan lama iskemia yang terjadi pada tubuh (Ritamaya, 2017).
Dampak jangka panjang nyeri haid berat dapat memicu kemandulan sampai dengan
kematian (Gustina, 2015). Faktor psikologis seperti stres dapat mempengaruhi lama
menstruasi. Remaja yang mengalami stress akibat aktivitas berlebih, konflik di dalam
keluarga, dan masalah akademik dapat menyebabkan lama menstruasi tidak menentu

21
(Gustina, 2015). Durasi menstruasi yang lama dapat menjadi tanda adanya masalah
kesehatan reproduksi pada remaja.
c. Skala Nyeri Haid
Rasa nyeri merupakan penilaian sensasi ketidaknyamanan yang dirasakan oleh individu
dari keadaan fisiologi karena kerusakan jaringan aktual maupun potensial, nyeri
menggambarkan bahwa kondisi tubuh manusia sedang terjadi kerusakan, nyeri yang
dirasakan seorang tidak dapat disamakan dengan orang lain (Latifin & Kusuma, 2014).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rasa nyeri yaitu makanan, olahraga, dan
faktor patologis. Anak usia sekolah cenderung suka makanan junk food atau fast food yang
mengandung lemak, karbohidrat dan gula yang berlebih. Lemak yang berlebihan di dalam
tubuh akan menyumbat pembuluh darah arteri sehingga aliran darah ke organ terhambat.
Olahraga juga dapat mempengaruhi rasa nyeri. Olah raga dapat menstimulus pelepasan
hormon endorfin yang berfungsi sebagai analgesik sehingga dapat menurunkan nyeri.
Olahraga raga juga dapat meningkatkan aliran darah ke organ termasuk ke uterus
(Cahyaningtias & Wahyuliati, 2016).
Faktor patologis seperti adanya penyakit radang panggul, tumor fibroid, endometriosis,
tumor dan adanya infeksi pada pelvis dapat menyebabkan rasa nyeri haid berat (Lestari,
2017). Tingkat skala nyeri yang dirasakan tergantung pada faktor penyebab nyeri tersebut.
Nyeri haid yang berat dapat mengganggu aktivitas remaja, sulit berkonsentrasi,
menimbulkan kecemasan, bahkan dapat mengganggu kegiatan belajar disekolah. Remaja
harus banyak mencari informasi atau pengetahuan tentang penyebab dari nyeri haid atau
nyeri yang dirasakan, supaya remaja dapat menemukan cara penanganan yang tepat untuk
mengurangi nyeri haid yang dialaminya.
d. Sikap dalam Menangani Nyeri Haid
Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk melakukan tindakan yang berarti
predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2012). Sikap terbentuk dari pengalaman
pribadi, budaya, orang lain yang dianggap penting, seperti keluarga atau orang tua, internet,
dan lembaga pendidikan (Putri, 2012). Hasil penelitian ini melaporkan bahwa jumlah siswi
dengan sikap baik lebih dominan dibandingkan dengan sikap buruk.
Sikap positif dalam penanganan nyeri haid merupakan tanggapan positif responden
seperti melakukan olahraga ringan secara teratur, melakukan kompres hangat saat nyeri

22
haid, mengkonsumsi obat antiinflamasi non-steroid (AINS) sesuai petunjuk tenaga
kesehatan, dan melakukan relaksasi napas dalam. Sikap negatif berupa tanggapan negatif
responden seperti merasakan stress saat nyeri haid, tidak memperdulikan rasa nyeri yang
dialami, emosi tidak stabil dan merasakan cemas.

A. Kerangka Teori keterkaitan antara Hubungan Pengetahuan dan perilaku


penanganan Dismenore

 Pengetahan
 Kebiasaan Perilaku penanganan
 Pelayanan Desminore
Kesehatan
 Adat

BAB III

Kerangka Konsep, Definisi Oprasional, dan Hipotesis

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


Perilaku
Pengetahuan

C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Skala Hasil Ukur

23
Operasional Ukur
1. Pengetahuan Pengetahuan quesioner Melihat 18 1. Baik
merupakan hasil Quesioner (18,3)
dari tahu dan yang sudah 2. Cukup
terbentuk di isi oleh (70,0)
setelah Responden 3. Kurang
seseorang (11,7)
melakukan
pengeinderaan
terhadap suatu
obyek tertentu

2. Perilaku Perilaku Quisioner Melihat 42 1. Baik (18,3)


merupakan quisioner 2.Cukup (70,0)
seperangkat yang sudah 3.Kurang
perbuatan atau diisi oleh (11,7)
tindakan responden
seseorang dalam
melalukan respon
terhadap sesuatu
dan kemudian
dijadikan
kebiasaan karena
adanya nilai yang
diyakini.

D. Hipotesis
Dalam penelitian ini dapat disampaikan hipotesis sebagai berikut :
Ho : Tidak terdapat Hubungan Pengetahuan dan perilaku penanganan Dismenore

24
Ha : Terdapat Hubungan Pengetahuan dan perilaku penanganan Dismenore

BAB IV
Metode Penelitian
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan survei deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross
sectional.
B. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 di STIKes Muhammadiyah cirebon.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri di STIKes Muhammadiyah Cirebon yang
berjumlah 100 mahasiswa. Sample dalam penelitian ini menggunakan tekhnik aciedental
sampling. (yang mengisiquesionerpadatangga
D. Alur Penelitian
Alur penelitian dalam penulisan proposal ini menjelaskan mengenai tahapan atau prosedur
penelitian untuk menganalisa Hubungan Pengetahuan dan perilaku penanganan Dismenore.
Berikut merupakan alur penelitian yang dimulai dari persiapan menentukan tujuan dari
persiapan dalam menentukan tujuan penelitian yang akan dilakukan, tahapan-tahapannya
hingga didapatkan hasil akhir yang ingin dituju dari penelitian pengaruh pengetahuan
terhadap pengurangan rasa nyeri pada dimenore.

25
Alur Penelitian

Perumusan Masalah

Menentukan tujuan

Pengumpulan data

Pengisian kuisioner

Pelaksanaan penelitian

Menganalisa penelitian

Simpulan dan saran

E. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian

Pengukuran setiap variable menggunakan questioner yang berisi pertanyaan terkait


pengetahuan dan perilaku tentang dismenore yang diberikan menggunakan google form.

26
F. Pengolahan Data
Edititing merupakan proses dimana peneliti melakukan klarifikasi dan keengkapan
data yang sudah terkumpul. Coding adalah proses menelaah dan menguji data mentah yang
ada dengan melakukan pemberian label dalam bentuk kata-kata, frase dan kalimat.
Processing data adalah peneliti memasukkan data yang telah diubah dari data kualitatif
(kuesioner atau pertanyaan) menjadi data kuantitatif. Klining merupakan tekhnik
pembersihan data, data-data yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan terhapus.

G. Analisis Data

Analisis data yang aplikasikan dalam penelitian ini adalah content analysis atau
analisi isi yaitu suatu teknik mengumpulkan atau menghimpun data dan kemudian dilakukan
analisis terhadap isi naskah atau hasil naskah yang diperoleh tersebut (Neuman, 2000). Hasil
penelitian yang dikelompokkan berdasarkan variabel kemudian dibandingkan dengan teori-
teori yang ada di dalam tinjauan pustaka. hasil akhir yang diperoleh adalah simpulan
mengenai Hubungan Pengetahuan dan perilaku penanganan Dismenore pada Mahasiswi
STIKES Muhammadiyah Cirebon.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Batubara, J. R. (2016). Adolescent development (Perkembangan remaja). Sari Pediatri,


12(1), 21-29. DOI: https://doi.org/10.14238/sp12.1.2010.21-9.
2. Cahyaningtias, P. L., & Wahyuliati, T. (2016). Pengaruh olahraga terhadap derajat
nyeri dismenorea pada wanita belum menikah. Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 7(2), 120–126. Retrieved from
https://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/view/1665.
3. Elizabeth B. Hurlock. 1978. Perkembangan Anak: Jakarta: Penerbit Erlangga
4. Gustina, T. (2015). Hubungan antara usia menarche dan lama menstruasi dengan
kejadian dismenorea primer pada remaja putri di SMK Negeri 4 Surakarta. SKRIPSI.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tidak diterbitkan.
5. Hermawan. 2012. Dismenore (nyeri saat haid). Tersedia di
http://ayupermatasarihermawan.blogspot.com . Diakses tanggal 30 Oktober 2013.
6. Hurlock, E. B. 1981. Perkembangan Anak. Jilid I. edisi ke-6: Erlangga.
7. Manuaba.IB. 2001. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gibnekologi. Jakarta:
EGC.
8. Notoatmodjo. (2012). Promosi kesehatan dan prilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

28
9. Rahmadhayanti, E., & Rohmin, A. (2016). Hubungan Status Gizi dan Usia Menarche
dengan Dismenorhea Primer pada Remaja Putri Kelas XI SMA Negeri 15 Palembang.
Jurnal Kesehatan, 7(2), 255. DOI: https://doi.org/10.26630/jk.v7i2.197
10. Santrock, J. W. 2007. Remaja (edisi 11). Terjemahan: Benecdictine Widyasinta. Jakarta:
Erlangga.
11. Wulandari, A. (2014). Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja dan
Implikasinya Terhadap Masalah Kesehatan dan Keperawatannya. Jurnal Keperawatan
Anak, 2(1), 39–43. Retrieved from
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKA/article/view/3954.

29

Anda mungkin juga menyukai