Anda di halaman 1dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasann, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibanding dengan metode nonfarmakologi namun metode farmakologi lebih mahal, dan berpotensi mempunyai efek yang kurang baik ( Dickersin, 1989). Sedangangkan metode nonfarmakologi bersifat nonintrusif, noinvasif, murah, simple, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Burns & Blamey, 1994; Cook & Wilcox, 1997). Metode nonfarmakologi juga dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya (Mackey,1995) Relaksasi, teknik pernapasan, pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin, musik, guided imagery, akupresur, aromaterapi merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin dan mempunyai pengaruh pada koping yang efektif terhadap pengalaman persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Sylvia T. Brown, EdD, RN, Carol Douglas, MSN, RN, and LeeAnn Plaster Flood, MSN, CNM pada tahun 2001, menggunakan 10 metode nonfarmakologi yang dilakukan pada sample 46 orang didapatkan bahwa teknik pernapasan, relaksasi, akupresur dan massage merupakan teknik yang paling efektif menurunkan nyeri saat persalinan. Akupresur merupakan salah satu teknik nonfarmakologi yang paling efektif dalam manajemen nyeri persalinan. Akupresur disebut juga akupunktur tanpa jarum, atau pijat akupunktur. Teknik ini menggunakan tenik penekanan, pemijatan, dan pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi. 1

Teknik akupresur ini dapat menurunkan nyeri dan mengefektifkan waktu persalinan. 1.2 Rumusan masalah 1.2.1 1.2.2 Bagaimana cara mengatasi nyeri pada persalinan? Metode apa saja yang dapat di gunakan untuk mengurangi nyeri

pada perslainan? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum 1.3.1.1 Mampu mengetahui cara untuk menanggani nyeri persalinan 1.3.2 Tujuan khusus 1.3.2.1 Mampu menjelaskan cara mengatasi nyeri persalinan 1.3.2.2 Mampu menyebutkan metode-metode mengatasi nyeri persalinan 1.4 Manfaat Manfaat yang ingin di peroleh dari pembentukan makalah ini. 1.4.1 1.4.2 Mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana cara mengatasi nyeri pada persalinan Mendapatkan pengetahuan cara-cara untuk mengatasi nyeri pada persalinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berbagai cara yang dipakai untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri persalinan dapat dibagi sebagai berikut :

2.1 Cara Non Farmakologi


A. Psikologik Disini ibu sudah dipersiapkan secara mental pada setiap kunjungan pemeriksaan hamil atau pada kelas persiapan dan biasanya juga dihadiri bersama suami. Cara psikoprofilaktik ini bila dapat berlangsung dengan baik merupakan cara yang ideal. Selama tiga dekade terakhir makin banyak minat untuk menerapkan cara penanggulangan nyeri pada persalinan tanpa memakai obatobatan. Pada beberapa kebudayaan yang berbeda seperti di pedalaman Mexico, dimulainya kontraksi yang teratur pada ibu bersalin ditandai dengan mulainya pesta. Ibu yang melahirkan dirumah dikelilingi oleh tari-tarian, nyanyian, minumminum diantara teman dan sahabat. Tak seorang pun yang menyuruh ibu tersebut untuk berbaring, dan terlentang. Apapun yang dilakukannya dan yang dilakukan orang lain biasanya bayi akan lahir. Hal ini menjadi pertentangan diantara para ahli di negara barat. Ahli kebidanan mulai belajar dari pengalaman bahwa apa yang dirasakan baik oleh ibu tersebut adalah baik. Jika ibu tersebut ingin berjalanjalan, berdiri, duduk, atau jongkok hal itu akan menolongnya dan mengurangi rasa nyeri. Pada penelitian terhadap 700 wanita di inggris hampir semua menginginkan pemakaian obat analgesia yng minimal walaupun mereka akan mendapatkan nyeri yang cukup atau sangat kuat. Untuk mencegah pemakaian obat mereka mengikuti kelas pendidikan dan sosial serta latihan pernafasan dan relaksasi dan mereka lebih puas dibandingkan dengan yang memakai obat-obatan.

Alasan yang dikemukakan adalah ketidakpuasaan akan persalinan sebelumnya, dan emosi yang buruk postpartum (Madi;28) pada penelitiannya terhadap 109 wanita bersalin yang dibagi dalam kelompok dua kelompok, dimana kelompok pertama ibu bersalin didampingi oleh seorang anggota keluarga. Dan kelompok kedua tanpa didampingi anggota keluarga. Hasilnya diperoleh bahwa pada kelompok kelola (di dampingi keluarga) dijumpai 91% persalinan spontan disbanding 71 % pada kelompok kontrol. Kelompok kelola membutuhkan 13 % oksitosin sedang pada kelompok kontrol 30 %. Secara statistik berbeda bermakna. Prosedur terapi psikologik meliputi latihan fisik dan mental, latihan cara pernapasan selama persalinan dan relaksasi otot otot selama kontraksi rahim.prosedur terapi psikologik terutama memakai metode psikodinamik seperti : sugesti, motivasi, atensi, gistraksi yang dapat menghilangkan ketegangan dan ketakutan dan mengendalikan perasaan nyeri. Kerugian cara ini antara lain : hanya sejumlah kecil yang mengalami true analgesia selama persalinan. Ternyata persiapan memerlukan banyak waktu dari dokter spesialis kebidannan dan personel medis lain dan pada penderita yang emosinya labil. Penerapan cara ini dapat menyebabkan gangguan psikiatrik berupa hyperventilasi yang diterapkan secara salah yang berakibat alkalosis respiratorik. B. Transcutaneous Electrica Nerve Stimulation, (TENS) Merupakan salah satu cara menanggulangan nyeri persalinan non farmakologi yang cara kerjanya terdiri dari penutupan pintu gerbang ke jalur impuls nyeri, yang telah terbukti terjadi akibat tembakan tembakan impuls impuls listrik pada ambang nyeri bawah. Tembakan tembakan, yang dirasakan sebagai syok listrik ringan dihasilkan oleh aliran generator portable yang dikendalikan oleh ibu. Mekanisme penting dari TENS adalah untuk menstimulasi pe;epasan endorphin, yang merupakan salah satu kelompok peptide yang menyerupai apoiat yang diproduksi secara fisiologis. Dalam persalinan, ibu mengatur aliran generator 4

TENS dibawah ambang nyeri dan mempertahankannya selama kontraksi. Riset mengenai keefektifan TENS, seperti metode komplementer lainnya, dipenuhi dengan kerumitan metodologis. Dengan demikian, sangat banyak ketidakpastiaan tentang kemanfaatan TENS pada saat kelahiran. Pengecualian terhadap ketidakpastian itu ditunjukkan melalui penelitian yang dilakukan Harisan 1987 dengan menggunakan metode penelitian terkendali acak dobel blind yang diikuti oleh 150 ibu sebagai partisipan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang menggunakan TENS cenderung lebih jarang menggunakan bentuk analgesic lain, mengidentifikasikan adanya efek menguntungkan dan memuaskan yang sangat besar. C. Akupuntur Sampai saat ini peranannya masa kecil dalam penanggulangannyeri pada persalinan, karena hasilnya sangat bervariasi dan kurang dapat diharapkan. Cara kerja akupuntur telah di duga memiliki satu atau lebih dari empat mekanisme dibawah ini ( Simkin,1989) : Pertama, efek psikologis yang terkait dengan komponen budaya dan perlunya persiapan akupuntur, hal ini sebanding dengan pendidikan kelahiran (Chapman,1984). Kedua, penderian yang kuat bahwa kerja akupuntur menyebabkan pusat saraf yang lebih tinggi menutup pintu genbang jalur impuls nyeri (Mellzack, 1975). Ketiga, jarum akupuntur mengaktifasi mekanisme penghambat rasa nyeri disusunan saraf pusat (Bond, 1979). Mungkin produksi opioid endogen didalam batang otak ditingkatkan oleh akupuntur. Arthuts (1994) mendukung pernyataan ini melalui observasi terjadix efek sidasi dalam satu jam setelah akupuntur. Keempat, penutupan gerbang impuls nyeri mungkin dengan cara penghambat presinaps saraf sensorik pada tingkat ganglion dorsalis akibat stimulasi serat saraf sensorik berdiameter besar.

Keuntungan psikologis akupuntur terlahir melalui riset laboratorium (yang et all. 1984) yang menunjukkan bahwa efek analgesic akupuntur berlangsung hanya selama stimulasi akupuntur dilakukan. Hal ini mengingatkan pada keuntungan masase yang relative singkat. Namun, seperti masase, respon emosional, yaitu tidak dibuat menderita oleh nyeri, telahterbukti bertahan lebih lama. Keefektifan akupuntur telah ditunjukkan pada orang yang menderita nyeri kronik Gunn (1990), yang menemukan bahwa 50 80 % sampel menyatakan etifkegunaannya. Gambaran ini dapat dibandingkan dengan orang orang yang menggunakan akupuntur pura pura, yang memiliki keekfektifan 50 % dan pengendali placebo yang 30 % menyatakan adanya pengurangan nyeri. D. Hipnoterapi Hipnoterapi telah di definisikan sebagai penggunaan teknik hipnotis yang menyebabkan keadaan seperti tidak sadar yang tunduk dan dapat dipengaruhi dalam terapi kondisi dengan menggunakan komponen psikologis yang besar (Booth, 1993). Masih belum jelas bagaimanan cara kerja hipnoterapi. Hipnoterapi sudah dihubungkan dengan efek daya tarik dari aktifitas yang sudah lama dilakukan seperti mengendarai kendaraan bermotor (Booth, 1993), yang terkadang dikenal dengan hipnotis jalan raya (Puskardanmunfort, 1990). Untuk menjelaskan cara kerjanya, Hilgrat 1973 berpendapat bahwa kesadaran individu terdiri dari beberapa level kewaspadaan. Sebagai makhluk rohani manusia mempunyai jiwa dengan tenaga bawah sadar dan raga dengan tenaga sadar. Jika ibu hamil berpikir bahwa hamil adalah pengorbanan dan menderita maka penderitaanlah yang didapat, jika berpikir bahwa persalinan itu adalah sakit maka kesakitan yang diperoleh. Jadi you are what you think, ujar dr. Tubagus Erwin Kusuma, SpKJ(K), pada acara Persalinan Tanpa Nyeri Persalinan Nyaman, di Aula FK-UI, Jakarta. Setelah kehamilan melampaui empat bulan, bayi dalam kandungan bisa berkomunikasi dengan ibunya dan ini bisa dilatih dengan hipnosis. Hipnoterapi ini 6

juga membuat ibu merasakan relaksasi. Menurut dr. Tubagus Erwin, sebaiknya ibu yang hamil sebelum melahirkan sudah melakukan hipnoterapi sebanyak 3 kali. Hipnoterapi ini bisa mengurangi rasa nyeri saat persalinan hingga 100 persen jika tidak ada sel yang rusak, namun jika ada sel yang rusak maka sebaiknya diperbaiki dahulu dengan mengonsumsi makanan yang bisa memperbaiki sel rusak tersebut, ujarnya. Selain untuk mengurangi rasa nyeri, hipnoterapi juga bisa menjadai alat komunikasi antara ibu dan anak melalui alam bawah sadar yang nantinya akan membuat hubungan ibu dan bayinya menjadi lebih dekat. E. Fisioterapi Salah satu tujuan fisioterapi, misalnya senam hamil adalah untuk mengurangi ketegangan fisik dan mental. Dengan cara mengatur pernafasan , latihan relaksasi, sehingga masuknya oksigen dalam tubuh dapat dijamin. Pada latihan ini dapat dicegah hiperventilasi dan hipoventilasi, kelelahan, keletihan, dan demam. Austin Phylis29 (1989) di Italia meneliti pengaruh latihan pada wanita hamil. Wanita yang selama hamil melakukan latihan dengan bersepeda akan mempunayai level toleransi terhadap sakit yang lebih tinggi, dengan kesimpulan kondisi fisik yang baik selama kehamilan mengurangi sensasi nyeri selama persalinan, dan menghasilkan level stress yang lebih rendah. Artal30 1992 mengatakan bahwa wanita yang aktif secara fisik, akan dapat mentolerir rasa nyeri lebih baik disbanding yang tidak aktif, dan juga mendapatkan pertambahan berat badan yang lebih sedikit, bayi yang lebih kecil disbanding kontrol. F. Elektroanalgesia Disini dipakai arus listrik yang lemah sekali dengan elektroda yang ditempelkan di frontal dan mastoid.

Ranta 52 dalam penelitiannya terhadap 1091 persalinan pada wanita Finlandia mendapatkan bahwa 90 % dari wanita tersebut pada pemeriksaan antenatal menginginkan diberikannya analgetik untuk nyeri persalinannya. Mengurangi nyeri pada persalinan sangat dinginkan oleh ibu bersalin, namun menjadi perdebatan antara kepentingan ibu dan pengaruh pada bayi..

Gambar 5.Skema penanggulangan nyeri persalinan. Dikutip dari 32 Skibted 34 meneliti 125 wanita yang bersalin di Pusat Bersalin Alternatif yang dijaga oleh bidan dan asisten bidan dibandingkan dengan 170 wanita yang bersalin di Ruang Kebidanan yang dijaga oleh Dokter kebidanan mendapatkan bahwa wanita yang bersalin di Ruang Kebidangan mendapatkan 4 kali lebih banyak pemakaian Pethidin dibandingkan yang bersalin di ruang bersalin alternatif. G. Masase Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi

sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau memperbaiki sirkulasi. Masase adalah terapi nyeri yang paling primitive (Lee, dkk., 1990: 1777) dan menggunakan reflex lembut manusia untuk menhan, menggosok atau meremas bagian tubuh yang nyeri. Masase yang dilakukan sendiri kuran relevan dengan persalinan sehingga menyingkirkan kontribusi ibu. Dalam menjelaskan masase sebagai terapi pelengkap dalam keperawatan, Malkin (1994) merinci enam gerakan dasar yang dilakukan. Gerakan tersebut adalah: Effleurage (gerakan tangan mengurut), petrissage (gerakan tangan mencubit), tapotement (gerakan tangan melakukan perkusi), hacking (gerakan tangan mencincang), kneading (gerakan tangan meremas), dan cupping (tangan membentuk seperti mangkuk). Setiap gerakan ditandai dengan perbedaan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan untuk mencapai pengaruh yang berbeda pada jaringan dibawahnya.
Pijatan dapat menenangkan dan merilekskan ketegangan yang muncul saathamil dan melahirkan. Pijatan pada leher,bahu, punggung, kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan pelan pada perut juga akan terasa nyaman saat kontraksi.Rencana untuk menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai dalam persalinan dapat dipilih sebagai berikut : sentuhan pelan dengan ketukan yang berirama, usapan keras,pijatan untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras atau gosokan dipunggung (Simkin., Walley.,dan Keppler, 2008).

Massage merupakan salah satu metode nonfarmakologiyang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri persalinan.Impuls rasa sakityang dibawah oleh saraf yang berdiameter kecil menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls diteruskan kekorteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup

dan rangsangan sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya rangsanganberupa usapan pada sarafyang berdiameter besaryangbanyak pada kulitharus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impulsrasa sakit yangdibawa oleh saraf yang berdiameterkecil mencapaikorteks serebral. Beberapa macam massage yang dapat dilakukan untuk merangsang saraf yang berdiameter besar yaitu :
1. MetodeEffluerage Metode effleurage memperlakukan pasien dalam posisi atau

setengah duduk,lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat ke simpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien. 2. Metode Deep Back Massage Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya. 3. Firm Counter Pressure Metode firm counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga pasien menekan secrum secara bergantian dengan tangan yang di kepalkan secara mantap dan beraturan. 4. Abdominal Lifting Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009). 10

1. Metode Massage Effleurage a. Definisi Effleurage Massage atau pijatan pada abdomen (effleurage) adalah bentuk stimulasi kulit yang digunakan selama proses persalinan dalam menurunkan nyeri secara efektif. Effleurageberasal dari bahasa Prancis. Ketika catatan dari Dr. Fernand Lamazes diterjemahkan dari bahasa Prancis kedalam bahasa Inggris, salah satu kata yang baru adalah effleurage (Mons Dragon, 2004). Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan, effleurage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan effleurage dapat juga dilakukan di punggung. Tujuan utamanya adalah relaksasi. Gate Control Theory dapat dipakai untuk pengukuran efektifitas cara ini. Ilustrasi Gate Control Theory bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri keotak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan berjalan keotak dan menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan jumlah nyeri dirasakn dalam otak. Effleurage atau pijatan pada abdomen yang teratur dangan latihan pernapasan selama kontraksi digunakan untuk mengalihkan wanita dari nyeri selama kontraksi. Begitu pula adanya massage yang mempunyai efek distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem kontrol dasenden. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat relaksasi otot (Monsdragon, 2004). Diawal persalinan, pemijat dapat digunakan kedua telapak tangannya untuk menekan kedua sisi punggung dari bahu ke bawah dengan gerakan berirama, naik turun. Pijatan yang lama dan lambat akan terasa nyaman. Pastikan pemijat menggunakan seluruh bagian telapak tangannya. Jemarinya pun harus menyentuh tubuh sehingga merasakan ketegangan disana. Pada persalinan tahap lanjut, pemijat menggunakan tanganya untuk memijat kuat di pangkal tulang belakang atau gunakan ibu jari dengan gerakan lingkaran-lingkaran disekitar cekukngan

11

pantat mungkin, butuh tekananlebihkuat didaerahitu. Sampaikan pada pemijat gerakanyang paling menolong (Danuatmadjadan Meiliasari,2004).

b. Cara Melakukan Teknik Effleurage. Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu : a) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus dan keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan lembutdan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali, saat memijat harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat. b) Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan Pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat ke simpisis satau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa, 2009).

Gambar 1.Metode massage Effleurage 2. Metode MassageAbdominal Lifting Nyeri persalinan kala I fisiologis dapat diatasi dengan tindakan-tindakan seperti: distraksi, relaksasi, danmassage. Yang merupakan pendekatan non

12

farmakologi dalam menurunkan dan mengatasi rasa nyeri, akan tetapi metode massage tersebut dapat juga membawa pada kegagalan karena disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah : usia, kelelahan, dan pengalaman masa lalu. Oleh sebab itu, pemberian massage abdominal lifting dapat diberikan pada ibu inpartu kala I fisiologis untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dengan memperhatikan keadaan dan kondisi ibu. Pijatan dapat menenangkan dan merilekskan ketegangan yang muncul saat hamil dan melahirkan. Pijatan pada leher, bahu, punggung, kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan pelan pada perut (Abdominal lifting) juga akan terasa nyaman saat kontraksi. Rencana untuk menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai dalam persalinan dapat dipilih sebagai berikut : sentuhan pelan dengan ketukan yang berirama, usapan keras, pijatan untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras atau gosokan di punggung (Simkin.,Walley.,dan Keppler, 2008). Metode massage abdominal lifting adalah dengan cara : membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

Gambar 2. Metode massage Abdominal lifting 13

H. Hidroterapi Air untuk menyamankan atau menyembuhkan sudah berlangsung lama dan umum. Walau terdapat variasi luas dalam anjuran mengenai penggunaan air, dalam hal aliran, arah, kekuatan dan suhu. Namun, menggunakan air selama persalinan adalah perkembangan yang lebih maju (Brown, 1982), dan telah dipublikasikan secara luas (Odent, 1983). Hidroterapi adalah metode non farmokologis pertama yang dipertimbangkan disini yang melibatkan komponen bukan manusia-bak mandi atau kolam dan air yang ada didalamnya. Air dalam berbagai bentuk telah lama digunakan untuk proses penyembuhan dan kenyamanan, tetapi penggunaan air selama proses persalinan untuk meningkatkan kenyamanan, seperti yang didefinisikan disini sebagai hidroterapi, adalah yang baru (Brown, 1982). Keuntungan hidroterapi, yang membawa pada peningkatan penggunaannya juga diiringi oleh satu atau dua dari kedua fenomena (garland dan Jones, 1994). Pertama, efek Hidrotemik dari air yang menjadi konduktor panas sehingga meredakan sepasme otot dan meredakan nyeri. Kedua efek hidrokinetik menghilangkan efek gravitasi dan ketidak nyaman seperti penekanan panggul. Kedua efek ini memfasilitasi relaksasi sehingga mengurangi kelelahan. Walaupun ada anggapan bahwa berendam dianggap dapat meningkatkan kontaminasi vagina dan intra uterin, namun menurut penelitian Waldenstrom dan Nilsson, 1992 dihasilkan : 1. Ibu yang berendam membutuhkan bantuan yang lebih sedikit. 2. Berendam mengurangi pengalaman nyeri ibu. 3. Ibu yang berendam secara konsisten menggunakan analgesic lebih rendah. 4. Penggunan petidin dan entonoks berkurang secara signifikan. Ada beberapa isu penting (Cammu et al;1994) menyimpulkan bahwa berendam memiliki efek stabilitas nyeri dibandingkan efek penghilang nyeri. Kekurangan dari pada hidroterapi, tenaga kesehatan sulit melaksanakan intervensi karena ibu lebih banyak memegang kendali kendali dalam persalinannya. 14

Cara : Wanita diminta berdiri atau duduk di sebuah kursi di bawah shower. Bak mandi yang memungkinkan terisi air yang dalam dan memberikan ruang bagi pasangan dan wanita untuk bergerak tampaknya paling menguntungkan dan paling popular. Perhatian : Suhu air di dalam bak sebaiknya tidak melebihi 98-100F atau 37-37,5C, karena air yang lebih hangat dapat meningkatkan suhu tubuh wanita dan meningkatkan takikardia janin. I. Teknik Bernapas Yang benar Disebut juga psikopropilaksis. Metode ini menekankan teknik bernapas yang benar selama kontraksi. Berkonsentrasi pada napas dapat mengalihkan Anda dari nyeri, membuat otot-otot relaks serta ketegangan mengendur. Agar piawai melakukannya di saat persalinan, rajinlah menghadiri kelas prenatal. Di sana Anda bisa melatih teknik bernapas yang benar. Ajaklah suami agar bisa membantu Anda selama persalinan nanti. Dilakukan oleh ahli/dibantu terapis. Jika ingin menggunakan salah satu metode berikut, Anda harus meminta bantuan terapis/ahli agar semuanya berjalan baik. Hubungi seorang terapis dan cobalah dulu sebelum persalinan. Pastikan juga ia bisa mendampingi Anda selama proses persalinan. J. Teknik Akupresur pada Persalinan Akupresur merupakan ilmu penyembuhan yang berasal dari Tionghoa sejak lebih dari 500 tahun yang lalu. Akupresur sebagai seni dan ilmu penyembuhan berlandaskan pada teori keseimbangan yang bersumber dari ajaran Taoisme. Taoisme mengajarkan bahwa semua isi alam raya dan sifat-sifatnya dapat dikelompokkan kedalam 2 kelompok, yang disebut kelompok yin dan kelompok yang. Semua benda yang yang sifatnya mendekati api dikelompokkan kedalam kelompok yang dan semua benda yang sifatnya mendekati air dikelompokkan kedalam kelompok yin. Api dan air digunakan sebagai patokan dalam keadaan wajar, dan dari sifat api dan air dirumuskan sifat-sifat penyakit dan cara penyembuhannya. 15

Seseorang dikatakan sehat bila hubungan dan perimbangan yang dan yin relatif seimbang. Tidak ada keseimbangan mutlak dan statis, hubungan antara yang dan yin selalu dinamis. Sakit adalah suatu gejala adanya ketidakseimbangan antara unsur-unsur yang-yin, baik antara manusia (yin) dengan alam semesta (yang), maupun antara manusia satu dengan lainnya, atau antara unsur-unsur kehidupan di dalam tubuh sendiri. Istilah dalam kedokteran tradisional cina, akupresur digunakan agar tubuh bekerja lebih efisien. Dari model medis, teknik akupressur dapat menyebabkan pelepasan endorphine, memblok reseptor nyeri ke otak, menyebabkan dilatasi serviks dan meningkatkan efektifitas kontraksi uterus. Dalam kedokteran tradisional cina, meridian merupakan saluran yang membawa chi (energi) pada tubuh. Meridian merupakan bagian dari sistem syaraf, pembuluh darah, dan saluran limpa. Meridian terdiri dari 600 titik. Titik meridian tersebut menyeimbangkan energi tubuh yang menyebabkan tubuh berfungsi. Berapa sering tindakan akupresur dilakukan, tergantung pada kebutuhan individu. Metode akupresur merupakan tindakan yang mudah dilakukan,memberi kekuatan pada wanita saat melahirkan dan mendorong keterlibatan pasangan lebih dekat dalam proses persalinan dan pendidikan antenatal.

Lokasi Titik Akupresur yang berguna saat persalinan antara lain : Titik Cien Cing. Titik ini dapat diketahui dengan cara menarik garis khayal antara C7 menuju prosessus acromion, titik cien cing terletak pada pertengahan garis tersebut. Akupresuris dapat menemukan titik ini pada tubuh sendiri dengan mengangkat tangan diagonal melewati dada dan palpasi sendiri dengan menggunakan jari telunjuk sepanjang garis khayal tersebut. Titik ini berguna pada fase pertama dan kedua persalinan untuk menstimulasi kontraksi uterus. Titik ini merupakan titik terbaik digunakan saat menyusui, membuat rileks otot pundak dan meningkatkan suplay ASI.

16

Teknik akupresur : Lakukan penekanan kebawah pada titik cien cing tersebut menggunakan ibu jari, atau siku. Ketika menggunakan ibu jari, berikan tekanan yang berasal dari lengan bukan tekanan yang berasal dari sendi ibu jari. Pada titik ini sebaiknya dilakukan pada kedua bahunya, namun dapat juga dilakukan sendiri pada satu bahu. Tekanan dapat dilakukan pada setiap permulaan kontraksi atau lakukan penekanan lembut secara terus-menerus untuk mengintensifkan kontraksi. Titik Bl 32 (Pang Kuang Su) Lokasi titik ini kira-kira sepanjang jari telunjuk wanita diatas lipat pantat selebar ibu jari disisi tulang belakang. Saat persalinan mulai, awali teknik akupresur dengan melakukan penekanan pada titik ini dengan menggerakkan jari menuruni tulang belakang (kira-kira selebar ibu jari) sejalan dengan kemajuan persalinan. Teknik akupresur : Tempatkan jari pada titik akupresur dan lakukan tekanan yang lembut. Tekanan dapat ditingkatkan dengan melakukan penekanan kearah belakang pada awal kontraksi. Titik ini lebih banyak digunakan karena meningbulkan efek anestesi pada kontraksi yang kuat, terlihat jelas efek ini saat penekanan dihentikan. Penekanan pada titik ini akan menimbulkan rasa hangat, geli,dan agak sakit. Jika terasa sangat sakit, lakukan penekanan pada sekitar tulang. Titik ini sering digunakan pada wanita dengan posisi menunduk atau berlutut pada lantai, meja, tempat tidur dll. Teknik ini dapat juga efektif digunakan dalam air, namun kurang fleksibel pada sebagian orang. Penekanan kuat pada titik BL32 dapat dilakukan pada wanita bersalin yang selalu ingin mengedan sedangkan serviks belum cukup berdilatasi.

17

Titik pantat Titik ini berada pada garis horisontal dari puncak lipatan pantat. Jika melakukan tekanan pada sepanjang garis ini akan terasa lembut kira-kira dua pertiga antara lipat pantat dann tulang pinggul. Teknik akupresur : Tempatkan tangan pada pinggul pasien dan lakukan dorongan kedalam titik ini dengan menggunakan ibu jari dan bantu ibu untuk bergerak saat kontraksi. Dua samapai 3 hari sebelum tanggal persalinan, BL 32 dan titik pantat dapat digunakan bersamaan dengan masage pada sakral, lakukan penekanan kebawah dan mengelilingi pantat. Tujuannya adalah memberikan energi pada serviks agar persalinan berjalan secara optimal.

Titik pada Tangan Titik ini terletak sepanjang lipatan tangan ketika jari-jari menyatu pada telapak tangan. Titik ini membantu pelepasan endorphin ke dalam tubuh. Teknik akupresur : Pegang sisir kecil dengan kencang. Pasien dapat menggenggam sisir tersebut saat kontraksi dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tindakan ini bila terasa bermanfaat.Titik ini sangat membantu untuk menurunkan nyeri saat kontraksi

Titik K1 . Titik ini terletak pada 1/3 bagian atas telapak kaki, ketika telapak kaki fleksi (menarik jari kaki kedepan kearah telapak kaki) Teknik akupresur : Lakukan penekanan yang kuat kedalam dan kedepan kearah jempol kaki. Titik ini mempunyai efek relaksasi dan dapat digunakan kapan saja saat persalinan dan sangat efektif dilakukan selama fase kedua persalinan. Penekanan pada titik ini juga dapat berguna saat pasien panik (misal mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan pada persalinan 18

sebelumnya). Titik ini berguna untuk membantu perineum relaksasi selama fase kedua persalinan. Titik Co4 (He Kuk) Titik ini terletak antara tulang metakarpal pertama dan kedua (antara ibu jari dan jari telunjuk) pada bagian distal lipatan pada kedua tangan. Teknik akupresur : Berikan penekanan pada titik ini dengan menggunakan ibu jari. Penekanan pada titik ini berguna untuk mengintensifkan kontraksi, saat kontraksi ireguler. Titik Co4 dapat digunakan selama fase keduapersalinan. Hal ini bertujuan agar tubuh berusaha menggerakkan bayi turunmelewati jalan lahir. Penekanan pada titik ini sangat berguna terutama pada saat ibu kelelahan dan mengedan tidak efektif. Titik akupresur jika persalinan tidak mengalami kemajuan.

Titik Sp6 (San Yin Ciao) Titik ini penting untuk membantu dilatasi serviks dan dapat digunakan ketika serviks tidak efektif berdilatasi selama persalinan. Titik ini terletak empat jari diatas mata kaki dalam. Teknik Akupresur : Lakukan tekanan langsung pada titik ini dengan telunjuk atauibu jari. Gunakan titik ini pada satu kaki kira-kira satu menit (hitung perlahan sampai 60!) kemudian gunakan titik ini pada kaki yang lain setelah 20-30 menit. Setelah dilakukan penekanan pada titik ini, beberapa wanita akan merasakan serviks meregang dan kontraksi semakin kuat.

19

Teknik ini sebaiknya tidak digunakan saat persalinan berjalan normal, persalinan bukan berapa jam dapat melahirkan, namun bagaimana menikmati proses melahirkan.

Ketika ketuban telah pecah dan persalinan tidak mengalami kemajuan dapat dilakukan penekanan pada BL32 dan Sp 6 untuk membantu persalinan.

Titik P6 Titik ini terletak 3 jari diatas pergelangan tangan segaris dengan jari tengah. Teknik akupresur : Titik ini dapat digunakan pada mual ringan sampai muntah. Lakukan penekanan pada titik ini dan pertahankan sampai terasa efektif, biasanya selama 5 menit. Penekanan ini dapat dilakukan pada satu pergelangan tangan atau keduanya. Teknik akupresur merupakan salah satu teknik nonfarmakologis yang

sangat efektif dalam manajemen nyeri persalinan. Teknik akupresur dapat menyebabkan pelepasan endorphine, memblok reseptor nyeri ke otak, menyebabkan dilatasi serviks dan meningkatkan efektifitas kontraksi uterus. Tindakan akupresur merupakan tindakan noninfasif yang tidak mempunyai efek merugikan bagi pasien sehingga dan dapat dilakukan oleh perawat atau keluarga pasien. Metode akupresur merupakan tindakan yang mudah dilakukan, memberi kekuatan pada wanita saat melahirkan dan mendorong keterlibatan pasangan lebih dekat dalam proses persalinan dan pendidikan antenatal K. Imajinasi Imajinasi terbimbing melibatkan wanita yang menggunakan imajinasi untuk mengontrol dirinya. Hal ini dicapai dengan menciptakan bayangan yang mengurangi keparahan nyeri.

20

L. Relaksasi Teknik relaksasi bernafas merupakan teknik pereda nyeri yang banyak memberikan masukkan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan yang berlebihan pasca persalinan. Adapaun relaksasi bernafas selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis (SSO) dalam keadaan homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh teknik relaksasi bernafas dan masase terhadap adaptasi nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif di RS xxx didapatkan bahwa teknik relaksasi bernafas mampu menaikkan adaptasi terhadap nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif yang berdasarkan pada hasil uji paired T test (Dwi Purnama, 2005). Menurut data dari RS XXX menunjukkan jumlah persalinan sebanyak 789 orang, semakin meningkat jumlah persalinan maka tanggung jawab tenaga ksesehatan di tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin berat, khususnya bagaimana melaksanakan metode yang dapat membantu merasakan nyeri yang berarti. Namun fakta yang terjadi saat ini tempat-tempat pelayanan kesehatan dalam hal ini Puskesmas dan Rumah Sakit belum secara efektif melaksanakan intervensi Keperawatan maternitas teknik relaksasi bernafas dalam penanganan nyeri persalinan, sehingga tidak diketahui secara pasti apakah memang benar ada pengaruh teknik relaksasi terhadap nyeri pada pasien inpartu kala I sesuai dengan referensi / teori yang ada. M. Homeopati Secara umum dalam mengatasi masalah persalinan, hampir sama dengan pengobatan secara umum (alopati), dimana untuk kasus-kasus tertentu, yang sekiranya membahayakan nyawa sang ibu atau bayinya, homeopati pun setuju dengan adanya pembedahan, dan meminta bantuan ahli bedah untuk melakukannya.

21

Akan tetapi, untuk hal-hal yang tidak memerlukan adanya operasi (bisa dibantu dengan obat saja) seperti kontraksi yang lemah saat melahirkan, atau untuk mengurangi rasa nyeri, obat homeopati bisa membantu mengatasi dan sangat aman untuk ibu dan calon bayinya karena terbuat dari bahan alami dan tidak ada efek samping. Bahkan, untuk rawatan selepas persalinan pun bisa dirawat dengan obat homeopati. Misalnya rawatan untuk kaki membengkak selepas bersalin, buah dada sakit atau membengkak, perut turun, pedih putting susu, air susu tidak mau keluar sehingga susu menjadi bengkak dan sakit, air susu keluar tapi tidak mencukupi, pendarahan selepas bersalin, kurang darah selepas bersalin, dan tidak sadarkan diri selepas bersalin. Merawat pasien berdasarkan gejala, sehingga untuk memudahkan persalinan pun disesuaikan dengan gejala-gejala yang di rasakan oleh pasien. Lambatnya bukaan pintu rahim, keadaan bayi yang sungsang dan melintang dalam rahim, dapat dimudahkan dengan obat homeopati, bahkan janin yang meninggal dalam rahim pun bisa di keluarkan dengan obat homeopati tanpa harus dikorek. Obat homeopati juga dapat membantu masalah bayi kuning, jadi tak perlu lagi bayi tersebut di letakkan di bawah cahaya lampu seperti yang selama ini di lakukan medis.

2.2 Cara Farmakologi


A. Obat Sedativa, Narkotika, Hipnotika yang Diberikan Secara Analgesik a) Sedativa Bila diperlukan dapat dipakai pada fase laten. Berguna untuk menghilangkan kegelisahan dan sebagai tambahan pada analgesia psikologik. Sadasi dapat dihasilkan dengan tranqilezer, short acting barbiturate dan golongan benzodiazepine.

22

b) Tranquilizer Mengurangi kegelisahan/takut, sebagai penenang dan mengurangi nausea dan muntah. Dapat digabung dengan 50 mg pethidin setelah fase aktif. c) Short Acting Barbiturate Masih dipakai di beberapa, misalnya pentobarbital (Nembutal) 100 mg secara oral untuk sedasi dan hipnotik. Pada kebanyakan rumah sakit barbiturate saat ini tidak dipakai lagi untuk hipnotikum karena retensi dalam kadar darah ibu dan anak dapat berlangsung lama. d) Diazepam (Valium) Dosis 10 mg IM atau 5 mg IV menyebabkan amnesia dan mengurangi kegelisahan. Juga meningkatkan ambang toksisitas sistemik obat analgetika lokal. Namun pemakaian dosis lebih dari 10 mg IM atau dosis kecil IV secara berulang dapat mempengaruhi bayi yang dilahirkan berupa hopotoni, hipotermia, malas menyusu, hiperaktivitas dan depresi pernafasan ringan. e) Skopolamin Dengan dosis 0,3 0,6 mg tidak mempunyai efek analgesia, tapi sedasi ringan dan kadang-kadang amnesia, mulut kering. Saat ini makin jarang dipakai lagi, karena banyak obat sedative baru yang lebih nyaman. Narkotika Analgetika Narkotika merupakan obat yang paling sering dipakai untuk mengurangi nyeri persalinan. Namun pemakaiannya baru boleh doberikan setelah fase aktif persalinan (pembukaan cervix 3 cm atau lebih), karena bila diberikan terlalu dini, obat golongan narkotika ini secara bermakna dapat memperpanjang fase laten. Kekecualian dari hal tersebut di atas, yakni bila dijumpai kasus dengan keluhan nyeri yang hebat pada fase laten. Terutama pada primigravida dengan keluhan nyeri yang hebat pemberian narkotika

23

bermanfaat mengurangi nyeri dan kegelisahan yang dapat memperpanjang proses kemajuan persalinan. Narkotika mempunyai sifat analgetika yang kuat, euphoria, mengurangi kegelisahan dan ketakutan, dan bila pasien dalam keadaan lelah dapat tertidur di antara waktu kontraksi. Sifat-sifat obat tersebut, harganya yang murah dan mudah cara pemberiannya, untuk nyeri menyebabkan persalinan. narkotika sangat luas tidak pemakaiannya Sebaliknya narkotika

menghilangkan nyeri secara sempurna (terutama nyeri yang hebat). Pada kasus dengan nyeri yang sedang, pengurangan nyeri dengan narkotika secara adekuat (memuaskan) mencapai 70-80%. Kasus dengan nyeri yang hebat, analgesia adekuat dengan narkotika hanya mencapai 25%. Sisanya mengalami analgesia yang tidak adekuat. Golongan narkotika mempunyai efek samping seperti nausea dan vomitus, hipotensi, depresi susunan saraf pusat dan depresi pusat pernafasan, baik pada ibu maupun neonatus. Bila diberikan terlalu dini atau dalam dosis berlebihan dapat memperlambat proses persalinan. Golongan narkotika tidak boleh diberikan pada pasien yang memakai obat mono amine oxidase inhibitor, karena dapat menyebabkan hipotensi berat dan koma. Petidin merupakan narkotika yang lebih sulit melewati sawar uri dibanding morfin, sehingga petidin merupakan obat golongan narkotika yang paling sering dipakai untuk mengurangi nyeri persalinan. Agar manfaat yang optimal dapat doperoleh dengan pemakaian narkotika (analgesia maksimal dengan efek samping minimal), penting diperhatikan cara pemberiannya, waktu yang tepat dan dosis yang optimal. Untuk nyeri yang sedang pada awal fase aktif, petidin dapat diberikan intramuscular dosis 75-100 mg (dosis untuk orang Eropa) dan untuk rata-rata orang Indonesia 50 mg. analgesia yang cukup adekuat diperoleh setelah 15-20 menit dan berlangsung 2-4 jam. Dari beberapa penelitian terhadap pemberian petidin secara intra muscular kekerapan depresi neonatal yang tertinggi bila suntikan diberikan 3 jam sebelum saat bayi lahir dan terendah bila pemberiannya 1 jam sebelum bayi lahir. Untuk kasus-kasus dengan nyeri yang hebat dan persalinan yang 24

cepat kemajuannya, petidin dapat diberikan intra vena dengan dosis 25-40 mg yang menghasilkan analgesia setelah 5 menit dan berlangsung 1,5-2 jam. Bila sedative dan narkotika tidak menolong dan pasien sangat gelisah dan kesakitan, penanggulangan nyeri dapat ditambah dengan inhalasi obat anastesiab dalam dosis analgesia, atau denagn blok regional, misalnya blok paraservikal (kala I), blok pudendal (kala II), blok kaudal (kala II). Bila cara tersebut sulit dikerjakan, dapat diberikan infiltrasi analgetika lokal di daerah perineum, yang dapat mengurangi nyeri (kala II) dan terutama untuk episiotomi dan jahit luka episiotomi. Analgesia regional seperti blok epidural (lumbal epidural), merupakan analgesia yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri persalinan. Analgesia Regional Teknik yang paling umum dikerjakan untuk nyeri persalinan : Blok epidural (continous). Blok subaraknoid (spinal) terutama saddle block Blok para servikal bilateral dan blok pudendal bilateral Blok kaudal (single atau continous) Popularitas penggunaan blok regional sebagai obstetric analgesia karena keuntungan-keuntungan sebagai berikut : Berbeda dengan narkotika, analgesia regional menghasilkan analgesia penuh (complete analgesia) pada sebagian besar kasus. Bahaya aspirasi pneumonia (karena anestesia) dapat dihindarkan. Bila dilakukan dengan tepat dan baik dan bila tidak ada komplikasi, analgesia regional tidak menyebabkan depresi maternal maupun neonatal. Bila diberikan pada saat yang tepat, tidak mengganggu proses persalinan. Teknik dapat dilakukan secara continous, sampai bayi lahir dan bila perlu untuk Sectio Cesarea. Ibu tetap sadar penuh sehingga dapat berpartisipasi penuh selama persalinan. 25

Bila ibu dalam keadaan baik, aman untuk ditinggal untuk dapat melakukan resusitasi pada bayinya bila perlu (dibanding anestia umum).

Di samping keuntungan tersebut di atas, analgesia regional juga mempunyai keterbatasan atau kerugian sebagai berikut : o Diperlukan keterampilan tertentu untuk mengerjakannya. o Kegagalan teknik dapat terjadi, meskipun yang mengerjakan sudah berpengalaman. o Teknik tertentu mempunyai efek sampingb yang bila tidak ditanggulangi dapat menyebabkan komplikasi. o Teknik tertentu menyebabkan paralisis otot dasar panggul, sehingga mengganggu rotasi internal (putaran paksi dalam), kekerapan persistent occiput posterior meningkat. o Prosedur ini hanya (sebaiknya) dapat dikerjakan di rumah sakit. o Indikasi kontra pemakaian analgesia regional berlaku juga untuk blok analgesia regional untuk persalinan. Blok epidural (tunggal atau kontinyu) Obat analgetika lokal disuntikan ke dalam rongga epidural (lumbal) antara ligamentum flavum dan durameter. Dikerjakan dengan baik oleh tangan yang berpengalaman dan pada waktu yang tepat, merupakan bentuk analgesia persalinan yang paling efektif dengan efek samping yang minimal. Blok subaraknoid (analgesia lumbal atau analgesia spinal) Beberapa keuntungan yang didapat dengan blok ini : i. ii. iii. blok nyeri yang sempurna dalam waktu yang singkat setelah penyuntikan (2-3 menit) lamanya analgesia beragantung pada jenis obat yang dipakai

26

iv.

dosis analgetika lokal yang dipakai sangat sedikit sehingga absorbs sistemik dan pengaruhnya pada ibu dan bayi dapat diabaikan.

Kerugiannya adalah : i. ii. iii. merupakan blok tunggal (tidak kontinyu) pada blok standard (samapai T10) kemungkinan hipotensi lebih hebat dibanding analgesia epidural serta bisa timbul nyeri pasca pungsi lumbal. Umunya saat ini lebih sering digunakan blok subaraknoid rendah (true saddle block : S1-S5), sebagai tambahan bentuk analgesia lain pada kala II. Blok kaudal Merupakan bentuk analgesia epidural dengan penyuntikan melalui kanalis kaudalis . Pernah sangat popular sebagai analgesia persalinan di Amerika. Dibandingkan dengan lumbal epidural, kerugiannya : dosis obat anastesi lokal yang dibutuhkan jauh lebih banyak. Dan kekerapan kegagalan teknik lebih basar karena anomaly daerah bawah sacrum. Bila ditanganidokter spesialis anestesioliogi yang berpengalaman, tingkat keberhasilan teknik mencapai 95%. Umumnya saat ini dibatasi pemakaiannya untuk blok sacral 1-5 untuk analgesia persalinan kala II, baik sebagai blok tunggla maupun kontinyu (dengan kateter). Blok paraservikal Penyuntikan obat analgetika lokal daerah paraservikal secara bilateral pada jam 4 dan 8. Teknik blok relative lebih mudah, namun dosis yang dibutuhkan lebih tinggi dan kekerapan komplikasi pada fetus lebih besar karena penyerapan obat analgetika lokal ke sirkulasi utero plasenta. Hanya efektif untuk kala I.

27

Blok pudendal Blok untuk analgesia persalinan kala II. Penyuntikan trasvaginal kini lebih popular daripada trasperineal, karena perabaan spina isciadika lebih mudah dan analgetika lokal disuntikan setelah jarum melewati ligamentum sakro spinosum. Jarum tidak boleh melawati 1 cm dari mukosa dinding vagina dan harus dikerjakan bilateral. Dapat dikerjakan sebagai analgesia tunggal untuk persalinan kala II, atayu sebagai tambahan bentuk analgesia persalinan yang lain. B. Diamorfin Struktur kimia diamorfin menghasilkan kelarutan lemak yang lebih besar daripada morfin sehingga memungkinkan terjadinya penetrasi yang lebih cepat ke dalam jaringan otak. Difusi yang cepat ini memungkinkan perubahan menjadi morfin yang sama cepatnya, yng memungkinkan agens aktif (park dan fulton, 1991). Diamorfin kemungkinsan lebih sedikit mengakibatkan gangguan gastrointestinal daripada morfin dan memiliki efek fisiologis positif yang lebih besar. Diamond yang di berikan secara IM akan memberikan efeknya dalam 5-10 menit, dan bertahan selama 3 jam. Efek jangka panjang diamorfin menyebabkan kekhawatiran (robin son,1995). Peneliti swedia beranggapan bahwa pemberian diamorfin selama persalinan dikaitkan dengan tingginya risiko ketergantungan pada saat bayi beranjak dewasa. Dengan demikian, tidak hanya dengan kendali ibu yang dibahayakan daalam pengguna diamorfin. C. Petidin hidroklorida Petidin hidroklorida adalah analgesic sintesis yang yang di metabolism di hati; hal ini penting karena hati neonates masih imatur, dengan demikian dapat memperpanjang efek petidin pada neonates tersebut. Efek analgesic petidin yang diberikan secara IM akan di mulai dalam 15 menit an berlanjut dalam 2 jam. Sebuah penelitian percontohan pada kala ll persalinan menghasilkan penemuan yang menghasilkan penemuan yang mengejutkan yaitu bahwa kala l dank ala ll 28

persalinan akan berlangsung lebih lama dari jika petidin di gunakan (Thomson dan hiller, 1994). Sebuah tinjauan kepustakaan menunjukkan bahwa tidak ada penelitian yang dapat menentang hal tersebut tetapi efek obat yang paling sering di gunakan ini belum di kaji secara adekuat. Hal ini merupakan contoh dari tidak tersediannya informasi yang dibutuhkan ibu jika ia memang ingin memiliki kendalinya pada pengalamannya melahirkan. D. Meptanizol Meptanizol mungkin lebih di anjurkan daripada petidin karena lebih sedikit menyebabkan depresi pernafasan neonatus (Park dan Fulton,1991). Efek analgesic dimulai dalam 15 menit dan berlanjut setidaknya selama 4 jam (Knight,1989). E. Anxiolitik Dosis 10 mg intra muskuler atau 5 mg intra vena menyebabkan amnesia dan mengurangi kegelisahan. Juga meningkatkan ambang toksisitas sistemik obat analgetika lokal. Namun pemakaian pada dosis lebih dari 10 mg atau dosis kecil IV secara berulang dapat mempengaruhi bayi yang dilahirkan.

F. Penggunaan anti spasmodic Obat-obat mempunyai antikholinergik, antispasmodik dengan atropin sebagai prototipenya, parasimpatis. khasiat melalui penghambatan

Disamping itu obat ini mempunyai khasiat kardiovaskuler, susunan syaraf pusat dan pengurangan sekresi kelenjar, yang dalam pemakaian di bidang Obstetri merupakan khasiat yang tidak diinginkan. Untuk mendapatkan khasiat yang lebih spesifik dilakukan pembuatan obat sintetik dan semi sintetik yang kemudian digolongkan kepada quarterniery ammonium compound. Keduanya khasiat anticholinergik dan spasmolitik mirip papaverin.

29

Dibandingkan dengan golongan tertiery amonium compound, golongan quarterniery ammonium compound mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut : Mempunyai khasiat anticholinergik yang kuat dan khasiat spasmolitik nonspesifik mirip atropin yang lebih lemah, sehingga tidak menggganggu kontraksi rahim Mempunyai khasiat yang lebih lama. Sukar menembus sawar otak sehingga khasiat sentralnya sangat sedikit. Anti spasmodik dengan khasiat parasimpatolitik dan khasiat spasmolitik langsung terhadap otot polos serviks, diharapkan dapat memutuskan mata rantai takut spasme nyeri takut dengan menghilangkan spasme yang akan mengurangi rasa nyeri dan takut. Diduga bahwa analgetika sedativa mengurangi perasaan takut dan rasa nyeri, sehingga secara tidak langsung mengurangi spasma melalui penurunan perangsangan parasimpatis. Beck dan Steinnmann mengemukakan bahwa pemberian antispasmodic tidak ada gunanya apabila serviks belum terbuka dan / atau kontrakasi rahim tidak memadai. Manfaat pemberian antispasmodik baru tampak bila telah terjadi pembukaan serviks 2 3 cm dan khasiat yang optimal terjadi pada pembukaan serviks 4 8 cm.

G. Penggunaan Valetamat Bromida Valetamat Bromida dengan khasiat parasimpatolitik yang kuat, secara langsung menghilangkan rangsangan parasimpatis disamping khasiat spasmolitik langsung terhadap otot polos. Meier, Schmit dan Walter mengamati bahwa pemberian Valetamat Bromida mengurangi perasaan sakit ibu selama persalinan. Karena pengaruh Valetamat Bromida terutama pada serviks, maka manfaatnya baru tampak apabila telah terdapat perubahan dalam substansi dasar dan perombakan serta penguraian kolagen sehingga serviks lebih menonjol. Syarat lain yang perlu dipenuhi pada pemberian Valetamat Bromida adalah ko ntraksi 30

rahim yang memadai, karena setelah perubahan aktif pada kolagen dan substansi dasar, otot serviks dalam proses persalinan berperan pasif. H. Penggunaan Hyoscine N Butil Bromida Recto et al38 (1997) di Manila pada penilitiannya terhadap 152 wanita inpartu, aterm memberikan injeksi Hyoscine N Butil Bromida 10 mg tiap 4jam (76 kasus) dan Placebo (76 kasus) untuk mengurangi nyeri persalinan dan mendapatkan, disamping mengurangi nyeri persalinan Hyoscine N Butil Bromida juga memperpendek masa kala I dan total waktu persalinan. Garrett dan Draper di Inggris, pada penelitiannya dengan memberikan injeksi Hyoscine N Butil Bromida 10 mg untuk mengurangi nyeri persalinan mendapatkan 5 kasus dari 14 kasus yang nyeri persalinannya tidak dirasakan lagi dan ibu menjadi tenang (36%). Akerman dan Schirmacher pada beberapa penelitiannya mendapatkan bahwa Hyoscine N Butil Bromida di samping mempercepat proses persalinan dan mengurangi nyeri persalinan juga bermanfaat untuk menolong kelahiran kepala anak pada presentasi bokong, mengeluarkan plasenta secara manual pada retensio plasenta, dimana serviks sudah mulai menutup. Juga pada induksi persalinan dengan dilatasi serviks yang tertutup dan kaku.

I. Analgesik inhalasi Saat ini hanya N2O(50%) dan O2 (50%) Etonox yang diizinkan yang diginakan ibu-ibu dalam persalinan di bawah penngawasan bidan di Inggris. Konsentrasi yang lebih tinggi tidak diizinkan digunakan oleh bidan karena resiko anestesi, yaitu menyebabkan ibu tidak sadar (Melzack dan Wall,1991). Etonox merupakan agen terbanyak yang digunakan untuk mengontrol nyeri persalinan di Inggris (Steer,1993), dengan 69% ibu sudah pernah menggunakannya Bonica dan McDonald,1990, menyatakan bahwa yang menarik pada Etonox terletak pada keefektifannya yang cukup baik tanpa mengakibatkan depresi maternal ataupun neonates yang signifikan. Keefektifannya bergantung 31

pada ibu yang telah mendapatkan pengarahan dengan tepat tentang cara penggunaan analgesic ini. Dengan kelarutan lemak yang rendah, N2O dengan cepat mencapai tingkat analgesic pada sirkulasi darah ibu(Dickresin,1989) dan hilangnya efek analgesic sama cepatnya penghentian inhalasi ibu harus mulai melakukan sendiri penggunaan Etonoxselama 10-15 detik sebelum periode nyeri pada setiap kontraksi (Bonica dan McDonald,1990). Riset membuktikan bahwa nyeri menghilang secara total pada 60% pada ibu dan kemudian 30% ibu mengalami penurunan nyeri parsial. Dengan perannya yang bersifat mandiri, Etonox member kendali lebih pada ibu yang menggunakannya.walaupun efektifitasnya lebih sulit dikendalikan karena hal tersebut bergantung pada instruksi yang diberikan kepada ibu dan kemampuan ibu mengikuti instruksi tersebut. Etonox tampaknya tidak mempengaruhi kendali terhadap pengalaman melahirkan ibu. Tabung biru dengan berselang putih pada seperempat bagian atasnya menjadi kurang dikenal kerena lebih banyak area klinik yang memastikan pemberian suplai Etonox berkelanjutan melalui pipa penghantar dari depot pemusat. Etonox diberikan melalui system katup tahap 2 sampai yang pertama menurunkan tekanan gas sedangkan yang kedua terdiri dari katup yang sesuai dengan tuntutan yang akan membuka sebagai respon tehadap tekanan negative dari inspirasi ibu. Walaupun relative aman pada ibu dan bayi, perhatian telah tertuju pada resiko Etonox yang dapat membahayakan staff. Teratogenik dan efek patologis lainnya telah dileporkan petugas kesehatan yang nsering member N2O, seperti para dokter gigi (Newton 1992). Sebuah penilitian yang melibatkan 14 bidan menggambarkan bahwa tingkat pemaparan mereka terhadap N2O sangat melebihi pemaparan yang telah ditetapkan di Negara-negara yang ambang batas pemaparan maksimalnya telah ditentukan. (Newton 1992) berkesimpulan bahwa para bidan harus menerapkan tanggung jawab personal untul keamanan mereka jika Etonox diberikan dan harus mencari tahu tindakan kewaspadaan keamanan intitusional lembaga. 32

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan yang holistik/ menyeluruh, hal ini karena nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan manusia, oleh karena itu kita tidak boleh hanya terpaku hanya pada satu pendekatan saja tetapi juga menggunakan pendekatan-pendekatan yang lain yang mengacu kepada aspek kehidupan manusia yaitu biopsikososialkultural dan spiritual, pendekatan non farmakologik dan pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif bila digunakan sendiri-sendiri, keduanya harus dipadukan dan saling mengisi dalam rangka mengatasi/ penanganan nyeri pasien. Pasien adalah individu-individu yang berbeda yang berrespon secara berbeda terhadap nyeri, sehingga penangananyapun tidak bisa disamakan antar individu yang satu dengan yang lainnya. Pengkajian yang tepat, akurat tentang nyeri sangat diperlukan sebagai upaya untuk mencari solusi yang tepat untuk menanganinya, untuk itu pengkajian harus selalu dilakukan secara berkesinambungan, sebagai upaya mencari gambaran yang terbaru dari nyeri yang dirasakan oleh pasien. 3.2 Kritik dan Saran

33

DAFTAR PUSTAKA Henderson, Christine. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. EGC. Lees, Dr. Christophe Dr. Karina Reynolds, dan Graime Mc. Cartan. 2003. "Tanya Jawab Kehamilan" (terjemahan). Jakarta: Prima Media Pustaka. Manden, Rosemary. 2003. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC. Muhiman, Muhardi. 1986. Penanggulangan Nyeri Pada Persalinan. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI. Musbikin, Imam. 2004. Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Simkin, Penny. 2005. Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC. http://bidanku.com/index.php?/Video/Video-Persalinan/Posisi-Posisis-Persalinan/ http://razak007.blogspot.com/2010_06_06_archive.html/ http://homeopatiindonesia.com/persalinan.php/ http://grahacendekia.wordpress.com/2010/09/ http://zaitunisa.wordpress.com/2008/04/02/teknik-mengatasi-nyeri-persalinan/ http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/management-nyeri/

34

Anda mungkin juga menyukai