Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KESIAPAN DAN KETAHANAN EMOSIONAL DALAM


PERSALINAN
Untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir
Dosen : Nurdewi Sulymbona, S.Tr. Keb., M.Keb

Kelompok : 2

Disusun Oleh :

Andra Mories K NPM CBR0190002


Dewi Sri G.Z NPM CBR0190008
Dila Febriyanti NPM CBR0190010
Siti Nurlela NPM CBR0190021
Sriyani NPM CBR0190024

Program Studi S1 Kebidanan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul

“KESIAPAN DAN KETAHANAN EMOSIONAL DALAM PERSALINAN”. Kami sadar


sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Kuningan , 7 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah........................................................................................................5

C. Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6

A. Persiapan Menghadapi Persalinan...............................................................................6

1. Pengertian Persalinan................................................................................................6
2. Persiapan Persalinan..................................................................................................6
3. Faktor yang berhubungan dengan persiapan Persalinan............................................8

B. Ketahanan Emosional pada Persalinan......................................................................11

1. Pengertian Emosional..............................................................................................11
2. Emosional dalam Persalinan...................................................................................12
3. Ketahanan Emosional Persalinan............................................................................12

C. Peran bidan dalam kesiapan dan ketahanan Emosional dalam Persalinan................13

D. Persiapan bidan dalam Persalinan.............................................................................14

E. Ketahanan Emosional bidan dalam Persalinan.........................................................16

BAB III PENUTUP.................................................................................................................18

A. Kesimpulan................................................................................................................18

B. Saran..........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses fisiologis yang dialami ibu ketika kehamilan sudah
cukup bulan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan timbul masalah yang
menyebabkan proses persalinan tersebut menjadi patologis. Kesiapan baik fisik maupun
mental sangat dibutuhkan oleh ibu dalam menerima kondisi kehamilannya serta dalam
menghadapi proses persalinan. Ayusita (2012) dikutip oleh Agustina R 2017.
Kesiapan adalah kemampuan yang cukup baik fisik dan mental. Kesiapan fisik
berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental berarti
memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan.Pentingnya
persiapan diartikan sebagai suatu program instruksi yang bertujuan tertentu dan
berstruktur. Persiapan persalinan bertujuan untuk menyiapkan semua kebutuhan selama
kehamilan maupun proses persalinan. Persiapan persalinan adalah segala sesuatu yang
disiapkan dalam hal menyambut kelahiran anak oleh ibu hamil. Kesiapan persalinan
menjadi salah satu tolak ukur dalam keberhasilan proses persalinan. Primigravida yang
belum memahami tentang persalinan sering kali mengalami kesulitan dalam
mempersiapkan persalinannya. Pada saat kehamilan berlangsung ibu sudah harus diberi
pengetahuan tentang persalinan dan kesiapan apa saja yang dibutuhkan.
Menurut Amalia R (2010) dikutip oleh YuliasariH2017 menjelaskan bahwa
emosiyang tidak stabil juga akan membuat ibu merasakan sakit yang semakin hebat
selama proses persalinan. Perubahan emosi ibu dalam kehamilan hingga proses
kelahiran akan sangat berpengaruh terhadap lancar tidaknya persalinan dan keadaan
bayi sehingga dibutuhkan pengendalian emosi pada ibu. Kematangan emosi melibatkan
kontrol emosi yang membuat seseorang mampumenstabilkan emosi dengan cara
memelihara perasaan dapat meredam emosi, meredam kegelisahan, tidak cepat
mengubah suasana hati dan tidak mudah berubah pendirian serta pikiran.
Kondisi menjelang persalinan merupakan saat yang paling menegangkan dan
melelahkan bagi seorang ibu hamil. Pada situasi demikian keberadaan suami di sisi istri
sangat membantu perasaan istri menjadi lebih terkontrol. Wanita yang memperoleh
dukungan emosional akan mengalami waktu persalinan yang lebih pendek, intervensi
medis yang lebih sedikit, dan menghasilkan persalinan yang baik.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja Persiapan dalam menghadapi Persalinan ?
b. Bagaimana mempersiapkan ketahanan emosi dalam persalinan ?
c. Apa peran bidan dalam kesiapan Persalinan ?
d. Apa saja persiapan bidan dalam Persalinan ?
e. Bagaimana mempersiapkan ketahanan emosional bidan dalam persalinan ?

C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui Persiapan dalam menghadapi Persalinan.
b. Untuk mengetahui Ketahanan Emosi dalam Persalinan.
c. Untuk mengetahui Peran Bidan dalam kesiapan Persalinan.
d. Untuk mengetahui Persiapan Bidan dalam Persalinan.
e. Untuk mengetahui Ketahanan emosional Bidan dalam Persalinan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Persiapan Menghadapi Persalinan


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses fisiologis yang memungkinkan terjadinya serangkaian
perubahan besar pada calon ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir
(Aprillia, 2010). Persalinan atau melahirkan bayi adalah suatu proses normal pada
wanita usia subur. Persalinan merupakan persiapan penting yang sangat ditunggu oleh
setiap pasangan suami-istri, menyambut kelahiran sang buah hati merupakan saat yang
membahagiakan setiap keluarga bahkan seluruh anggota masyarakat, demi kesejahtera
ibu dan janin (Samosir, 2012).
2. Persiapan Persalinan
Menurut Harumawati (2012), menyatakan bahwa dalam persalinan ada empat hal
yang perlu dipersiapkan, yaitu:
a. Persiapan fisik
Persiapan fisik persalinan merupakan kesiapan kondisi kesehatan ibu,
meliputi kesiapan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan fisiologis selama hamil
sampai menjelang persalinan. Pengaturan kebutuhan nutrisi saat kehamilan, serta
upaya perencanaan persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi yang mencakup
tanda-tanda bahaya dan tanda-tanda persalinan (Depkes, 2010).
Dalam menyiapkan kondisi fisik, ibu perlu menyiapkan makan makanan
bergizi dan minum yang cukup banyak. Tetap melakukan aktivitas seperti berjalan
pagi, atau kegiatan rumah lainnya, dan tetap istirahat yang cukup juga merupakan
persiapan fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu. Dengan mengetahui teknik mengedan
dan bernafas yang baik juga dapat memperlancar dan memberikan ketenangan dalam
proses persalinan (Isnandi dalam Harumawati, 2012).
Penting untuk ibu menjaga kebersihan badan dan kesesuaian pakaian.
Kebersihan badan menjelang persalinan bermanfaat karena dapat mengurangi
kemungkinan adanya kuman yang masuk selama persalinan dan dapat mengurangi
terjadinya infeksi sesudah melahirkan. Ibu akan merasa nyaman selama menjalani
proses persalinan (Iskandar dalam Harumawati, 2012).
b. Persiapan psikologis
Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari
kepanikan dan ketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui saat-
saat persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungan dari orang-orang
terdekat. Perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu memberikan semangat
untuk ibu yang akan melahirkan dan merupakan motivasi tersendiri sehingga lebih
tabah dan lebih siap dalam menghadapi persalinan (Sjafriani dalam Harumawati,
2012).
Perasaan takut dalam persalinan dapat diatasi dengan meminta keluarga
atau suami untuk memberikan sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa
persalinan dapat berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk memberikan
dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu atau keluarga (Sjafriani dalam
Harumawati, 2012).
c. Persiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak harus disiapkan, dimana berkaitan dengan penghasilan atau
keuangan yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung
sampai persalinan seperti menyiapkan biaya persalinan, menyiapkan popok bayi dan
perlengkapan lainnya (Sjafriani dalam Harumawati, 2012). Menyiapkan pendonor
darah ketika dibutuhkan transfusi darah setelah persalinan merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan dan disiapkan (Gitanurani, 2017).
d. Persiapan Kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, dan tradisi yang kurang baik
terhadap kehamilan agar persiapan yang berhubungan dengan kebiasaan tidak baik
selama kehamilan dapat dihindari. Kepercayaan dan budaya akan perilaku yang
pantas selama masa kehamilan akan mempengaruhi respon suami maupun petugas
kesehatan terhadap kebutuhan ibu (Bobak, 2004).
Menurut Kemenkes RI dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu (2013)
menyebutkan bahwa yang termasuk persiapan persalinan, yaitu pertanyaan-
pertanyaan mengenai siapa yang akan menolong persalinan, dimana akan
melahirkan, siapa yang akan membantu dan menemani dalam persalinan,
kemungkinan kesiapan donor darah bila timbul permasalahan, metode transportasi
bila diperlukan rujukan, dan dukungan biaya.
3. Faktor Yang Berhubungan Dengan Persiapan Persalinan
Menurut Matteson (2001), terdapat faktor yang berhubungan dengan persiapan
persalinan di antaranya, yaitu:
a. Umur
Umur adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja, sehingga akan termotivasi dalam
memeriksakan kehamilan (Padila, 2014).
Umur yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan
adalah 20-35 tahun. Direntang usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima.
Sedangkan setelah umur 35 tahun, sebagian wanita digolongkan pada kehamilan
berisiko tinggi terhadap kelainan bawaan dan adanya penyulit pada waktu
persalinan. Di kurun umur ini, angka kematian ibu melahirkan dan bayi meningkat,
sehingga akan meningkatkan kecemasan (Astria, 2009).
Bobak (2004) mengatakan bahwa wanita usia lanjut tidak terlalu khawatir
akan kehamilannya dan dapat menyesuaikan diri dengan baik saat memasuki
trimester III. Akan tetapi, pada kenyataannya, perawatan anak terbukti sulit bagi
mereka. Ibu yang terbiasa dengan stimulasi dan kontak dengan sesama orang dewasa
merasa sulit menerima diri mereka terisolasi dengan bayinya.
b. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan mempengaruhi proses belajar.
Semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
infromasi. Tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang
menerima dan memakai pengetahuan atau informasi. Suami yang mengikuti kelas
pendidikan kesehatan ibu hamil, maka ia memiliki kesempatan untuk belajar tentang
cara menjadi pasangan yang terlibat dan aktif dalam proses menjadi orang tua
(Bobak, 2004).
c. Pekerjaan
Bekerja dapat mengalihkan perasaan cemas bagi ibu hamil. Bekerja
merupakan aktivitas yang menyita waktu dan ibu hamil akan fokus ke pekerjaannya.
Ibu hamil yang bekerja dapat berinteraksi dengan masyarakat sehingga dapat
menambah pengetahuan. Selain itu, bekerja dapat menambah penghasilan keluarga
untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan (Astria, 2009).
Pada penelitian Sumiati (2015) didapatkan hasil bahwa pekerjaan berkaitan
langsung dengan pendapatan atau kondisi ekonomi keluarga dalam mencukupi
kebutuhan selama kehamilan hingga persalinan. Kondisi ekonomi yang cukup dapat
memenuhi kebutuhan kehamilan antara lain makanan sehat, perlengkapan bayi,
obat-obatan, tenaga kesehatan, serta trasnportasi.
d. Pendapatan (Ekonomi)
Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan
penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus
dipergunakan semaksimal mungkin. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat
memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga
kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik (Wawan dan Dewi, 2010).
Banyak pria menyatakan kekhawatirannya akan ekonomi keluarga yang
aman. Penyesuaian dalam keuangan harus dilakukan untuk melakukan
menyesuaikan diri terhadap penurunan pendapatan dan peningkatan pengeluaran
karena kehadiran seorang anggota keluarga baru (Bobak, 2004).
e. Dukungan sosial
Dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-
orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi. Dukungan sosial
merupakan bantuan atau dukungan yang positif yang diberikan oleh orang-orang
tertentu terhadap individu dalam kehidupannya serta dalam lingkungan sosial
tertentu sehingga individu yang menerima merasa diperhatikan, dihargai, dihormati,
dicintai (Sarafino dan Smith dalam Gitanurani, 2017).
Dukungan sosial merupakan koping keluarga, baik dukungan-dukungan
yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat dan telah
terkonseptualisasi dalam studi-studi tentang dukungan keluarga. Dukungan sosial
keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar,
kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, ptaktisi kesehatan. Dukungan
sosial keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari saudara
kandung, atau dukungan dari anak (Friedman dalam Setiadi, 2008.).
Dukungan dalam persalinan seperti pujian, penentraman hati, tindakan
untuk meningkatkan kenyamanan ibu, kontak fisik, penjelasan tentang yang terjadi
selama persalinan dan kelahiran serta sikap ramah yang konstan. Dalam hal ini ibu
yang bersalin harus ditemani orang yang ia percayai dan membuatnya merasa
nyaman. Orang tersebut dapat berupa pasangan, sahabat, atau anggota keluarga
(Rosyidah, 2017).
Dukungan suami dalam menghadapi kehamilan maupun persalinan
sangatlah berarti, dimana suami dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada istri,
sehingga mentalnya cukup kuat yang tidak didapatkan dari seorang tenaga kesehatan
dalam menghadapi proses persalinan. Dukungan suami dapat berupa dorongan,
motivasi terhadap istri baik secara moral maupun material serta dukungan fisik,
psikologis, emosi, informasi, penilaiaan dan finansial (Bobak, 2004).
1) Jenis-Jenis Dukungan Sosial
Terdapat beberapa jenis dukungan suami menurut Setiadi (2008), yaitu
sebagai berikut:
a) Dukungan Emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Setiap orang pasti
membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan
simpati, empati, kepedulian, kepercayaan, dan perhatian terhadap persoalan
yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang sedang
dihadapi (Setiadi, 2008). Bentuk dukungan seperti ini dapat membuat individu
memiliki perasaan nyaman, yakin, dipedulikan, dan dicintai oleh sumber
dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih
baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap
tidak dapat dikontrol (Indriyani dan Asmuji, 2014).
b) Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Tujuan dari
dukungan ini adalah untuk mempermudah seseorang dalam melakukan
aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau
menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan
menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan
obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain (Setiadi, 2008).
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung, seperti pinjaman uang, pemberian barang,
kebutuhan makan dan minum, serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat
mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya
yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan
terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah (Indriyani dan
Asmuji, 2014)
c) Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar
informasi). Keluarga memberikan dukungan yang baik berdasarkan
karakteristik hubungan dengan pasien, dapat diketahui suami adalah bagian
keluarga yang paling dekat dengan istri yang senantiasa memberikan nasehat,
saran, maupun pemberian informasi tentang kesehatan pasien yang diperoleh
dari petugas kesehatan.
Keluarga menyediakan bantuan informasi agar dapat digunakan oleh
seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi
pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang
dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang
mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama (Setiadi, 2008).
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran, atau umpan
balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat
menolong individu mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah
(Indriyani dan Asmuji, 2014).
d) Dukungan Penghargaan
Keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, serta sebagai sumber dan validator identitas
keluarga. Dukungan ini berbentuk suatu penghargaan yang diberikan seseorang
kepada orang lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini
bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang.
Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat
membantu adalah penilian yang positif (Setiadi, 2008).
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif dari individu, pemberian
semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif pada
individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun
harga diri dan kompetensi. (Indriyani dan Asmuji, 2014).

B. Ketahanan Emosional Pada Persalinan


1. Pengertian Emosional
Emosional memiliki kata dasar yakni emosi, emosi merupakan suatu ungkapan
dari perasaan yang sesungguhnya ia rasakan yang ditunjukkan kepada seseorang
maupun sesuatu hal yang membuat dia emosi. Sedangkan emosional lebih mengarah
pada karakteristik serta ekspresi dari sebuah emosi. Emosi ini dapat ditunjukkan ketika
merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap
sesuatu.
2. Emosional Pada Persalinan
Perubahan emosional terjadi selama kehamilan. Hormon dapat memengaruhi
suasana hati dan karena kadarnya yang naik turun demikian juga dengan suasana hati
ibu hamil menjelang persalinan. Oleh karena itu adalah hal yang normal apabila ibu
merasa sedih, menangis, panik, sedikit tidak yakin atau merasa senang luar biasa.
Perasaan cemas, panik, gelisah dan takut menghadapi persalinan terutama
primigravida berkaitan dengan emosional ibu yang berpengaruh pada proses persalinan.
Perasaan tersebut muncul pertama dikarenakan adanya ketidakstabilan psikologis yang
dipicu oleh bayangan akan hal-hal buruk yang bisa terjadi selama persalinan, mulai dari
rasa sakit saat kontraksi, kemungkinan harus operasi caesar, komplikasi persalinan,
hingga kematian.
Oleh karena itu, seorang ibu memang harus menyiapkan mental menjelang
persalinan, karena bila tidak ibu akan mengalami stres tingkat tinggi (emosional) dan
dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi ibu ataupun janinnya.
3. Ketahanan Emosional Persalinan
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menahan emosional pada persalinan,
yaitu:
a. Relaksasi
Teknik relaksasi sederhana adalah cara untuk mengatasi ketegangan, emosional,
menenangkan diri dan membantu melepaskan stress. Teknik relaksai seperti
pernapasan dalam dan mengimajinasikan hal-hal yang menyenangkan dan
menenangkan, sangat berguna untuk mengelola emosi. Caranya yaitu:
1) Tarik napas dalam-dalam dari diafragma. Ambil napas dari jauh ke dalam
tubuh dan bukan hanya dari dada.
2) Persuasi pikiran dengan mengulang kata-kata, seperti "tetap tenang" atau
"santai", saat menarik napas dalam-dalam.
3) Latihan yoga dengan ritme pelan dan tidak berat membuat otot rileks, dan bisa
merasa lebih tenang.
4) Ambil waktu sepuluh menit setiap hari untuk meditasi atau merenung. Cara ini
bermanfaat untuk mengatur kondisi mental.
b. Ubah cara pikir
Ketika sedang marah atau emosi, ibu akan cenderung mengatakan sesuatu
yang tidak perlu. Ibu bisa melampiaskan frustrasi yang sebetulnya sama sekali
tidak terkait dengan sumber masalah. Parahnya, hal ini justru akan merusak
hubungan ibu dengan orang lain. Karena itu, berpikir dan bersikaplah rasional.
Sampaikan dengan baik rasa kesal dan cobalah mengubah nada suara menjadi lebih
rendah.
c. Berhenti khawatir
Marah bisa jadi merupakan bentuk dari rasa khawatir yang berlebih. Ketika
menjelang persalinan, kekhawatiran seringkali muncul, bahkan tanpa alasan.
Semakin ibu khawatir, maka semakin gelisahlah perasaan.
Letakkan sejenak semua kekhawatiran, lalu Istirahatkan pikiran dan pikirkan hal-
hal yang menyenangkan. Ingatlah bahwa ada karunia kegembiraan yang sedang
menuju kehidupan selanjutnya.

C. Peran Bidan dalam Kesiapan dan Ketahanan Emosional dalam Persalinan


Adapun beberapa tips yang dapat dilakukan oleh Bidan untuk menghadapi dan
mengurangi rasa takut pada ibu melahirkan, yaitu:
1. Cari tahu sumber rasa takut
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa takut
melahirkan adalah mencari tahu sumber rasa takut tersebut. Rasa takut melahirkan
bisa muncul karena pernah mendengar cerita persalinan orang lain yang cukup
menegangkan atau trauma masa lalu yang berkaitan dengan kehamilan atau
persalinan. Rasa takut juga bisa berakar dari emosional, depresi atau gangguan
kecemasan yang sudah dialami oleh ibu hamil sebelum kehamilan.
2. Kendalikan emosi
Kondisi emosional seorang wanita akan dengan cepat berubah. Pada
umumnya mereka akan berubah menjadi panik, cemas, ketakutan, dan merasa
tertekan. Hal ini dianggap wajar, namun apabila ibu tidak dapat mengontrol emosi
dengan baik maka dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi janin. Oleh karena
itu, bidan menganjurkan untuk ibu tetap bersikap tenang.
Ketenangan Ibu dalam menghadapi proses kelahiran akan sangat
dibutuhkan. Mungkin bagi Ibu yang telah melahirkan lebih dari satu kali, proses
kelahiran akan menjadi lebih rileks karena telah merasakan bagaimana rasanya
melahirkan. Sedangkan ibu yang baru pertama kali menghadapi proses persalinan,
kondisi emosionalnya akan berbeda. Bagi Ibu yang baru pertama kali menghadapi
proses persalinan, Ibu harus lebih banyak berdoa dan menenangkan diri. Ibu
disarankan untuk berpikiran positif, pikiran positif akan mendorong energi positif
pula dan hal ini akan sangat membantu Ibu tenang selama proses persalinan.
3. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Rasa aman diberikan dalam bentuk lingkungan psikologis yaitu terbebas
dari gangguan dan ancaman serta permasalahan yang dapat mengganggu
ketenangan pada ibu bersalin. Dalam hal ini, bidan dapat mengajari ibu untuk
melakukan teknik relaksasi, misalnya dengan meditasi dengan cara duduk tenang,
memejamkan mata, dan mengatur pernapasan perlahan-lahan dan teratur,
setidaknya selama 10–20 menit agar lebih rileks menghadapi persalinan. Bidan
juga akan memberi arahan mengenai posisi persalinan yang nyaman.
4. Kebutuhan akan Rasa Cinta dan dukungan
Pemenuhan kebutuhan ini cenderung pada terciptanya hubungan yang
harmonis dan kepemilikan. Tak hanya memberikan edukasi pada ibu yang akan
melahirkan, Bidan juga bertugas untuk membimbing serta mendampingi suami
dan keluarga dalam memberikan dukungan kepada sang ibu. Dukungan minimal
berupa sentuhan dan kata-kata pujian yang membuat nyaman serta memberi
penguatan pada saat proses menuju persalinan berlangsung hasilnya akan
mengurangi durasi kelahiran.

D. Persiapan Bidan dalam Persalinan


Adapun persiapan persalinan bagi bidan (tenaga kesehatan), yaitu:
1. Kemampuan
Menurut psikologi, kemampuan ini diartikan kesanggupan. Mengingat
pentingnya petugas persalinan dan risiko yang dihadapinya, maka para petugas atau
bidan dituntut untuk memiliki kemampuan yang cukup besar, yaitu cepat berpikir,
cepat menganalisis, cepat mengambil keputusan, dan lain-lain. Oleh karena itu, bidan
harus memiliki pendidikan kebidanan yang meliputi: Asuhan kehamilan, persalinan,
nifas, BBL dan lainnya.
2. Keterampilan
Profesi bidan merupakan pekerjaan yang mengutamakan keterampilan tanpa
mengesampingkan pengetahuan. Keterampilan atau skill yang tinggi diperoleh dengan
adanya latihan, praktikum dalam pendidikan serta pengalaman. Oleh karena itu, bidan
adalah seseorang yang berpengalaman yang memiliki keterampilan yang besar dalam
segala perawatan dan pertolongan persalinan.
3. Kepribadian
Kepribadian adalah kesatuan jasmani dan rohani dalam segala aspek, yang
meliputi:
a. Fisik
Bidan harus mempunyai fisik yang sehat dan kuat. Keadaan fisik juga harus
kuat agar dapat tahan untuk bekerja dan tidak mudah lelah walaupun waktu
bekerja cukup lama.
b. Kematangan
Kematangan adalah sempurnanya fungsi organ jasmaniah dan fungsi psikologis.
Kematangan tersebut dinyatakan dengan sikap kedewasaan, bertanggung jawab
dan lainnya. Oleh karena itu bidan harus menunjukkan sikap kedewasaan untuk
mendapatkan kepercayaan pasien.
c. Sikap
Sikap ini diartikan reaksi yang dibentuk dan diwujudkan untuk mendapatkan
suatu tindakan. Sikap yang harus ditunjukkan bidan hendaknya rasional dan sesuai
norma yang dikehendaki masyarakat, yaitu sopan, sabar, ramah, penuh perhatian,
selalu bersedia membantu dan menolong, serta dapat menciptakan hubungan yang
baik.
Selain itu juga, bidan harus memiliki sikap sosial dan professional. Sikap
sosial adalah reaksi sosial yang ditunjukkan kepada pasien, sehingga pasien dapat
percaya terhadap bidan. Sikap profesional yaitu sikap terhadap profesinya sebagai
bidan. Bidan harus menunjukan kemampuan yangmenjadi tanggung jawabnya,
keterampilan, ketelitian, menganalisis kelainan dan mengatasinya.
d. Mental
Keadaan mental harus dimiliki oleh setiap bidan, karena sewaktu-waktu harus
menghadapi kejadian-kejadian yang timbul secara tiba-tiba. Bidan harus
mempunyai sifat tidak mudah merasa takut, cemas, tabah dan dapat membantu
pasien yang mengalami perasaan tidak tenang pada saat persalinan.
e. Emosi
Keadaan emosi yang stabil hrus dimiliki bidan agar tidak muah dipengaruhi oleh
keaadaan, serta dapat mengendalikan perasaan yang berlebihan untuk tidak mudah
tersinggung dan cepat marah.
Adapun persiapan yang dilakukan bidan menjelang persalinan, yaitu:
1. Alat pertolongan persalinan
a. set partus (di dalam wadah stenlis tertutup)
1) 2 buah klem kelly atau kocher
2) Gunting tali pusat
3) Pengikat tali pusat DTT
4) Kateter Nelaton
5) Gunting Episiotomi
6) Klem ½ kocher atau Kelly
7) 2 buah sarung tangan DTT kanan
8) 1 buah sarung tangan GTT kiri
9) Kain Kasa DTT
10) Kapas Basah DTT
11) Alat suntik sekali pakai 2,5 ml yang berisi oksitosin 10 U
12) Kateter penghisap lendir DeLee

b. Bahan-bahan untuk penjahitan episiotomi:


1) 1 buah alat suntik sekali pakai 10 ml beserta jarumnya
2) 20 ml larutan Lidokain 1 %
3) Pemegang jarum
4) Pinset
5) Jarum jahit
6) Benang catgut 3.0
7) 1 pasang sarung tangan DTT (total disediakan 5 pasang sarung tangan)

c. Persediaan obat-obatan untuk komplikasi


1) 3 botol larutan Ringer laktat 500 ml
2) Set infus
3) 2 kateter intra vena ukuran 16-18 G
4) 2 ampul metil egrometrin maleat 0,2 mg
5) 3 Ampul oksitosin 10 U
6) 10 tablet misoprostol (cytotec)
7) 2 Vial larutan magnesium sulfat 40 % (10 gr dalam 25 ml)
8) 2 buah alat suntik sekali pakai ukuran 2,5 ml (total disediakan 3 buah)
9) 2 buah alat suntik sekali pakai ukuran 5 ml
10) 10 kapsul/kaplet amoksilin/ampisilin 500 mg atau penisilin prokain injeksi

d. Alat dan Bahan Lain yang perlu dipersiapkan:


1) Partograf
2) Kertas kosong atau formulir rujukan yang digunakan di kabupaten
3) Pena
4) Thermometer
5) Pita pengukur
6) Fetoskop
7) Jam yang mempunyai jarum detik
8) Stetoskop
9) Tensimeter
10) Larutan klorin 0,5 % (larutan bayclin 5,25 %)
11) Sabun dan detergen
12) Sikat kuku dan penggunting kuku
13) Celemek (pelindung badan) dari bahan plastik
14) Kain plastik (perlak) untuk alas ibu saat persalinan
15) Kantong plastik

2. Tempat bersalin
a. Ruangan yang bersih dan nyaman
b. Dilengkapi dengan bangku tunggu
c. Tersedia media informasi kesehatan
3. Aksesibilitas atau keterjangkauan
Aksesibilitas yaitu derajat kemudahan dicapai oleh orang terhadap suatu objek,
pelayanan maupun lingkungan. Dalam pengertian yang lainnya bahwa aksesibilitas
merupakan ukuran kemudahan lokasi untuk dijangkau dari lokasi lainnya melalui
sistem transportasi.

E. Ketahanan Emosional Bidan dalam Persalinan


Bekerja sebagai tenaga medis yang setiap hari pasti bertemu dengan pasien,
pasti pernah mengalmi hal yang unik termasuk bertemu dan menangani pasien yang
manja, pemarah, keras kepala dan lainnya. Oleh karena itu kita sebagai bidan yang
memberikan bantuan dan dukungan pasien, kita harus memahami kesulitan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Adapun cara bidan untuk menahan
emossionalnya, yaitu:
1. Sabar dan ikhlas
Posisikan diri sebagai penasihat terbaik sehingga perlahan akan tercipta
kedekatan emosional. Ini akan membuat klien lebih mudah dikendalikan.
Hadapilah permintaan klien dengan bijak. Jangan buru-buru bersikap menolak.
Sebaliknya, giring dia agar menuruti keinginan. Berilah mereka alasan untuk
mengatakan keuntungan yang akan mereka peroleh bila mereka menurutinya.
Setelah melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, sabar dan ikhlas dalam
menjalankan tugas sebagai bidan yang harus terus berjuang sesuai yang
diharapkan.
2. Fokus
Setiap permasalahan yang muncul itu tidak selalu disebabkan oleh pasien atau
keluarganya, bisa saja bidan juga mempunyai masalah pribadi, misalnya dengan
suami, keluarga, teman, dan lainnya. Pada saat kondisi tersebut, tidak menutup
kemungkinan terjadinya emosi pada saat memberikan pelayanan pada pasien.
Oleh karena itu, yang harus dilakukan yaitu harus fokus saat memberi pelayanan
jangan sampai terbawa suasana, apalagi pada saat menolong persalinan atau
permasalahannya muncul dari pasien, tetap kita juga harus memberikan pelayanan
terbaik. Misalnya memahami pasien, menenangkannya dan memberikan
dukungan juga.
3. Komunikasi yang baik
Gunakan Bahasa yang sopan, kalimat yang mudah di mengerti, turunkan nada
suara. Setelah menjelaskan persoalannya, kemudian berikan solusi. Hindari
menggunakan kata-kata buruk atau membuat pasien sakit hati.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Persalinan merupakan sebuah proses pengeluaran janin atau kandungan yang
dinanti oleh setiap suami istri untuk menyambut sang buah hati, untuk itu ada beberapa
proses yang perlu dipersiapkan diantaranya persiapan fisik, psikologis, finansial, dan
kultural. Adapun beberapa faktor yang berhubugan dengan persalinan diantaranya
umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan dukungan sosial.
Perubahan emosional terjadi selama kehamilan. Hormon dapat memengaruhi
suasana hati dan karena kadarnya yang naik turun demikian juga dengan suasana hati
ibu hamil menjelang persalinan. Oleh karena itu adalah hal yang normal apabila ibu
merasa sedih, menangis, panik, sedikit tidak yakin atau merasa senang luar biasa.
Perasaan cemas, panik, gelisah dan takut menghadapi persalinan terutama
primigravida berkaitan dengan emosional ibu yang berpengaruh pada proses persalinan.
Cara yang dapat dilakukan yaitu mengubah cara berpikir, relaksasi dan berhenti
khawatir.
Peranan bidan pun sangat penting karena jika bidan bisa memberikan rasa aman
dan nyaman pada ibu yang akan melahirkan maka ibu tersebut akan merasa lebih
tenang dan bisa menghadapi ketakutan akan persalinan yang akan di hadapi tentu
dengan mendegarkan arahan bidan dan bidan pun memberikan dukungan dan arahan
sesuai yang ibu bersalin itu butuhkan, dan bekerja sama dengan kelurga untuk
memberikan dukungan menuju proses persalinan.
Mempersiapkan peralatan untuk persalinan juga sangat penting jangan sampai
ada kekurangan, karena jika ada yang kurang memungkinkan terjadinya kesalahan.
Ketahanan emosi seorang bidan juga penting karena kita harus memahami kesulitan
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

B. Saran
Semoga bidan atau nakes yang lain bisa memberikan pelayanan yang terbaik
tanpa membeda-bedakan pasien satu dan lainnya, dan memberikan dukungan dengan
rasa aman dan nyaman kepada pasien sehingga pasien percaya degan tindakan terbaik
yang dilakukan oleh bidan dan nakes tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Jenny J.S Sondakh (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta:Erlangga.
Sulfianti, et al. Asuhan Kebidanan pada Persalinan Yayasan Kita Menulis, 2020

Pratiwi, R. A. (2018). Kecemasan Menghadapi Persalinan.

Shodiqoh, E. R., & Syahrul, F. (2014). Perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi
persalinan antara primigravida dan multigravida. Jurnal Berkala Epidemologi, 2(1), 141-
150.

Hallen A, Bimbingan dan Konseling Persalinan, Ciputat : Quantum, 2015

Peran bidan menolong persalinan https://ibu.sehati.co/2019/07/08/peran-bidan-dalam-


persalinan/ Diakses pada tanggal 5 oktober 2021

Emosi dan Pikiran Positif Perlancar Proses Kelahiran


https://www.prenagen.com/id/emosi-dan-pikiran-positif-perlancar-proses-kelahiran
Diakses pada tanggal 5 oktober 2021

Febria Syafyu Sari & Wira Novriani. (2017). Dukungan Keluarga dengan Kecemasan
Menjelang Persalinan Trimester III. Jurnal Ipteks Terapan V11.i1 (55-64)

Wahdah Ngalimatun Nisa & Happy Dwi Aprilina. (2019). Hubungan Kematangan
Emosional dan Peran Suami dengan Kesiapan Primigravida Menghadapi Persalinan.
Jurnal SMART Keperawatan 6 (2), 86-97

Effy Wardati M, S.Psi. Kematangan Emosi dan Tingkat Kecemasan Persalinan Pertama
Usia 17-21 Tahun Di Kecamatan Candi Sidoarjo. Jurnal Psikologi

Anda mungkin juga menyukai