Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KONSEP KEBIDANAN

REFLEKTIF PRACTICE

Dosen Pembimbing:

Efira Nurul Aini, SST.,M.Keb

Disusun Oleh :
Kelompok 8

1. Yuyun Lailiawati
2. Zhakina Hayuun Triastami

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
BOJONEGORO
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Konsep Kebidanan “Reflektif
Practice”.
Dan rasa terimakasih kepada pembimbing yang telah memberikan arahan kepada
kami. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Konsep Kebidanan dan juga
sebagai bahan pegangan yang dapat menambah pengetahuan kita tentang Reflektif Practice.
Semoga apa yang kami berikan dapat bermanfaat serta menigkatkan pengetahuan tentang
Reflektif Practice.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi baiknya
penulisan di masa yang akan datang.

Bojonegoro, Agustus 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Tentang Reflectif Practice ................................................................ 2
2.2 Menghadirkan Kembali Pengalaman ................................................................. 3
2.3 Mengelola Perasaan ........................................................................................... 3
2.4 Mengevaluasi Pengalaman ................................................................................. 3
2.5 Contoh Implementasi Reflektif Practice ............................................................ 4
2.6 Hak Dan Kewajiban Bidan ................................................................................. 5
2.7 Etiko Legal ......................................................................................................... 6
2.8 Sistem Penghargaan Dan Sanksi Bidan Yang Berhubungan Dengan Hak,
Kewajiban, Dan Etiko Legal Dalam Praktik Asuhan Kebidanan ......................7
BAB 3 PENUTUP .............................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................… 10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

Refleksi berarti kegiatan yang dilakukan untuk mengingat kembali suatu tindakan
yang telah dilakukan dalam observasi. Refleksi mengkaji ulang apa yang telah terjadi
atau mempertimbangkan proses, permasalahan, isu, dan kekurangan yang ada atau yang
belum tuntas dari strategi penelitian yang telah dilakukan. Refleksi menjadi dasar untuk
mengetahui kembali rencana tindakan dengan memperhatikan variasi perspektif yang
mempunyai aspek evaluatif bagi peneliti untuk mempertimbangkan atau menilai
apakah dampak tindakan yang timbul sudah sesuai dengan yang diinginkan dan
membuat perencanaan kembali. Langkah selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan dan
observasi merupakan refleksi hasil pengamatan, melalui refleksi maka dapat diketahui
atau dipahami kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam penelitian tindakan. (Uno,
dkk, 2012: 69)
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan
kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-
perilaku, lingkungan & pelayanan kesehatan). Dalam praktek kebidanan, pemberian
asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan
dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang
yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan
oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling
yang baik kepada klien.
Seiring perubahan dan perkembangan zaman yang terus menuntut adanya pelayanan
kesehatan yang semakin maju dan penemuan-penemuan baru yang sangat
mempengaruhi pola pikir manusia yang ingin terus mengembangkan dan memajukan
kualitas pelayanan kesehatan. Tuntutan itulah yang menjadi suatu pemicu untuk lebih
mengembangkan karir seorang bidan dalam memberikan asuhan. Hal ini sangat berguna
untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak, serta dapat meningkatkan kesehatan
ibu dan anak. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang tinggi
masih menjadi salah satu masalah yang serius di Indonesia.
Bidan sebagai subsistem Sumber Daya Manusia menjadi salah satu ujung tombak
yang berperan langsung pada penurunan AKI/AKB. Untuk memenuhi hal tersebut
diperlukan bidan yang menguasai kompetensi. Sementara itu kebanyakan bidan masih
belum memenuhi syarat tersebut karena latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda-
beda, kualitas lulusan yang minimal, dan sikap profesionalisme yang kurang. Untuk
memenuhi standar kompetensi itu maka diperlukan lulusan bidan yang berkualitas dan
memiliki sikap profesionalisme yang tinggi. Selain itu dalam menghadapi era globalisasi
ini, bidan juga dituntut untuk selalu memperbaharui pengetahunnya melalui jalur
pengembangan karir bidan. Pengembangan karir bidan ini dapat ditempuh melalui jalur
pendidikan formal maupun dengan mengikuti seminar dan lokakarya. Pengembangan
karir ini sangat penting mengingat masih banyaknya keterbatasan yang dimiliki bidan,

1
seperti keterbatas komunikasi, penguasan bahasa asing, dan penguasaan IPTEK.
Pemenuhan tanggung jawab seorang bidan yaitu sesuai Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK) dan kewenangan bidan pada Kepmenkes 900/2002 yang disertai tingkat
pendidikan bidan yang lebih tinggi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas
bidan tersebut.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian reflektif practice?
2. Bagaimana Menghadirkan Kembali pengalaman?
3. Bagaimana Mengelola perasaan?
4. Bagaiman Mengevaluasi pengalaman?
5. Apa Contoh implementasi reflektif practice?
6. Apa saja Hak dan kewajiban bidan?
7. Apa itu etiko legal?
8. Bagaimana Sistem penghargaan dan sanksi bidan yang berhubungan dengan hak,
kewajiban dan etiko legal dalam praktek asuhan kebidanan?

1.2 Tujuan
1. Mengetahiu pengertian reflektif practice
2. Mengetahui Penghadirkan Kembali pengalaman
3. Mengetahui Pengelolaan perasaan
4. Mengetahui Mengevaluasi pengalaman
5. Mengetahui Contoh implementasi reflektif practice
6. Memahami Hak dan kewajiban bidan
7. Mengetahui etiko legal
8. Mengetahui Sistem penghargaan dan sanksi bidan yang berhubungan dengan hak,
kewajiban dan etiko legal dalam praktek asuhan kebidanan

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian tentang reflektif practice


1. Pengertian Reflective Practice secara umum
Reflective Practice adalah kemampuan untuk mencerminkan pada tindakan
sehingga untuk terlibat dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan, yang
menurut pencetus istilah, adalah salah satu karakteristik mendefinisikan praktek
profesional. Refleksi juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan  atau kegiatan
untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi sebelumnya, belum terjadi,
dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari suatu upaya
atau tindakan yang telah dilakukan. (Tahir, 2011: 93). Istilah refleksi di sini
dipahami dalam pengertian khas, yaitu suatu upaya menyimak dengan penuh
perhatian terhadap bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi
spontan untuk mengerti pentingnya pemahaman mendalam sampai pada makna dan
konsekuensinya.
2. Pengertian Reflective Practice dalam Pelayanan Kebidanan
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan
kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan
(manusia-perilaku, lingkungan & pelayanan kesehatan). Dalam praktek kebidanan,
pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas
kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan
sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi
secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien.
 Bidan merupakan ujung tombak memberikan pelayanan yang berkuliatas dan
sebagai tenaga kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra masyarakat,
khususnya keluarga sebagai unit terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi
strategis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik komprehensif
(berkesinambungan, terpadu, dan paripurna), yang mencakup upaya promotif,

3
preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya mencapai terwujudnya paradigma
sehat. Jadi seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang professional dan
handal memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep kerjanya
berhubungan dengan nyawa manusia.
2.2 Menghadirkan kembali pengalaman
Pada tahap ini, pelaku refleksi mencoba mengumpulkan kembali peristiwa
peristiwa yang menonjol dan menghadirkan kembali peristiwa tersebut dalam
pikirannya. Proses ini akan sangat tertolong jika yang bersangkutan bersedia
menuliskan dalam kertas atau menceritakannya kepada orang lain. Dalam pembelajaran
proses ini dapat berupa proses de-briefing yang merupakan salah satu langkah dalam
rancangan tugas tugas untuk pembelajaran kooperatif (Borich 1996:442). De-briefing
itu sendiri lebih di kenal di dunia penerbangan dan diplomatik, dalam bentuk interogasi
terhadap penerbang atau diplomat segera setelah mereka kembali dari menjalankan
missi tertentu guna memperoleh informasi-informasi yang bermanfaat.
2.3 Mengelola perasaa
Tahap ini terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu memanfaatkan perasaan-perasaan
yang positif dan mengubah perasaan-perasaan yang mengganggu. Memanfaatkan
perasaan-perasaan positif meliputi upaya untuk memfokuskan diri pada perasaan-
perasaan positif mengenai proses pembelajaran dan pengalaman yang sedang
direfleksikan. Hal itu misalnya meliputi kesadaran untuk mengumpulkan kembali
pengalaman-pengalaman yang baik, memberikan perhatian pada aspek-aspek yang
menyenangkan dari lingkungan, atau mengantisipasi keuntungan yang mungkin bisa
didapat dari peristiwa tersebut. Upaya mengubah perasaan-perasaan yang mengganggu
merupakan awal yang diperlukan agar seseorang dapat mempertimbangkan peristiwa
peristiwa yang telah dialaminya secara rasional. Hal itu misalnya dapat dilakukan
dengan mentertawakan pengalaman yang memalukan.
2.4 Mengevaluasi pengalaman
Saat sebuah peristiwa yang direfleksikan itu terjadi, lazimnya orang sudah
melakukan evaluasi terhadap peristiwa itu. Oleh karenanya sangat mungkin bahwa
sudut pandang seseorang atas sebuah peristiwa sudah menjadi bagian dari pengalaman
tersebut. Tahap ketiga dalam proses refleksi merupakan upaya mengevaluasi kembali
pengalaman-pengalaman seseorang. Dalam tahap ini berlangsung empat proses penting,
yaitu asosiasi, integrasi, validasi dan apropriasi. Asosiasi adalah proses mempertautkan
gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan yang merupakan bagian dari pengalaman asli

4
dengan gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan baru yang muncul dalam refleksi.
Integrasi adalah proses mencari keterkaitan di antara data yang ada. Dalam integrasi
pertama-tama dicari sifat sifat hubungan yang telah terjadi dalam proses asosiasi.
Kemudian dilakukan penarikan kesimpulan tentang pengalaman yang direfleksikan itu
agar sampai pada tilikan-tilikan baru. Validasi, adalah proses menguji keotentikan
gagasan dan perasaan yang telah dihasilkan. Dalam validasi pelaku refleksi melakukan
pengujian konsistensi internal antara apresiasi-apresiasi baru dengan pengetahuan dan
kepercayaan-kepercayaan yang telah ada. Apropriasi, adalah proses menjadikan
pengetahuan baru itu menjadi milik pelaku refleksi.
Hasil dari proses refleksi bersifat kompleks, bisa berupa salah satu atau seluruh
hal-hal seperti cara baru untuk melakukan sesuatu, kejelasan atas isu-isu, dan
berkembangnya ketrampilan atau pemecahan masalah. Peta kognitif mungkin
diperoleh, dan rangkaian gagasan baru mungkin dikenali. Mungkin pula lahir sudut
pandang baru dalam melihat pengalaman atau perubahan sikap dan perilaku. Sintesa,
validasi dan apropiasi pengetahuan selain merupakan menjadi bagian dari proses juga
merupakan hasil dari refleksi itu sendiri. Dan lebih penting lagi ketrampilan belajar
yang signifikan mungkin berkembang melalui pemahaman atas kebutuhan-kebutuhan
dan gaya belajarnya sendiri.
2.5 Contoh implementasi reflektif practice
1. Kasus 1
Seorang ibu dengan usia kehamilan 39 minggu, dan akan segera melahirkan.
Karena kondisi keamanan pada saat itu sedang tidak stabil ( darurat militer),
ia tidak  bisa melahirkan di rumah sakit, sehingga dia harus melahirkan di tempat
bidan praktik mandiri. Namun ada kendala dengan berat badan janinnya yang berkisar
sekitar 5 kg. Saat itu dia hamil anak kedua, sedangkan anak pertamanya lahir dengan
cara caesar. Bidan menyarankan untuk melakukan caesar juga untuk anak kedua ini,
akan tetapi karena kondisi keamanan yang tidak memungkinkan, dan jarak antara
rumah ibu ini dengan rumah sakit sangat  jauh, dan  bidan harus melakukan
episiotomi  karena ukuran bayi yang besar, tetapi si ibu tidak ingin dilakukannya
tindakan episiotomi sehingga bidan harus melakukan vacum terhadap persalinan.
Tetapi karena  bidan tersebut  tidak memiliki  alat vacum  untuk  menolong
persalinan, maka bidan tersebut menolong persalinan dengan menggunakan vacum
cleaner dan peralatan seadanya dengan persetujuan pasien sampai bayi lahir dan
selamat.

5
2. Kasus 2
Seorang ibu primipara masuk ke kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Sewaktu 
dilakukan anamnese ibu mengatakan tidak mau di episiotomi. Ternyata selama kala II
kemajuan kala II berlangsung lambat, perenium masih tebal dan kaku. Keadaan ini
dijelaskan kepada ibu oleh bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya menolak
di episiotomi. Sementara waktu berjalan terus dan denyut jauntung bayi menunjukkan
keadaan fetal distrees dan hal ini mengharuskan bidan untuk melakukan tindakan
episiotomy, tetapi ibu tetap tidak menyetujuinya. Bidan berharap bayinyaselamat.
Sementara itu ada bidan yang memberitaukan bahwa dia pernah melakukan hal ini
tanpa persetujuan pasien, tindakan ini dilakukan karena untuk melindungi bayinya.
3. Hak dan kewajiban bidan
Diatur dalam UU Kebidanan No 4 Tahun 2019 yaitu pasal 60 dan 61
1. Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berhak:
a. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar
pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional;
b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan lengkap dari Klien
dan/atau keluarganya;
c. Menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik,
standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. Menerima imbalan jasa atas Pelayanan Kebidanan yang telah diberikan;
e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar; dan
f. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesi.
2. Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berkewajiban:
a. Memberikan Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, dan
mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur
operasional;
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan lengkap mengenai tindakan
Kebidanan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai kewenangannya;

6
c. Memperoleh persetujuan dari Klien atau keluarganya atas tindakan yang akan
diberikan;
d. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani ke dokter atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
e. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan sesuai dengan standar;
f. Menjaga kerahasiaan kesehatan Klien;
g. Menghormati hak Klien;
h. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari dokter sesuai dengan
Kompetensi Bidan;
i. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;
j. Meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;
k. Mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dan/atau keterampilannya
melalui pendidikan dan/atau pelatihan
1. Melakukan pertolongan gawat darurat.
4. Etikolegal
Etik adalah ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Faktor-faktor yang melandasi etik (sember etika) adalah :
1. Nilai-nilai atau value
2. Norma
3. Sosial budaya
4. Religious
Etika juga berhubungan erat dengan manusia dalam menghargai sesuatu
tindakan apakah benar atau salah dan apakah penyelesainnya baik atau salah.
Seoarang bidan dikatakan professional bila ia mempunyai etika. Semua profesi
kesehatan memiliki etika profesi. Namun demikian etika kebidanan mempunyai
kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab
menolong persalinan.
Untuk melakukan tanggungjawab ini seorang bidan harus mempunyai
pengetahuan yang memadai dan harus selalu pemperbaharui ilmunya dan mengerti
tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi, dengan kemajuan teknologi
dan arus globalisasi penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi dalam praktek
kebidanan.
Misalnya, dalam praktek mandiri tidak seperti bidan yag bekerja di RS, RB,
institusi kesehatan lainnya, bidan praktek mandiri mempunyai tanggungjawab yang

7
lebih besar karena harus mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan. Dalam hal
ini bidan yang praktek mandiri, menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya
sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya
penyimpangan.
5. Sistem penghargaan sanksi bidan yang berhubungan dengan hak, kewajiban dan
etikolegal dalam praktik asuhan kebidanan
1. Penghargaan
Penghargaan adalah perbuatan yang menghargai atau penghormatan.
Penghargaan yang diberikan berupa bidan teadan, BPS berprestasi, bidan berprestasi
dan predikat bidan bintang. Bagi bidan yang teah melaksanakan darma bakti dan
pengabdian profesinya dengan baik perlu deberi penghargaan dari IBI.
Tujuan pemberian penghargaan adalah menigkatka citra bidan dimasyarakat
dan memberikan penghargaan kepada bidan atas darma baktinya kepada masyarakat.
Dalam PPRI No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal 21 disebutkan:
a. Kepada tenaga kesehatan dan petugas pada sarana kesehatan atas dasar prestasi
kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara atau meninggal dunia dalam
melaksanakan tugas diberi “penghargaan”
b. Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat oleh pemerintah dan
atau masyarakat.
c. Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang, atau
bentuk lainnya.
2. Sanksi
Sanksi adalah bentuk hukuman yang diberikan kepada seseorang atas kelalaian
maupun kesenjanagan dalam melakukan kewajibannya. Sanksi juga merupakan
bentuk negative dari penghargaan bagi bidan yang melakukan pelanggaran terhadap
kode etik, hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh organisasi IBI. Beberapa
sanksi yang terdapat dalam undang-undang antara lain :
a. Undang-undang RI No.23 tahun 1992 pasal 80 ayat (1) yaitu : barang siapa yang
sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak
memenuhi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan (2) pidana
dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan pidana denda Rp.
500.000.000.00,-.
b. Undang-undang RI No.23 tahun 1992 pasal 81 ayat (1) yaitu: barang siapa yang
tanpa keahliannya dan kewenangannya dengan sengaja melakukan transplantasi

8
organ dan atau jaringan tubuh, melakukan implant alat kesehatan, dan melakukan
bedah plastic dan rekontruksi dipidana dengan pidana penjara paling lambat 7
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 140.000.000.00,-.
c. Undang-undang RI No.23 tahun 1992 pasal 82 ayat (2) yaitu : barang siapa
dengan sengaja melakukan upaya kehamilan diluar cara alami, memproduksi dan
atau mengedarkan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar atau persyaratan,
memproduksi dan atau menegdarkan bahan yang mengandung zat adiktif pidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak
Rp.100.000.000.00,-.
d. Undang-undang RI No.23 tahun 192 pasal 83 yaiu: ancaman pidana sebagaimana
dimaksud di dalam pasal 80,81 da 82 ditambah sperempat apabila menimbulkan
luka berat atau sepertiga apabila menimbulkan kematian.

9
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Refleksi praktik dalam kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk pedoman/acuan
yang merupakan kerangka seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,
dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan, meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam
paradigma kesehatan (meliputi, lingkungan dan pelayanan kesehatan).

10
DAFTAR PUSTAKA

Salmiani, dkk. 2012. Konsep Kebidanan Manajeman dan Standar Pelayanan. Jakarta:EGK
https://www.academia.edu/44567750/Konsep_Kebidanan_Reflektif_Practice
Yulifah, Rita, dkk. 2013, Konsep Kebidanan untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan, 2019. Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai