Anda di halaman 1dari 13

PEMBERIAN OBAT ANALGESIA NON FARMAKOLOGIS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Kebidanan

Disusun Oleh :
1. Putri Dwi
2. Nurhayati
3. Yanita. A

PRODI KEBIDANAN S1 PROGRAM AKADEMIK ALIH JENJANG


STIKES MEDISTRA INDONESIA
TAHUN 2023
PEMBERIAN OBAT ANALGESIA
NON FARMAKOLOGIS

1. Definisi Obat Analgesia


Obat analgesia atau obat antinyeri merupakan salah satu obat yang
sering digunakan oleh masyarakat secara mandiri tanpa resep dokter,
hal ini menyebabkan timbulnya beberapa efek samping dari obat
analgesia. Obat-obat analgesia memiliki efek samping antara lain reaksi
hipersensitivitas, gangguan lambung dan usus, kerusakan pada ginjal,
dan dapat menyebabkan kerusakan hati apabila dikonsumsi dengan
dosis yang berlebihan.
Analgesik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan
rasa sakit, yang juga disebut sebagai painkiller. Obat ini ampuh dalam
meredakan peradangan di tempat yang terasa sakit. Analgesik tersedia
dalam berbagai bentuk, seperti obat oral, krim topikal, dan supositoria.

2. Non Farmakologi
Terapi non farmakologi diartikan sebagai terapi tambahan selain
hanya mengonsumsi obat-obatan. Manfaat dari terapi non farmakologi
yaitu meningkatkan efikasi obat, mengurangi efek samping, serta
memulihkan keadaan pembuluh darah dan jantung. Bentuk terapi non
farmakologi adalah terapi alternatif dan komplementer.
Terdapat beberapa jenis mangemen non farmakologis antara lain:
teknik relaksasi, distraksi masase, terapi es dan panas, stimulasi saraf
elektris transkutan, hipnosis, guided imagery dan musik. Dalam realitas
kehidupan sering dijumpai pasien yang mengalami nyeri akibat dari
penyakit yang menderanya.
3. Nyeri
Nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita
mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa
sakit, panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau
ditikam. Definisi Nyeri adalah suatu kondisi dimana seseorang
merasakan perasaan yang tidak nyaman atau tidak menyenangkan
yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang telah rusak atau yang
berpotensi untuk rusak. Sedangkan definisi saraf adalah serat serat
yang menghubungkan organ tubuh dengan sistem saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang).
Nyeri berhubungan dengan banyak penyakit. Banyak penyakit yang
dapat menimbulkan rasa nyeri di persarafan, seperti infeksi HIV, herpes,
cedera, kanker, diabetes, penyakit autoimun,penekanan akar saraf di
tulang belakang, diabetes, kekurangan vitamin B6, B12, dsb.

4. Nyeri Persalinan
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi
fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks,
serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap
nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasann,
keringat, diameter pupil,dan ketegangan otot. Berbagai upaya dilakukan
untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi
maupun nonfarmakologi. Manajemen nyeri secara farmakologi lebih
efektif dibanding dengan metode nonfarmakologi namun metode
farmakologi lebih mahal, dan berpotensi mempunyai efek yang kurang
baik (Lowdermilk et al., 2014).
Metode nonfarmakologi bersifat nonintrusif, noinvasif, murah,
simple, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Weiner, 2001). Metode
nonfarmakologi juga dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan
karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya
(Maryunani, 2010)
Penatalaksanaan nonfarmakologis untuk nyeri persalinan dapat
menurunkan rasa nyeri dan meningkatkan rasa nyaman pada pasien
saat persalinan. Nyeri persalinan merupakan salah satu tantangan
tersendiri untuk klinisi maupun ibu dalam proses persalinan.
Pendekatan nonfarmakologis sudah banyak digunakan untuk
menurunkan rasa nyeri persalinan. Masase merupakan salah satu
pendekatan non-farmakologi yang aman, dan murah. Akan tetapi, studi
mengenai peran masase dan penatalaksanaan non-farmakologis
lainnya dalam menurunkan rasa nyeri pada proses persalinan masih
terbatas.
Nyeri merupakan keluhan yang sering ditemukan pada wanita yang
sedang dalam proses bersalin. Nyeri persalinan terjadi karena kontraksi
uterus, hal ini kemudian akan memicu respons stress tubuh, seperti
konsumsi oksigen yang meningkat, hiperventilasi, peningkatan tekanan
darah, dan mengganggu pengosongan lambung. Selain itu, rasa nyeri
juga dapat mempengaruhi keputusan ibu untuk menentukan tipe
persalinan.
Pada pasien primigravida, rasa nyeri dapat mendesak ibu untuk
memilih tindakan operatif. Pada studi oleh Aram S et al dilaporkan
bahwa sebanyak 37,2 % ibu memilih tindakan sectio caesaria karena
ketakutan akan rasa nyeri saat persalinan. Oleh karena itu, penanganan
nyeri pada saat persalinan sangat penting.
Baik terapi farmakologis dan non-farmakologi sudah diterapkan
pada pasien bersalin. Tatalaksana non-farmakologi dalam menurunkan
rasa nyeri memiliki keunggulan, dimana terapi ini dapat mengurangi efek
samping pada ibu dan bayi yang ditimbulkan oleh obat-obatan. Selain
itu, juga dapat memberi rasa menyenangkan bagi ibu dan janin. Pada
ibu yang memiliki penyakit kardiorespiratori dan juga ibu yang alergi
terhadap obat-obatan, metode non-farmakologi dapat menjadi pilihan
saat persalinan.
Metode teknik pengurangan nyeri pada dasarnya dikategorikan
menjadi dua yaitu farmakologi dan nonfarmakologi. Farmakologi
termasuk program terapi obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri,
sedangkan nonfarmakologi meliputi bimbingan atisipasi, relaksasi,
distraksi, biofeedback, hypnosis diri, menguransi persepsi nyeri,
stimulasi kutaneus.
Metode terapi nonfarmakologis dalam menurunkan rasa nyeri pada
pasien saat persalinan dapat beragam. Selain menurunkan rasa nyeri,
terapi non-farmakologi diduga juga dapat mendorong komponen
psikoemosional dan spiritual sehingga dapat meningkatkan kesiapan
pasien dalam bersalin. Beberapa metode terapi non-farmakologi yang
dapat dipilih, diantaranya adalah masase dan sentuhan, pergerakan dan
posisi, teknik bernapas dengan relaksasi, aplikasi panas atau dingin,
dan terapi musik.

a. Masase dan Sentuhan


Terapi masase merupakan manipulasi dari jaringan lunak tubuh
yang bertujuan untuk menurunkan rasa nyeri dan memberi efek
relaksasi. Mekanisme terapi masase dalam menurunkan nyeri diduga
dengan meningkatkan produksi endorfin dalam tubuh. Melalui
peningkatan endorfin, transmisi sinyal antara sel saraf menjadi menurun
sehingga dapat menurunkan ambang batas persepsi terhadap nyeri.

Sentuhan pada pasien dapat berdampak menurunkan ketegangan


saat persalinan dan juga dapat menunjukkan rasa peduli pada pasien.
Teknik Massage oleh petugas kesehatan dapat memberikan efek
relaksasi yaitu membantu ibu inpartu menjadi lebih rileks sehingga akan
mengurangi perasaan cemas, takut, tegang dan pada akhirnya dapat
mengakibatkan nyeri berkurang, proses pembukaan menjadi lancar dan
potensi otot-otot rahim untuk menghasilkan tenaga mendorong janin
menuju jalan lahir meningkat (Danuatmaja, 2004). Teknik massage
pada abdomen biasanya digunakan dalam metode Lamaze untuk
mengurangi nyeri pada persalinan normal (Kennet, 1994)

b. Pergerakan Dan Posisi Maternal


Salah satu kunci dalam manajemen nyeri persalinan adalah dengan
membuat pasien merasa nyaman. Pasien sering kali bergerak, berjalan,
dan mengubah posisinya untuk mencapai rasa nyaman saat bersalin.
Selain itu, posisi tertentu juga dapat memberikan keuntungan pada
pasien bersalin, seperti mempercepat persalinan dan membantu
memperbaiki masalah kegawatdaruratan persalinan.
Posisi-posisi, seperti hand-to-knee dan squatting sudah dinilai dapat
mempengaruhi diameter pelvis sehingga dapat mempercepat
persalinan. Namun sering kali saat pasien bersalin sudah masuk rumah
sakit, pasien akan sangat sulit bergerak karena sudah dipasang oleh
alat-alat monitor medis.
Efikasi metode pergerakan dan posisi maternal pada kala satu dan
dua sudah diteliti pada beberapa studi. Beberapa studi menunjukkan
bahwa posisi duduk dan banyak pergerakan saat persalinan kala I
memiliki skor intensitas nyeri yang lebih rendah dibanding posisi
terlentang.
Menurut studi lain, posisi terlentang memberikan intensitas nyeri
yang lebih tinggi pada pasien dibandingkan dengan posisi lainnya.
Selain itu, studi Cochrane juga mengatakan bahwa pasien bersalin yang
sering tegak dan banyak bergerak memiliki waktu persalinan yang lebih
cepat dan lebih jarang menjalani operasi sesar.
Keuntungan juga ditemukan pada persalinan kala II, dimana
bantuan pada persalinan, tindakan epistiotomi, gangguan denyut
jantung janin lebih jarang ditemukan pada pasien dengan posisi
persalinan tidak terlentang tanpa anestesi epidural. Namun, pada
pasien persalinan kala II yang menggunakan anestesi epidural tidak
ditemukan adanya perbedaan efek analgesia yang diberikan oleh
pergerakan dan perubahan posisi.

c. Teknik Bernapas Dengan Relaksasi


Ritme dari bernapas sangat penting untuk mencapai relaksasi saat
bersalin. Nyeri persalinan, terutama saat fase laten, dapat menurun
dengan teknik bernapas ini. Teknik yang digunakan biasanya adalah
dengan ritme yang lambat (6 – 12 napas / menit) sampai sedang (30 –
60 napas / menit), tanpa melakukan hiperventilasi.
Ritme napas harus beradaptasi dengan intensitas kontraksi pasien.
Sebuah studi menunjukkan bahwa dibandingkan teknik lainnya, teknik
bernapas merupakan metode non-farmakologi yang paling banyak
digunakan dalam menurunkan rasa nyeri. Teknik ini juga dianggap
pasien sangat bermanfaat dalam menurunkan rasa nyeri saat
persalinan, namun berdasarkan review sistematik cochrane, bukti klinis
yang ada masih insufisien dan penelitian lanjutan mengenai korelasi dan
kausalitas masih harus dilakukan.

d. Aplikasi Dingin Atau Panas


Pemberian rasa dingin dan panas secara bergantian merupakan
salah satu cara non-farmakologi dalam menurunkan nyeri persalinan.
Rasa dingin dapat menyebabkan rasa baal, menstimulasi reseptor saraf
perifer, dan melambatkan transmisi nyeri ke sistem saraf pusat sehingga
intensitas nyeri pada pasien dapat berkurang. Rasa panas sendiri dapat
melambatkan impuls saraf ke otak dengan menstimulasi reseptor panas
pada kulit dan jaringan yang lebih dalam.
Aplikasi rasa dingin biasanya diberikan pada lokasi punggung,
abdomen bawah, paha, dan/atau perineum. Sedangkan aplikasi rasa
panas biasa diberikan pada daerah punggung bawah ketika pasien
merasa nyeri pada daerah punggung. Efikasi metode ini ditemukan
signifikan dalam menurunkan rasa nyeri pada beberapa studi. Selain itu,
aplikasi panas dan dingin juga ditemukan dapat memperpendek waktu
persalinan.

e. Musik Dan Audioanalgesik


Stimulasi suara, seperti musik atau suara alam, dapat menjadi suatu
distraksi bagi pasien bersalin sehingga dapat menurunkan rasa nyeri.
Selain itu, metode ini juga dilaporkan mungkin dapat menurunkan rasa
anxietas pada pasien. Metode ini dapat dilakukan dengan pemilihan
musik yang pasien pilih sebelum persalinan. Studi terbaru menunjukkan
bahwa musik dapat menurunkan rasa nyeri persalinan pada fase laten,
namun pada fase aktif tidak ditemukan adanya manfaat.
f. Akupresur
Akupresur merupakan salah satu teknik nonfarmakologi yang paling
efektif dalam manajemen nyeri persalinan. Akupresur disebut juga
akupunktur tanpa jarum, atau pijat akupunktur. Teknik ini menggunakan
tenik penekanan, pemijatan, dan pengurutan sepanjang meridian tubuh
atau garis aliran energi. Teknik akupresur ini dapat menurunkan nyeri
dan mengefektifkan waktu persalinan.
Praktik Acupressure dilakukan bisa menggunakan jari tangan atau
alat tumpul yang tidak tembus kulit seperti tongkat tumpul yang terbuat
dari bambu, kayu, plastic, dan logam (Hamlin & Robertson, 2017).
Letakkan jari-jari di telapak tangan dan ibu jari diluar telapak tangan. Ini
menjadi tempat yang baik untuk ditekan agar membantu meredakan
rasa sakit dalam persalinan, gunakan ibu jari untuk menekan titik
Acupressure. Temukanlah area umumnya dan kemudian gerakkan ibu
jari melingkar kecil sampai menemukan tempat yang merasa sakit.
Ketika sudah menemukan titik presur ini tekanlah kira-kira selama satu
menit (Rejeki & Hartiti, 2017).

g. Counter Pressure
Counter Pressure adalah salah satu teknik yang dapat digunakan
untuk mengurangi nyeri persalinan (Pasongli, Rantung, & Pesak,
2015).Counter Pressure terdiri dari dorongan kuat tetap yang diberikan
pada titik di punggung bawah selama kontraksi, dengan menggunakan
kepalan tangan, pangkal telapak tangan, atau benda yang kuat atau
tekanan yang dilakukan pada kedua paha bagian samping dengan
menggunakan tangan yang dilakukan oleh penolong persalinan atau
pemberi pelayanan kesehatan (Lowdermilk et al., 2016).
Beberapa posisi yang dapat dilakukan ketika memberikan
CounterPressure antara lain ibu dapat berdiri atau membungkuk dan
bersandar ke depan (Pasongli et al., 2015).Ibu juga dapat duduk di
bangku, bersandar di tempat tidur atau tumpukan bantal atau
melakukan posisi sidelying. Ibu dianjurkan untuk posisi tangan
menyentuh lutut.

Counter Pressure diberikan pada daerah yang nyeri atau tidak


nyaman ketika kontraksi dimulai. Counter Pressure biasanya dilakukan
pada atau di atas sakrum. Ibu biasanya meminta untuk berpindah lebih
ke atas atau bawah, tetapi biasanya banyak yang meminta untuk lebih
menekan dengan kuat (Hamlin & Robertson, 2017; (Pasongli et al.,
2015). Penolong persalinan dapat memberikan secara tetap dengan
tekanan yang sangat kuat menggunakan pangkal salah satu telapak
tangan atau kepalan tangan, pada salah satu titik pada sakrum (Pearce,
2016). Ibu memberi tahu penolong persalinan titik yang tepat dan
besarnya tekanan yang dia inginkan (biasanya titik terletak di dekat
pusat di atas salah satu persendian sakroiliaka).

h. Metode Lainnya
Sejumlah metode-metode lain sudah menunjukkan efikasinya
dalam menurunkan rasa nyeri pada pasien bersalin. Metode birth ball
diduga efektif dalam penurunan rasa nyeri persalinan dengan cara
meningkatkan relaksasi pada tungkai bawah dan pelvis.
Metode lainnya, seperti aromaterapi, yoga, dan hipnosis juga diduga
memiliki efikasi dalam menurunkan rasa nyeri pada pasien bersalin.
5. Kesimpulan
Metode non-farmakologis sudah banyak dipilih dalam menurunkan
rasa nyeri persalinan dikarenakan kurangnya efek samping dan biaya yang
rendah. Sampai sekarang sudah terdapat banyak metode non-farmakologi
yang dapat dilakukan untuk menurunkan rasa nyeri saat persalinan.
Metode-metode seperti masase, pergerakan dan posisi, bernapas,
diduga memiliki peran dalam menurunkan rasa nyeri persalinan, namun
studi yang lebih besar dengan metodologi yang lebih baik masih diperlukan.
Efikasi pada beberapa metode lain, seperti akupuntur, yoga, ataupun
hipnosis, masih sangat terbatas. Selain itu, studi lebih lanjut mengenai
perbandingan antara efektifitas dan teknik yang digunakan juga dibutuhkan.
Daftar Pustaka

https://www.alomedika.com/tatalaksana-non-farmakologi-nyeri-persalinan

Kiki IzzahTazkiyah & Yanti, Pengaruh Teknik Massage Terhadap


Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif, Jurnal Kebidanan,
Vol. VI, No. 01, Juni 2014

Sri Rejeki, (2020) Buku Ajar Manajemen Nyeri Dalam Proses Persalinan
(Non Farmaka), Unimus Press, Semarang

Anda mungkin juga menyukai