Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

Pada Bayi “Y” Usia 2 Bulan Dengan Imunisasi DPT-HB (Pentavalen) I dan Polio II

Di Puskesmas Maesan
Bondowoso

Disusun Oleh :

Siti Badriyah

PROGRAM STUDI PROFESI STIKES HAFSAWATY

PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

Tahun Ajaran 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SAW karena atas rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan Asuhan kebdanan Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Bayi “Y”
Usia 2 Bulan Dengan Imunisasi DPT-HB (Pentavalen) I dan Polio II, penulis menyadari
dalam penyusunan laporan studi kasusu ini tidak lepas dari bimbingan dan petunjuk serta
bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapka terima
kasih yang se besar-besarnya kepada :
1. Dr. Nur Hamim, SKM.,S.kep.,Ns.,M.Kes. Selaku Ketua Stikes Hafsawaty Pesantren
Zainul Hasan Genggong Probolinggo
2. Dr. Widya Sofa Ilmiah, SST.,M.Kes. Selaku Pembimbing Akademik, Di Stikes
Hafsawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo
3. dr. Hj. Yudia Candrawati selaku kepala puskesmas maesan
4. Semua rekan mahasiswa Profesi Kebidanan Stikes Hafsawaty Pesantren Zainul Hasan
Genggong Probolinggo
5. Serata kepada keluarga tercinta yang telah memberi dukungan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan studi kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan terutama penulis tentunya.

Bondowoso, Oktober 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila
kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2005).
Imunisasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya, salah satunya adalah imunisasi
DPT (Diphteria, Pertussis, Tetanus). Kebanyakan anak menderita panas setelah
mendapat imunisasi DPT, tetapi itu adalah hal yang wajar, namun seringkali ibu-ibu
tegang, cemas dan khawatir (Tecyya, 2009). Progam imuniasi merupakan sebuah
keberhasilan dalam mencegah penyakit infeksi. Di Indonesia terdapat imunisasi yang
diwajibkan oleh pemerintah sebagaimana juga yang di wajibkan WHO seperti imunisasi
BCG, DPT, Hepatitis, Campak dan polio.
Imunisaso Polio di berikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit polio
melitis (penyakit infeksi akut yang di sebabkan oleh virus polio dengan gejala anak
menjadi lumpuh pada salah satu anggota geraknya). Imunisasi pentavalen adalah
imunisasi dasar yang mampu mencegah lima penyakit, seperti difteri, pertusis, tetanus,
hepatitis B, serta Hib (Haemophylus Influenza Type B).
Dengan di buat asuhan kebidanan pada Bayi dengan imunisasi Pentavalen I dan
Polio II ini merupakan salah satu upaya dalam pemberian imunisasi pada bayi, karena
dengan adanya asuhan kebidanan ini diharapkan mandapatkan imunisasi yang tepat dan
sesuai waktunya.
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan
Diharapkan Mahasiswa dapat melakukan Managemen Asuhan Kebidanan Secara
tepat dan menyeluruh.
1.2.2. Tujuan Khusus
Diharapkan Mahasiswa Mampu
1. Melakukan Pengkajian
2. Mengindetifikasi Diagnosa dan Masalah
3. Mengindetifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
4. Mengindetifikasi Kebutuhan Segera
5. Menentuka Intervensi Dan Rasional
6. Melakukan Implementasi
7. Mengevaluasi kebutuhan yang diberikan
1.3. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Anamnese/ wawancara
2. Observasi
3. Studi Dokumentasi
4. Studi Kepustakaan
1.4. MANFAAT
1.4.1. Manfaat Teori
1.4.1.1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil Asuhan Dapat di jadikan Sebagai tambahan efidance based dan
gambaran bagi pendidikan.
1.4.1.2. Bagi Peserta Didik
Peserta membantu bidan dalam memberikan Imnisasi Polio Dan
Pentavalen sesuai teori yang diterima dan sesuai imform concen serta di
dampingi oleh bidan tempat praktek
1.4.2. Manfaat Praktis
1.4.2.1. Bagi Institusi tempat praktek
hasil asuhan ini di harapkan memberikan masukan dan
mencapaian target imunisasi terutama Pentavalen dan Polio sesuai
program pemerintah.
1.4.2.2. Bagi profesi kebidanan
hasil asuhan yang di peroleh dapat menjadi sumber pengetahuan
dan setrategi bagi bidan dalam memberkan asuhan kebidana pada bayi/
balita yang wajib dan telah di tentukan waktu pembeariannya
1.4.2.3. Bagi pasien (bayi/balita)
Melakukan/ meberikan imunisasi DPT-HB (Pentavalen) dan polio
untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus,
hepatitis B, serta Hib (Haemophylus Influenza Type B) dan Polio

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN


1.5.1. Pengkajian Data Subyektif ( S )
1.5.2. Pengkajian Data Obyektif ( O )
1.5.3. Analisa Data ( A )
1.5.4. Penatalaksanaan ( P )
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Imunisasi


2.1.1. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang
serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh, 2008, p10). Imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam
tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT dan
campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). (Hidayat, 2008, p54)
2.1.2. Tujuan Imunisas
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar
dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
penyakit yang sering berjangkit. Secara umun tujuan imunisasi antara lain: (Atikah,
2010, p5)
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
3. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian) pada balita
2.1.3. Manfaat imunisasi
1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. 11
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
2.1.4. Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
1. Imunisai aktif Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah
dilemahakan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik
dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika
terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi
aktif adalah imunisasi polio dan campak. Dalam imunisasi aktif, terdapat
beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu:
a. Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan,
eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada
protein pembawa seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari
ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya
adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang dijadikan
vaksin.
b. Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan
agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan
mencegah tumbuhnya mikroba. Bahanbahan yang digunakan seperti air
raksa dan antibiotik yang biasa digunakan.
c. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya
antigen telur, protein serum, dan bahan kultur sel.
d. Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi meningkatkan
sistem imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh,
antigen dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi
perlawanan maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.
2. Imunisasi pasif Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh
dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan
yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus
Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah
yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima
berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
2.1.5. Macam-macam imunisasi dasar
1. Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)
a. Fungsi Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis
(TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama
Mycobacterium tuberculosis complex. Pada manusia, TBC terutama
menyerang sistem pernafasan (TB paru), meskipun organ tubuh lainnya
juga dapat terserang (penyebaran atau ekstraparu TBC). Mycobacterium
tuberculosis biasanya ditularkan melalui batuk seseorang. Seseorang
biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit paru-paru dan terdapat
bakteria didahaknya. Kondisi lingkungan yang gelap dan lembab juga
mendukung terjadinya penularan. Penularan penyakit TBC terhadap
seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang
mengandung bakteri tuberkulosis. Bakteri ini dapat menyerang berbagai
organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah
bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput selaput otak (yang
terberat). Infeksi primer terjadi saat seseorang terjangkit bakteri TB untuk
pertama kalinya. Bakteri ini sangat kecil ukurannya sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berkembang.
Komplikasi pada penderitaan TBC, sering terjadi pada penderita
stadium lanjut. Berikut, beberapa komplikasi yang bisa dialami:
1. Hemomtasis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipofolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2. Lobus yang tidak berfungsi akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat) pada proses pemulihan atau retraksi pada paru.
4. Pneumotorak spontan (adanya udara di dalam rongga pleura): kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lainnya seperti otak, tulang, persendian,
ginjal dan sebagainya.
6. Insufiensi kardio pulmoner.
Menurut Nufareni (2003), Imunisasi BCG tidak mencegah infeksi
TB tetapi mengurangi risiko TB berat seperti meningitis TB atau TB
miliar. Faktor-faktor yang mempangaruhi efektifitas BCG terhadap TB
adalah perbedaan vaksin BCG, lingkungan, faktor genetik, status gizi dan
faktor lain seperti paparan sinar ultraviolet terhadap vaksin.
b. Cara pemberian dan dosis Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis
bacillus yang telah dilemahkan. Cara pemberiannya melalui suntikan.
Sebelum disuntikan, vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosis
0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Imunisasi
BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi biasanya diberikan
pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat diberikan pada anak dan orang
dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin dengan hasil negatif. Imunisasi
BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas. Disuntikan
ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam
memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26).
Kerjasama antara ibu dengan petugas imunisasi sangat diharapkan, agar
pemberian vaksin berjalan dengan tepat.
c. Kontra indikasi Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi:
1) Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun,
seperti eksim, furunkulosis, dan sebagainya.
2) Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang sedang
menderita TBC
d. Efek samping
Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak seperti
pada imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan
demam. Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi
dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pastula,
kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan khusus,
karena luka ini akan sembuh dengen sendirinya secara spontan. Kadang
terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak atau leher. Pembesaran
kelenjar ini terasa padat, namun tidak menimbulkan demam.
2. Imunisasi Pentavalen (DPT-HB)
Vaksin Pentavalen merupakan pengembangan dari vaksin tentravalen
(DPT-HB) kombinasi buatan Indonesia ini disebut Pentavalen, karena
merupakan gabungan dari lima antigen, yaitu DPT (Difteri, Pertusis, dan
Tetanus), Hepatitis B serta Hib). Lima antigen tersebut diberikan dalam satu
suntikan, sehingga memberikan kenyamanan bagi bayi yang mendapat
imunisasi beserta ibunya. . Imunisasi DPT-HB-Hib atau pentavalen ini sudah
didukung secara legal berdasarkan Permenkes RI pada tanggal 10/6/2013 dan
Kepmenkes RI pada tanggal 15 Januari 2013.
a. Fungsi:
Imunisasi pentavalen (DPT-HB-Hib) diketahui merupakan kombinasi
dari vaksin DPT, HB, dan Hib. DPT diketahui merupakan vaksin yang
digunakan untuk mengurangi risiko penyakit difteri, pertusis (batuk 100 hari),
dan tetanus. Sementara Hib merupakan vaksin untuk mengurangi risiko
penyakit hepatitis B, Hib dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti
meningitis, epiglotitis, pneumonia, arthritis, selulitis, osteomyelitis, dan
bakteriemia
b. Jadwal Pemberian Vaksin Pentavalen/ DPT
1) Pada bayi umur antara 2-11 bulan sebanyak 3x pemberian secara
suntikan dengan selang 4 minggu secara IM
2) Imunisasi ulang lainnya diberikan setelah umur 1,5-2 tahun
3) Diulang kembali dengan vaksin DT pada usia 5-6 tahun (kelas 1 SD)
4) Diulang lagi umur 10 tahun (menjelang tamat SD)
5) Bagi yang tidak mendapatkan DPT-HB pada waktu bayi diberikan DT
sebanyak 2x dengan interval 4 minggu dengan dosis 0,5 cc IM
6) Apabila hal ini meragukan tentang vaksinasi yang didapat pada waktu
bayi maka tetap diberikan 2x suntikan.
7) Bila bayi mempunyai riwayat kejang sebaiknya DPT-HB diganti
dengan DT dengan cara pemberian yang sama dengan DPT-HB
(Pentavalen)
c.  Efek Samping
1) Demam tinggi
2) Pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan selama 1-
2 hari
3) Kadang-kadang demam tinggi dan kejang
d. Kontraindikasi Pemberian DPT
1) Anak sedang sakit parah
2)  Ada riwayat kejang bila demam atau panas tinggi
3) Penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imunologik)
e. Reaksi yang Mungkin Terjadi
1) Nyeri pada tempat penyuntikan
2) Kemerahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan,
ini akan sembuh sendiri dan tidak prlu pengobatan.
3) Panas, akan sembuh dalam 1-2 hari. Reaksi ini disebabkan oleh
komponen pertusis dari vaksin DPT-HB (Pentavalen).
f. Penyimpanan
1) Vaksin harus disimpan pada suhu 2-8 ºC dan jangan sampai beku
sebab pembekuan akan merusak potensi vaksin.
g. Pemberian vaksin DPT-HB (pentavalen)
1) Menyiapkan vaksin DPT-HB (pentavalen)
a) Sebelum membuka vaksin lihatlah terlebih dahulu labelnya
b) Kocok terlebih dahulu flakonnya sehingga endapan tercampur.
2) Buka tutup metal dengan gergaji ampul
3) Ambil spuit 0,5 cc
4) Tusukkan jarum kedalam flakon melalui tutup karet
5) Masukkan udara kedalam flakon dan usaplah vaksin sebanyak 0,5
cc kedalam semprit.
6) Cabut jarumdari flakon, semprit ditegakkan, lurus ke atas untuk
melihat gelembung udara, apabila ada gelembung udara ketuklah
pelan-pelan supaya gelembung naik ke atas, lalu dorong-dorong
piston sampai ukuran 0,5 cc.
7)  Mengatur posisi bayi
8) Bayi dipangku ibunya
9)  Tempat penyuntikan yang paling baik adalah di bagian paha
sebelah luar
10) Letakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik
11)  Peganglah otot paha diantara jari-jari telunjuk dan ibu jari
12)  Bersihkan lokasi suntikan dengan kapas DTT
13)  Tusukkan jarum tegak lurus kebawah melalui kulit anatara jari
anda sampai ke dalam otot
14)  Tarik piston sedikit untuk menyakinkan bahwa jarum tidak
mengenai pembuluh darah
15)  Dorong pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin
16)  Cabut jarumnya
17) Masukkan spuit yang di gunakan ke safetybox dengan membuka
tutup jarum
3. Imunisai Polio
kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis. Kekebalan yang diperoleh
denagn vaksinasi polio sebesar 45-100%. Reaksi yang timbul biasanya
hampir tidak ada, kalaupun ada hanya berak-berak ringan.
h.  Vaksin Polio Terhadap 2 kemasan
1)  Vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan (vaksin
salk) yang cara pemberiannya dengan cara penyuntikan.
2)  Vaksin yang mengandung virus polio yang masih hidup yang telah
dilemahkan (vaksin sabin) cara pemberiannya melalui oral atau
mulut dalam bentuk cairan dan pil.
i. Jadwal Pemberian Vaksin
1) Pada bayi umur 2 sampai 11 bulan diberi sebanayk 4 kali pemberian
dengan dosis 2 tetes dengan interval 4 minggu.
2) Pemberian Vaksin Polio suntik /IPV setalah pemberian Vaksin DPT-
HB 3 pada usia <12 bulan
3) Biasanya pemberian vaksin polio diberikan bersama-sama dengan
vaksin DPT-HB.
j. Kontra Indikasi
1) Anak dengan diare berat
2) Anak sakit parah
3) Anak penderita defisiensi kekebalan
k. Hal-hal yang harus dilakukan pada pemberian imunisasi polio adalah :
1)  Menyiapakan vaksin polio
2) Bukalah tutup metal dan tutup karet
3) Pasanglah pipet plastik pada flakon
4) Vaksin polio siap diberikan
5) Menentukan posisi bayi dan cara pemberian vaksin
6)  Ibu disuruh melentangkan bayinya diatas pangkuannya dan
memegang erat-erat.
7) Mulut anak dibuka menggunakan dua jari sambil menekan kedua ipi
anak sehingga mulut dibuka
8) Teteskan vaksin polio langsung dari pipet kedalam mulut anak
sebanyak dua tetes
4. Imunisasi MR

vaksin MR (vaksin campak dan rubella) merupakan imunisasi yang


diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh virus
campak dan rubella (campak Jerman). Kedua penyakit ini merupakan penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh virus. Penularan penyakit ini bisa
ditularkan melalui saluran napas, terutama kontak langsung dengan penderita
yang terinfeksi melalui batuk atau pun bersin.

Campak bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan


demam, ruam, batuk, pilek, dan mata merah serta berair. Jika terjadi
komplikasi serius bisa menyebabkan infeksi telinga, diare, pneumonia, hingga
kerusakan otak. Sedangkan rubella juga menyebabkan infeksi virus yang
mengakibatkan tubuh demam, sakit tenggorokan, ruam, hingga mata gatal.
Rubella bisa terjadi pada anak-anak, remaja, dan ibu hamil.

Campak dan rubella yang menyerang ibu hamil cukup berbahaya. Pada
wanita yang masih hamil muda, rubella dapat menyebabkan keguguran dan
kematian bayi dalam kandungan hingga kelainan bawaan pada bayi.

a. Manfaat Imunisasi MR
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya. Manfaat imunisasi MR
adalah untuk mencegah tubuh terserang penyakit campak dan rubella
b. Perbedaan Imunisai MMR dan MR
Berbeda dengan Imunisasi MMR Banyak orang yang masih belum
mengetahui apa perbedaan antara imunisasi MR dan MMR. Imunisasi MR
(Measles dan Rubella) merupakan kombinasi vaksin campak atau Measles
(M) dan Rubella (R). Sedangkan imunisasi MMR (Measles, Mumps dan
Rubella) terdiri dari 3 komponen vaksin yaitu Mumps (gondongan),
Measles (campak), dan Rubella. Sehingga perbedaan ini ada pada
kandungan mumps untuk melawan gondongan yang tidak dimasukkan ke
dalam vaksin MR. Gondongan adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dapat mengakibatkan terjadinya demam, nyeri, dan pembengkakan
kelenjar di bawah telinga.
c. Pemberian imunisais MR
Siapa yang Perlu Menerima Imunisasi MR, Imunisasi MR diberikan
pada semua anak pada usia 9 bulan sampai 15 tahun. Bagi anak yang
sebelumnya sudah mendapatkan imunisasi campak, imunisasi MR ini tetap
perlu diberikan.Wanita yang ingin merencanakan kehamilan juga perlu
mendapatkan vaksin ini
d. Efek Samping Imunisasi MR
Umumnya imunisasi MR tidak memberikan efek samping yang berarti.
Namun tubuh setiap orang penerimaannya berbeda. Beberapa orang bisa
mengalami efek samping seperti demam, ruam kulit, atau nyeri di bagian
kulit bekas suntikan. Akan tetapi ini merupakan reaksi yang normal dan
akan menghilang dalam waktu sekitar 2-3 hari. Efek samping ini bisa saja
timbul dikarenakan imunisasi adalah suatu tindakan dengan memasukkan
zat yang berasal dari kuman, baik yang sudah mati atau pun yang
dilemahkan.
Diharapkan dengan pemberian imunisasi ini, sistem pertahanan tubuh
dapat mengenali kuman tersebut sehingga tubuh bisa mengatasinya apabila
suatu saat terjadi infeksi. Vaksin ini telah mendapat rekomendasi dari
WHO (Badan Kesehatan Dunia) dan izin edar dari Badan Pengawas Obat
dan Makanan. Vaksin ini juga telah digunakan di lebih dari 141 negara di
dunia.
e. Persyaratan Sebelum Melakukan Imunisasi MR
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan, Anung Sugihantoro mengatakan ada 4 syarat dari sisi
kesehatan yang perlu diperhatikan sebelum mulai imunisasi.
1) Vaksin ditujukan untuk anak berusia 9 bulan - 15 tahun
2) Penerima harus dalam keadaan sehat atau tidak baru saja sembuh dari
penyakit berat
3) Tidak memiliki riwayat alergi dengan vaksin sebelumnya
4) Pemberian vaksin atau imunisasi harus dilakukan oleh tenaga ahli
alias tenaga kesehatan profesional.
2.1.6. Jadwal Pemberian Imunisasi
(PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI DEPKES)
1. Jadwal Pemberian Imunisasi wajib Pada bayi

Vaksin Pemberian Interval Umur Keterangan


BCG 1x 4 minggu 0-11 bulan Minimal, tidak
(minimal) ada batasan
maksimal
DPT-HB 3x 4 minggu 2-11 bulan
Polio (OPV) 4x (minimal) 0-11 bulan Lengkapi
sebelum umur 1
tahun.
MR 1x 1 dan 6 bulan 9-11 bulan -
HB0 1x 2 jam saat lahir- -
usia 7 haru
2.2. Menejemen Asuhan Kebidanan Anak Sehat Dengan Imunisasi
I. Pengkajian
Tanggal Pengkajian :
Jam :
Tempat Praktik :
Oleh :
A. Data Subyektif
I.1. Identitas
Identitas Bayi
Nama : megetahui nama bayi
Umur : mengetahui usia bayi saat pengkajian dan menentukan
imunisasi yang tepat utuk bayi
Jenis Kelamin : mengetahui jenis kelamin bayi yang berhubungan
dengan penambahan berat badan
Identitas Orang Tua
Nama istri/ Suami : megetahui nama orang tua
Umur : mengetahui umur orang tua
Bangsa/suku : memudahkan dalam komunikasi
Agama : mengetahui kepercayaan dan adat istiadat
Pendidikan : mengetahui tingkat intelektual
Pekerjaan : mengetahui status ekonomi
Alamat : Mengetahui alamat dan memudahkan kunjungan
rumah
I.2. Keluhan Utama/ Alasan Kunjungan
Alasan utama/ keluhan ibu membawa anaknya ke pelayanan kesehatan
I.3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekrang
Apakah penyakit yang di derita bayi saat ini
b. Riwayat kesehatan Dahulu
Apakah bayi pernah sakit dan sakit apa yang pernah di derita
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit menurun, menahun, dan
menular ( DM, TBC, HIV, Hepatitis, dll )
I.4. Riwayat Antenatal
Merupakan imunisasi yang di dapat saat hamil, kebiasaan ibu saat hamil,
obat/ jamu yang di minum saat hamil, serta penyakit/ infeksi saat hamil.
I.5. Riwayat Natal
Mengetahi tanggal, jam, cara, penolong, penyulit persalian dan BB bayi
I.6. Riwayat Post Natal
Mengetahui jenis makan utama, pemberian ASI, Frekuensi pemberian ASI
dan nafsu makan bayi/balta
I.7. Riwayat Imunisasi
Mengetahui imunisasi yang pernah di dapat oleh bayi sebelumnya.
I.8. Riwayat tumbuh kembang
Mengetahui BB dan PB mulai lahir dan perkembangaannya saat ini
I.9. Riwayat Sosial Budaya
Mengetahui pandangan keluarga terhadap kesehatan, kesehatan lingkungan
serta apakah bayi/balita di asuh oleh orang tua kandung
I.10. Pola kehidupan sehari-hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktivitas dan personal hygine.
Pada anak usia 2 bulan nutrisi (makan dan minum ) hanya di berikan ASI
saja dan bayi lebih banyak meluangkan waktunya untuk tidur dan bangun
saat lapar dan saat BAK/BAB.
B. Data Obyektif
1.1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik, Cukup, Lemah
Kesadaran : Composmetis, Apatis, Samnolen, Dilirium, dan Koma
Ukuran antopometri
BB : Mengetahui Status Gizi bayi ( Normal 4,9-6,3 Kg (L))
pada usia 2 bulan
PB : Mengetahui pertumbuhan bayi ( Normal 55-60 cm (L))
pada usia 2 bulan
Tanda-tanda vital
Nadi : 120-160 kali/menit
Suhu : 36,5-37,5 ºC
RR : 40-60 kali/ menit
1.2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi : ada caput succedaneum maupun cephal hamatom/ tidak,
rambut hitam merata/ tidak.
Palpasi : adakah benjolan abnormal
b. Muka
Inspeksi : pucat/ tidak, oedem/ tidak
c. Mata
Inspeksi : simetris/ tidak, sklera kuning/ tidak, konjungtiva pucat/ tidak
d. Hidung
Inspeksi : Simetris/ tidak, ada polip/ tidak, ada pernafasan cuping
hidung/ tidak
Palpasi : adakah masa pada hidung
e. Mulut
Inspeksi : kelembapan, adakah oral trust, kebersihan lidah, adakah
labiaoschiosis maupun labio palataschisis
f. Telinga
Inspeksi : Simetris, adakah serumen
g. Leher
Inspeksi : ada pembesaran kelenjar tiroid/ tidak (indiksi kekurangan
iodium) adakah pembesaran kelenjar limfe/ tidak (indikasi infeksi )
maupun vena jugularis (indikasi penyakit jantung )
h. Dada
Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka, adakah retraksi dada
Palpasi : adakah benjolan abnormal
i. Abdomen
Inspeksi : Simetris/ tidak
Palpasi : tidak ada benjolan abnormal
Perkusi : apakah perut kembung atau tidak
Auskultasi : bising usus normal/ tidak ( normal 10 kali/menit)
j. Ekstremitas atas
Inspeksi : simetris/ tidak, terdapat poli daktil/ sindaktil, kuku pucat/
tidak, pergerakan lemah / tidak
Palpasi : adakah odem, turgor kulit (normal < 2 detik )
k. Ekstremitas bawah
Inspeksi : simetris/ tidak, terdapat poli daktil/ sindaktil, kuku pucat/
tidak, pergerakan lemah / tidak
Palpasi : adakah odem, turgor kulit (normal < 2 detik
l. Integumen
Inspeksi : bersih/ tidak, ada oedem/ tidak, kulit kering/ tidak
Palpasi : turgor kulit baik/ tidak
m. Genetalia
Inspeksi : pada perempuan labia mayor menutupi labia minor/ tidak,
adakah lubang vagina dan uretra, menilai kebersihan, pada laki-laki
apakah testis sudah turun kesecrotum, adakah atresia ani dan recti.
1.3. Pemeriksaan Lain
a. Reflek
 Rooting : positif/ tidak ( jika mengusap sesuatu di pipi
bayi, dia akan memutar kepala dan membuka mulut )
 Sucling : positif/ tidak ( reflek menghisap )
 Swallowing : positif/ tidak ( reflek menelan )
 Moro : positif/ tidak ( gerakan mendadak ketika
mendapat rangsangan )
 Menggenggam : positif/ tidak
1.4. Pemeriksaan Penunjangg
Pemeriksaan radiologi : dilakukan jika ada indkasi
Pemeriksaan laboratorium : dilakukan jika ada indkasi
Pemeriksaan lain : dilakukan jika ada indkasi
II. Identivikasi Diagnosa / Masalah
DS : Data subyektif yang di dapat dari keluarga pasien yang mendukung diagnosa
DO : Data Obyektif di dapat dari hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosa
keadaan umum, TTV, dan antopometri
DX : Diagnosa pasien ( An’...’ umur....dengan imunisasi.....)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Diagnosa dan masalah yang mungkin timbul bila tidak di tangani segera akan
mengancam keselamatan pasien
IV. Identivikasi Kebutuhan Segera
Identivikasi sesuai masalah potensial yang ada
V. Intervensi
Tanggal/ jam :
Diagnosa : Diagnosa Pasien
Tujuan : menentukan tujuan dari intervensi
Kriteria hasil : hasil yang di harapkan dari tindakan intervensi
Intervensi :
1. Jelaskan manfaat imunisasi DPT-HB (pentavalen ) I dan Polio II
R/ menambah pengetahuan ibu tentang imunisasi (khususnya DPT dan Polio )
2. Jelaskan efek samping imunisasai DPT-HB (pentavalen ) I dan Polio II
R/ ibu dapat mengerti tentang apa yang akan terjadi, pada bayi setelah pemberian
imunisasi DPT-HB (pentavalen ) I dan Polio II
3. Berikan Imunisasi DPT-HB (pentavalen ) I dan Polio II
R/ Pemberian imunisasi DPT-HB (pentavalen ) I dan Polio II ampuh dan sesuai
standart yang akan menurunkan morbilitas dan mortalitas
4. Memberi tahu ibu untuk tidak memberi minum kepada bayi sebelum 15 menitt
R/ pemberian minum dapat mengurangi ke efektifan vaksin polio
5. Memberi obat penurun panas/ analgesik (paracetamol 3x1/4)
R/ Obat penurun panas (paracetamol) dapat mengurangi efek samping pemberian
imunisasi
6. Beritahu tentang jadwal imunisasi berikutnya untuk DPT-HB (pentavalen ) II dan
Polio III yaitu tanggal.......
R/ ketepatan waktu pemberian imunisasi
VI. Implementasi
Tanggal/ jam :
Diagnosa : Diagnosa Pasien
Implementasi : hasil dari intervensi yang di berikan
VII. Evaluasi
Tanggal/ jam :
S : keluhan dari ibu tentang bayinya
O : Data obyektif yang di dapat dari hasil pemeriksaan
A : Diagnosa yang di tegakkan
P : Rencana asuhan selanjutnya
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI SEHAT


Pada Bayi “Y” Usia 2 Bulan Dengan Imunisasi
DPT-HB (Pentavalen) I dan Polio II
Di Puskesmas Maesan, Bondowoso
1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 6 Oktober 2020
Jam : 09.00 WIB
Tempat Praktik : Puskesmas Maesan, Bondowoso
Oleh : Siti Badriyah
A. Data Subyektif
1.1. Identitas
Identitas Bayi
Nama : An. Y
Umur : 2 bulan/ tanggal lahir 1 agustus 2020
Jenis Kelamin : Laki-laki
Identitas Orang Tua
Nama istri : Ny. M Nama suami : Tn. M
Umur : 34 thn umur : 38 thn
Bangsa/suku : indonesia/ madura Bangsa/suku :indonesia/ madura
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : IRT
Alamat : Pujer baru RT.08 RW.02 Alamat :Pujerbaru RT.08
Maesan, Bondowoso RW.02 Maesan
1.2. Keluhan Utama/ Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin mengimunisasi anaknya dan anaknya sekarang
berumur 2 bulan
1.3. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat kesehatan sekrang
Ibu mengatakan sekarang anaknya tidak sedang menderita sakit seperti
panas, pilek, batuk maupun asma, jantung, DM, dll
e. Riwayat kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan anaknya tidak mempunyai penyakit keturunan, menular,
dan menahun seperti TBC, Asma, DM, Jantung dll
f. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
keturunan, menular, dan menahun seperti asma, DM, jantung, HT, TBC
dll.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit menurun, menahun, dan
menular ( DM, TBC, HIV, Hepatitis, dll )
1.4. Riwayat Antenatal
Penyakit/ infeksi saat hamil : tidak ada
Tempat dan frekuensi periksa : PMB : 3 kali, Puskesmas : 2
kali, posyandu 6 kali
Imunisasi yang di peroleh dan frekuensinya: tidak ada
Obat/ jamu yang di minum saat hamil : B6, Fe, Gestiamin, kalka, vit c,
vit BC
Kebiasaan ibu selama hamil : mengurus rumah tangga
Lain-lain : tidak ada
1.5. Riwayat Natal
Tanggal lahir : 1 Agustus 2020
Tempat lahir dan penolong : Peskesmas Poned/ Bidan
Cara dan lama kelahiran : Spontan, normal
Kondisi saat lahir : sehat
Masa kehamilan : 39 minggu
BB/ PB saat lahir : 2800 gr/ 48 cm
1.6. Riwayat Post Natal
Mengetahui jenis makan utama : ASI
Lama pemberian ASI : sampai payudara lembek atau bayi
tertidur
Frekuensi pemberian ASI : ± 1 kali/ 2 jam
Makanan ekstra yang dimakan : tidak ada
Nafsu makan bayi/balta : baik
1.7. Riwayat Imunisasi
HB0 : 1 agustus 2020
BCG : 18 Agustus 2020
Polio 1 : 18 Agustus 2020
1.8. Riwayat tumbuh kembang
Kenaikan BB mulai lahir sampai sekarang : 3400 gram
Kemampuan bayi saat ini : bayi sudah dapat menggerakkan
kepalanya ke kanan dan ke kiri saat terlentang
1.9. Riwayat Sosial Budaya
1. Psikologis
Anak tidak menangis bila diajak orang dan tidak rewel
2. Sosial
Anak diasuh oleh kedua orang tua kandungnya dan kehidupan
keluarganya harmonis
1.10. Pola kehidupan sehari-hari
Nutrisi : bayi mengkonsumsi asi 1 kali/ 2 jam atau setiap kali
bayi menangis
Eliminasi : BAK 9/10 kali/ hari jernih, bau khas urine, BAB 1-3
kali/hari konsistensi lembek, kuning dan bau khas feses
Istirahat : bayi tidur siang 5-7 jam , tidur malam 9-10 jam
Aktivitas : bayi bergerak aktif
personal hygine : mandi 2 kali sehari, ganti baju setiap habis mandi,
ganti celana setiap habis BAK dan BAB
B. Data Obyektif
1.1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
BB : 6200 gram
PB : 58 cm
Tanda-tanda vital
Nadi : 140 kali/menit
Suhu : 36,6 ºC
RR : 46 kali/ menit
1.2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi :Rambut hitam tipis, ubun-ubun besar belum menutup
Palpasi : tidak ada benjolan abnomal
b. Muka
Inspeksi : tidak pucat dan tidak ada oedem
c. Mata
Inspeksi : simetris ka/ki, sklera putih, konjungtiva merah muda
d. Hidung
Inspeksi : Simetris, polip tidak ada, tidak ada pernafasan cuping hidung,
secret tidak ada
Palpasi : tidak ada masa ka/ki
e. Mulut
Inspeksi : lembab, tidak ada oral trust, lidah besih, tidak ada
labiaoschiosis maupun labio palataschisis
f. Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada serumen
g. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroidtidak ada pembesaran
kelenjar limfe maupun vena jugularis.
h. Dada
Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka, tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada benjolan abnormal
i. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : tidak ada benjolan abnormal
Perkusi : perut tidak kembung
Auskultasi : bising usus normal ( 10 kali/menit)
j. Ekstremitas atas
Inspeksi : simetris, tidak terdapat poli daktil/ sindaktil, kuku tidak pucat,
pergerakan kuat
Palpasi : turgor kulit normal ( < 2 detik )
k. Ekstremitas bawah
Inspeksi : simetris, tidak terdapat poli daktil/ sindaktil, kuku tidak pucat,
pergerakan kuat
Palpasi : turgor kulit normal ( < 2 detik )
l. Genetalia
Inspeksi : bersih, testis sudah turun ke secrotum,tidak ada atresia ani dan
recti.
1.3. Pemeriksaan Lain
b. Reflek
 Rooting : positif
 Sucling : positif
 Swallowing : positif
 Moro : positif
 Menggenggam : positif
1.4. Pemeriksaan Penunjangg
Pemeriksaan radiologi : tidak dilakukan
Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
Pemeriksaan lain : tidak dilakukan
VIII. Identivikasi Diagnosa / Masalah
DS : Ibu mengatakan ingin mengimunisasi anaknya dan anaknya sekarang
berumur 2 bulan. pemberian imunisasi sebelumnya HB0 1 agustus 2020, BCG 18
Agustus 2020, PolioI 18 Agustus 2020
DO : Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
BB : 6200 gram
PB : 58 cm
Tanda-tanda vital
Nadi : 140 kali/menit
Suhu : 36,6 ºC
RR : 46 kali/ menit
DX : By’Y’ umur 2 bulan dengan imunisasi DPT-HB( pentavalen) I dan Polio II
IX. Antisipasi Masalah Potensial
Febris
X. Identivikasi Kebutuhan Segera
Pemberian Analgesik ( paracetamol )
XI. Intervensi
Tanggal/ jam : 6 Oktober 2020/ 09.10
Diagnosa : By’Y’ umur 2 bulan dengan imunisasi DPT-HB( pentavalen) I
dan Polio II
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan di harapkan ibu dapat
mengerti penjelasan yang di berikan dan bayi dapat di imunisasi DPT-
HB( pentavalen) I dan Polio II
Kriteria hasil : ibu mengerti manfaat imunisasi imunisasi DPT-
HB( pentavalen) I dan Polio II dan reaksi obat
Bayi mendapatkan kekebalan dari penyakit imunisasi DPT-HB
dan Polio
Intervensi :
1. Jelaskan manfaat imunisasi DPT-HB (pentavalen ) I dan Polio II
R/ menambah pengetahuan ibu tentang imunisasi (khususnya DPT dan Polio )
2. Jelaskan efek samping imunisasai DPT-HB (pentavalen ) I dan Polio II
R/ ibu dapat mengerti tentang apa yang akan terjadi, pada bayi setelah pemberian
imunisasi DPT-HB (pentavalen ) I dan Polio II
3. Berikan Imunisasi DPT-HB (pentavalen ) I dan Polio II
R/ Pemberian imunisasi DPT-HB (pentavalen ) I dan Polio II ampuh dan sesuai
standart yang akan menurunkan morbilitas dan mortalitas
4. Memberi tahu ibu untuk tidak memberi minum kepada bayi sebelum 15 menitt
R/ pemberian minum dapat mengurangi ke efektifan vaksin polio
5. Memberi obat penurun panas/ analgesik (paracetamol 3 x 120 mg)
R/ Obat penurun panas (paracetamol) dapat mengurangi efek samping pemberian
imunisasi
6. Beritahu tentang jadwal imunisasi berikutnya untuk DPT-HB (pentavalen ) II dan
Polio III yaitu tanggal 6 november 2020
R/ ketepatan waktu pemberian imunisasi
XII. Implementasi
Tanggal/ jam : 6 Oktober 2020/ 09.15
Diagnosa : By’Y’ umur 2 bulan dengan imunisasi DPT-HB( pentavalen) I
dan Polio II
Implementasi :
1. Memberikan penjelas kepada ibu
 Imuzisasi DPT-HB memberi kekebaan terhadap penyakit difteri, pertusis
(batuk 100 hari), dan tetanus
 Imunisasi polio melindungi anak dari penyakit polio (kelumpuhan)
2. Menjelaskan reaksi setelah imunisasi
 Meningkatkan suhu tubuh penanganan di berikan pakaian yang tipis dan
berikan penurun panas serta kompres dengan air hangat. Kalau tidak sembuh
bawa ke bidan/ dokter
 Reaksi polio relatif tidak ada, mungkin hanya berak-berak ringan
3. Memberi imunisasi DPT-HB I dan Polio II
 Persiapan alat untuk DPT-HB (pentavalen)
 Vaksin DPT-HB (pentavalen)
 Spuit 0,5 cc
 Kapas DTT
 Obat analgesik (paracetamol)
 KMS
 Persiapan pasien
 Orang tua pasien di beri tahu tentang tindakan yang akan dilakukan
 Pasien di pangku
 Langkah-langkah
 Mencuci tangan
 Menggunakan APD
 Cek label vila, vaksin di kocok hingga tidak ada endapan
 Buka tutup metal dengan gergaji ampul, Ambil vaksin sebanyak 0,5 cc
 lurus ke atas untuk melihat gelembung udara, apabila ada gelembung
udara ketuklah pelan-pelan supaya gelembung naik ke atas dan keluarkan
gelembung
 tentukan Tempat penyuntikan yaitu 1/3 paha atas bagian luar
 Bersihkan lokasi suntikan dengan kapas DTT
 Suntikkan jarum secara IM pastikan tidak mengenai pembuluh darah
 Cabut jarum suntik dan masukkan spuit yang di gunakan ke safetybox
dengan membuka tutup jarum
4. Memperian vaksin Polio
 Persiapan alat
 Vaksin polio dalam termos
 Pipet plastik untuk vaksin polio
 Langkah-langkah
 Buka tutup metal dan tutup karet
 Pasang pipet pada vial
 Mengatur posisi bayi
 Membuka mulut bayi dan meneteskan vaksin polio kadalam mulut
sebanyak 2 tetes
 Memberi tahu ibu untuk tidak memberi minum bayinya sebelum 15 menit
5. Memberikan paracetamol syr 3 X 100 mg
6. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI esklusif
7. Memberitahu ibu jadwal imunisasi berikutnya untuk DPT-HB (pentavalen ) II
dan Polio III yaitu tanggal 6 november 2020
XIII. Evaluasi
Tanggal/ jam : 6 Oktober 2020/ 09.15
Diagnosa : By’Y’ umur 2 bulan dengan imunisasi DPT-HB (pentavalen) I dan
Polio II
S : ibu lega karna bayinya sudah di imunisasi DPT-HB (pentavalen) I dan
Polio II
O : keadaan umum : baik,
kesadaran: composmetis
bayi menagis setelah di imunisasi imunisasi DPT-HB (pentavalen) I
A : By’Y’ umur 2 bulan dengan imunisasi DPT-HB (pentavalen) I dan
Polio II
P : menganjurkan Ibu untuk memberikan obatnya
Mengingatkan ibu tentanng jadwal imunisasi berikutnya yaitu tanggal 6
november 2020
BAB IV

Pada bagian ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan yang di berikan
pada By’Y’ umur 2 bulan dengan imunisasi DPT-HB (pentavalen) I dan Polio II di
Puskesmas Maesan.

Pemberian vaksin DPT-HB di mulai sejak usia 2 bulan sampai usia 11 bulai sebanyak
3 kali, sama halnya dengan pemberian vaksin Polio yang diberikan sejak usia 0-11 bulan
dengan frekuensi 4 kali. Pada kasus By. Y vaksin DPT-HB (pentavalen) I dan Polio II telah di
berikan pada usia 2 bulan. Dapat di simpulkan pemberian vaksin pada By. A tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik.
BAB V

5.1. Kesimpulan
imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin
BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). (Hidayat, 2008, p54)
setelah dilakukan menkajian bayi sehat dan dapat diberi asuhan kebidanan kepada
bayi dengan imunisasi DPT-HB (pentavalen) I dan Polio II.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasisiwa dapat meningkatkan mutu KIE imunisasi pada bayi agar
lebih mengerti dan memahami tentang asuhan kebidanan yang haus di beikan
kepada bayi/ balita dengan kebutuhan imunisasi
5.2.2. Bagi Intitusi Pendidikan
Laporan ini dapat di gunakan sebagai bahan masukan untuk pembuatan asuhan
kebidanan pada bayi/ anak dengan imunisasi selanjutnya
5.2.3. Bagi Masyarakat
Laporan ini dapat di gunakan sebagai informasi untuk lebih memperhatikan
asuhan kebidanan yang wajib di berikan kepada bayi/balita dengan imunisasi
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.2006.Asuhan Kebidanan Anak Dalam Kontek Keluarga. Jakarta: Depkes

Dinkes Lamongan. 2013. Vaksin Pentavalen. https://lamongankab.go.id/dinkes/vaksin-


pentavalen/ ( Diakses 18 Oktober 2020)

Junaidi, Purnawan. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI

Lusiana Mustinda. 2019. Seputar Imunisasi MR. https://health.detik.com/berita-


detikhealth/d-4668730/seputar-imunisasi-mr-manfaat-sampai-efek-sampingnya.
(Diakses 18 Oktober 2020)

Suryanah. 2005. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC

Wahab, Samik. 2007. Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta: widya Madika

Hidayat, A.A.A. 2008.Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai