Anda di halaman 1dari 212

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori Kehamilan (Antenatal Care)

2.1.1 Pengertian

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut

kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester dimana

trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15

minggu / minggu ke-13 hingga ke-27 dan trimester ketiga 13 minggu /

minggu ke-28 hingga ke-40 (Sarwono,2009).

Kehamilan terjadi jika sel telur wanita dibuahi oleh sel sperma

pria di tuba fallopi. Peristiwa ini disebut pembuahan, sedangkan

kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin

mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan. Hasil pembuahan

ini juga berkembang menjadi kehamilan lamanya kehamilan yaitu 280

hari atau 40 minggu dibagi menjadi 3 triwulan (trimester) yaitu:

kehamilan triwulan I antara 0-12 mingu, kehamilan triwulan II antara

12-28 minggu kehamilan triwulan III antara 28-40 minggu (Dewi,

2011).

13
14

2.1.2 Proses Kehamilan

Menurut Jannah 2012, kehamilan terjadi jika ada pertemuan

dan persenyawaan antara sel telur atau ovum dan sel mani atau

spermatozoa. Proses terjadinya kehamilan terdiri dari fertilisasi, nidasi/

implantasi, plasentasi.

1. Fertilisasi ( pertemuan dan persenyawaan sperma dan sel telur )

1) Apabila sebuah sperma berhasil menembus membran yang

mengelilingi ovum, baik sperma maupun ovum akan berada

dalam membran dan membran tidak lagi dapat ditembus oleh

sperma lain proses ini disebut reaksi zona.

2) Pembelahan meosis kedua oosit selesai dan nucleus ovum

menjadi pronukleus ovum, kemudian kepala sperma membesar

dan menjadi pronukles pria sedangkan ekornya berdegenerasi.

3) Nucleus, nucleus akan menyatu dan kromosom bergabung

sehingga dicapai jumlah yang diploid (46) dengan demikian

konsepsi berlangsung dan terbentuklah zigot.

4) Replikasi sel metosisi yang disebut pembelahan dimulai saat

zigot berjalan sepanjang tuba uterine menuju uterus, perjalanan

ini membutuhkan waktu 3-4 hari karena telur yang difertilisasi

membelah dengan sangat cepat sedangkan ukurannya tidak

bertambah maka terbentuklah sel-sel kecil yang dinamakan

blastomer yang terbentuk pada tiap pembelahan.


15

5) Morula terdiri dari 16 sel yang berupa bola sel padat yang

dihasilkan dalam 3 hari. Morula masih dikelilingi oleh lapisan

pelindung zona pelusida.

6) Perkembangan selanjutnya terjadi sewaktu morula mengapug

bebas di dalam uterus, cairan masuk ke dalam zona pelusida dan

menyusup ke dalam ruang interseluler diantara blastomer,

selanjutnya terbentuk ruang didalam masa sel karena ruangan

intrerseluler itu menyatu dan terbentuklah struktur yang disebut

blastosis.

7) Pembentukan blastosis menandai diferensiasi utama pertama

embrio.

8) Masa sel padat sel bagian dalam berkembang menjadi embrio

dan membran embrio yang disebut amnion.

9) Lapisan sel luar yang mengelilingi rongga yang disebut tropoblas

akan berkembang menjadi membran embrio lain yaitu korion

(bagian embrionik plasenta).

2. Nidasi/ implantasi

1) Zona pelusida berdegenerasi dan tripoblas melekatkan dirinya

pada endometrium yang biasanya pada fundus anterior atau

posterior.

2) Antara 7-10 hari setelah konsepsi tropoblas mensekresi enzim

yang membantunya membenamkan diri kedalam endometrium

sampai seluruh bagian blastosis tertutup proses ini disebut nidasi.


16

3) Pembuluh darah endometrium pecah dan seagian wanita akan

mengalami pendarahan ringan akibat nidasi.

4) Villi korion yang berbentuk seperti jari terbentuk di luar

tropoblas dan menyusup masuk kedalam daerah yang

mengandung darah pada endometrium.

5) Villi ini adalah yang mengandung banyak pembuluh darah dan

mendapat oksigen dan gizi dari aliran darah ibu serta membuang

karbondioksida dan produk sisa ke dalam darah ibu.

3. Plesentasi

Setelah implantasi endometrium disebut desidua. Desidua

terbagi atas:

1) Desidua basilis

Adalah bagian yang langsung berada di bawah blastosis

tempat villi korion mengetuk pembuluh darah disebut juga

sebagai tempat plasentasi atau terletak antara hasil konsepsi dan

dinding rahim.

2) Desidua kapsularis

Adalah bagian yang menutupi blastosis atau meliputi

hasil konsepsi ke rongga rahim dan lama-kelamaan bersatu

dengan desidua vera.

3) Disidua vera

Meliputi lapisan dalam dinding rahim, lainnya atau

bagian yang melapisi uterus.


17

2.1.3 Tanda-Tanda Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan adalah sekumpulan tanda atau gejala

yang timbul pada wanita hamil dan terjadi akibat adanya perubahan

fisiologi dan psikologi pada masa kehamilan.

Menurut Jannah 2012, tanda-tanda kehamilan ada 3 yaitu

sebagai berikut :

1. Tanda presumtif / tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan

yang dirasakan oleh ibu (subyektif) yang timbul selama kehamilan.

Yang termasuk dalam tanda presumtif / tanda tidak pasti sebagai

berikut:

1) Amenorea (tidak dapat haid)

Amenorea menandakan kemungkinan hamil. Gejala ini

penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi.

2) Sering kencing

Terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan

pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar.

Pada akhir triwulan gejala bisa timbul kembali karena janin

mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung

kencing.

3) Obstipasi

Terjadi karena otot menurun yang disebabkan oleh

pengaruh hormone steroid.


18

4) Varises (penekanan vena-vena)

Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada

daerah genetalia eksterna, fossa popliteal, kaki, dan betis.

5) Nausea (enek) dan emesis (muntah)

Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan

sampai akhir triwulan pertama kadang-kadang disertai muntah.

Sering terjadi pada pagi hari (morning sickness, dalam batas

tertentu keadaan ini normal.

6) Mengidam

Sering terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang

dengan makin tuanya kehamilan.

7) Payudara menjadi tegang dan membesar

Disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron

yang merangsang duktus dan alveoli pada mamae, sehingga

glandula montglomery tampak lebih jelas.

8) Anoreksia (tidak ada nafsu makan)

Terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu akan

timbul kembali.

9) Epulsi

Suatu hipertrofi papilla gingivae. Sering terjadi pada

triwulan pertama.
19

10) Pigmentasi kulit

terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas. Pada pipi,

hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang

berlebihan terkenal sebagai kloasma gravidarum (topeng

kehamilan)

2. Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-perubahan yang

diobservasi oleh pemeriksa (objektif), yang termasuk tanda hamil,

yaitu:

1) Uterus membesar

Terjadi perubahan bentuk, besar, dan konsistensi rahim.

Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar

dan makin lama makin bundar bentuknya.

2) Tanda hegar

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi

lunak, terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama

ismus uteri mengalami hipertrofis seperti korpus uteri.

3) Tanda Chadwick

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan

vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Warna

porsio pun tampak livide. Hal ini disebabkan oleh pengaruh

hormone estrogen.
20

4) Tanda piscaseck

Uterus mengalai pembesaran. Kadang-kadang

pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat

tumbuhnya.

5) Tanda Braxton hicks

Bila terus dirangsang akan mudah berkontraksi. Waktu

palpasi atau pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan

menjadi keras karena berkontraksi.

6) Goodel sign

Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya

seperti kita merasa ujung hidung, dalam kehamilan serviks

menjadi lunak pada perabaan selunak bibir atau ujung bawah

daun telinga.

3. Tanda pasti adalah tanda-tanda objektif yang didapatkan oleh

pemeriksa yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada

kehamilan. Yang termasuk tanda pasti kehamilan yaitu :

1) Terasa gerakan janin

Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh

ibunya pada kehamilan 18 minggu. Sedangkan pada

multrigravida pada kehamilan 16 minggu karena telah

berpengalaman dari kehamilan terdahulu.


21

2) Teraba bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh

pemeriksa dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir

trimester II :

(1) Leopold I

Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin

yang ada difundus. Cara pemeriksaan:

1. Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil.

2. Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur

berapa tinggi fundus uteri.

3. Meraba bagian apa yang ada di fundus (kepala ataukah

bokomh janin)

(2) Leopold II

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada

di sebelah kana atau kiri ibu. Cara pemeriksaan:

1. Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan

kiri perut ibu.

2. Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan

menahan perut sebelah kiri kearah kanan, begitu pula

sebaliknya.

3. Jika teraba rata, ada tahanan maka itu adalah punggung

bayi, jika teraba bagian kecil menonjol, itu adalah

bagian kecil janin.


22

(3) Leopold III

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada

di bawah uterus. Cara pemeriksaan :

1. Tangan kiri menahan fundus

2. Tangan kanan meraba bagian yang ada di bawah uterus.

Jika teraba bulat, melenting, keras dan dapat

digoyangkan, maka itu adalah kepala. Jika bagian

bawah tidak ditemukan kedua bagian tersebut maka

pertimbangkan janin dalam letak lintang.

3. Pada letak sungsang/ lintang tangan pemeriksa dapat

merasakan goyang pada bagian bawah, tangan kiri

merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin,

terutama ditemukan pada usia kehamilan 20-28 minggu,

terutama ditemukan pada usia kehamilan 20-28

minggu)

(4) Leopold IV

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada

di bagian bawah dan untuk mengetahui apakah kepala

sudah masuk panggul atau belum. Cara pemeriksaan:

1. Pemeriksa menghadap kaki pasien.

2. Kedua tangan meraba bagian janin yang ada di bawah.

Jika teraba kepala tempatkan kedua tangan di arah yang

berlawanan di bagian bawah.


23

3. Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu)

berarti kepala belum masuk panggul.

4. Jika kedua tangan divergen (tidak saling bertemu)

berarti kepala sudah masuk panggul.

3) Denyut jantung janin

Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui

oleh pemeriksaan:

1) Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu

2) Sistem Doppler pada kehamilan 12 minggu

3) Stetoskop laenec pada kehamilan 18-20 minggu.

Menurut Romauli, (2011) normalnya terdengar denyut

jantung janin dibawah pusat ibu (baik dibagian kiri atau bagian

kanan). Mendengarkan denyut jantung bayi meliputi frekuensi

dan keteraturannya. DJJ dihitung selama 1 menit penuh.

Jumlah DJJ normal antara 120-140 kali/ menit.

4) Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen.

5) Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin

berupa ukuran kantong janin, panjangnya janin, dan diameter

biparetalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan.

2.1.4 Perubahaan Fisiologis Pada Saat Kehamilan

Hampir seluruh tubuh wanita mengalami perubahan, terutama

pada alat kandungan, dan juga organ lainnya (Sofian, 2013).


24

1. Perubahan pada system reproduksi

1) Uterus

(1) Ukuran,

Pada kehamilan cukup bulan ukuran uterus adalah 30

X 25 X 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. Hal ini

membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim,

serabut-serabut kolagennya menjadi higgroskopik,

endometrium menjadi desidua (Sofian, 2013).

Tabel 2.1 TFU Menurut Penambahan Per tiga Jari

Umur
kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
(minggu)
12 3 jari diatas simpisis
16 Pertengahan pusat-simpisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
Sumber: Jannah, 2012

(2) Posisi rahim dalam kehamilan

Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi

atau retrofleksi. Pada bulan pertama kehamilan, rahim tetap

berada dalam rongga pelvis. Setelah itu mulai memasuki

rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai

batas hati. Pada ibu hamil rahim biasanya mobile, lebih

mengisi rongga abdomen kanan atau kiri (Janna, 2012).


25

(3) Berat

Tabel 2.2 Bentuk Uterus Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia
Bentuk dan konsistensi uterus
kehamilan
Bulan Pertama Seperti buah alpukat. Itsmus rahim
menjadi hipertropi dan bertambah panjang
sehingga bila diraba terasa lebih lunak
(tanda hegar).
2 Bulan Sebesar telur bebek.
3 Bulan Sebesar telur angsa.
4 Bulan Berbentuk bulat.
5 Bulan Rahim teraba seperti berisi cairan
ketuban, rahim teraba tipis. Itulah
sebabnya mengapa bagian-bagian janin ini
dapat dirasakan melalui perabaan dinding
perut.
Sumber: Jannah, 2012

(4) Vaskulaisasi

Ateri uterina dan ovarika bertambah dalam diameter,

panjang, dan anak-anak cabangnya. Pembuluh darah vena

mengembang dan bertambah (Janna, 2012).

(5) Serviks Uteri

Serviks bertambah vascularisasinya dan menjadi lunak

(soft) keadaan ini disebut tanda Goodell. Kelenjar endiservikal

membesar dan mengeluarakan banyak cairan mucus. karena

pertabahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi

livid dan perubahan itu disebut tanda Chadwick (Sofian,

2013).
26

2) Indung Telur (Ovarium)

Ovulasi terhenti dan masih terdapat korpus luteum

graviditis sampai terbentuknya uri yang mengambil alih

pengeluaran estrogen dan progesteon (Sofian, 2013).

3) Vagina dan Vulva

Pengaruh hormon estrogen, vagina dan vulva mengalami

peningkatan pembuluh darah sehingga nampak semakin merah

dan kebiru-biruan (tanda chadwick). Hormon kehamilan

mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan dengan

memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat longgar,

hipertropi otot polos dan pemanjangan vagina. Sel-sel vagina

yang kaya glikogen terjadi akibat stimulasi estrigen. Sel-sel yang

tinggal membentuk rebas vagina yang kental dan berwarna

keputihan yang disebut leukore, selama masa hamil pH sekresi

vagina menjadi lebih asam. Keasaman berubah dari 4 menjadi

6,5. Peningkatan pH membuat wanita hamil lebih rentan terhadap

infeksi vagina, khususnya jamur (Romauli, 2011).

4) Dinding perut (Abdominal/ Wall)

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan

menyebabkan robekan serabut elastis di bawah kulit sehingga

timbul striae gravidarum. Jika terjadi peregangan yang hebat,

misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda, dapt terjadi


27

diastasis rekti, bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba

bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra (Sofian, 2013).

2. Perubahan pada organ dan system lain

1) Sistem sirkulasi darah

Menurut Sofian 2013, perubahan pada sistem sirkulasi

darah diantaranya :

(1) Volume darah

Volume darah total dan volume plasma darah naik

pesat sejak akhir trimester pertama. Volume darah akan

bertambah banyak, kira-kira 23%, dengan puncaknya pada

kehamilan 32 minggu, diikuti pertambahan curah jantung

(cardiac output), yang meningkat sebanyak  30%. Akibat

hemodilusi yang mulai kelihatan pada kehamilan 4 bulan,

ibu yang menderita penyakit jantung dapat jatuh dalam

keadaan dekompensasi kordis, kenaikan plasma darah dapat

mencapai 40% saat mendekati cukup bulan.

(2) Protein darah

Gambaran protein dalam serum berubah, jumlah

protein, albumin dan gamaglobulin menurun dalam triwulan

pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir

kehamilan. Beta-globulin dan fibrinogen terus meningkat.


28

(3) Hitung jenis dan hemoglobin

Hemiatokrin cenderung menurun karena kenaikan

volume plasma darah. Jumlah eritrosit cenderung meningkat

untuk memenuhi kebutuhan transport O2 yang sangat

diperlukan selama kehamilan. Konsentrasi Hb terlihat

menurun, walaupun sebenarnya lebih besar dibandingkan

Hb pada orang yang tidak hamil. Anemia fisiologis ini

disebabkan oleh volume plasma yang meningkat. Dalam

kehamilan, leukosit meningkat sampai 10.000/cc, begitu

pula dengan produksi trombosit.

(4) Nadi dan tekanan darah

Tekanan darah arteri cenderung menurun, terutama

selama trimester kedua, kemudian akan naik lagi seperti

pada sebelum hamil. Tekanan vena cenderung dalam batas-

batas normal pada ekstremitas atas bawah, cenderung naik

setelah akhir trimester pertama. Nadi biasanya naik, nilai

rata-ratanya 84 per menit.

(5) Jantung

Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah

kehamilan 3 bulan, dan menurun lagi pada minggu-minggu

terakhir kehamilan. Elektrokardiogram kadang kala

memperlihatkan deviasi aksis ke kiri.


29

2) Sistem pernafasan

Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan nafas

pendek. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah

diafragma akibat pembesaran rahim. Kapasitas vital paru

sedikit meningkat selama hamil. Seorang wanita hamil selalu

bernafas lebih dalam. Yang lebih menonjol adalah pernafasan

dada (thoracic breathing) (Amru Sofian, 2013).

3) Saluran pencernaan

Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan

motilitas otot polos pada traktus digestifus dan penurunan

sekresi asam hidroclorida dan peptin di lambung sehingga akan

menimbulkan gejala berupa pyrosis yang disebabkan oleh

refleks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat

perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter

esophagus bagian bawah, mual disebabkan karna penuruna

asam hdroklorida dan penurunan mortilitas, serta konstipasi

sebagai akkibat penurunan mortilitas usus besar. Mual yang

sering terjadi pada pagi hari disebut morning sickness (Romauli,

2011).

4) Sistem Muskuloskeleton

Keseimbangan kadar kalsiu selam kehamilan biasanya

normal apabila asupan nutrisinya khususnya produk susu


30

terpenuhi. Tulang dan gigi biasanya tidak berubah pada

kehamilan yang normal.

Sejak trimester I akibat peningkatan kadar estrogen dan

progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan

ligament juga meningkatkan jumlah cairan synovial. Bersamaan

dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobiilitas

persendiaan.

Hormon progesteron dan hormon relaxing menyebabkan

relaksasi jaringan ikat dan otot-otot. Hal ini terjadi maksimal

pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Proses relaksasi ini

memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan

kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan, tulang pabik

melunak menyerupai tulang sendi, sambungan sendi

sacrococcigius mengendur membuat tulang cocsigis bergeser

kearah belakang sendi panggul yang tidak stabil. Pada ibu

hamil, hal ini menyebabkan sakit pinggang (Jannah, 2012).

5) Kulit

Pada perubahan kulit yang terjadi belum diketahui

penyebabnya, mungkin ada hubugan dengan makin aktifnya

kelenjar suprarenalis. Perubahan kulit ini meliputi

hiperpigmentasi (warna lebih gelap) pada pipi yang berbentuk

seperti sayap kupu disebut juga cloasma gravidarum,

hiperpigmentasi kulit perut (tampak hitam kemerahan) yang


31

disebut juga linea nigra, puting susu dan sekitarnya bertambah

hitam pada bagian areola mama (Manuaba, 2009).

6) Kelenjar Endokrin

(1) Kelenjar tiroid : dapat membesar sedikit.

(2) Kelenjar hipofisis : dapat membesar terutama lobus anterior.

(3) Kelenjar adrenal : tidak begitu terpengaruh (Sofian, 2013).

7) Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolism tubuh

mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi

makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan

memberikan ASI.

Metabolisme basal naik sebesar 15%-20% dari semula

terutama pada trimester ke-III

(1) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155

mEq per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan

hemodulasi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan

janin.

(2) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ

kehamilan janin dan persiapan laktasi. Dalam makanan

diperlukan protein tinggi ½ gr/kg BB atau sebutir telur ayam

sehari.

(3) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.


32

(4) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil meliputi :

1) Kalsium 1,5 gr setiap hari, 30-40 gr untuk pembentukan

tulang janin.

2) Fosfor rata-rata 2 gr dalam sehari.

3) Zat besi, 800 mgr atau 30-50 mgr sehari.

4) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat

terjadi retensi air (Romauli, 2011).

Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5-16,5

kg. kenaikan berat badan yang terlalau banyak ditemukan

pada keracunan kehamilan (pre eklamsi dan eklamsi).

Kenaikan berat badan wanita hamil disebabkan oleh : janin,

uri, air ketuban, uterus, payudara, kenaikan volume darah,

lemak, protein, dan retensi air (Sofian, 2013).

2.1.5 Perubahan Psikologis Dalam Masa Kehamilan

Perubahan Psikologi Pada Trimester III (penantian dengan

penuh kewaspadaan), antara lain sebagai berikut:

1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan

tidak menarik.

2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat waktu.

3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

4. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatiaan dan kekhawatirannya.


33

5. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

6. Merasa kehilangan perhatian.

7. Perasaan mudah terluka (sensitif).

8. Libido menurun (Romauli, 2011).

2.1.6 Menentukan Usia Kehamilan Dan Periode Kehamilan

1. Menentukan Usia Kehamilan

Menurut Jannah 2012, menentuka usia kehamilan

dilakukan dengan berbagai macam cara,diantaranya:

1) Rumus Neagle

(1) Untuk menentukan hari perkiraan lahir

(2) Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28

hari sehingga ovulasi sering terjadi pada hari ke 14

(3) Caranya:

1. Bila HPHT berada pada bulan 1,2,3,gunakan rumus:

hari pertama haid +7, Bulan saat haid +9, tidak perlu +1

untuk tahun

2. Bila berada pada bulan 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12

gunakan rumus: Hari pertama haid +7, Bulan saat haid -

3, untuk tahun di +1

2) Berdasarkan tinggi fundus uteri

(1) Penting untuk di ketahui pita ukur yang di gunakan

hendaknya terbuat dari bahan yang tidak bisa mengendur

(2) Saat pemeriksaan kandung kemih ibu kosong


34

(3) Pengukuran dengan menempatkan ujung pita ukur di atas

simpisis dengan tetap mempertahankan pita ukur tetap

menempel pada dinding abdoment diukur jaraknya kebagian

atas simpisis.

(4) Pengukuran ini biasanya pada usia kehamilan 24 minggu

sebelum bulan ke 3 fundus uteri belum dapat diraba dari

luar.

Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia kehamilan Tinggu Fundus Uteri


(minggu) (TFU)
12 1-2 jari diatas simpisis
16 Pertengahan simpisis-pusat
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan proc.xhiphoideus-pusat
36 Setinggi proc.xhiphoideus/ 2-3 jari di
bawah proc.xhiphoideus
40 Pertengahan proc.xhiphoideus-pusat

Sumber: Jannah, 2012

3) Berdasarkan palpasi abdomen

Menggunakan rumus Mc.Donald:

(1) Tentukan tinggi fundus uteri (TFU)

(2) Hasil pengukuran TFU di kalikan 2 lalu dibagi 7 untuk

mengetahui gambaran umur kehamilan dalam satuan bulan

(TFU dalam cm X 2)
7
35

(3) Untuk mengukur tafsiran berat janin dalam gram perlu

mengetahui kepala janin sudah masuk pintu atas panggul

atau belum. Rumusnya:

(TFU dalam cm – n) X 155 =..... gram

n = posisi kepala masih di atas spina ischiadika atau di

bawah bila di atas -12, bila sudah di bawah -11

4) Quickening (persepsi pertama gerakan janin)

gerakan janin pertama biasanya dirasakan usia

kehamilan 18 minggu (pada primigravida) dan 16 minggu (pada

multigravida).

5) Ultrasonografi (USG)

penentuan umur kehamilan dengan USG mengunkan 3

cara:

(1) Dengan menggunakan kantong gestasi kehamilan (GS=

gestasional sac) untuk umur kehamilan 6-12 minggu.

(2) Dengan mengukur jarak kepala-bokonng (GRL=Grown

Rump Length) untuk umur kehamilan 7-14.

(3) Dengan mengukur diameter biparietal (BPD) kehamilan

lebih dari 12 minggu.

2. Menentukan Periode Kehamilan

1) Periode antepartum mencangkup waktu kehamilan mulai dari

HPHT samopai dimulainnya kehamilan yang ditandai dengan

mulannya periode intranatal.


36

2) Periode antepartum dibagi 3 trimester yaitu:

(1) Trimester 1: dimulai minggu ke 1 sampai 12 minggu

(2) Trimester 2 dimulai minggu ke 13 sampai ke 24

(3) Trimester 3 dimulai dari minggu kw 25- 40

3) Pembagian tiap trimestrer ini tidak boleh dipakai untuk

menunjukakan kehamilan melainnjan hanya untu menunjukkkan

keadaan atau penyulit-penyulit yang pada umumnya terjadi pada

periode tertentu. misalkan terjadi trimester 1 sering terjadi

abortus, trimester ke tiga sering terjadi pre-eklamsi dan lain-lain

(Jananah, 2012).

2.1.7 Kebutuhan Kesehatan Pada Ibu Hamil

1. Kebutuhan nutrisi

Menurut Jannah 2012, Pada masa kehamilan, ibu hamil

harus menyediakan nutrisi yang penting bagi pertumbuhan anak dan

dirinya sendiri. Kehamilan meningkatkan kebutuhan tubuh akan

protein. Kebutuhan makananan bagi ibu hamil lebih banyak dari

kebutuhan wanita yang tidak hamil. Kegunaan makanan tersebut

adalah:

1) Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan.

2) Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu

sendiri,

(1) Ibu harus makan teratur 3x sehari


37

(2) Hidangan harus tersusun dari bahan makanan yang bergizi

yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan

buah-buahan serta susu 1 gelas setiap harinya.

(3) Pergunakan aneka ragam makanan yang ada.

(4) Pilih dan beli macam bahan makanan yang segar.

3) Cadangan untuk persiapan laktasi

Calon ibu, sebaiknya makan diet yang seimbang,

menyediakan perawatan yang mencukupi, memeriksakan

kandungan hemoglobin dalam darah dan memperoleh resep

tablet mengandung garam besi. Ibu hamil harus makan dalam

porsi yang cukup namun perlu diwaspadai adanya kenaikan

berat badan yang berlebihan.

(1) Kebutuhan energi

1. Pada TM I : Penambahan energi 180 Kkal / hari

2. Pada TM II : Penambahan energi 300 Kkal / hari.

(2) Sumber protein

1. Berfungsi membentuk jaringan tubuh yang menyusun

struktur organ seperti tulang dan otot.

2. Dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin agar

berlangsung optimal.

3. Pembentukan sel darah merah dalam tubuh janin.

4. Kebutuhan protein bertambah 17 gram lebih banyak.


38

5. Bahan pangan sumber protein yang dikonsumsi

sebaiknya 2/3 berupa bahan pangan tinggi kandungan

gizinya.

(3) Sumber lemak

1. Merupakan sumber energi yang vital untuk pertumbuhn

jaringan plasenta dan janin.

2. Lemak disimpan sebagai cadangan tenaga persalinan dan

post partum.

3. Membantu proses pembentukan ASI.

4. Asam lemak tak jenuh omega 3 dan omega 6 merupakan

asam lemak esensial yang penting untuk proses tumbuh

kembang sel syaraf dan sel otak janin.

(4) Sumber karbohidrat

1. Merupakan sumber tambahan energi yang dibutuhkan

bagi pertumbuhan dan perkembangan janin selama

dalam kandungan.

2. TM I : Untuk pembentukan sel darah merah.

3. TM II dan III : Persiapan tenaga ibu dalam proses

persalinan.

(5) Sumber vitamin

1. Vitamin A

Berperan dalam pergantian sel baru pada semua

jarinagn tubuh dan sel saraf, pembentukan tulang,gigi,


39

mencegah cacat bawaan, sistem kekebalan tubuh ibu

hamil. Kira-kira 300 RE/hari dari sebelum hamil.

2. Vitamin B

Meliputi: B1 (Tiamin), B2 (Riboflavin), B3

(Niasin), B6 (Piridoksin), B9 (Asam Folat), B12

(Kobalamin).

3. Vitamin C

1) Berfungsi penyerapan Fe untuk mencegah anemi

2) Memperkuat pembuluh darah untuk mencegah

perdarahan

3) Mengurangi sakit saat bekerja, mengaktifkan kerja

sel darah putih

4) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh, memperbaiki

jaringan tubuh yang rusak

5) Ibu hamil dianjurkan menambah asupan vitamin C

10 mg/hari

4. Vitamin D

1) Diperlukan untuk penyerapan kalsium

2) Dapat diperoleh dari pancaran sinar matahari

5. Vitamin E

Menjaga struktur dan fungsi komponen-

komponen sel tubuh ibu dan janin, membantu

pembentukan sel darah merah, sebagai anti oksidan


40

untuk melindungi sel tubuh dari kerusakan. Kebutuhan

ibu hamil 15 mg (22,5 IU)/ hari

(6) Sumber mineral

1) Kalsium : Untuk pembentukan tulang dan gigi.

Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 500 mg/hari.

2) Seng.

3) Yodium.

4) Zat besi : Pemberian Fe secara rutin adalah untuk

membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan

sintesa otot. Tablet Fe sebaiknya tidak diminum bersama

teh atau kopi kerena mengandung tannin atau pitat yang

menghambat penyerapan zat besi. Kebutuhan Fe pada

ibu hamil selama kehamilannya harus menghabiskan 90

tablet.

5) Serat.

2. Kebutuhan Oksigen

Perubahan pernafasan mayor dalam kehamilan diakibatkan

oleh tiga faktor yaitu efek mekanik dari pernafasan rahim,

peningkatan keseluruhan konsumsi oksigen tubuh, dan efek

perangsang pernafasan dari progesteron. Hampir 75% wanita hamil

mengalami peningkatan kesulitan pernapasan. Pada awal kehamilan

¼ wanita hamil terserang, pada minggu ke-20 kira-kira separuh

wanita mengalami kesulitan pernapasan, dan pada minggu ke-30


41

jumlah itu meningkat menjadi 75%. Untuk menyeimbangkan

kebutuhan oksigen ibu hamil, perlunya suasana lingkungan yang

selalu mendukung ibu dapat bernafas dengan lega, lingkungan atau

tempat yang pengap, sesak, dan tempat keramaian sangatlah perlu

dihindari karena suplai oksigen ibu tidak efektif lagi (Jannah, 2012).

3. Kebutuhan Personal Hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan

sedikitnya dua kai sehari karena ibu hamil cenderung untuk

mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama

lipatan kulit (ketiak, buah dada, daerah genetalia) dengan cara

dibersihkan dengan air. Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat

perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang, terutama

pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama masa hamil

dapat meningkatkan pemburukan hygine mulut dan dapat

menimbulkan karies gigi (Romauli, 2011).

4. Kebutuhan Istirahat

Adanya aktivitas yang dilakukan setiap hari otomatis ibu

hamil akan sering merasa lelah dari pada sebelum waktu hamil.

Banyak wanita menjadi lebih mudah lebih atau tertidur lebih lama

separuh masa kehamilannya. Untuk memperoleh relaksasi

sempurna, ada beberapa syarat yang harus dilakukan selama berada

dalam posisi relaksasi, yaitu :

1) Tekuk semua persendian dan pejamkan mata.


42

2) Lemaskan seluruh otot-otot tubuh, termasuk otot-otot wajah.

3) Lakukan pernapasan secara teratur dan berirama.

4) Pusatkan pikiran pada irama pernafasan atau hal-hal yang

menyenangkan.

5) Pilih posisi relaksasi yang paling menyenangkan. Waktu terbaik

untuk melakukan relaksasi adalah setiap hari setelah makan

siang, pada awal istirahat sore, serta malam sewaktu mau tidur

(Jannah, 2012).

5. Kebutuhan Seks

Kegiatan seksual termasuk senggama dapat diteruskan

selama kehamilan di saat istri ataupun suami menginginkannya

terutama hubungan seks pada usia kehamilan tua akan

mempermudah kelahiran karena pada saat itu terjadi kekejangan

pada otot rahim yang terjadi adalah pria mengalami ejakulasi dan

sperma masuk ke vagina. Di dalam sperma terdapat prostaglandin,

yaitu hormon yang bisa menimbulkan kontraksi. Bagian dari

prostaglandin ini memang bisa menyebabkan kekejangan otot

rahim meski kontraksinya tidak cukup besar untuk menimbulkan

kekejangan. Namun kekejangan lebih sering dan lebih kuat karena

orgasme. Bagi sebagian wanita, kehamilan akan meningkatkan

dorongan seksual. Sebagian lainnya tidak berpengaruh sementara,

bagi wanita yang lain, kehamilan justru menekan atau menurunkan

dorongan seksual (Jannnah, 2012).


43

Koitus tidak dihalangi kecuali :

1) Ada riwayat sering mengalami abortus/ persalianan premature.

2) Terdapat pendarahan pervaginam.

3) Pada minggu terakhir kehamilan, jika koitus harus dilakukan

dengan hati-hati.

4) Apabila ketubana sudah pecah, koitus dilarang. Orgasme pada

kehamilan tua dikatakan dapat menyebabkan kontraksi uterus

dan dapat menyebabkan partus prematur (Sofian, 2012).

6. Kebutuhan Imunisasi

Imunisasi sangat penting dilakukan untuk mencegah

penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin. Jenis

imunisasi yang diberikan adalah tetanus toxoid (TT) yang dapat

mencegah penyakit tetanus. Imunisasi TT pada ibu hamil harus

ditentukan terlebih dahulu status kekebalan/ imunisasinya (Romauli,

2011).

Selama kehamilan bila imu hamil statusnya T0 maka

hendaknya mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan

interval 4 minggu dan bila memungkinkan untuk mendapatkan TT3

sesudah 6 bulan berikutnya). Ibu hamil dengan TT1 diharapkan

mendapatkan suntikan TT2 dan bila memungkinkan juga diberikan

TT3 dengan interval 6 bulan (bukan 4 minggu/ 1 bulan). Bagi ibu

hamil dengan status TT2 maka bisa diberikan 1 kali suntikan bila

interval suntikan sebelumnya lebih dari 6 bulan. Bila statusnya TT3


44

maka suntikan selama hamil cukup sekali dengan jarak minimal 1

tahun dari suntikan sebelumnya. Ibu hamil dengan status T4 pun

dapat diberikan sekali suntikan (TT5) bila suntikan terakhir lebih

dari setahun dan bagi ibu hamil dengan status T5 tidak perlu

disuntik TT karena telah mendapat kekebalan seumur hidup/ 25

tahun (Romauli, 2011).

7. Persiapan Laktasi

Payudara merupakan aset yang sangat penting sebagai

persiapan menyambut kelahiran sang bayi dalam proses menyusui.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan payudara

adalah sebagai berikut :

1) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan

yang menggunakan busa, karena akan menggagnggu

menyerapan keringat payudara.

2) Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara.

3) Hindari pembersihan putting dengan sabun mandi karena akan

menyebabkan iritasi. Bersihkan putting dengan minyak kelapa

lalu bilas dengan air hangat.

4) Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan

dari payudara berarti produksi ASI sudah dimulai (Romauli,

2011).
45

8. Persiapan Persalinan dan Kelahiran bayi

Persiapan perslinan adalah rencana tindakan yang dibuat

oleh ibu, anggota keluarga dan bidan. Rencanan ini tidak harus

dalam bentuk tertulis dan biasanya memeng tidak tertulis. Rencana

ini lebih banyak sekedar diskusi untuk memastikan ibu menerima

asuhan yang ia perlukan. Dengan adanya rencana persalinan akan

mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat persalinandan

meningkatkan kemungkinan ibu akan menerima asuhan yang sesuai

dan tepat waktu (Jannah, 2012).

Ada 5 komponen dalam rencana persalinan, antara lain :

1. Membuar rencana persalinan.

2. Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi

kegawat daruratan pada saat pengambilan keputusan utama

tidak ada.

3. Mempersiapkan sisitem transportasi jika terjadi kegawat

daruratan.

4. Membuat rencana atau pola menabung.

5. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan..

(Romauli, 2011)

9. Aktivitas Senam Hamil

Menurut Jannah 2012, Senam hamil bukan merupakan

keharusan. Namun, dengan melakukan senam hamil akan

memberikan banyak manfaat dalam membantu kelancaran proses


46

persalinan antara lain dapat melati pernafasan dan relaksasi,

menguatkan otot-otot panggul dan perut serta melatih cara

mengedan yang benar. Kesiapan ini merupakan bekal penting bagi

calon ibu saat persalinan.

Manfaat senam hamil secara teratur dan terukur sebagai

berikut :

1) Memperbaiki sirkulasi darah.

2) Mengurangi pembengkakan.

3) Memperbaiki keseimbangan otot.

4) Mengurangi resiko nganguan gastrointestinal, termasuk

sembelit.

5) Mengurangi kejang kaki/ kram.

6) Menguatkan otot perut.

7) Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan.

Senam hamil pada kehamilan normal dapat dimulai pada

kehamilan kurang lebih 16-38 minggu. Pelaksanaan senam

sedikitnya seminggu sekali dan menggunakan pakaian yang sesuai

dan longgar. Lakukan selalu pamanasan dan pendinginan setiap kali

senam. Macam-macam senam nifas:

(1) Gerakan pengencangan abdomen

1. Tidur terlentang atau miring lutut ditekuk tangan diperut.

2. Saat mengelurkan nafas, tarik otot-otot abdomen hingga

paru-paru kempis.
47

(2) Gerakan pemiringan panggul

1. Tidur terlentang, lutut di tekuk

2. Gulingkan panggul dengan meratakan punggung bawah

kelantai sambil meniadakan rongga.

3. Susutkan otot-otot abdomen pada saat mengeluarkan nafas

dan kencangkan bokong.

4. Tahan selama hitungan tiga yang panjang dan kemudian

lepaskan.

(3) Gerakan pemiringan panggul

1. Posisi merangkak, tarik masuk perut dan bokong, tekan

dengan punggung bagian bawah sambil membuat

“punggung kucing” yang bundar.

2. Jangan biarkan tulang punggung mengendur.

3. Miringkan panggul kesamping bolak balik. Ini adalah

variasai yang dikenal dengan “mengibas-imbaskan ekor”.

(4) Teknik senam kagel

1. Lakukan kapan saja dimana saja dan dalam posisi apa saja

2. Tidak ada seorangpun yang tau bahwa ibu sedang

melakukan senam.

3. Lakukan hal ini minimal 100 kali sehari. Untuk

menghubungkan set otot-otot ini, pubokoksigeus yang

dikenal dengan kendali atau tali panggul.


48

4. Bayangkan ibu sedang kecing dan menghentika alian

kencing ini dipertengahan (ini adalah senam otot).

5. Atau bayangkan bahwa dasar panggul adalah sebuah

elevator, secara perlahan naik sampai kelantai 2 dan

kemudian kelantai 3 dan seterusnya dan kemudian tutup

kembali. Begitulah caranya melatih otot-otot ini.

(5) Gerakan menekuk

1. Tidur terlentang lutut di naikkan.

2. Panggul dimiringkan ke belakang, sambil memegang kedua

sisinya. Dekatkan dagu ke dada dan hembuskan nafas,

bungkukkan kedepan (kira-kira 20 cm atau 45 cm). Tahan

pada posisi tersebut sambil terus bernafas. Perlahan

kembali keposisi semula. Lakukan secara regional

merupakan satu fariasi lain.

3. Terutama jika ada pemisahan otot-otot rektum. Tetapi

kearah depan, tegakkan miring dengan lengan terbentang

kearah lutut yang berlawanan.

(6) Bridging

1. Gerakan ini untuk postur, abdomen dan kenyamanan.

2. Tidur terlentang dengan kaki dinaikkan ke atas bangku yang

rendah, diujung tepat tidur atau di atas meja.

3. Susutkan dinding perut dan bokong secara berlahan naikkan

pinggul dari lantai hingga badan dan kaki berada dalam satu
49

garis lurus. Jangan melengkungkan badan ke belakang. Ingat

untuk bernafas.

4. Variasi, lakukan senam yang sama, lutut melekuk dan kaki

di atas lantai. Urutannya satu lutut melekuk dan lainnya

lurus sejajar dengan paha, tidak lebih tinggi, kemudian

hembuskan nafas saat mengangkat kaki.

(7) Gerakan kaki

1. Gerakan ini untuk sirkulasi dan kenyamanan.

2. Dengan kaki dinaikkan atau kaki pada lutut

3. Tekukkan pergelangan sedapat mungkin naikkan jari kaki,

kemudian arahkan ke bawah, sambil menekukan kaki.

4. Kemudian putar pergelengan dengan lingkaran yang besar

secara perlahan, mula- mula kesatu arah kemudian kearah

yang berlawanan.

(8) Gerakan peregangan otot betis

1. Gerakan ini untuk sirkulasi dan mencegah kram kaki.

2. Dengan posisi berdiri.

3. Sandarkan tubuh ke depan kearah dinding dengan satu kaki

di belakang, kaki rata di lantai.

4. Secara perlahan bengkokkan litut depan.

5. Bernafaslah berlahan saat otot betis meregang.

(9) Gerakan bahu memutar dan lengan merentang

1. Gerakan ini untuk postur dan punggung.


50

2. Sambil duduk, angkat lengan, bengkokkan siku, tangan di

bahu.

3. Angkat lengan lurus tinggi di atas kepala dan secara

bergantian angkat masing-masing semakin tinggi dan

semakin tinggi ( seakan memetik buah apel dari pohon yang

tinggi).

4. Latihan ini juga bisa dilakukan sambil berdiri.

2.1.8 Asuhan Kehamilan

1. Tujuan Asuhan Kehamilan

1) Menentukan kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayinya.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminmal

mungkin.

5) Mempersipakan ibu agar masa nifas berjalan normal yang

pemberian ASI esklusif.


51

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

(Jannah, 2012).

2. Cakupan pelayanan ibu hamil

1) Cakupan K1

Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali

mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan

pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam

menggerakkan masyarakat (Pudiastutik, 2011).

Rumus yang digunakan untuk perhitungannya adalah:

Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan


antenatal oleh tenaga kesehatan di suatau wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

2) Cakupan K4

Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh

pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat

kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali

pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat dekatahui cakupan pelayanan

antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanandan


52

menepati waktu yang ditetapkan) yang menggambarkan tingkat

perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping

menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan

program KIA.

Rumus yang dipergunakan adalah:

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal


minimal 4 kali sesuai standard oleh tenaga kesehatan di suatau
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

(Pudiastutik, 2011).

3. Kebijakan program

Kebijakan program yang dilakukan oleh pemerintah dengan

asuhan kehamilan yaitu dengan memberikan pelayanan/ asuhan

standar minimal termasuk “7 T” yaitu :

1) (Timbang) berat badan

Timbang berat badan selalu.

2) Ukur (Tekanan) darah

Pengukuran tekanan darah/ tensi dilkaukan secara rutin

setiap pemeriksaan kehamilan, diharapkan tekanan darah selama

kehamilan tetap dalam keadaan normal (120/ 80 mmHg).

3) Ukur (Tinggi) fundus uteri

Bidan/ dokter saat melakukan pemeriksaan kehamilan

pada seorang ibu hamil untuk menentukan usia kehamilan

dilakukan pemeriksaan abdominal/ perut secara seksama.


53

4) Pemberian imunisasi TT lengkap

Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk

menurunkan angka kematian bayi atau neonatus yang

disebabkan oleh penyakit tetanus.

5) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama

kehamilan

Wanita hamil cenderung terkena anemia (kadar Hb darah

rendah) pada 3 bulan terakhir masa kehamilannya, karna pada

masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirin untuk

dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.

Umumnya ibu hamil diberikan sebanyak 1 tablet setiap hari

berturut-turut selama 90 hari masa kehamilan.

6) Tes terhadap PMS

Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS, sehingga dapat

mengganggu saluran perkemihan dan reproduksi.

7) Temuwicara dalam rangka persiapan rujukan

Memberikan konsultasi atau meakukan kerjasama

penanganan tindakan yang harus dilakukan oleh bidan atau

dokter (Jannah, 2012).

Pada kebijakan program kunjungan ulang dilakukan paling

sedikit 4 kali yaitu: 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2

kali pada trimester III.


54

(1) Kunjungn 1 (16 minggu) dilakukan untuk :

1. Penapisan dan pengobatan anemia.

2. Perencanaan persalinan.

3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya.

(2) Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu)

dilakukan untuk:

1. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya.

2. Penapisan pre eklamsi, gemelli, infeksi alat reproduksi dan

saluran perkemihan.

3. Mengulang perencanaan persalinan

(3) Kunjungan IV (36 minggu sampain dengan lahir) dilakukan

untuk:

1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan kunjungan III.

2. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.

3. Memantapkan rencana persalinan.

4. Mengenali tanda-tanda persalinan (Jannah, 2012).


55

Tabel 2. 4 Jadwal Kunjungan Ulang Antenatal

Penilaian antenatal Kunjungan Kunjungan Kunjungan Kunjungan


I II III IV
Riwayat kehamilan    
Riwayat kebidanan  - - -
Riwayat kesehatan  - - -
Riwatan social  - - -
Pemeriksaan  Jika ada Jika ada Jika ada
keseluruhan (umum) indikasi indikasi indikasi
Pemeriksaan    
kebidanan (luar)
Pemeriksaan  Jika ada Jika ada Jika ada
kebidanan (dalam) indikasi indikasi indikasi
Pemeriksaan  Jika ada Jika ada Cek Hb dan
laboratorium indikasi indikasi pemeriksaan
lab. Lain
jika ada
indikasi
Penanganan - - - -
Pemberian imunisasi TT 1 TT 2 - -
TT
Pemberian zat Fe 90 tablet - - -
Konseling umum  memperkuat memperkuat memperkuat
Konseling khusus - Juka ada Jika ada Jika ada
indikasi indikasi indikasi
Perencanaan - -  
persalinan
Perencanaan    
penanganan
komplikasi
Sumber: Jannah, 2012

4. SKOR POEDJI ROCHHJATI

Kartu Skor Poedji Rochjati atau yang biasanya disingkat

dengan KSPR biasanya digunakan untuk menentukan tingkat resiko

pada ibu hamil. KSPR dibuat oleh Poedji Rochjati dan pertama kali

diguakan pada tahu 1992-1993. KSPR telah disusun dengan format

yang sederhana agar mempermudah kerja tenaga kesehatan untuk


56

melakukan skrning terhadap ibu hamil dan mengelompokan ibu

kedalam kategori sesuai ketetapan sehingga dapat menentukan

intervensi yang tepat terhadap ibu hamil berdasarka kartu ini (kartu

skor poedji rochjati, 2013) diposting tanggal 04 april 2015 jam

10.03WIB.
57

Tabel 2. 5 Skor Poedji Rochjati

I II III IV
Triwulan
III.1 II
KEL Masalah / Faktor Resiko SKOR I.
NO. I II
F.R
2
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4
4
Tahun
Terlalu lama hamil lagi ≥10
3 4
Tahun
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a.terikan tang/vakum
9 b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
a. Kurang Darah b. Malaria,
11c. TBC Paru d. PayahJantung 4
e. Kencing Manis (Diabetes) 4
f. Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
12 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia / kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR
Sunber: Departemen Kesehatan RI, 2009
58

Tabel 2.6 Penyuluhan Kehamilan/ Persalinan Aman-Rujukan Terencana

KEHAMILAN KEHAMILAN DENGAN RISIKO


Jml. Jml. Peraw Rujuka Penolon Rujukan
Tempat
Skor Skor atan n g RDB RDR RTW
2 KRR Bidan Tidak Tidak Bidan
Dirujuk Dirujuk
6-10 KRT Bidan Bidan Polindes Bidan
dokter PKM PKM/R Dokter
S
>12 KRST dokter Rumah Rumah Dokter
Sakit Sakit
Sunber: Departemen Kesehatan RI, 2009

2.1.9 Tanda Bahaya/Komplikasi Ibu dan Janin Selama Masa Kehamilan

Menurut Jannah 2012, Tanda Bahaya atau Komplikasi ibu dan

janin selama hamil antara lain :

1) Perdarahan pervaginam

Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai

sebelum bayi dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum

sebelum kelahiran. Perdarahan pada akhir kehamilan, perdarahan

yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang, tetapi

tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa

berarti plasenta previa.

Perdarahan dengan nyeri intermitten atau menetap. Warna

darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan seperti ini

berarti solusio plasenta

2) Sakit kepala yang hebat dan menetap

Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali

merupakan ketidak nyamanan yang normal dalam kehamilan.Sakit


59

kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit

kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.

3) Nyeri perut yang hebat

Nyeri perut yang mungkin menunjukkan masalah yang

mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan

tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti kehamilan

ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gantritis.

4) Bengkak Pada Muka atau Tangan

Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang

normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan

biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakknya lebih tinggi.

Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika muncul

pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat,

dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan

pertanda anemia, gagal jantung, atau preeklamsia.

5) Bayi kurang Bergerak seperti biasa

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5

atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih

awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus

bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi

akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu

makan dan minum dengan baik.


60

6) Keluar air ketuban Sebelum waktunya

Dapat diidentifikasi dengan keluarnya cairan mendadak

disertai bau khas. Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim dan

persalinan prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan

mortalitas ibu dan bayi.

Ketuban pecah dini yang disertai kelainan letak akan

mempersulit persalinan yang dilakukan di tempat fasilitas belum

memadai.

7) Muntah terus-menerus

Terdapat muntah yang terus - menerus yang menimbulkan

gangguan kehidupan sehari - hari dan dehidrasi. Gejala- gejala

hipertensi lainnya :

1) Nafsu makan menurun

2) Berat badan menurun

3) Nyeri daerah epigastrum

4) Tekanan darah menurun dan nadi meningkat

5) Lidah kering

6) Mata Nampak cekung

8) Anemia

Pembagian anemia :

1) Anemia ringan : 9-10 gr %

2) Anemia sedang : 7-8 gr %

3) Anemia berat : < 7 gr %


61

Anemia ditandai dengan :

1) Bagian dalam kelopak mata, lidah, dan kuku pucat

2) Lemah dan merasa cepat lelah

3) Kunang- kunang

4) Nafas pendek- pendek

5) Nadi meningkat

6) Pingsan

Pengaruh anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus,

partus prematuritas, IUGR, infeksi, hyperemesis gravidarum.

9) Kejang

Kejang pada ibu hamil merupakan gejala lanjut dari

preeklamsi.

2.1.10 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal

Nama Pengkajian : nama petugas yang melakukan pengkajian

terhadap klien.

Tanggal Pengkajian / Jam :menunjukan tanggal dan waktu dilakukan

pengkajian.

Tempat Pengkajian :menunjukan tempat dimana dilakukan

pengkajian.
62

I. Tahap Pengkajian

1) Data Subyektif

Pada data subjektif dilakukan pengumpulan informasi

yang akurat dan lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien

(Jannah, 2012).

(1) Identitas

Nama :Harus lengkap dan jelas untuk membedakan

dengan pasien / klien yang lain.

Umur :Lebih jelas jika ada tanggal lahir untuk

mengantisipasi diagnosa masalah dan tindakan

yang dilakukan .

Agama :Mengetahui kemungkinan pengaruhnya

terhadap kebiasaanya kesehatan dan nutrisi

klien dan mempermudah pendekatan.

Pendidikan :Menjadi acuan bagi petugas kesehatan (bidan)

dalam mengadakan komunikasi dengan klien

dengan melihat klien tingkat pendidikannya.

Pekerjaan :Mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap

permasalahan kesehatan dan pembiayaan,

karena jenis pekerjaan menunjukkan keadaan

ekonomi serta dapat mempengaruhi kesehatan.

Alamat : Harus lengkap dan jelas untuk mempermudah

hubungan bidan dengan klien, misal apabila


63

bidan mengadakan home visit ke rumah klien

(Romauli, 2011).

(2) Keluhan Utama

Riwayat keluhan utama ditanyakan untuk

mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan

kesehatan (Romauli, 2011).

(3) Riwayat kebidanan

Menurut Suryati Romauli 2011, Riwayat Kebidanan

yang harus dikaji antara lain:

1. Riwayat menstruasi

Beberapa data yang harus kita peroleh dari

riwayat menstruasi adalah menarche, siklus menstruasi,

lama menstruasi, Disminorrhea, HPHT (hari pertama

haid terakhir) untuk menentukan usia kehamilan.

2. Gangguan kesehatan alat reproduksi

Data ini sangat penting untuk kita kaji karena

akan memberikan petunjuk bagi kita tentang organ

reproduksi pasien seperti keputihan, infeksi, tumor dan

lain-lain.

3. Riwayat kontrasepsi

Riwayat kontrasepsi diperlukan karena

kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi EDD, dan


64

karena penggunaan metode lain dapat membantu

menanggali kehamilan.

4. Riwayat obstetri

Informasi esensial tentang kehamilan terdahulu.

5. Riwayat kesehatan

Digunakan sebagai penanda adanya penyulit

masa hamil.

6. Riwayat seksual

Riwayat ini memberi informasi medis yang

penting sehingga klinisi dapat memahami klien.

7. Riwayat keluarga

Riwayat ini untuk mengidentifikasi resiko

menderita penyakit genetik.

8. Riwayat sosial

Meliputi kumpulan keluarga, status perkawinan,

sumber dukungan, respon ibu dan keluarga terhadap

kehamilan ini. Pengetahuan ibu dan adat istiadat

setempat.

(4) Pola kehidupan sehari-hari

Meliputi : Pola makan, Pola minum, Pola istirahat,

aktifitas sehari-hari, aktifitas seksual, dengan menggunakan

tabel seperti dibawah ini.


65

Tabel 2.7 Pola Kehidupan Sehari-hari

No KDM Sebelum Saat Hamil


Hamil
1 Pola Nutrisi
 Makan
o Menu
o Jumlah

o Pantangan
o Frekuensi
 Minum
o Jenis
o Jumlah
2 Pola Eliminasi
 Alfi
o Frekuensi
o Konsistensi
o Keluhan
 Uri
o Frekuensi
o Konsistensi
o Keluhan
3 Pola Istirahat
 Tidur siang
 Tidur malam
4 Pola Aktifitas
5 Pola Aktifitas
Seksual
6 Pola Perawatan Diri
 Mandi
 Ganti CD
 Keramas
 Potong Kuku

Sumber: Akbid Bina Husada Jember, 2014

2) Data Obyektif

Data obyektif yaitu data yang didapat dari hasil

pemeriksaan langsung terhadap klien, baik pemeriksaan

inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, laboratorium atau uji


66

diagnostik yang dirumuskan dalam data fokus yang menegakan

diagnosa.

(1) Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum dan

tingkat kesadaran.

2. TB : tinggi badan kurang dari 145 cm tergolong resiko

tinggi (Romauli, 2011).

3. BB saat ini (hamil): untuk mengetahui kenaikan berat

badan selama hamil n : 4 kg pada kehamilan trimester I,

0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester II dan III,

totalnya sekitar 15-16 kg (Sulistyawati, 2009).

4. Lila (lingkar lengan atas): pada bagian kiri merupakan

indikator status gizi ibu untuk mengetahui status gizi

ibu hamil baik/buruk n : > 23,5 cm (Romauli, 2011).

5. Tekanan darah : tekanan darah dikatakan tinggi bila >

140/90 mmHg (Romauli, 2011).

6. Denyut nadi: dalam keadaan santai denyut nadi ibu

sekitar 60-80x/ menit. Denyut nadi 100 x/menit dalam

keadaan santai merupakan pertanda buruk, mungkin ibu

mengalami salah satu atau lebih keluhan seperti tegang,

cemas, perdarahan berat, anemia/ demam, gangguan

tyroid, gangguan jantung (Romauli, 2011).


67

7. Pernafasan: untuk mengetahui gangguan dalam

pernafasan dalam satu menit n: 16–24 x/menit

(Roumali, 2011).

8. Suhu: suhu tubuh normal 36-37,5 0C. suhu tubuh >

370C perlu diwaspadai adanya infeksi (Romauli, 2011).

(2) Pemeriksaan Khusus

1. Inspeksi

Menurut Roumali 2011, inspeksi merupakan

pemeriksaan dengan cara memandang dengan tujuan

melihat keadaan umum klien, gejala kehamilan, dan

adanya kelainan. Pemeriksaan dilakukan secara

sistematis dan fokus asuhan. Pemeriksaan inspeksi

antara lain:

1) Kepala: warna, distribusi rambut merata atau tidak,

bersih atau tidak, mudah rontok atau tidak. Rambut

yang mudah dicabut menandakan kurang gizi atau

ada kelainan tertentu.

2) Wajah: tampak cloasma gravidarum sebagai deposit

pigmen yang berlebihan, tidak sembab. Bentuk

simetris, bila tidak menunjukan adanya kecacatan.

3) Mata: bentuk mata simetris atau tidak, konjungtiva

merah muda atau tidak, skelera putih atau tidak,


68

klopak mata bengkak kemungkinan menandakan pre

eklamsi.

4) Hidung: lubang hidung simetris atau tidak, ada sekret

dan polip atau tidak.

5) Mulut: adakah sariawan, bagaiman kebersihannya.

Dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan

gingivitis.

6) Gigi: adakah karies atau keropos yang menandakan

kekurangan kalsium.

7) Leher: adakah pembesaran vena jugularis, kelenjar

tiroid dan kelenjar limfe.

8) Payudara: simetris atau tidak, putting susu menonjol

atau tidak, hiperpigmentasi areola atau tidak

9) Abdomen: bentuk, bekas luka operasi, terdapat strie

garfidarum, linea alba dan pembesaran uterus.

10) Genetalia: normal tidak terdapat pada vulva dan

vagina, tidak oedem, tidak ada condyloma akumilata.

11) Anus: hemoroid atau tidak

12) Extremitas: normal, simetris dan tidak ada odema.

2. Palpasi

Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

meraba, tujuannya untuk mengetahui adanya kelainan,

mengetahui perkenbangan kehamilan (Romauli, 2011).


69

1) Leher : untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran

kelenjar tyroid, limfe dan ada tidaknya bendungan

vena jugularis (Romauli, 2011).

2) Dada: mengetahui ada tidaknya benjolan atau masa

pada payudara (Romauli, 2011).

3) Abdomen:

(1) Leopold I

Bertujuan untuk mengetahui TFU dan

bagian janin yang ada difundus. Cara

pemeriksaan:

1. Pemeriksa menghadap kearah muka ibu

hamil.

2. Kedua tangan meraba bagian fundus dan

mengukur berapa tinggi fundus uteri.

3. Meraba bagian apa yang ada di fundus

(kepala ataukah bokong janin)

(2) Leopold II

Bertujuan untuk mengetahui bagian

janin yang ada di sebelah kana atau kiri ibu.

Cara pemeriksaan:

1. Kedua tangan pemeriksa berada disebelah

kanan dan kiri perut ibu.


70

2. Ketika memeriksa sebelah kanan, maka

tangan kanan menahan perut sebelah kiri

kearah kanan, begitu pula sebaliknya.

3. Jika teraba rata, ada tahanan maka itu adalah

punggung bayi, jika teraba bagian kecil

menonjol, itu adalah bagian kecil janin.

(3) Leopold III

Bertujuan untuk mengetahui bagian

janin yang ada di bawah uterus. Cara

pemeriksaan :

1. Tangan kiri menahan fundus

2. Tangan kanan meraba bagian yang ada di

bawah uterus. Jika teraba bulat, melenting,

keras dan dapat digoyangkan, maka itu

adalah kepala. Jika bagian baah tidak

ditemukan kedua bagian tersebut maka

pertimbangkan janin dalam letak lintang.

3. Pada letak sungsang/lintang tangan

pemeriksa dapat merasakan goyang pada

bagian bawah, tangan kiri merasakan

ballottement (pantulan dari kepala janin,

terutama ditemukan pada usia kehamilan 20-


71

28 minggu, terutama ditemukan pada usia

kehamilan 20-28 minggu)

(4) Leopold IV

Bertujuan untuk mengetahui bagian

janin yang ada di bagian bawah dan untuk

mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul

atau belum. Cara pemeriksaan:

1. Pemeriksa menghadap kaki pasien.

2. Kedua tangan meraba bagian janin yang ada

di bawah. Jika teraba kepala tempatkan

kedua tangan di arah yang berlawanan di

bagian bawah.

3. Jika kedua tangan konvergen (dapat saling

bertemu) berarti kepala belum masuk

panggul.

4. Jika kedua tangan divergen (tidak saling

bertemu) berarti kepala sudah masuk

panggul (Jannah, 2012).

3. Auskultasi

Denyut jantung janin secara obyektif dapat

diketahui oleh pemeriksaan:

1) Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12

minggu
72

2) Sistem Doppler pada kehamilan 12 minggu

3) Stetoskop laenec pada kehamilan 18-20 minggu.

(Jannah, 2012)

Menurut Romauli, (2011) normalnya terdengar

denyut jantung janin dibawah pusat ibu (baik dibagian

kiri atau bagian kanan). Mendengarkan denyut jantung

bayi meliputi frekuensi dan keteraturannya. DJJ

dihitung selama 1 menit penuh. Jumlah DJJ normal

antara 120-140 kali/ menit.

4. Perkusi

Reflek patella normal : tungkai bawah akan

bergerak sedikit jika tendon diketuk, jika gerakannya

berlebihan dan cepat maka hal tersebut merupakan

tanda pre-eklamsi.

Sedangkan jika reflek patella negatif

kemungkinan klien mengalami kekurangan vitamin B1

(Roumali, 2011).

5. Pemeriksaan Laboratorium

Yang diperiksa adalah golongsn darah ibu,

hemoglobin dan Hbs Ag. Pemeriksaan hemoglobin

digunakan untuk mendeteksi adanya anemia pada

kehamilan (Romauli, 2011).


73

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH

1. Diagnosa

DS : Alasan kunjungan ibu ke tenaga kesehatan dan keluhan ibu saat ini

DO: Keadaan umum : baik/kurang

Kesadaran : composmentis, apatis, samnolen, koma

Tanda-tanda vital :

Tensi : 90/60 MmHg-130/90 MmHg

Nadi : 60-100 kali permenit

Suhu : 36,5-37,5o c

RR : 16-24 kali permenit

Palpasi leopold I-IV

TBJ : pada UK aterm TBJ ≥2500 gram

DJJ : 120-160 x/menit

Hasil periksa dalam secara lengkap

DX : Ny. ,..... tahun G...P............. usia kehamilan..... minggu, janin

tunggal, hidup, dengan ....

III. ANTISIPASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Berisi antisipasi masalah yang dekat dekat kondisi yang dialami klien. Seperti

anemia, pendarahan antepartum dll.

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN KEBUTUHAN SEGERA

Tindakan yang harus sesegara mungkin dilakukan dimana jika tidak

dilakukan dapat menyebabkan suatu keadaan yang lebih parah.


74

V. INTERVENSI

Tanggal/jam : tanggal dan jam dilakukan intervensi

Diagnosa : Ny. ,..... tahun G...P............. usia kehamilan..... minggu,

janin tunggal, hidup, dengan .....

Tujuan : setelah dilakukan intervensi diharapkan kehamilan

berjalan normal, sampai proses persalinan

Kriteria hasil : kehamilan ibu normal tanpa ada komplikasi apapun,

keadaan bayi sehat DJJ dalam batas normal

Intervensi (pada kehamilan normal usia kehamilan (28-40 mg) TM III

intervensi yang diberiakan sebagai berikut )

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

R: menambah pengetahuan ibu tentang hasil pemeriksaan dirinya

2. Jelaskan ketidaknyamanan yang ibu rasakan pada kehamialn TM III

R: ibu dapat mengerti tentang keadaan yang terjadi pada dirinya

3. Jelaskan tanda-tanda persalinan

R: Ilmu tentang tanda-tanda persalian yang ibu dapatkan dari bidan,

membantu ibu untuk bertindak jika ditemukan salah satu tanda

persalinan

4. Jelaskan tanda bahaya pada kehamilan lanjut TM III

R: ibu dapat mengerti dan dapat waspada sejak dini terhadap bahaya

kehamilan lanjut TM III

5. Anjurkan ibu makan dan minum yang cukup dan bergizi

R: mencukupi kebutuhan energi ibu


75

6. Anjurkan ibu istirahat cukup

R: dengann istirahat yang cukup otot-otot tubuh ibu menjadi rileks

7. Anjurkan ibu melakukan perawatan payudara

R: payudara yang dipersiapkan dengan banar dapat membantu ibu saat

akan menyusui nanti setelah melahirkan

8. Anjurkan ibu melakukan personal hygine yang benar

R:personal hygiene yang baik mengurangi resiko infeksi

9. Anjurkan ibu jalan jalan ringan

R: dengan olahraga ringan dapat membantu percepatan penurunan

kepala

10. Anjurkan ibu untuk bersalian di NAKES

R: untuk mendapatkan persalinan yang aman sehingga ibu dan bayi

sehat

11. Anjurkan ibu untuk rutin periksa minimal 2 kali selama kehamilan TM

III

R: pemeriksaan rutin dalam TM III dapat mendeteksi dini komplikasi

pada TM lajut dan persalinan

12. Anjurkan ibu untuk mulai mempersiapkan persalinan (pakaian ibu dan

bayi, sewek, dan surat surat yang dibutuhkan)

R: persiapan terencana pra persalinan

13. Berikan ibu tablet FE

R: tablet FE dapat membantu penambahan darah untuk mencegah

anemia pada ibu dan bayi


76

14. Anjurkan ibu untuk kontrol ulang 2 minggu lagi atau jika ada keluhan

R: memantau perkembangan ibu dan janin

VI. IMPLEMENTASI

Melakukan asuhan sesuai dengan yang diuraikan pada langkah

intervensi secara efisien dan aman. Penatalaksanaan ini dapat dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien.

VII. EVALUASI

Tanggal/jam : tanggal/jam dilakukan evaluasi

S : ibu mengerti atau tidak dengan penjelasan yang diberikan oleh

bidan, dengan melihat respon ibu apakah ibu banyak bertanya atau tidak,

dan apakah ibu bersedia melakukan semua anjuran bidan.

O : ibu terlihat mengerti atau tidak.

A : Ny. ,..... tahun G...P............. usia kehamilan..... minggu, janin

tunggal, hidup, dengan .....

P : melanjutkan intervensi yang belum bisa dilaksanakan (Jannah,

2012).

2.1.11 Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang

Menuru Jannah, (2012) asuhan kehamilan kunjungan ulang

adalah

1. Pengertian

setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah

kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan.


77

2. Tujuan

1) Pendeteksian komplikasi-komplikasi.

2) Mempersiapkan kelahiran dan kegawat daruratan.

3) Pemeriksaan fisik terfokus.

3. Elemen-elemen penting dari pemeriksaan pada kunjungan ulang

antenatal adalah:

1) Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi serta aspek-aspek

yang menonjol pada wanita hamil.

(1) Pada kunjungan ulang pemeriksaan dilakukan pada

pendeteksian komplikasi-komplikasi, mempersiapkan

kelahiran, kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang

berfokus dan pembelajaran.

(2) Pada tahap ini tenaga kesehatan mengeventarisasi beberapa

masalah yang terjadi serta aspek-aspek yang menonjol yang

membutuhkan penanganan dan pemberian KIE.


78

2) Mengevaluasi data dasar

Tabel 2.8 Data Dasar Evaluasi Pada Kunjungan Awal

No Data dasar Pertimbangan untuk


1 Amenore Diagnosa kehamilan
2 HPHT Diagnosa kehamilan
3 Keluhan yang disampaikan Pemberian konseling
4 Hasil pemeriksaan head to toe : Diagnosa kehamilan
1. Kenaikan berat badan
2. Tes urine (HCG positif)
3. Cloasma gravidarum
4. Perubahan pada payudara
5. Linea nigra
6. Tanda chadwick
7. Tanda hegar

Sumber: Jannah, 2012

3) Mengevaluasi keefektifan manegemen/ asuhan

(1) Menanyakan kembali kepada pasien mengenai apa yang

sudah dilakukan pada kunjungan sebelumnya.

(2) Melakukan pemeriksaan fisik terutama hal-hal yang terfokus

pada pemantauan kesehatan ibu dan janin.

4) Pengkajian data fokus

(1) Riwayat

1. Menanyakan tentang perasaan pasien sejak kunjungan

terakhirnya.

2. Menanyakan apakah pasien ada keluhan sejak kunjungan

terakhirnya.

3. Gerakan janin selama 24 jam terakhir (usia kehamilan

20 minggu)
79

(2) Deteksi ketidak nyamanan dan komplikasi

1. Menanyakan keluhan atau ketidaknyamanan yang pasien

alami.

2. Menanyakan kemungkinan tanda bahaya yang dirasakan

pasien.

(3) Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan tekanan darah.

2. Mengukur TFU.

3. Melakukan palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya

kemungkinan kehamilan ganda, serta mengetahui

presentasi letak, posisi dan penurunan kepala (jika usia

kehamilan > 36 minggu).

4. Memeriksa DJJ (denyut jantung janin).

(4) Pemeriksaan laboratorium

1. Protein urin.

2. Glukosa urin.

5) Mengembangkan rencana sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan kehamilan

(1) Jelaskan mengenai ketidak nyamanan normal yang dialami.

(2) Ajarkan ibu pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia

kehamilan.

(3) Diskusikan tentang rencana persiapan kelahiran jika terjadi

kegawatdaruratan.
80

(4) Ajarkan ibu mengenai tanda-tanda bahaya, pastikan ibu

untuk memahami apa yang dilakukan jika menemukan tanda

bahaya.

(5) Buat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya.

2.2 Landasan Teori Persalinan (Intranatal Care)

2.2.1 Pengertian Persalinan

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam

tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin (Sarwono, 2009).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)

tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2007).

Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan

sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit

yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan

pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai

(Manuaba, 2009).

2.2.2 Klasifikasi Persalinan

Ada dua klasifikasi persalinan, yaitu berdasarkan cara dan usia

kehamilan.
81

1. Menurut Yanti, (2009) Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan

yaitu:

1) Persalinan Spontan

Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalua

jalan lahir ibu tersebut.

2) Persalinan Buatan

Bila persalinan dibantu dengan bantuan dari tenaga luar seperti

ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan secsio sesaria.

3) Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian piticon atau

prostaglandin.

2. Menurut tua (umur) kehamilan

1) Abortus (keguguran)

Terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup (viabel), berat

janin dibawah 1000 gram, tua kehamilan dibawah 28 minggu

(Sofian, 2013).

2) Persalinan Imaturrus

Adalah persalinan dengan usia kehamilan antara 22-28 minggu

dengan berat bayi antara 500-999 gram (Yanti, 2009).


82

3) Persalinan Prematur

Adalah persalinan (pengeluaran hasil konsepsi) pada kehamilan

28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin

antara 1000-2500 gram (Sofian, 2013).

4) Persalinan Maturus atau aterem (cukup bulan)

Adalah persalinan dengan usia kehamilan 37-42 minggu dan

berat janin 2500 gram atau lebih (Yanti, 2009).

5) Persalinan Serotinus

Adalah persalinan dengan usia kehamilan lebih dari 42 minggu

(Yanti, 2009).

2.2.3 Proses Terjadinya Persalinan

Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui

benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara

lain ditemukan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,

pengaruh prostaglandin,pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi

(Sujiantini, 2011).

1. Teori Penurunan Hormon

1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar

hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai

peneneng otot-otot polos rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan

pembuluh darah yang minumbulkan his jika kadar progesterone

turun (Sofian, 2013).


83

2. Teori Oxcytosin

Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah, oleh

karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim (Yanti, 2009).

3. Pengaruh Janin

Hipofise dan kadar suprarenal janin rupa-rupanya

memegang peranan penting oleh karena pada anencephalus

kehamilan sering lebih lama dari biasanya (Yanti, 2009).

4. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka

menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari

percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang

diberikan secara intravena, intra dan extraamnial menimbulkan

kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga

disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik

dalam air ketuban maupun dalam perifer pada ibu-ibu hamil

sebelum melahirkan atau selama persalinan (Yanti, 2009).

5. Teori Distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan

iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi

uteroplasenter (Sofian, 2013).


84

6. Teori Plasenta Menjadi Lebih Tua

Yang akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan

progesterom sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah.

Hal ini akan menimbulkan kontraksi uterus (Sujiantini, 2011).

7. Teori Iritasi Mekanik

Dibelakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus

frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan,

misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus (Sofian,

2013).

8. Induksi Partus (induksi of labour)

Partus dapat pula ditimbulkan dengan :

1) Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam

kanalis servisis dengan tujuan merangsang pleksus

frankenhauser.

2) Amniotomi atau pemecahan ketuban.

3) Tetesan oksitosin, pemberian oksitosin melalui tetesan per infus

(Sofian, 2013).

2.2.4 Tanda-Tanda Persalinana

1. His Persalinan

Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan

sifatnya sebagai berikut:

1) Nyeri melingkar dari pinggung memancar ke perut depan.


85

2) Makan lama makin pendek interfalnya dan makin kuat

intensitasnya.

3) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat.

4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan pembukaan serviks.

2. Bloody show (lender disertai darah dari jalan lahir)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis

servikalis keluar disertai dengan sedikit darah.

3. Premature Rupture of Membrane

Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-

konyong dar jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah dan

selaput janin robek (Yanti, 2009).

2.2.5 Tahapan Persalinan

1. Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lender

berampur darah (bloody show) karena serviks mulai membuka

(dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya

pembuluh darah kapiler di sekitar kanalis servisis akibat pergeseran

ketika serviks mendatar dan membuka. Kala 1 dibagi menjadi :

1) Fase laten

Yaitu fase pembukaan yang berlangsung sangat lambat ialah

dari pembukaan 0-3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam (Yanti,

2009).

2) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yakni :


86

(1) Fase Akselerasi (fase percepatan)

Dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2

jam.

(2) Fase Dilatasi Maksimal

Dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2

jam.

(3) Fase Deselerasi (kurangnya kecepatan)

Dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam (Yanti,

2009).

2. Kala II (dua) Persalinan

Pada kala II pengeluaran janin, his terkoordinasi kuat, cepat

dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun

dan masuk keruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-

otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa

ingin mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu seperti mau

buang air besar, dengan tanda anus terbuka.

Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang

terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh badan janin. Kala II pada

primi berlangsung selama 1,5-2 jam, pada multi 0,5-1 jam (Sofian,

2013).
87

3. Kala III (tiga) Persalinan

Setelah bayi lahir peristiwa berikutnya adalah pengeluaran

plasenta (ari-ari) yang merupakan bagian tak terpisahkan dengan

bayi sekaligus perantara saluran makanan dan oksigen dari ibu dan

janin.

Durasi normal dari persalinan kala III tergantung pada

metode yang digunakan untuk melahirkan plasenta. Umumnya

persalinan kala III berlangsung kurang dari 30 menit, sebagian besar

berlangsung sekitar 2-5 menit.

Beberapa hal yang terjadi selama kala III adalah :

1) Kontraksi uterus berlanjut meskipun meskipun tidak sesering

pada kala II.

2) Uterus mengalami kontrsksi dan mengecil sehingga plasenta

terlepas.

3) Plasenta diperas dari segmen atas rahim menuju ke segmen

bawah rahim sampai ke vagina dan akhirnya keluar dari jalan

lahir.

4) Kontraksi otot uterus menjepit pembuluh darah uterus,

sehingga pendarahan tidak berlanjut. Setelah itu, mekanisme

pembekuan darah akan membantu mekanisme tersebut untuk

menghentikan pendarahan lebih lanjut (Yanti, 2009).


88

4. Kala IV (empat) Persalinan

Kala IV adalah kala pengawasan selama 1-2 jam setelah uri

(plasenta) lahir. Darah yang keluar harus ditakar sebaik-baiknya.

Kehilangan darah pada perslinan biasanya disebabkan oleh luka

pada pelepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum. Jumlah

pendarahan yang rata-rata dianggap normal adalah 250 cc, biasanya

100-300 cc. apabila pendarahan lebih dari 500 cc, hal tersebut sudah

dianggap abnormal dan harus dicari sebab-sebabnya (Sofian, 2013).

2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1. Faktor Power

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his,

kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari

ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna (Yanti, 2009).

1) His (kontraksi uterus)

His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim

bekerja baik dan sempurna dengan sifat-sifat : kontraksi

simetris, fundus dominan, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat

kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal

dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong

janin dan kantong amnion kearah bawah rahim dan servik. Sifat-

sifat lainnya dari his adalah : involuntir, intermiten, terasa sakit,

terkoordinasi dan simetris yang kadang-kadang dapat


89

dipengaruhi dari luar secara fisis, chemis dan psikis. Dalam

melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang harus

diperhatikan dari his adalah :

(1) Frekuensi his : adalah jumlah his dalam waktu tertentu

biasanya permenit atau per 10 menit.

(2) Intensitas his : adalah kekuatan his (adekuat atau lemah).

(3) Durasi (lama) : adalah lamanya setiap his berlangsung dan

ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik.

(4) Interval his : adalah jarak antara his satu dengan his

lainnya, misalnya his datang tiap 2-3 menit.

(5) Datangnya his : apakah sering, teratur atau tidak (Yanti,

2009).

2) Tenaga mengejan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah

tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama

disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang

mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal (Yanti,

2009).

2. Faktor Passanger

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah

faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin,

bagian terbawah, posisi janin (Yanti, 2009).


90

1) Sikap (Habitus)

Sikap janin menunjukkan hubungan bagian-bagian janin

dengan sumbu lain, biasanya terhadap tulang punggungnya.

Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang

punggung dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di

dada.

2) Letak (Situs)

Letak janin adalah bagaimana sumbu janin berada

terdapat sumbu ibu misalnya :

(1) Letak lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu

ibu.

(2) Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu

ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.

3) Presentasi

Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin yang

ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau

pada pemeriksaan dalam.Misalnya presentasi kepala, presentasi

bokong, presentasi bahu dan lain-lain.

4) Bagian terbawa janin

Bagian terbawa janin sama dengan presentasi hanya

lebih diperjelas istilahnya.


91

5) Posisi janin

Bagian terbawah digunakan untuk indikator atau

menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan,

kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal-pelvis).

Misalnya pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil

(UUK) kiri depan, uuk kanan belakang.

3. Faktor passage (jalan lahir)

Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:

1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)

(1) Tulang panggul

1. Os. Coxae: Os. Ilium, Os. Ichium, Os. Pubis.

2. Os. Sacrum promotorium.

3. Os. Coccygis.

(2) Artikulasio (persendian).

(3) Ruang panggul.

(4) Pintu panggul.

(5) Sumbu panggul.

(6) Bidang-bidang panggul.

(7) Ukuran-ukuran panggul. (Yanti, 2009)

2) Bagian lunak

Jalan lahir lunak yang berjalan dalam persalinan adalah

segmen bawah rahim (SBR), Serviks uteri dan vagina.

Disamping itu otot-otot, jaringan ikat dan ligament yang


92

menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan dalam

persalinan (Yanti, 2009).

4. Psikis ibu

Ternyata dalam persalinan juga terjadi peningkatan

kecemasan, dengan makin meningkatnya kecemasan akan semakin

meningkatkan intensitas nyeri. Fenomena hubungan antara cemas

dan nyeri dan sebaliknya merupakan hubungan yang berkorelasi

positif, yang menurut caceres dan burns (1997) mempunyai pola

hubungan seperti spiral yang ujungnya membesar (Yanti, 2009).

5. Penolong persalinan

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian

ibu adalah kemampuan dan keterampilan penolong persalinan.

Ketermpilan diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal

harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu

bersalin disetiap tahapan persalinan oleh setia penolong persalinan

dimanapun hal tersebut terjadi. Jenis asuhan yang akan diberikan,

dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang

dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir (Yanti,

2009).

2.2.7 Perubahan Fisiologis pada Proses Persalinan

Menurut Sofian 2013, perubahan fisiologis pada saat persalinan

antara lain :
93

1) Kontraksi uterus

Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh

anoxia dari sel-sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan

Segmen Bawah Rahim (SBR), regangan dari serviks, regangan dan

tarikan pada peritonium, itu semua terjadi pada saat kontraksi.

2) Perubahan-perubahan uterus

Keadaan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah

Rahim (SBR), dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan

tampak lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan

bersifat memegang peranan aktif (berkontraksi) dan dindingnya

bertambah tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain SAR

mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak

keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteri yang sifatnya

memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya

persalinan (disebabkan karena regangan), dengan kata lain SBR dan

serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi.

3) Perubahan pada serviks

Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan

pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir

porsio, Segmen Bawah Rahim (SBR) dan serviks.

4) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Setelah pembukaan lengakap dan ketuban telah pecah terjadi

perubahan, terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh


94

bagian depan janin sehingga menjadi saluran yang dinding-

dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala sampai di vulva,

lubang vulva menghadap kedepan atas dan anus menjadi terbuka,

pereneum menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak

pada vulva.

2.2.8 Tujuan Dan Prinsip Asuhan Persalinan

Menurut Yanti 2009, sebagai bidan harus mampu menggunakan

pengetahuan, ketrampilan, dan pengambilan keputusan yang tepat

terhadap kliennya untuk:

1. Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada

ibu dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran.

2. Melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mencegah, menangani

komplikasi-komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi

dini selama persalinan dan kelahiran.

3. Melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani

sendiri untuk mendapatkan asuhan yang special jika perlu.

4. Memberikan asuhan yang adekuat kepada ibu, dengan interval

minimal, sesuai dengan tahap persalinannya.

5. Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan

infeksi yang aman.

6. Selalu memberitahukan ibu dan keluarganya mengenai kemajuan,

adanya penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan dalam

persalinan.
95

7. Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir.

8. Membantu ibu dengan memberikan asi dini.

2.2.9 Lembar Penapisan

1. Ibu dengan riwayat bedah sesar, beresiko terjadinya ruptur uteri

yaitu robeknya uterus akibat perlukaan sesar, sehingga berbahaya

bagi ibu dan bayi

2. Ibu dengan riwayat perdarahan pervaginam, beresiko terjadinya

1) Solusio plasenta : terlepasnya plasenta lebih dahulu, Adanya

nyeri perut bagian bawah, perut tegang, warna darah yang

dikeluarkan merah tua.

2) Plasenta previa : letak plasenta dibawah atau menutupi jalan

lahir, tidak ada nyeri perut kecuali ada kontraksi, warna darah

merah segar.

3. Ibu dengan riwayat kehamilan kurang bulan, beresiko bagi

janinnya karena kondisi janin terjadi prematur yang akibatnya

organ-organ janin belum matur, sehingga janin belum sanggup

menjalankan fungsinya dengan optimal.

4. Ibu dengan riwayat ketuban pecah dengan mekoneum kental,

Beresiko janin terjadi hipoksia dan ketika lahir terjadi asfiksi yang

dapat membahayakan janin.

5. Ibu dengan riwayat ketuban pecah lama ( >24 jam ), beresiko

terjadinya partus lama sehingga dapat mengakibatkan infeksi pada

ibu dan janin.


96

6. Ibu dengan riwayat ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan,

beresiko terjadinya kelahiran prematur yang nantinya dapat

berdampak pada janin yang belum siap untuk dilahirkan.

7. Ibu dengan riwayat ikterus beresiko terjadi kerusakan pada hepar

yang nantinya dapat mengakibatkan komplikasi pada janin

sehingga terjadi ikterus pada janin.

8. Ibu dengan riwayat anemi berat, beresiko terjadinya IUGR pada

janin serta persalinan dengan komplikasi yang berlebihan.

9. Ibu dengan riwayat preeklamsi berat, beresiko pada ibu dengan

terjadinya hipertensi kronik serta kejang dan beresiko pula pada

janin, yaitu pertumbuhan janin terhambat, kematian janin,

perdarahan serebral serta persalinan prematur.

10. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih, tinggi fundus uteri yang

tidak sesuai dengan usia kehamilan bisa di sebabkan (makrosomia,

kehamilan ganda), maka perlu dilakukan pemeriksaan dini,karena

makrosomia dapat menyebabkan distosia bahu dan menyebabkan

perdarahan pasca persalinan.

11. Demam (>38°C), ibu dengan riwayat demam memerlukan

pengawasan yang intensif, karena demam yang tinggi merupakan

tanda dan gejala infeksi dan dapat menyebabkan kematian jika

demam tidak langsung ditangani.

12. Gawat Janin, ibu yang mengalami gawat janin perlu di lakukan

pemantauan DJJ yang sering, karena gawat janin dapat berakibat


97

fatal pada janin yang di kandung dan bahkan dapat menyebabkan

kematian pada janin.

13. Presentasi bukan belakang kepala kelainan pada malpresentasi/

malposisi dapat menyebabkan kesulitan pada proses persalinan,

maka ini bisa dilakukan SC untuk untuk proses persalinannya.

14. Tali pusat Menumbung, untuk mengetahui tali pusat menumbung

perlu di lakukan pemeriksaan ini dengan USG, karena tali pusat

menumbung dapat mengakibatkan perdarahan bahkan juga partus

lama karena tali pusat menutupi jalan lahir.

15. Primi fase aktif persalinan penurunan kepala 5/5. Untuk

mengatasinya ibu dapat miring ke kiri ataupun dengan mengubah

posisi ibu dengan jongkok maupun berdiri. Posisi ini bisa

membantu untuk penurunan kepala dan jika tetap tidak ada

penurunan persalinan bisa ilakukan dengan SC.

16. Letak majemuk, untuk mencegah letak majemuk dapat di lakukan

dengan ibu posisi sujud, tetapi jika presentasi terendah sudah

masuk PAP posisi sujud tidak dapat mengubah presentasi dan

persalinan harus di lakukan SC.

17. Gemel, ibu yang mengandung bayi gemeli / kembar perlu

dilakukan SC untuk mengeluarkan bayinya karena di kawatirkan

adanya malpresentasi / malposisi pada salah satu janinnya dan juga

dapat mengakibatkan perdarahan.


98

18. Syok, untuk mengatasi syok bisa diberikan infus dan oksigen untuk

mencegah komplikasi yang lebih serius, jika tidak syok tidak

tertangani dapat menyebabkan kematian pada janin dan ibu (JNPK-

KR, 2008).

2.2.10 PARTOGRAF

Menurut JNPK-KR 2008, patograf adalah alat bantu untuk

memantau kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan

klinik.

1. Tujuan utama dari penggunaan patograf adalah:

1) Mencatat hasil obserfasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan servik melalui periksa dalam.

2) mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partes lama.

3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalina, bahan dan

medikamentosa yang di berikan pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang di

berikan di mana semua itu di catatkan secara rinci pada setatus

atau rekam medik ibu bersalin dan ibu baru lahir.

2. Jika digunakan dengan tepat dan konsissten partograf akan membantu

penolong persalinan untuk :

1) Memcatat kemajuan persalinan.


99

2) Mencatat kondisi ibu dan janin nya.

3) Mencatat asuhan yang di berikan selama persalinan dan kelahiran.

4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini

menyulit persalinan.

5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan

klinik yang sesuai dan tepat waktu (JNPK-KR, 2008).

3. Partograf harus di gunakan :

1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan

merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus

di gunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis.

Patograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,

mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan

dengan penyulit maupun yang tidak di sertai dengan penyulit.

2) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan suwasta, rumah sakit, dll).

3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan

asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya

(spesialis obstetri, bidan, dokter umum dan mahasiswa

kedokteran).

Pengunaan patograf secara rutin dapat memastikan bahwa

ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan

tepat waktu serta membantu mencegah terjadi nya penyulit yang

dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (JNPK-KR, 2008).


100

4. Pencatatan selama fase laten kala satu persalinan.

Seperti yang sudah di bahas di awal bab ini, kala satu

persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif yang

di acu pembukaan servik :

1) fase laten : pembukaan servik kurang daru 4 cm.

2) fase aktif : Pembukaan servik daru 4 sampai 10 cm.

Selama fase laten semua asuhan, pengamatan dan

permeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat di catat secara terpisah,

baik di catatan kemajuan persalinan maupun di buku KIA atau

Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu hamil. Tanggal dan waktu harus di

tuliskan setiap kalai membuat catatan selama fase laten persalinan.

Semua asuhan dan interfensi juga harus di catatkan.

Kondisi ibu dan bayi juga harus di nilai dan di catatat

dengan saksama yaitu :

1) Denyut jantung janin setiap ½ jam.

2) Frekuensi dan lama nya kontraksi uterus setiap ½ jam.

3) Nadi ½ jam.

4) Pembukaan servik setiap 4 jam.

5) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam.

6) Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam.

7) Produksu urin, aseton dan perotein setiap 2 sampai 4 jam

(JNPK-KR, 2008).
101

5. Pencatatan selama fase aktif persalinan (patograf)

mengistruksikan obserfasi di mulai fase aktif persalinan dan

menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan

persalinan yaitu;

1) Informasi tentangibu.

2) kondisi janin.

3) kemajuan persalinan.

4) Jaminan waktu.

5) Kontraksi uterus.

6) obat-obatan yang di berikan .

7) kondisi ibu (JNPK-KR, 2008).

2.2.11 Mencatat Temuan dalam Patograf

Temuan-temuan yang dicatat dalam partograf menurut JNPK-KR

2008, antara lain:

1. Kondisi janin

Bagian atas grafik pada patograf adalah untuk mencatat denyut

jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).

1) Denyut jantung janin.

Kisaran normal DJJ terpapar pada patograf di antara garis

tebal pada anggka 180 dan 100 sebaik nya penolong harus waspada

bila DJJ mengarah hingga di bawah 120 atau di atas 160 kali/

menit.
102

2) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air kondisi ketunan setiap kali melakukan periksa

dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.

Dengan menggunakan lambang sebagai berikut:

(1) U :Selaput ketuban masih utuh (belum pecah).

(2) J :Selaput ketuban sudsh pecah dan air ketuban jernih.

(3) M :Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium.

(4) D :Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

darah.

(5) K :Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban tidak

mengalir lagi.

3) Penyusupan (molase) tulang kepala janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh

kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang

panggul ibu). Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang

tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan resiko disproporsi

kepala–panggul (CPD). Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam,

nilai pnyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Dengan

menggunakan lambang-lambang berikut ini :

(1) 0: Tulang-tulang kepala janin terpisah sutura dengan mudah

dapat di palpasi.

(2) 1: Tulang-tulang kepala janin bersentuhan.


103

(3) 2: Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi

masih bisa di pisahkan.

(4) 3: Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi tidak

bisa di pisahkan.

2. Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan

kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera pada kolom paling kiri

adalah besarnya delatasi serviks.

1) Pembukaan Serviks

Nilai dan catat pembukaan serviks selama 4 jam (lebih

sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada

dalam fase aktif persalinan catat pada partograf setiap temuan dan

setiap pemeriksaan. “X” harus dicantumkan di garis waktu yang

sesuai dengan lajur besarnya pemeriksaan serviks.

2) Penurunan bagian terbawa janin

Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau

lebih sering (jika ditemukan tanda-tanda penyulit). Cantumkan

hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang

menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki

rongga panggul. Pada persalianan normal kemajuan pembukaan

serviks selalau diikuti dengan turunnya bagian terbawa janin. Tapi

ada kalanya penurunan bagian terbawa janin baru terjadi setelah

pembukaan serviks mencapai 7 cm.


104

Tulisan turunnya kepala dan garis tidak terputus dari 0-5,

tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. berikan

tanda “0” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.

3) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan

berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi

jika lajur pembukaan adalah 1 cm/ jam. Jika pembukaan serviks

mengarah kesebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari

1 cm/ jam) maka harus dipertimbangkan adanya penyulit

(misalnya: fasse aktif yang memanjang, serviks yang kaku/ inersia

uteri hipotonik dan lain-lain). pertimbangkan perlunya melakukan

intervensi bermanfaat yang diperlukan, misalnya: persipan rujukan

kevasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang

memiliki kemampuan penatalaksanaan penyulit atau kegawat

darurat obstetri.

3. Jam dan Waktu

1) Waktu mulainya fase aktif persalinan

Dibagian bawah partograf (pembukaan sarviks dan

penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12 setiap kotak

menyatakan 1 jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.

2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

Dibawah lajur kotak untuk mulainya waktu fase aktif,

tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan


105

dilakukan. Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan

dengan 2 kotak waktu 30 menit yang berhubungan dengan lajur

untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ dibagian atas dan lajur

kontraksi dan nadi ibu di garis waspada.

4. Kontraksi Uterus

Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 kotak dengan tulisan

kontraksi/ 10 menit “Disebelah luar kolom paling kiri”. Setiap kotak

menyatakan 1 kontraksi. setiap 30 menit, raba dan catat jumlah

kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.

Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam 10 menit dengan cara

mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuikan dengan angka

yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi.

Nyatakan lamanya kontraksi dengan:

beri titik-titk di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi

yag lamanya kurang dari 20 detik.

beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya 20-40 detik.

isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya lebih dari 40 detik.

5. Obat-obat atau Cairan yang Diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur

kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan IV.


106

Bagian ini juga bisa digunakan untuk mencatat jumlah asupan yang

diberikan.

1) Oksitosin

Jika tetesan oksitosin atau drip sudah dimulai, dokumentasikan setiap

30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV

dan dalam satuan tetesan permenit.

2) Obat-obatan lain dan cairan IV

Catat obat-obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang

sesuai dengan kolom waktunya.

6. Kondisi Ibu

Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman partograf

terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan

kenyamanan ibu selama persalinan

1) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh

Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan

nadi dan tekanan darah ibu.

(1) Nilai dan catat nadi ibu selama 30 menit selama fase aktif

persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri

tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai

(2) Nilai dan catat tekanan darah ibu selama 4 jam selama fase

aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri

tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai :


107

(3) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi

peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi ) setiap 2

jam catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai

2) Volume urine, protein dan aseton

Ukur dan catat produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam

(setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu

berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.

7. Asuhan, Pengamatan dan Keputusan Klinik Lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan

klinik disisi kolom luar partograf, atau buat catatan terpisah tentang

kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat

membuat catatan persalinan. Asuhan, pengamatan dan atau keputusan

klinis mencakup :

1) Jumlah cairan perolah yang diberikan.

2) Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan kabur).

3) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyn, bidan,

dokter umum).

4) Persiapan sebelum melakukan rujukan.

5) Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan.

2.2.12 Pencatatan pada Lembar Belakang Partograf

Merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang teerjadi selama

proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang

dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah
108

sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilai dan

catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas

(terutama pada kala IV persalinan). Untuk memungkinkan penolong

persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan

klinik yang sesuai (JNPK-KR, 2008).

Catatan persalinan adalah terdiri unsur-unsur berikut :

1. Data atau informasi umum kala I

2. Kala II

3. Kala III

4. Bayi baru lahir

5. Kala IV (JNPK-KR, 2008).


109

Gambar: 2.1 Partograf Lembar Depan

Sumber: JNPK-KR, 2008


110

Gambar: 2.2 Lembar Belakang Partograf

Sumber: JNPK-KR, 2008.


111

2.2.13 Asuhan Persalinan Normal (APN)

Tabel 2.9 Penuntun Belajar Asuhan Persalinan Normal

I. MEN NGENALI GEJALA DAN TANDA KALA


DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan
kala dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada
rekum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-
obatan esensial untuk menolong persalinan dan
penata laksanaan komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain
dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60
watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
 Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat
resusitasi serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosi 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai didalam partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyiapkan semua perhiasan yang
dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalr kemdian keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik
(gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT
dan steril ( pastikan tidak terjadi kontaminasi pada
alat suntik )
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air
DTT
 Jiks introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama
dari arah depan ke belakang
112

 Buang kapas atau kasa pembersih


(terkontaminsai) dalam wadah yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi
(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam
larutan klorin 0,5%  langkah # 9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan
pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan
pembukaan sudah lengkap maka dilakukan
omniotomi
9. Deontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelpkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
lepaskan dan remdam dalam keadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan
setelah sarung tanga dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah
kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam baas normal (120-160x / menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal
 Mendokumentasikan haisl-hasil pemeriksaan
dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaiaan
serta asuhan lainnya pada partograaf
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan
ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan
fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan
yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang
bagaimana peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi
meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu
113

merasa ada dorongan kuat untuk meneran:


 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar
dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran
dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman
sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara
kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan
semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan
segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multugravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN
BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan
bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di
bawh bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN
BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6
cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisis dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perahan atau bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
114

segera lanjutkan proses kelahiran bayi


 Jika tali pusat melilit leher secara longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
pusat di dua tempat dan potong di antara dua
klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkal
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke
arah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran
tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-
jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas):
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas
tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau
megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke
langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubu bayi
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering.
Biarkan bayi di atas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak
ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
115

uterus berkontraksi baik.


29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi baru lahir,
suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang
telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat di antara 2 klem
tersebut.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril
pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah
yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke
kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan
bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut
ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
puting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
pasang topi di kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-
10cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu,
di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan
lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat
ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong
uterus ke arah belakang atas (dorso-kranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
 jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu,
suami atau anggota keluarga untuk melakukan
116

stimulasi puting susu


Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kronial
hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan
klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung
kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir atau bila terjadi pendarahan, segera
lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
 Jika selaput robek, pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di
fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus
tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu
maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
117

perineum. Lakukan penjahitaan bila laserasi


menyebabkan pendarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan
aktif, segera lakukan penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan
tidak terjadi perdarahan pervaginaan
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontakkulit ke kulit
di dada ibu paling sedikit 1 jam.
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan
inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar
10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari stu
payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu
44. Setelah satu jam, lakukan
penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg
intramuskuler di paha kiri anterolateral
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan
suntik imunisasi Hepatitis B di paha kanan
anterolateral.
 Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu bisa disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi
belum berhasil menyusu di dalam satu jam
pertamadan biarkan sampai bayi berhasil
menyusu
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginaan
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca
persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama
pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada pada jam kedua
pascapersalinan
 Jika uterus tida berkontraksi dengan baik,
melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase
uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih
118

setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca


persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan
 Memeriksa tempratur tubuh ibu sekali setiap jam
selama 2 jam pertama pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untul temuan
yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi
beernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta
suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Kebersihan dan Keamanan
51. Tmpatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke
tempat sampah yang sesuai

53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT.


Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memeakai pakaian yang bersih dan
kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu
memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkan
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan
klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumnetasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan
belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV
Sumber: JNPK-KR, 2008
119

2.2.14 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan

Nama Pengkajian :Nama petugas yang melakukan pengkajian

terhadap klien.

Tanggal Pengkajian/ Jam :Menunjukan tanggal dan waktu dilakukan

pengkajian.

Tempat Pengkajian :Menunjukan tempat dimana dilakukan

pengkajian.

1) Data Subjektif

1. Identitas

(nama, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat)

(Sujiyantini, 2011).

2. Keluhan utama

Pada hasil anamnese yang dikaji didapatkan keluhan:

Timbulnya nyeri yang bersifat melingkar dari pungung

menjalar ke perut, semakin lama semakin pendek intervalnya,

nyeri yang terasa semakin kuat, jika dibawa berjalan semakin

sakit dan teratur.

Keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir, hal

tersebut dikarenakan lepasnya selaput janin dibagian bawah

segmen bawah rahim, sehingga terdapat beberapa pembuluh

darah yang putus.


120

Keluarnya cairan yang banyak dan sekonyong-konong

dari jalan lahir (air ketuban) hal ini terjadi jika selaput ketuban

pecah dan selaput janin robek (Yanti, 2009).

2) Data Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik,

laboratorium atau diasnotik lain yang dirumuskan dengan data

fokus untuk mendukung asuhan.

1) Keadaan umum

Digunakan untuk menilai keadaan dan kesadaran ibu

secara umum

(1) TTV

1. Tekanan darah : tekanan darah dikatakan tinggi bila >

140/90 mmHg (Romauli, 2011).

2. Denyut nadi: dalam keadaan santai denyut nadi ibu

sekitar 60-80x/ menit. Denyut nadi 100 x/menit dalam

keadaan santai merupakan pertanda buruk, mungkin ibu

mengalami salah satu atau lebih keluhan seperti tegang,

cemas, perdarahan berat, anemia/ demam, gangguan

tyroid, gangguan jantung (Romauli, 2011).

3. Pernafasan: untuk mengetahui gangguan dalam

pernafasan dalam satu menit n: 16–24 x/menit

(Roumali, 2011).
121

4. Suhu: suhu tubuh normal 36-37,5 0C. suhu tubuh >

370C perlu diwaspadai adanya infeksi (Romauli, 2011).

(2) Pemeriksaan palpasi pada persalinan dilakukan untuk

menetapkan kedudukan janin dalam rahim dan menilai HIS

(Manuaba, 2009).

(3) Pemeriksaan Auskultasi

Normal terdengar denyut jantung janin di bawah

pusat ibu (baik dibagian kiri atau dibagian kanan).

Mendengarkan denyut jantung bayi meliputi frekuensi dan

keteraturannya. DJJ (denyut jantung janin) dihitung selama

1 menit penuh. Jumlah DJJ normal antara 120-140 kali/

menit (Romauli, 2011).

(4) Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan dalam merupakan pemeriksaan yang

sangat penting dalam persalinan dengan tujuan untuk

menentukan adakah tanda persalinan.

Hal –hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

periksa dalam:

1. Vulva vagina

Nilai adakah penguluaran lendir, darah dan air

ketuban, adakah pembesaran klenjar bartolini dan skin.

Adakah tanda-tanda radang (merah), adanya candiloma,

varises dan oedem.


122

2. Keadaan serviks

Kaku atau lunaknya serviks, kaku seperti

kerasnya ujung hidung, lunak seperti ujung bawah

telinga, apakah serviks mendatar atau belum, apakah

bibir serviks tipis atau tebal, berapa besar pembukaan.

3. Effacement (penipisan serviks)

4. Pembukaan serviks

5. Keadaan ketuban

Menentukan masih adakah air ketuban yang

dapat terkaji saat terjadi his, sehingga selaput ketuban

menonjol dan menggembung atau tidak terdapat selaput

ketuban yang menonjol yang berarti air ketuban sudah

tidak ada, menentukan keadaan ketuban melalui warna

air ketuban yang dapat diketahui jika selaput ketuban

sudah pecah.

6. Presentasi dan posisi janin

Menentukan bagian depan yaitu jika teraba keras

maka kepala sedangkan jika teraba lunak maka hal

tersebut adalah bokong.

7. Menentukan apakah bagian kepala janin telah melewati

pintu atas panggul jika kepala sudah berada di Hodge III

maka dari luar maka hanya boleh meraba bagian kecil

dari kepala.
123

8. Menentukan arah sutura sagitalis pada presentsai kepala

sebagi denominator adalah ubun-ubun kecil

9. Menentukan adakah terdapat moulage, jika terdapat

moulage maka os occipitale teraba lebih rendah dari

pada os parrietale

10. Adakah bagian anak yang menumbung seperti tangan,

lengan, kaki, tali pusat (Yanti, 2009).

3) Analisa

Ibu G...P... Ab.... Usia kehamilan ..... minggu, tungga/ganda,

hidup/mati, dengan inpartu kala... fase ...

4) Penatalaksanaan

Menggambarkan dokumentasi intervensi (I), Implementasi

dan Evaluasi (E) berdasarkan langkah 5, 6, 7 Varney.

1) Melakukan pendekatan terapeutik dengan pasien dan keluarga

2) Menjelaskan kepada ibu tentang kondisinya saat ini

3) Menganjurkan ibu untuk berkemih jika kandung kemih ibu

penuh

4) Menganjurkan ibu teknik relaksasi jika ada his

5) Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri

6) Melakukan observasi kehamilan


124

2.3 Landasan Teori Nifas (Post Natal Care)

2.3.1 Pengertian masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung kira-kira 6

minggu (Sulistyawati, 2009).

Masa nifas puerperium adalah masa pemulihan kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Sofian,

2013).

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono, 2009).

Istilah puerpurium (berasal dari kata puer artinya anak, parele

artinya melahirkan) menunjukkan periode 6 minggu yang berlansung

antara berakhirnya periode pesalinan dan kembalinya organ-organ

reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil (Maryunani,

2009).

2.3.2 Tahapan Masa Nifas

Menurut Ari sulistyawati 2009, masa nifas di bagi menjadi 3

periode, yaitu:
125

1. Puerperium Dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan dimana ibu di

perbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam,

dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium Intermedial

Adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya 6-8 minggu.

3. Remote Puerperium

Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa

berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.

2.3.3 Perubahan Fisiologis Masa NIfas

1. Perubahn Sistem Reproduksi

Menurut Sulistyawati 2009, perubahan pada sistem

reproduksi antara lain :

1) Uterus

(1) Pengerutan Rahim (involusi)

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus

pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini,

lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta

akan menjadi neurotic (layu/mati).


126

Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan

pemeriksaan palpasi untuk meraba tinggi fundus uteri (TFU).

1. Pada saat bayi lahir, TFU (tinggi fundus uteri) setinggi

pusat dengan berat 1000 gram.

2. Pada akhir kala III, TFU (tinggi fundus uteri) teraba 2 jari

di bawah pusat.

3. Pada 1 minggu post partum, TFU (tinggi fundus uteri)

teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gram.

4. Pada 2 minggu post partum, TFU (tinggi fundus uteri)

teraba di atas simpisis dengan berat 350 gram.

5. Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak

teraba) dengan berat 50 gram.

(2) Lokhea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa

nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua

yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea dibedakan menjadi 3

jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :

1) Lochea Rubra

lochea ini muncul pada hari 1- 4 masa post

partum, berwarna merah karena terisi darah segar,

jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,

lanugo (rambut bayi) dan meconium.


127

2) Lochea Saguinolenta

Cairan berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

Berlangsung hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.

3) Lochea Serosa

Berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.

muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

4) Lochea Alba

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati

berlangsung selama 2-6 minggu post partum.

Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat

menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai

dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi,

akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan

“lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar

disebut dengan “lokhea statis”.

(3) Perubahan pada Serviks

setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga

seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya

lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.

Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim;


128

setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari. Pada minggu ke-6

post partum, serviks sudah menutup kembali.

2) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.

Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua

organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva

dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur akan muncul kembali, sementara

labia lebih meninjol.

3) Perinium

Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak

maju. Pada post natal hari kelima, perinium sudah mendapatkan

kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum hamil.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan

anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat

pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi

kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan

(dehidrasi), kurang makan, serta kurangnya aktivitas tubuh

(Sulistyawati, 2009).
129

Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet

tinggi serat, peningkatan asupan cairan dan ambulansi awal. Bila ini

tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksamsia

(Sulistyawati, 2009).

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu sulit

untuk bunag air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan

penyebab dari keadaan ini adalah terdapat sepasme spingter dan

edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami

kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan berlangsung.

Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam

post partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air

akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersubut

disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal

dalam 6 minggu.

Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan

hyperemia, kadang-kadang odem trigonom yang menimbulkan

alostaksi dari uretra sehingga menjadi retinsio urine. Kandung

kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas

bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine

residual (normal  15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada

kandung kemih dapat menyebabkan infeksi (Sulistyawati, 2009).


130

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Pada ibu selama masa nifas berlangsung berlangsung

terbalik dengan selama masa kehamilannya. Perubahan ini meliputi

hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi

serta perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Untuk

menstabilkan sendi dengan lengkap diperlukan waktu sampai

minggu ke-8 setelah ibu melahirkan. Namum, kaki ibu belum

mengalami perubahan yang berarti seringkali masih membutuhkan

sandal/ sepatu yang lebih besar (Maryunani, 2009).

5. Perubahan Tanda Vital

Menurut Sulistyawati 2009, perubahan tanda-tanda vital

dalam masa nifas adalah :

1) Suhu Badan

Dalam 1 hari (24 jam) post partum,suhu badan akan naik

sedikit (37,5-38c) sebagai akibat kerja keras sewaktu

melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam

keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari

ke 3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI.

Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena

banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan ada infeksi

pada indometrium (mastitis, tractus genetalis, atau system lain).


131

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80x

permenit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih

cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100x permenit adalah

abnormal dan hal ini menunjukan adanya kemungkinan infeksi.

3) Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan

tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena

adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum

dapat menandakan terjadiya preeklamsia post partum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu

dan denyut nadi. Bila suhu dan dan nadi tidak normal maka

pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan

khusus pada saluran pencernaan.

6. Perubahan Sistem Endokrin

Menurut Sulistyawati 2009, perubahan sistem endokrin pada

masa nifas antara lain :

1. Hormon Plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah

persalinan. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun

dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari
132

ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada

hari ke-3 post partum.

2. Hormon Pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada

wanita tidak menyusui, prolakttin menurun dalam waktu 2

minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi

folikuler (minggu ke-3) dan LH tetep rendah hingga ovulasi

terjadi.

3. Hypotalamik pituitary ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga

dipengaruhi oleh factor menyusui. Seringkali menstruasi

pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen

dan progestron.

4. Kadar estrogen

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen

yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang

meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam

menghasilkan ASI.

7. Perubahan sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh

plsenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen

menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga


133

mengurangi volume plasma pada proporsi normal. Aliran ini terjadi

dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu

mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya pengesteran

membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan

meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan

bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan,

vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada

persalinan dengan sc pengeluaran 2 kali lipatnya. Perubahan terdiri

dari volume darah dan kadar hemotokrit (Sulistyawati, 2009).

Setelah persalinan, shunt akan kehilangan dengan tiba-tiba.

Volume darah ibu relatif akan bertambah, keadaan ini akan

menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan

dekompensasi kordis pada pasien dengan vitum kardio. Keadaan ini

dapat diatasi dengan mekanisme konpensasi dengan tumbuhnya

hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala.

Umumnya, ini terjadi pada 3-5 hari post partum (Sulistyawati,

2009).

8. Perubahan sistem hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar

fibrinogen dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin

meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan

plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental sehingga

meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang


134

meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000

selama proses persalinan akan tetep tinggi dalam beberapa hari post

partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai

25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut

mengalami persalinan yang lama (Sulistyawati, 2009).

Jumlah Hb, Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat

awal masa post partum sebagai akibat dari volume darah, plasenta

dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini

akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut.

Selama kehamilan dan post partum, terjadi kehilangan darah sekitar

200-500 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah pada

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari

ke-3 sampai ke-7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4-5

minggu post partum (Sulistyawati, 2009).

2.3.4 Perubahan Psikologis Masa nifas

Reva Rubin membagi periode ini menjadi tiga bagian, antara

lain :

1. Periode “Talking In”

1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada

umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada

kekhawatiran akan tubuhnya.

2) Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan

pengalamannya waktu melahirkan.


135

3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi

gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.

4) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk memper cepat pemulihan

dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi.

5) Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi

kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi

pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya.

2. Periode “Taking Hold”

1) Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.

2) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua

yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.

3) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB,

BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.

4) Ibu berusahan keras untuk menguasai keterampilan perawatan

bayi, misalnya menggendong, memandikan, memasang popok,

dan sebagainya.

5) Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak

mahir dalam melakukan hal-hal tersebut.

6) Pada tahap ini, bidan harus tanggap tarhadap kemungkinan

perubahan yang terjadi.

7) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk

memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus

selalu diperhatikan teknik bimbingan, jangan sampai


136

menyinggung perasaan atau membuat perasaan tidak nyaman

karena ia sangat sansitif.

3. Periode “Letting Go”

1) Perode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode

ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang

diberikan oleh keluarga.

2) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia

harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat

tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak

ibu, kebebasan dan hubungan sosial.

3) Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

(sulistyawati, 2009).

Menurut sulistyawati 2009, faktor yang mempengaruhi

suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa

postpartum adalah:

1. Respon dari dukungan keluarga dan teman.

2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan

aspirasi.

3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu.

4. Pengaruh budaya.
137

2.3.5 Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Kebutuhan masa nifas ibu tentu saja tidak sama dengan saat

tidak hamil dan selama hamil, menurut Sulistyawati 2009, kebutuhan

masa nifas antara lain :

1. Kebutuhan gizi ibu menyusui

Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan

sangat mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan

status gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800 cc yang

mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status gizinya kurang

biasnya akan sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah

penting , karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai menusia yang

sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.

1) Energi

Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca

post partum mencapai 500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari

800 cc yang mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang

dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750

kkal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama

itu pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti jumlah

kalori tambahan harus ditingkatkan.

Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya sebesar

700 kkal, sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari

cadanagn indogen, yaitu timbunan lemak selama hamil.


138

Mengingatkan efisiensi kofersi energi hanya 80-90 % maka

energi dari makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan

menjadi energi ASI sebesar 400-500 kkal. Untuk menghasilkan

850 cc ASI dibutuhkan energi 680-807 kkal energi. Maka dapat

disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan ibu

akan kembali normal dengan cepat.

2) Protein

Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein

di atas normal sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu

dianjurkan makan makanan mengandung asam lemak omega 3

yang banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam

ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI.

Selain itu ibu dianjurkan makan makanan yang mengandung

kalsium, zat besi, vitamin C, B1, B2, B12, dan D.

Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan

seperti air minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari

(1 liter setiap 8 jam). Beberapa anjuran yang berhubungan

dengan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain :

(1) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal.

(2) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan

vitamin.

(3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah

menyusui.
139

(4) Mengonsumsi tablet zat besi.

(5) Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A

kepada bayinya.

2. Ambulasi Dini (Early Ambulation)

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak dibenarkan

pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam

dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya

yaitu:

1) Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat

2) Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.

3) Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu

mengenai cara merawat bayinya.

Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat

secara berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke

jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri

tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat

terpenuhi.

3. Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar

Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah

dapat buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat

mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat


140

meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasanya ibu

malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera

buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya komplikasi post partum.

Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang

air besar. Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir,

maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk

memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi

makanan tinggi serat dan minum air putih.

4. Kebersihan Diri

Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu

untuk melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari

keluarga. Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post

partum, antara lain :

1) Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan

alergi kulit pada bayi.

2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari

daerah depan ke belakang, baru setelah itu anus.

3) Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.

4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai

membersihkan daerah kemaluan.

5) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh

daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.


141

5. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup

untuk memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada

ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan

3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat

bayi dan diri sendiri.

Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar

ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara

perlahan dan bertahap. Namun harus tetap melakukan istirahat

minimal 8 jam sehari siang dan malam.

6. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua

jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan

agama yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari

atau 6 mingggu setelah melahirkan.Namun kepiutusan itu

etrgantung pada pasangan yang bersangkutan.

7. Latihan/senam nifas

Menutut Ari Sulistyawati 2009, untuk mencapai hasil

pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan masa nifas


142

dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani

persalianan dengan normal dan tidak ada penyulit post partum.

Sebelum memulai bimbingan cara senam nifas, sebaiknya

bidan mendiskusikan terlebih dahulu denga pasien mengenal

pentingya otot perut dan panggul untuk kembali normal. Dengan

kembalinya kekuatan otot perut dan panggul, akan mengurangi

keluhan sakit punggung yang biasanya di alami oleh ibu nifas.

Latihan tertentu beberapa menit setiap hari akan sangat membantu

untuk mengencangkan otot bagian perut

Berikut ini adalah beberapa contoh gerakan yang dapat

dilakukan dalam melakukan senam nifas:

1) Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki,

kemudian gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan

ini sebanyak 15 kali secara bergantian untuk kaki kanan dan

kiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.

2) Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk.

Kerutkan otot bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat

kepala, mata memandang ke perut selama 5 kali hitungan.

Lakukan gerakan ini senbanyak 15 kali. Rileks selama 10

hitungan.

3) Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong

sambil mengerutkan otot anus selama 5 hitungan. Lakukan

gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan.


143

4) Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiri lurus

keatas sambil menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak

15 kali hitungan, bergantian dengan kaki kanan. Rileks selama

10 hitungan.

5) Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala,

kemudian bangun tanpa mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap

lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, kemudian

rileks selama 10 hitungan sambil menarik nafas panjang lwat

hidung, keluarkan lewat mulut.

6) Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90

derajat. Gerakan perut keatas sambil otot perut dan anus

dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan

gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10 hitugan.

8. Keluarga Berencana

Pada dasarnya ibu menyusui ekslusif tidak mengalami

ovulasi atau penuh enam bulan dan ibu belum mendapat haid.

Untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, nasehatkan

pasangan untuk menggunakan kontrasepsi ketika mulai aktifitas

seksual, meskipun siklus ibu belum kembali (Sulistyawati, 2009).

9. Perawatan Putting Dan Payudara

Perawatan payudara dan puting susu tidak hanya dilakukan

selama masa kehamilan, tetapi juga dilakukan setelah melahirkan

(nifas) dengan tujuan sama yaitu untuk melancarkan sirkulasi darah


144

dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar

pengeluaran ASI. Agar tujuan perawatan payudara ini dapat

tercapai, bidan/ perawat dapat menganjurkan ibu nifas agar:

1) Melakukan perawatan payudara secara teratur

2) Memelihara kebersihan sehari-hari

3) Asupan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk

mencukupi produksi ASI

4) Ibu percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya

5) Ibu merasa nyaman dan santai

6) Menghindari rasa cemas dan stress karena akan menghambat

refleks oksitosin (Maryunani, 2009).

Menurut Sulistyawati 2009, cara perawatan payudara adalah

sebagai berikut :

1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama bagian

puting susu.

2) Menggunakan BH yang menyongkong payudara.

3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang

keluar disekitar putting setiap kali selesai menyusui. Tetap

dilakukan mulai dari putting susu yang tidak lecet.

4) Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam.

ASI dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.

5) Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum paracetamol

tablet setiap 4-6 jam.


145

6) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI maka ibu

dapat melakukan:

(1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah

dan hangat selama 5 menit.

(2) Urut payudara dari arah pangkal ke putting atau gunakan

sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju

puting.

(3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara

sehingga puting susu menjadi lunak.

(4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat

mengisap seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.

(5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

10. Cara Menyusui Yang Baik dan Benar

Menurut Maryunani 2009, cara menyusui sangat

mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air susu. Bidan/

perawat perlu memberikan perlu memberikan bimbingan kepada ibu

dalam minggu-minggu pertama setelah persalinan (nifas) tentang

cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan

masalah, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Sebelum menyusui ASI dikelurkan sedikit dan di oleskan ke

putting susu dan areola sekitarnya.

2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/ payudara (ibu duduk atau

berbaring)
146

3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain

menopang dibawah, jangan menekan putting susu dan areola

saja.

4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan

menyentuh pipi bayi dengan putig atau menentuh sisi mulut

bayi.

5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dengan putting susu serta areola,

dimasukkan kemulut bayi.

6) Setelah bayi menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong,

sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain.

7) Menyusu berikutnya mulai dari payudara yang belum

terkosongkan (yang dihisap terakhir)

8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian

dioleskan pada putting susu dan areola sekitar, biarkan kering

dengan sendirinya.

9) Setelah selesai menyusui, bayi disendawakan dengan tujuan

untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak

muntah.
147

2.3.6 Tanda – tanda bahaya dan komplikasi pada masa nifas

1. Tanda – tanda bahaya pada masa nifas

Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan

terjadi setelah persalinan (Buku Acuan Nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006), oleh karena itu penting

bagi bidan atau perawat untuk memberikan informasi dan

bimbingan pada ibu agar dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada

masa nifas, antara lain:

1) Demam tinggi lebih dari 38 0C

2) Pendarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah

banyak.

3) Nyeri perut hebat / rasa sakit dibagian bawah abdomen/

punggung serta nyeri ulu hati.

4) Sakit kepala hebat, pandangan kabur.

5) Pembengkakan pada wajah dan estremitas.

6) Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis.

7) Payudara bengkak, kemerahan dan demam.

8) Putting payudara berdarah.

9) Tubuh lemas.

10) Kehilangan nafsu makan.

11) Konstipasi.

12) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya

(Maryunani, 2009).
148

2.3.7 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Nifas

Nama Pengkajian :Nama petugas yang melakukan

pengkajian terhadap klien.

Tanggal Pengkajian/Jam :Menunjukan tanggal dan waktu dilakukan

pengkajian.

Tempat Pengkajian :Menunjukan tempat dimana dilakukan

pengkajian.

1. Pengkajian Data

1) Data Subjektif

(1) Identitas

Nama, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat

(Yanti, 2009).

(2) Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang

berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas,

sakit pada jalan lahir karena adanya luka jahitan perineum

(Sulistyawati, 2009).

(3) Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui kemungkinan adana riwayat atau

penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, hipertensi, asma

yang dapat mempengaruhi masa nifas saat ini (sulistyawati,

2009).
149

(4) Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari

1. Nutrisi

Menggambarkan pola makan, dan minum,

frekuensi, banyak, dan jenis makanan serta pantangan.

2. Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu

kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jmlah

konsistensi serta kebiasaan buang air kecil meliputi

warna, frekuensi.

3. Istirahat

Menggambarkan pola istirahat yang cukup .

Tidur malam sekitar 8 jam, tidur siang 1 jam.

4. Personal hyegiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu

menjaga kebersihan terutama genetalia, karena pada

masa nifas masih mengeluarkan lokhea.

5. Aktivitas

Menggambarkan pola aktifitas yang dilakukan

pasien, karena pengaruh aktifitas terhadap kesehatan

(Sulistyawati, 2009).
150

2) Data Obyektif

(1) Keadaan umum

Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan

pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan

laporkan dengan kriteria, baik atau lemah (Sulistyawati, 2009).

(2) Kesadaran

Untuk mendapakan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan

dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari

kesadaran composmetis (kesadaran maksimal), sampai dengan

coma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009).

(3) Vital Sign

Meliputi Tekanan Darah, nadi, pernafasan dan suhu

(Sulistyawati, 2009).

(4) Pemeriksaan Fisik

1. Payudara

Memastikan konsistensi / ada atau tidaknya

pembengkakan, puting susu menonjol atau tidak, keadaan

kolostrum atau air susu sudah keluar atau belum dan menilai

bagaimana pengeluaranya (Sulistyawati, 2009).

2. Abdomen

Memastikan uterus dalam keadaan normal yaitu

kontraksi baik, tinggi fundus uteri berkurang sesuai dengan

hari setelah salin. Serta memastikan kandung kemih penuh


151

atau kosong. Selama 12 jam tinggi fundus uteri mencapai

kurang lebih 1 cm di atas umbilikus, beberapa hari

kemudian perubahan involusi berlangsung dengan cepat.

Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Fundus

normal dapat berada di pertengahan antara umbilikus dan

simfisis pubis pada hari pasca partum minggu ke 6. Uterus

tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke 9

pascapartum. Seminggu setelah melahirkan uterus berada

didalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke 6 berat uterus

menjadi 50 sampai 60 gram (Sofian , 2013).

3. Genetalia

Memperhatikan perubahan lokhea dan kebersihan,

serta melihat keadaan perineum adakah oedem, haematoma,

bekas luka heacting atau laserasi.

4. Anus

Mengkaji adakah haemoroid dan kebersihan.

5. Ekstermitas

Memastikan tidak ada varises , oedema gangguan/

kelainan, bentuk dan adakah oedem (Sulistyawati, 2009).

2. Analisa

Ibu P...Ab... dengan .......... jam/hari/minggu Post partum

(Sulistyawati, 2009).

3. Penatalaksanaan
152

Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara

efisien dan aman:

1. Mengobservasi

Meliputi pemeriksaan:

1) Keadaan Umum

2) Kesadaran

3) Tanda- tanda vital Tekanan Darah : normal (110/70-

120/80mmHg),Nadi:normal (70-90x/menit), Pernafasan :

normal (16-24x/menit), Suhu : normal (36-37˚C)

4) Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri

5) Keadaan kandung kemih, menganjurkan segera berkemih

karena jika kandung kemih penuh akan menghambat proses

involusi uterus

6) Mobilisasi dini, menganjurkan untuk segera melakukan

mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran lokhea .

2. Kebersihan diri

1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama genetalia

2) Mengganti pembaut minimal 4 kali sehari atau setiap selesai

BAK

3. Istirahat

1) Menganjurkan untuk istirahat cukup agar tidak terlalu lelah


153

2) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat

menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusi berjalan

lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan.

3) Menganjurkan untuk kembali mengerjakan kegiatan sehari-

hari secara perlahan

4. Gizi

1) Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan bergizi, dan

cukup kalori, dan makan makanan yang mengandung

protein , vitamin dan mineral.

2) Menganjurkan untuk minum air mineral 3 liter sehai atau

segelas setiap selesai menyusui

3) Menganjurkan minum tablet Fe / zat besi selama 40 hari

pasca persalinan

4) Memberikan vitamin A 200.000 UI

5. Perawatan Payudara

1) Menganjurkan untuk menjaga kebersihan payudara

2) Menganjurkan untuk memberi ASI ekslusif sampai bayi

berumur 6 bulan.

6. Hubungan seksual

Memberitahu pengertian hubungan seksual dapat

dilakukan minimal setelah ibu menggunakan KB untuk

menghindari terjadinya kehamilan.


154

7. Keluarga Berencana

Menganjurkan untuk segera mengikuti KB setelah masa

nifas terlewati sesuai dengan keinginan (Sulistyawati, 2009).

2.4 Landasan Teori Bayi Baru Lahir (BBL)

2.4.1 Pengertian BBL (Bayi Baru Lahir)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memeakai alat pada usia

kehamilan genap 37 – 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram

nilai atgar >7 dn tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010).

Neonatus dapat didefinisikan sebagai bayi (infant) dalam empat

minggu pertama kehidupan. Bayi cukup bulan adalah bayi yang

dilahirkan setelah usia kehamilan genap mencapai 37 minggu dan

sebelum usia kehamilan genap mencapai 41 minggu. Bayi lewat waktu

adalah bayi yang dilahirkan setelah usia kehamilan melewati 41 minggu

(Wiliamson dan Crozier, 2013).

2.4.2 Tahapan Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Tahap 1

Terjadi setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran.

Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan

scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.


155

2. Tahap II

Disebut tahap transisional reaktifitas. Pada tahap II

dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya

perubahan perilaku.

3. Tahap III

disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setalah 24 jam

pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Dewi, 2011).

2.4.3 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Pernafasan

Pernafasan pertama bayi baru lahir normal pada waktu 30

detik setelah lahir. Pada menit-menit pertama 80 kali/ menit

disertai pernafasan cuping hidung, rintihan berlangsung 10-15 menit

(Yanti, 2009).

Rangsangan gerakan pernafasan pertama adalah :

1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir

(stimulasi mekanik).

2) Penurunan PaO2 dn peningkatan PaCO2 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi

kimiawi).

3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di

dalam uterus (stimulasi sensorik).

4) Refleks deflasi Hering Breur.


156

5) Tekanan rongga dada bayi pada waku melalui jalan rahir

pervaginam (Yanti, 2009).

2. Sister sirkulasi

Dengan berkembangnya paru-paru tekanan ogsigen di dalam

alveoli meningkat sebaliknya tekanan CO2 tirun hal tersebut

mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah paru-paru.

Sehingga cairan ke alat tersebut meningkat, ini menyebabkan darah

dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus anterioous

menutup (Yanti, 2009).

3. Teraktus digestivius

Teraktus digestivius relative lebih berat dan lebih panjang

dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus Teraktus digestivius

mengandung meconium yang terbentuk sejak 16 minggu kehamilan

dan keluar dalam sepuluh jam pertama dan 4 hari biasanya tinja

sudah berbentuk dan berwarna biasa (Yanti, 2009).

4. Metabolisme

Luas permukaaan neonatus relative lebih besar dari pada

orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB lebih besar.

Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari pembakaran

karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak.

Setelah mendapat susu  pada hari ke enam energi 60 % didapat

dari lemak dan 40 % dari karbohidrat (Yanti, 2009).


157

5. Hati

Segera setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia

dan morfologis yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar

lemak dan oksigen. Sel hemapoetik mulai berkurang, enzyme hati

belum aktif benar, daya detoksifikasi hati juga belum sempurna

(Yanti, 2009).

6. Suhu

Menurut Yanti 2009, pada saat lahir bayi berada dalam suhu

lebih rendah dari pada dalam kandungan dan dalam keadaan basah.

Bila tidak disesuikan suhu lingkungan maka BBL akan kehilangan

kalori melalaui :

1) Evaporasi

Yaitu proses kehilanga panas melalui cara penguapan

oleh karena temperature lingkungan lebih rendah dari pada

temperature tubuh (bila bayi dalam keadaan basah).

2) Konduksi

Proses kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung

dengan benda yang mempunyai suhu lebih rendah.

3) Konveksi

Yaitu proses penyesuaian suhu tubuh melalui sirkulasi

udara terhadap lingkunga.


158

4) Radiasi

Yaitu proses hilangnya panas tubuh bayi balita

diletakkan dekat dengan benda yang lebih rendah suhunya dari

tubuh.

7. Keseimbanagan asam basa

Yaitu PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis

anaerobic. Dalam 24 ajm neonatus telah mengkonpensasi asidosis

ini (Yanti, 2009).

8. Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Yaitu tubuh relative banyak air dan kadar Na lebih besar

dari pada K. ini menandakan bahwa ruang eksternal seluler luas dan

fungsi ginjal belum sempurna karena:

1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.

2) Ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume

tubulus proksimal.

3) Renal blood flour relatif kurang bila dibandingkan dengan orang

dewasa (Yanti, 2009).

9. Kelenjar endokrin

Yaitu selama dalam uterus, fetus mendapatkan hormon dari

ibu. Pada waktu BBL, kadang hormon tersebut masih berfungsi.

Pada bayi laki-laki terlihat pembesarn kelenjar air susu dan pada

perempuan ditambah pengeluaran darah pada vagina (Yanti, 2009).


159

10. Susunan saraf pusat

Yaitu sewaktu bayi lahir motorik terutama ialah subkortial.

Setelah lahir jumlah cairan otak berkurang sedangkan lemak dari

protein bertambah. Meilinisasi terjadi setelah bayi berumur 2 bulan.

Perubahan konsentrasi DNA dalam otak dapat diketahui bahwa

pertambahan sel berlangsung terus sampai anak berumur  1 tahun

(Yanti, 2009).

11. Reflex

Menurut Yanti 2008, bayi yang baru lahir mempunyai

sejumlah refleks. Hal ini merupakan dasar bagi bayi untuk

mengadakan reaksi dari tindakan aktif. Ada 2 macam refleks yaitu:

1. Refleks Permanen (tidak adan hilang)

1) Refleks urat achialis : kontraksi urat daging kempal, bila

urat achialis dipukul.

2) Refleks urat patelair : kontraksi urat daging kaki atas bila

ada pukulan bawah kulit.

3) Refleks pupil : mengecilnya pupil bila ada sinar.

2. Refleks sementara (menghilang setelah umur 4-6 bulan)

1) Refleks moro

reflek terkejut anak mengembangkan tangan ke

samping lebar-lebar, melebarkan jari-jari lalu

mengembalikan dengan cepat seakan-akan memeluk

seseorang.
160

2) Refleks tonick neck

Anak akan mengangkat leher dan menoleh kana/ kiri

bila diletakkan dalam posisi tengkurap.

3) Refleks rooting

Timbul karna stimulasi taktil pada pipi dan daerah

mulut, akan bereaksi seakan-akan mencapai putting susu.

4) Refleks sucking

Timbul bersama dengan rangsangan pipi untuk

menghisap putting susu dan mengisap ASI.

5) Refleks grasping

Bila jari diletakkan ditelapak tangan, anak akan

menutup telapak tangan tadi.

6) Refleks babinsky

Bila ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan

bergerak ke atas dan jari-jari lain membuka.

7) Refleks steping

Jika bayi dibuat posisi berdiri maka aka nada

gerakan spontan kaki melangkah walaupun belum bisa

berjalan.

12. Perubahan sistem kekebalan tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.

Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami


161

maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur

pertahanan tubuh yang mencegah atau memindahkan infeksi (Yanti,

2009).

2.4.4 Penanganan Bayi Baru Lahir

1. Menilai bayi dengan cepat (30 detik,), yaitu apakah bayi cukup

bulan, apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium,

apakah bayi menangis atau bernafas dan apakah tonos otot bayi

baik. kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi

kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu

pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan)

2. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu dan bayi, lakukan penyuntikan oksitosin

IM.

3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu

dan memasang klem 2 cm dari klem pertama.

4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.

5. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain yang bersih dan kering, menutupi

bagian kepala.

6. Memberikaan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu memeluk

bayinya dan memulai inesiasi menyusu dini (Sarwono, 2009).


162

2.4.5 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

1. Menurut Eniyati dan Melisa 2012, langkah menyusui dini (IMD)

antara lain :

1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya

segera setelah lahir selama paling sedikit 1 jam pertama.

2) Bayi harus mengunakan naluri alamiahnya untuk melakukan

inisiasi menyusu dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap

untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada

bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu dini selesai dilakukan,

prosedur tersebut seperti: menimbang, pemberian antibiotik

saleb mata, Vitamin K1 dan lain-lain.

2. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

1) Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi.

2) Kontak kult ke kulit dan IMD akan :

(1) Menstabilkan pernafasan.

(2) Mengendalikan temperatur tubuh bayi.

(3) Meperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik

(4) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusui yang lebih

cepat dan efektif.

(5) Meningkatkan kenaikan berat badan (bayi kembali keberat

lahirnya dengan lebih cepat).

(6) Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi.


163

(7) Bayi tidak terlalu banyak menangis selama satu jam

pertama.

(8) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam

perut bayi sehingga memberikan perlindungan dari infeksi.

(9) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan

mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian

icterus BBL.

(10) Kadar gula dan parameter biokimia lain lebih baik selama

beberapa jam pertama kehidupan (Eniyati dan Melisa,

2012).

3. Keuntungan inisiasi menyusu dini untuk ibu antara lain :

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu

1) Oksitosin

(1) Stimulasi kontarksi uterus dan menurunkan risiko

perdarahan pasca persalinan

(2) Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan

produksi ASI

(3) Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi

(4) Ibu menjadi lebih tenang, fasilitas kelahiran plasenta dan

pengalihan rasa nyeri dari berbagai prosedur pasca

persalinan lainnya.

2) Prolaktin

1) Menigkatkan produksi ASI.


164

2) Membantu ibu mengatasi stress terhadap berbagai rasa

kurang nyaman.

3) Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai

menyusu.

4) Menunda ovulasi (Eniyati dan Melisa, 2012).

4. Keuntungan inisiasi menyusu dini untuk bayi

1) Makanan dengan kuaalitas dan kuantitas optimal.

2) Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi.

3) Meningkatkan kecerdasan.

4) Membantu bayi mengkoordinasi kemampuan hisap, telan dan

nafas.

5) Meningkakan jalinan kasih saying ibu dan bayi.

6) Mencegah kehilangan panas (Eniyati dan Melisa, 2012).

2.4.6 Evaluasi Nilai APGAR

APGAR skore adalah sebuah metode yang diperkenalkan

pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah

metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi

baru lahir sesaat setelah kelahiran ( Sujiatini, 2011).


165

Tabel 2.10 Cara Penilaian APGAR Pada BBL

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2 Nilai


Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) seluruh tubuh ekstermitas kemerahan
biru
Pulse Tidak ada <100 >100
(denyut jantung)
Grimace Tidak ada Ekstermitas Gerakan aktif
(tonus otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(aktifitas) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(pernafasan) teratur
Jumlah nilai APGAR
Sumber: Yanti,2009

2.4.7 BALLARD SCORE (Penilaian Masa Gestasi)

Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L

Ballard, MD untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui

penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi

postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan

heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo,

permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia.

1. Penilaian Maturitas Neuromuskular

1) Postur (sikap)

Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi

saat istirahat dan adanya tahanan saat otot diregangkan.

Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin

mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah

sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebihawal dari


166

ekstremitas atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki

yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan pergelangan

tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi

siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif

ekstensor tidak mendapat perlawanan, sedangkan pada bayi

yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi

pasif yang progresif. Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan

terlentangdan pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang

pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat

dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan

memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan

memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya.

Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti

posisi kaki kodok.

2) Square Window Wrist (Sudut Pergelangan Tangan)

Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan

terhadap peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi

pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jarijari bayi

dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan

lembut. Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah

bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut

> 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 °
167

3) Arm Recoll (Membalikkan Lengan)

Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot

biseps dengan mengukur sudut mundur singkat setelah sendi

siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan

cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan

bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5

detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan. Amati reaksi

bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/

gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 °, Skor 2: fleksi

parsial 110-140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor

4:kembali ke fleksi penuh

4) Popliteal Angle (Sudut Poplitea)

Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif

sendi lutut dengan menguji resistensi ekstremitas bawah

terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa

popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut

tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi ini,

pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan

satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang

lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena

hal ini dapat mengganggu interpretasi. Kaki diekstensikan

sampai terdapat resistensi pastiterhadap ekstensi. Ukur sudut

yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal.


168

Perlu diingat bahwa pemeriksa harus menunggu sampai bayi

berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi

kaki. Posisi Frank Breechpra lahir akan mengganggu manuver

ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami

kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes harus

diulang setelah pemulihan telah terjadi

5) Scarf Sign (Tanda Selompangan)

Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang

bahu. Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa

mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong

tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu

jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi.

Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua

bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala

tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan

dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat

leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris

puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan

garis aksila ipsilateral (4).

6) Heel to Ear (Tumit ke Telinga)

Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada

gelang panggul dengan memberikan fleksi pasif atau tahanan

terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi


169

bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan

telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa

memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa

dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi

lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji

mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil

dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat:

telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar

(3); dan lipatan femoralis (4).

2. Penilaian Maturitas Fisik

1) Kulit

Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan

struktur intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya secara

bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh

karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput

dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam selama

pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi dengan

kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung

pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin.

Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan

stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari

pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi

lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu


170

vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan. pada

keadaan matur dan post matur, janin dapat mengeluarkan

mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat

mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan

mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.

2) Lanugo

Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh

fetus. Pada extreme prematurity kulit janin sedikit sekali

terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24

hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu

dan punggung atas ketika memasuki minggu ke 28. Lanugo

mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah

yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya

dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah lumbosakral.

Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi

lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing

usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan

hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi

dari ibu dengan diabetes mempunyai lanugo yang sangat

banyak.

Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya

menilai pada daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo

bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi.
171

3) Permukaan Plantar

Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian

anterior ini kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika

di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai

sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain

pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan

maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis pada

telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian

penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak

didasarkan atas ras atau etnis tertentu.

Bayi very premature dan extremely immature tidak

mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu

menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan

plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga

tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2,

untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1.

Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor di tabel.

4) Payudara

Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang

tumbuh akibat stimulasi esterogen ibu dan jaringan lemak yang

tergantung dari nutrisi yang diterima janin. Pemeriksa menilai

ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat

pertumbuhan papila Montgomery. Kemudian dilakukan


172

palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari

dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter.

5) Mata/Telinga

Daun telinga pada fetus mengalami penambahan

kartilago seiring perkembangannya menuju matur.

Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan

kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah

wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati

kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke posisi

semulanya.

Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap

terlipat ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya

menilai kematangan berdasarkan perkembangan palpebra.

Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra

superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan

ibu jari. Pada bayi extremely premature palpebara akan

menempel erat satu sama lain. Dengan bertambahnya

maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun

hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada

posisinya.

Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan

dengan skor dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak

terdapat variasi kematangan palpebra pada individu dengan


173

usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor

seperti stres intrauterin dan faktor humoral yang

mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.

6) Genital (Pria)

Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneumke

dalam scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi.

Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar

minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di

canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke

33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit

skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae.

Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila

terdapat di dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely

premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa

dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus

matur hingga post matur, scrotum biasanya seperti pendulum

dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring.

Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang

terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit

jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia

kehamilan yang sama.


174

7) Genital (wanita)

Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan

maka neonatus harus diposisikan telentang dengan pinggul

abduksi kurang lebih 450 dari garis horisontal. Abduksi yang

berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak

lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkan keduanya

tertutupi oleh labia majora.

Pada neonatus extremely premature labia datar dan

klitoris sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan

dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi tidak

begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol.

Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris

menyusut dan cenderung tertutupi oleh labia majora yang

membesar.

Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya

bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan

dapat menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal

gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia

majora cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan

matur atau post matur dan labia minora serta klitoris

cenderung lebih menonjol.


175

3. Interpretasi Hasil

Masing-masing hasil penilaian baik maturitas

neuromuskular maupun fisik disesuaikan dengan skor di dalam

tabel dan dijumlahkan hasilnya. Interpretasi hasil dapat dilihat

pada tabel skor. (Maryati files, 2011 Ballard-Score.pdf) diposting

tanggal 23 Mei 2015 jam 11.00 WIB


176

2.3 Penilaian Masa Gestasi (New Ballard Score)

Sumber : Maryati, 2011


177

2.4 Grafik Penilaian Masa Gestasi

Sumber : Maryati, 2011


178

2.4.8 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Nama Pengkajian : Nama petugas yang melakukan pengkajian

terhadap klien.

Tanggal Pengkajian / Jam : Menunjukan tanggal dan waktu dilakukan

pengkajian.

Tempat Pengkajian : Menunjukan tempat dimana dilakukan

pengkajian.

1. Data obyektif

1. Identitas

Nama : harus dengan nama yang jelas dan lengkap bila

perlu agar tidak salah dalam memberikan

penanganan.

Jenis Kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi dan jenis

kelamin bayi sangat mempengaruhi kebutuhan

bayi.

Umur : mengetahui umur untuk menentukan jenis

asuhan yang akan diberikan serta mengetahu

tahap pertumbuhan bayi.

Tanggal Lahir : untuk menghitung umur bayi.

Tempat Lahir : mengetahui riwayat persalinan ibu.

Alamat : untuk mempermudah kunjungan (Dewi, 2011).

2. Keluhan Utama : Untuk mengetahui masalah atau keluhan.


179

2. Data Subjektif

1. Keadaan umum bayi : untuk mendeteksi adanya masalah

kesehatan bayi. Terutama suhu bayi karena bayi baru lahir

sering mengalami hipotermi karena bayi baru beradaptasi

dengan lingkungan diluar kandungan.

2. BB : melakukan penilaian dari hasil penimbangan, dengan

katagori:

a. Normal : 2500-3500 g.

b. Premature : < 2500 g.

c. Makrosomia : > 3500 g. (Hidayat, 2009)

3. PB bayi : melakukan penilaian dari hasil pengukiran,

dengan katagori normal adalah 45-50 cm (Hidayat, 2009)

4. Suhu : untuk mendeteksi adanya komplikasi infeksi atau kurang

ASI pada bayi. Normalnya (suhu aksila antara 36,5 0C -37,5 0C)

(JNPK-KR, 2008).

5. RR : 40-60x/mnt

6. Nadi : 120-160 x/mnt

7. Lingkar dada : 30-38cm

8. Lingkar kepala : 33-35 cm,

1) Subociput bregmatica (SOB) normal 32 cm

2) Fronto occipitalis (FO) normal 34 cm

3) Mento occipitalis (MOB) normal 35 cm

9. Kulit bayi : kemerahan atau pucat.


180

10. Bayi lahir langsung menangis atau megap-megap

11. Genetalia : sudah matang atau belum

12. Reflek pada bayi : sesuai tahap perkembangan bayi.

13. Tonus otot : gerak aktif (Sulistyawati, 2009).

3. Analisa

Bayi Ny. .... usia.... jam/hari/minggu NCB (neonatal cukup bulan)

SMK/ BMK/ KMK (sesuai masa kehamilan/ besar masa

kehamailan/ kecil masa kehamilan)

4. Penatalaksanaan

1. Mengeringkan bayi

2. Memotong tali pusat jangan membubuhi apapaun

3. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi

sehingga bayi menempel di dada/ perut ibu usahakan kepala

bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah

dari putting payudara ibu.

4. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi, biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit

di dada ibu paling sedikit 1 jam.

5. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi,

beri tetes mata antibioti profilaksis dan vitamin K1 1 mg.

6. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan

imunisasi hepatiis B di paha kanan anterolateral (JNPK-KR,

2008).
181

2.4 Landasan Teori Keluarga Berencana (KB)

2.4.1 Pengertian KB

Menurut WHO (World Health Organization), keluarga

Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan

suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkana kelahiran yang

diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan

jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati, 2011).

Keluarga berencana (family planning, planned parenthood)

merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan

jarak kehamilan menggunakan kontrasepsi (yetti dan Martini, 2012).

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan

jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka

dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun

menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau

pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Sulistyawati, 2011).

2.4.2 Sejarah Lahirnya Keluarga Berencana

Sebelum abad XX, di Negara barat sudah ada usaha pencegahan

kelangsungan hidup anak karna berbagai alasan. Caranya adalah dengan

membunuh bayi yang sudah lahir, melakukan abortus dan mencegah /

mengatur kehamilan. KB di Indonesia dimulai pada awal abad ke- XX.

Di inggris, maria stopes, upayayang ditempuh untuk perbaikan ekonomi

keluarga buruh degan mengatur kehamilan. Menggunakan cara-cara


182

sederhana (kondom, pantang berkala). Amerika serikat, Margareth

Sanger, memperoleh pengalaman dari Saddie Sachs, yang berusaha

menggugurkan kandungan yang tidak di inginkan. Ia menulis buku

“Family Limitation ” (pembatasan keluaraga). Hal tersebut merupakan

tongkat permulaan sejarah berdirinya KB (Yetti dan Martini, 2012).

2.4.3 Jenis-jenis KB

1. Metode Kontrasepsi Alamiah

1) Keefektifan

Bila digunakan secara sempurna keefektifan metode

kontrasepsi alamiah dapat mencapai setinggi 95-98%.

2) Keuntungan

(1) Aman.

(2) Murah tanpa biaya.

(3) Dapat diterima oleh banyak golongan agama.

(4) Sangat berguna baik untuk merencanakan maupun

menghindari terjadinya kehamilan.

(5) Mengajar wanita, kadang-kadang suaminya, perihal siklus

haid.

(6) Tanggung jawab berdua sehingga menambah komunikasi

dan kerjasama

3) Kerugian

(1) Kurang efektif bila dibandingkan metode-metode

kontrasepsi lainnya.
183

(2) Perlu intruksi dan konseling sebelum pemakaian.

(3) Memerlukan catatan siklus haid yang lengkap.

(4) Dapat menghambat spontanitas seksual, stress psikologis

dan kesulitan-kesulitan dalam perkawinan.

(5) Bila siklus haid teratur dapat mempersulit.

(6) Bila terjadi kehamilan, ada resiko bahwa ovum/

spermatozoa-nya sudah terlalu tua.

(7) Masa bimbingan 3 bulan dan perlu kontak yang sering

dengan petugas.

(8) Diperlukan kerjasama dan komitmen kedua pasangan.

(9) Harus diajarkan oleh petugas terlatih.

(10) Diperlukan catatan harian yang berisi tanda-tanda

kesuburan.

(11) Bila dipakai untuk menghindari kehamilan, beberapa

pasangan mengalami stress karena tidak boleh bersenggama

selama 8-16 hari dari siklus haid, tergantung metode apa

yang dipakai.

(12) Ketegangan mungkin juga disebabkan oleh ketidak pastian

efektifitas metode yang dipakai.

4) Kontraindikasi

(1) Pasangan yang mengalami kesulitan untuk mengamati,

mencatat, atau menyimpulkan tanda-tanda kesuburan.


184

(2) Wanita-wanita dengan interval (jarak) menstruasi yang

sangat tidak teratur, atau siklus yang amat panjang atau

pendek.

(3) Wanita yang merasa kurang nyaman untuk memeriksakan

tanda-tanda kesuburannya setiap hari.

(4) Pasangan yang sulit untuk tidak bersenggama selama masa

subur.

(5) Pasangan yang tidak bersedia atau tidak sanggup untuk

mengkomunikasikan mengenai masalah-masalah seksual

mereka.

(6) Wanita-wanita dimana kehamilan selanjutnya merupakan

kontra indikasi, baik secara medis atau social.

(7) Wanita-wanita yang mempuyai lebih dari satu pasangan

seksual, karena meningkatkan resiko PMS (Yetti dan

Martini, 2012).

2. Metode Kontaraepsi Alamiah Tanpa Alat

Menurut Yetti dan Martini 2012, Adalah metode-metode

yang tidak membutuhkan alat atau bahan kimia (yang menjadi ciri

khas metode perintang) juga tidak memerlukan obat-obatan

(sebagaimna ciri-ciri metode hormonal). Keluarga berencana

alamiah kadang disebut juga sebagai pantang berkala, yaitu :


185

1) Metode Kalender

Metode kalender menggunakan prinsip pantang berkala

yaitu tidak melakukan hubungan persetubuhan pada masa subur

istri. Untuk menentukan masa subur itri digunakan tiga patokan

yaitu:

(1) Ovulasi terjadi 142 hari sebelum haid yang akan dating.

(2) Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah

ejakulasi.

(3) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ejakulasi (Sulistyawati,

2012).

2) Metode Suhu Basal Tubuh

(1) Daya guna

Daya guna pemakaian ialah 20-30 kehamilan per 100

wanita pertahun.

(2) Efek samping

Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan

frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom

atau tablet vagina saat hubungan seksua (Sulistyawati,

2012).

3) Metode Lendir Serviks atau Metode Ovulasi Bilings (MOB)

Adalah suatu upaya merencanakan keluarga dalam

menentukan ingin hamil atau ingin tidak hamil melalui

pengamatan lendir serviks.


186

(1) Keuntungan

1. Kontrasepsi

1) Memungkinkan setiap kehamilan direncanakan.

2) Berdasarkan metode yang alamiah.

3) Dapat membantu pasangan yang ingin hamil.

4) Tidak berbahaya karna menggunakan cara alamiah.

5) Membantu meningkatkan relasi suami/ istri dalam

perkawinan.

6) Ekonomis.

7) Praktis dan mendidik kemandirian.

8) Murah, mudah dan tidak bertentangan dengan agama

manapun (Yetti dan Martini, 2012).

2. Non kontrasepsi

1) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga

berencana.

2) Menambahkan pengetahuan tentang sistem

reproduksi pada suami dan istri.

3) Memungkinkan mengeratkan komunikasi suami istri

(Yetti dan Martini, 2012).

(2) Kerugian

1. Perlu konseling sebelum dan selama menggunakan

metode ini.

2. Memerluka catatan harian tanda-tanda masa subur.


187

3. Dapat menghambat spontanitas seksual.

4. Diperlukan kerjasama kedua pasangan.

5. Keefektifan tergantung dari kamauan dan disiplin

pasangan untuk mengikuti intruksi.

6. Dibutuhkan pelatihan atau guru KBA (bukan tenaga

medis) yang dapat membantu ibu mengenali masa subur.

7. Perlu pantangan selama masa subur.

8. Infeksi vagina membuat lendir serviks sulit dinilai.

9. Tidak terlindung dari IMS (Yetti dan Martini, 2012).

4) Metode Symthotermal

Metode ini menggabungkan kedua metode diatas.

Selanjutnya wanita disuruh mencari tanda-tanda ovulasi lainnya

yaitu nyeri perut (cramps), spoting dan perubahan posisi serta

konsistensi serviks. Metode ini sedikit lebih unggul karena

mengkombinasi berbagai variable. Tetapi tetap juga memiliki

keterbatasan. Keuntungannya, hari-hari mendekati ovulasi dapat

diketahui dari bentuk lender dan kapan masa subur berlalau

diketahui dari kenaikan suhu tubuh. Pada hari-hari setelah

lender serviks tidak dapat ditarik lagi seperti benang, suhu tubuh

harus lebih tinggi dari 6 hari sebelumnya. Tanda-tanda lain yang

menunjukkan adanya ovulasi adalah rasa sakit pertengahan,

yaitu rasa sakit di perut bagian bawah (di indung telur) sebelah
188

kiri atau kanan yang terjadi tepat pada saat ovulasi dan bercak

darah (Yetti dan Martini, 2012).

5) Metode Senggama Terputus (Coitus Interuptus)

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana

tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)

dari vagina sebelum peria mencapai ejakulasi.

(1) Keuntungan

1. Tidak memerlukan biaya.

2. Tidak memerlukan perangkat buatan.

3. Tidak memiliki efek samping fisik.

4. Dapat dilakukan tanpa resep atau konsultasi medis.

5. Tidak ada hambatan untuk memberikan stimulasi.

(2) Keterbatasan

Angka kegagalan 4-18 kehamilan/ 100 perempuan

pertahun.

1. Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga

berencana.

2. Pasangan yang tidak meninginkan metode KB lainnya.

3. Pasangan yang memerlukan metode sementara.

4. Pasangan yang melakukan hubungan seksual yang tidak

tertur.

Tidak cocock untuk pria yang :

1. Pengalaman ejakulasi dini.


189

2. Pri yang dulit menngunakn KB tersebt.

3. Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.

4. Perempuan yang pasangananya sulit diajak bekerja

sama.

5. Pasangan yang yang kurang dapat saling berkomunikasi.

6. Pasangan yang tidak bersedia menggunakan senggana

terputus (Yetti dan Martini, 2012).

3. Metode Kontrasepsi Sederhana Dengan Alat

1) Metode Barier Pria (kondom)

Kondom untuk pria merupakan bahan karet (lateks)

poliuretan (plastik), atau bahan sejenis yang kuat, tipis dan

elastis. Benda tersebut ditarik menutupi penis yang sedang

ereksi untuk menampung semen selama ejakulasi dan mencegah

sperma masuk kedalam vagina.

(1) Keuntungan

1. Mencegah kehamilan.

2. Melindungi dari PMS (penyakit menular seksual)

3. Dapat diandalkan.

4. Relative murah.

5. Sederhana, ringan, disponsible.

6. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, sepervisi atau

follo-up.

7. Reversibel.
190

8. Pri ikut secara aktif dalam program KB (Yetti dan

Martini, 2012).

(2) Kerugian

1. Angka kegagala relatif tinggi.

2. Perlu menentukan sementara aktifitas dan spontanitas

hubungan seks guna memakai kondom.

3. Perlu dipakai secara konsisiten dan terus menerus pada

setiap senggama (Yetti dan Martini, 2012).

(3) Kontaindikasi

Alergi terhadap kondom karet (Sulistyawati, 2012)

2) Kontrasepsi Barier Pada Wanita

Menghalangi masuknya spermatozoa kedalam traktus

genetalia interna wanita yang immobilisasi atau mematika

spermatozoa oleh spermisidnya.

(1) Macam-macam barrier intra vaginal yaitu antara lain :

1. Diafragma (diaphragma).

2. Kap serviks (cervical cap).

3. Apons (sponge).

4. Kondom wanita (Yetti dan Martini, 2012).

(2) Keuntungan

1. Mencegah kehamilan.

2. Mengurangi insidens penyakt akibat hubungan seks.


191

(3) Kerugian

(1) Angka kegagalan relatife tinggi.

(2) Aktivitas dan spontanitas hubungan seks harus dihentikan

sementara untuk memasang alatnya.

(3) Perlu dipakai secara konsistensi hati-hati dan terus menerus

pada setiap senggama (Yetti dan Martini, 2012).

4. Metode Kontrasepsi Modern

1. Kontrasepsi Hormonal

1) Suntik

(1) Profil

1. Sangat efektif.

2. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia

reproduksi.

3. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4

bulan.

4. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan

produksi ASI (Sulistyawati, 2012).

(2) Jenis

Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang

hanya mengandung progestin, yaitu:

1. Depo Medroksoprogesteron Asetat (Depoprovera),

megandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3


192

bulan dengancara disuntik intramuskular (di daerah

bokong).

2. Depo Noretisteron Enatat (Depo Noristerat), yang

mengandung 200 mg Noretindron Enatat, diberikan

setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular

(Sulistyawati, 2012).

(3) Cara Kerja

1. Mencegah ovulasi.

2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma.

3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba

(Sulistyawati, 2012).

(4) Efektifitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki

efektivitas yang tinggi, dengan 3 % kehamilan per 100

perempuan/tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara

teratur sesuai jadual yang telah ditentukan (Sulistyawati,

2012).

(5) Keuntungan

1. Sangat efektif.

2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.


193

4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak

berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan

gangguan pembekuan darah.

5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

6. Sedikit efek samping.

7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

8. Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun

sampai perimenopouse.

9. Membantu mencegah kanker endometrium dan

kehamilan ektopik.

10. Menurunka kejadian jinak payudara.

11. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.

12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

(Sulistyawati, 2012).

(6) Keterbatasan

1. Sering ditemukan gangguan haid seperti:

1) Siklus haid yang memendek atau memanjang.

2) Perdarahan yang banyak atau sedikit.

3) Perdarahn tidak teratur atau perdarahan bercak

(spotting).

4) Tidak haid sama sekali.

2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana

pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan).


194

3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum

suntikan berikut.

4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping

tersering.

5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan

infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau

infeksi virus HIV.

6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah

penghentian pemakaian.

7. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena

terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genetalia,

melainkan karena belum habisnya pelepasan obat

suntikan dari deponya (tempat suntikan).

8. Terjadi perubahan pada lipid serum pda penggunaan

jangka panjang.

9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit

menurunkan kepadatan tulang (densitas).

10. Pada penggunaan jangka panjang dapat

menimbulkan kekeringan pda vagian, menurunkan

libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,

nervositas, jerawat (Sulistyawati, 2012).


195

(7) Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan

Progestin

1. Usia reproduksi.

2. Nulipara dan telah memiliki anak.

3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang

memiliki efektivitas tinggi.

4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang

sesuai.

5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6. Setelah abortus atau keguguran.

7. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki

tubektomi.

8. Perokok.

9. Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah

gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

10. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenition dan

barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin).

11. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung

esterogen.

12. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

13. Anemia defisiensi besi.


196

14. Mendekati usia menepause yang tidak mau atau tidak

boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi

(Sulistyawati, 2012).

(8) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan

Progestin.

1. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7

per 100.000 kelahiran).

2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.

3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,

terutama amenorea.

4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker

payudara.

5. Diabetes mellitus disertai komplikasi (Sulistyawati,

2012).

(9) Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan

progestin

1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak

hamil.

2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama diberikan

setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil.


197

Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain

dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan.

Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal

sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak

hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan.

Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya

datang.

5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis

lain dan ingin menggantinya dengan jenis

kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi

suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat

jadwal suntikan yang sebelumnya.

6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal

dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi

hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal

yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja

ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak

perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu

disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selam 7

hari setelah suntikan tidak boleh melakukan

hubungan seksual.
198

7. Ibu ingin menggantiakn AKDR dengan kontrasepsi

hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada

hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, asal saja

yakin ibu tersebut tidak hamil.

8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak

teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat,

asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari

setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan

seksual (Sulistyawati, 2012).

(10) Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan

1. Kontrasepsi DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan

cara disuntik intramuskular dalam didaerah pantat.

Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal,

penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan

tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan

setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan

Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan

setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima

diberikan setiap 12 minggu.

2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas

alkohol yang dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60-

90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah

kulit kering baru disuntik.


199

3. Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya

gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi suntik

tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih

pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya

dengan menghangatkannya (Sulistyawati, 2012).

(11) Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering

menimbulkan gangguan haid (amenorea). gangguan

haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit

sekali mengganggu kesehatan.

2. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan

berat badan, sakit kepala, dan nyeri payudara. Efek-

efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat

hilang.

3. Karena terhambat kembalinya kesuburan,

penjelasan perlu diberikan pada ibu usia muda yang

ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang

merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu

dekat.

4. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera

datang. Haid baru datang kembali pada umunya

setelah 6 bulan. Selam tidak haid tersebut dapat saja

terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga


200

haid, klien harus kembali ke dokter atau tempat

pelayanan kesehatan untuk mencari penyebab tidak

haid tersebut.

5. Bila klien tidk dapat kembali pada jadwal yang telah

ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu

sebelum jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak

terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan

melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau

menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7

hari. Bila perlu dapat juga menggunakan

kontrasepsi darurat.

6. Bila klien, misalnya, sedang menggunakan salah

satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta

untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang

lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andai kata

terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan

diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadual

sutikan dari kontrasepsi hormonal sebelumnya.

7. Bila klien lupa jadual suntikan, suntikan dapat

segera diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut

tidak hamil (Sulistyawati, 2012).


201

(12) Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan

Progestin

1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya

kemungkinan kehamilan.

2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan

gejala kehamilan ektopik terganggu.

3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.

4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang

berat, atau kaburnya penglihatan.

5. Perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari

masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu

periode masa haid.

6. Bila terjadi hal-hal yang disebutkan diatas, hubungi

segera tenaga kesehatan atau klinik (Sulistyawati,

2012).

(13) Penanganan Gangguan Haid

1. Amenorea

Tidak perlu dilakukan tindakan apapun.

Cukup konseling saja. Bila klien tidak dapat

menerima kelainan haid tersebut, suntikan jangan

dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis alat

kontrasepsi lain (Ari sulistyawati, 2012).

2. Perdarahan
202

1) Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai,

tetapi tidak berbahaya

2) Bila perdarahan/spotting terus berlanjut atau

setelah tidak haid, namun kemudian terjadi

perdarahan, maka perlu dicari penyebab

perdarahan tersebut dengan cara yang sesuai.

Bila tidak ditemukan penyebab terjadinya

perdarahan, tanyakan apakah klien masih ingin

melanjutkan suntikan, dan bila tidak, suntikan

jangan dilanjutkan lagi, dan carikan kontrasepsi

jenis lain.

3) Bila ditemukan penyakit radang panggul atau

penyakit akibat hubungan seksual, klien perlu

diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat

terus dilanjutkan.

4) Bila perdarahan banyak atau memanjang (lebih

dari 8 hari) atau 2 kali lebih banyak dari

perdarahan yang biasanya dialami pada siklus

haid normal, jelaskan bahwa hal tersebut biasa

terjadi pada bulan pertama suntikan.

5) Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari

penyebabnya dan bila ditemukan kelainan

ginekologik, klien perlu diobati atau dirujuk.


203

Bila perdarahan yang terjadi mengancam

kesehatan klien atau klien tidak dapat menerima hal

tersebut, suntikan jangan dilanjutkan lagi. Pilihkan

jenis kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia

perlu diberi preparat besi dan anjurkan

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

zat besi (Sulistyawati, 2012).

(14) Intruksi bagi klien

Klien harus kembali ke tempat pelayanan

kesehatan atau klinik untuk mendapatkan suntikan

kembali setiap 12 minggu untuk DMPA atau setiap 8

minggu untuk Noristerat (Sulistyawati, 2012).

Tabel 2.11 Keadaan Yang Memerlukan Perhatian Khusus


Keadaan Anjuran
a. Penyakit hati 1. Sebaiknya jangan menggunakan
akut (virus) kontrasepsi suntikan
b. Penyakit jantung 2. Sebaiknya jangan menggunakan
c. Stroke kontrasepsi suntikan
3. Sebaiknya jangan menggunakan
kontrasepsi suntikan
Sumber: Sulistyawati, 2012
204

Tabel 2.12 Penanganan Efek Samping Yang Sering Di Jumpai

Efek samping Penanganan


a. Amenore a) Bila tidak hamil, pengobatan apapun
(tidak terjadi tidak perlu. Jelaskan, bahwa darah haid
perdarahan/ tidak terkumpul dalam rahim. Nasihati
spotting) untuk kembali ke klinik
b) Bila telah terjadi kehamilan, rujuk
klien. Hentikan penyuntikan
c) Bila terjadi kehamilan etopik, rujuk
klien segera
d) Jangan berikan terapi hormonal untuk
menimbulkan perdarahan karena tidak
akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi perdarahan
juga, rujuk ke klinik.
b. Perdarahan/ a) Informasikan bahwa perdarahan ringan
perdarahan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah
bercak masalah serius, dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan. Bila klien
tidak dapat menerima perdarahan
tersebut dan ingin melanjutkan
suntikan, maka dapat disarankan 2
pilihan pengobatan
Sumber: Ari Sulistyawati, 2012

2) Kontrasepsi Hormonal Oral (Pil)

Kontrasepsi hormonal oral adalah kontrasepsi berupa

pil atau obat yang berbentu tablet berisi hormone estrogen

dan atau progesteron (Yeti dan Martini, 2012).

Jenis-jenis kontrasepsi hormonal oral yaitu

(1) Pil Oral Kombinasi (POK)

Adalah pil kontrasepsi yang mencegah terjadinya

ovulasi dan mempunyai efek lain terhadap traktus

genitalis, seperti menimbulkan perubahan-perubahan


205

pada lender serviks, pada motilas tuba fallopi dan uterus

(Yetti dan Martini, 2012).

Yang digunakan adalah senyawa ethinyl estradiol

(EE) dan mestranol (diubah di hepar menjadi EE yang

aktif). Dosis progestin dari kelompok norgestrel lebih

baik dalam mengontrol pendarahan irregular disbanding

dengan progestin dari kelompok norethindrane (Yetti

dan Martini, 2012).

(2) Mini Pil

Mini pil adalah kontrasepsi yang mengandung

progestin saja, tanpa estrogen. Dosis progestinnya kecil

yaitu 0,5 mg atau kurang. Mini pil bukan menghambat

ovulasi karena selama memakan pil mini kadang-kadang

masih dapat terjadi. Efek utamanya adalah terhadap

lender serviks dan endometrium sehingga nidasi blasto

kista tidak dapat terjadi. Pada umumnya mini pil tidak

digunakan untuk kontrasepsi (Yetti dan Martini, 2012).

(3) Morning After Pill (Post Coital Pill)

Adalah pil atau obat yang harus dimulai dalam

waktu beberapa jam atau diberikan esok paginya. Karena

digunkan segera setelah senggama, kontrasepsi ini

bertujuan untuk mencegah nidasi. Berfungsi untuk

mencegah terjadinya kehamilan karena suatu hubungan


206

seks tanpa pengamanan dimasa subur sang wanita.

Morning after pill hanya akan efektif jika diminum

paling lama 120 jam atau 5 hari sejak hubugan seks.

Efek samping yang ditimbulkan adalah mual dan sedikit

mulas. Morning after pill terdiri atas 2 buah tablet.

Tablet yang pertama diminum maksimal 120 jam sejak

hubunga seks tanpa pengaman, dan disusuloleh tablet

yang ke dua maksimal 12 jam sejak tablet pertama

diminum (Yeti A. dan Martini, 2012).

3) Implant

Implan merupakan alat kontrasepsi jenis lain yang

bersifat hormonal dan dimasukkan kebawah kulit (Yeti dan

Martini, 2012).

1) Profil

(1) Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk

jadena, Indoplant atau Implanon.

(2) Nyaman.

(3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.

(4) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.

(5) Kesuburuan segera kembali setelah implant dicabut.

(6) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,

perdarahan bercak dan amenore.


207

(7) Aman dipakai pada masa laktasi (Sulistyawati,

2012).

2) Jenis Implan

(1) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut

berongga dengan panjang 3.4 cm, dengan diameter

2.4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan

lama kerjanya 5 tahun.

(2) Implanon. Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan

panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang

diisi dengan 68 mg 3-ketodesogestrel dan lama

kerjanya 3 tahun.

(3) Jadena dan Implanon. Terdiri dari 2 batang yang diisi

dengan 75 mg levonogestrel dengan lama kerja 3

tahun (Sulistyawati, 2012).

3) Cara Kerja

(1) Mengentalkan lendir servik sehingga menghambat

pergerakan spermatozoa.

(2) Menekan ovulasi.

(3) Mengganggu proses pembentukan endometrium

sehingga sulit terjadi implantasi

(4) Mengurangi transportasi sperma (Sulistyawati,

2012).
208

4) Efektifitas

Sangat efektif, 0,2-1 kehamilan per 100

perempuan (Ari Sulistyawati, 2012).

5) Keuntungan Kontrasepsi

(1) Daya guna tinggi.

(2) Perlindungan jangka panjang (5 tahun).

(3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setela

pencabutan.

(4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

(5) Bebas dari pengaruh estrogen.

(6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.

(7) Tidak mengganggu ASI.

(8) Klian hanya perlu kembali ke klinik bila ada

keluhan.

(9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

(Sulistyawati, 2012).

6) Keuntungan Nonkontrasepsi

(1) Mengurangi nyeri haid.

(2) Mengurangi jumlah darah haid.

(3) Mengurangi / memperbaiki anemia.

(4) Melindungi terjadinya kanker endometrium.

(5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak

payudara.
209

(6) Menurunkan angka kejadian endometriosis.

(7) Melindungi diri dari beberapa penyakit radang

panggul (Sulistyawati, 2012).

7) Kerugian / Keterbatasan Implan

(1) Nyeri kepala, pening / pusing.

(2) Peningkatan / penurunan berat badan.

(3) Nyeri payudara.

(4) Perubahan mood atau kegelisahan.

(5) Tidak member perlindungan terhadap infeksi

penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.

(6) Memerlukan pembedahan minor untuk memasang

insersi dan pencabutannya, sehingga klien tidak

dapat menghentikan sendiri pemekaiannya sesuai

dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk

pencabutan.

(7) Evektivitas menurun jika menggunakan implan

bersamaan dengan penggunaan obat untuk epilepsi

dan tuberculosis.

(8) Terjadinya kehamilan ektopik lebih tinggi, 1,3 per

100.000 perempuan pertahun (Sulistyawati, 2012).

8) Indikasi Implan

(1) Usia reproduksi.

(2) Telah memiliki anak atau belum.


210

(3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas

tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan

jangka panjang.

(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

(5) Pasca persalinan dan tidak menyusui.

(6) Riwayat kehamilan ektopik.

(7) Pasca keguguran.

(8) Tidak menginginkan anak lagi, tatapi menolak

sterilisasi.

(9) Tekanan darah <180/110 mmhg, dengan masalah

pembekuan darah, atau anemia bulan sabit (sickle

cell).

(10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal

yang mengandung estrogen.

(11) Sering lupa menggunakan pil (Sulistyawati, 2012).

9) Kontra indikasi Implan

(1) Hamil atau diduga hamil.

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.

(3) Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker

payudara.

(4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang

terjadi.
211

(5) Miom uterus dan kanker payudara.

(6) Gangguan toleransi glukosa (Sulistyawati, 2012).

10) Waktu Mulai Menggunakan Implan

(1) Setiap saat selama siklus haid hari ke 2 sampai hari

ke 7 dan tidak diperlukan metode kontrasepsi

tambahan.

(2) Insersi dapat dilakukan setiap saat asal saja diyakini

tidak terjadi kehamilan. Bila diinsersi hari ke 7 siklus

haid klien tidak boleh melakukan senggama selama 7

hari atau bersenggama dengan alat kontrasepsi yang

lain.

(3) Bila klien tidak haid insersi dapat dilakukan setiap

saat asal saja diyakini tidak hamil, jangan melakukan

hubungan seksual atau menggunakan kontrasepsi

yang lain selama 7 hari.

(4) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca

persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila

menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode

kontrasepsi lain.

(5) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi

haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat

tetapi jangan melakukan hubungan seksual atau

menggunakan kontrasepsi yang lain sampai 7 hari.


212

(6) Bila klien menggunakan kontrsepsi hormonal dan

ingi menggantinya dengan implan, insersi dapat

dilakukan setiap saat asal saja diyakini klien tidak

hamil.

(7) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi

suntikan, implant dapat diberikan pada saat jadwal

kontrasepsi suntikan tersebut dan tidak diperlukan

metode kontrasepsi lain.

(8) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non

hormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin

menggantinya dengan implant, insersi implan dapat

dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak

hamil dan tidak perlu menunggu sampai datangnya

haid berikutnya.

(9) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien

ingin menggantinya dengan implant, implant dapat

diinsersikan pada saat haid hari ke 7 dan klien tidak

boleh bersenggama atau menggunakan metode

kontrasepsi yang lain selama 7 hari.

(10) Pasca keguguran implant dapat segera dipasang

(Sulistyawati, 2012).
213

5. Metode kontrasepsi Aminore Laktasi

Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pembinaan air susu

ibu. secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan

makanan dan minuman (Yetti dan Martini, 2012).

1) Keuntungan

(1) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan

pascapersalinan).

(2) Tidak mengganngu senggama.

(3) Tidak ada efek samping secara sistemik.

(4) Tidak perlu pengawasan medis.

(5) Tidak perlu obat atau alat (Yetti dan Martini, 2012).

2) Kerugian

(1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera

menyusui dalam 30 menit pascapersalinan.

(2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.

(3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau

sampai 6 bulan.

(4) Tidak melindungi terhadap PMS (Yetti dan Martini, 2012).

6. Alat kontarasepsi dalam rahim (AKDR/ Intra Uterine Device)

1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/ IUD)

Sesuai dengan namanya intra uterine divice, alat

kontrasepsi ini di masukkan kedalam rahim si perempuan

untuk mencegah terjadinya kehamilan. IUD dapat


214

dilepaskan sewaktu-waktu, dan si cewek dapat kembali

hamil tanpa melewati waktu recoveri terlebih dahulu.

Biasanya, waktu pemasngan IUD paling baik ini pada waktu

terakhir preode menstruasi, karena selain bebas resiko

terjadinya kehamilan selama pemasangan IUD, kanal serviks

juga lebih lemas dan terbuka (Yetti dan Martini, 2012).

IUD sendiri terdiri dari berbagai jenis, ada yang

tampa medikasi, ada yang dengan cuper, da nada yang

mengandung hormone (terutama progestin hormone). Yang

paling sering didengar mungkin Cuper-T IUD, spiral IUD,

IUD jangkar. Di Indonesia sendiri, IUD yang paling popular

adalah Coper-T IUD, yang disediakan secara gratis oleh

pemerintah NKRI melalui program KB di lingkaran biru

(Yetti dan Martini, 2012).

Daya guna teoritis dan daya guna pemakain hampir

sama (1-5 kehamilan per 100 wanita/ tahun). Kegagalan

lebih rendah pada AKDR yang mengeluarkan tembaga atau

hormon (Sulistyawati, 2012).

(1) Keuntungan

1. Sebagai konrasepsi, efektifitas tinggi, 0,6-0,8

kehamilan/ 100 perempulan/ tahun.

2. Efektifitas segera setelah pemakaian.

3. Metode jangka panjang sampai 10 tahun.


215

4. Tidak perlu mengingat-ingat.

5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

6. Tidaka ada efek samping hormonal.

7. Tidak mempengaruhi ASI.

8. Dapat dipasang segera setelah melahirkan.

9. Dapat digunakan sampai menopause.

10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

11. Membantu mencegah kehamilan ektopik (Yetti dan

Martini, 2012)

(2) Kerugian

10. Perubahan siklus haid.

11. Haid lebih lama dan banyak.

12. Pendarahan (spooting) antar menstruasi.

13. Saat haid lebih sedikit.

14. Merasa sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah

pemasangan.

15. Tidak mencegah IMS.

16. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS

(Yetti dan Martini, 2012).

7. Metode Kontrasepsi Dengan Operasi

1) Vasektomi

Vasektomi adalah tindakan memotong dan menutup

saluran mani (vas deverens) yang menyalurkan sel mani


216

(sperma) keluar dari pusat produksinya di testis (Yetti dan

Martini, 2012).

Saluran vas deferens yang berfungsi mengangkut sperma

dipotong dan diikat, sehingga aliran sperma dihambat tanpa

mempengaruhi jumlah cairan semen. Jumlah sperma hanya 5%

dari cairan ejakulasi. Cairan semen di produk dalam vesika

seminalis dan prostat sehingga tidak akan terganggu oleh

vasektomi (Yetti dan Martini, 2012).

(1) Keuntungan

1. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada

morbiditas.

2. Sederhana.

3. Cepat, hanya memerlukan anastesi lokal saja.

4. Biaya rendah (Yetti dan Martini, 2012).

(2) Kerugian

1. Diperlukan suatu tindakan operatif.

2. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti

pendarahan dan infeksi.

3. Kontap pria belum memberikan perlindungan total

sampai semua spermatozoa yang sudah ada di dalam

sisitem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens

dikeluarkan.
217

4. Problem psikologi yang berhubungan dengan perilaku

seksual mnngkin bertambah parah setelah tindakan

operatif yang menyangkut reproduksi pria (Yetti dan

Martini, 2012).

2) Tubektomi

Tubektomi pada wanita adalah suatu tindakan yang

dilakukan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan

orang yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi.

Kontrasepsi ini hanya digunakan untuk jangka panjang,

walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali

seperti semula (Sulistyawati, 2012).

(1) Profil

1. Sangat efektif dan mantap

2. Tindakan yang aman dan sederhana

3. Tidak ada efek samping

4. Konseling dan informed consent (persetujuan tindakan)

mutlak diperlukan

5. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk untuk

menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan

(Yetti dan Martini, 2012).

(2) Mekanisme Kerja

1. Minilaparotomi

2. Laparoskopi
218

3. Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat dan

memotong atau memasang cincin), sehingga sperma

tidak dapat bertemu dengan ovum (Yetti dan Martini,

2012).

(3) Keuntungan

1. Sangat efektif (0,5 kehamilan/ 100 perempuan selama

tahun pertama penggunaan).

2. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)

3. Tidak bergantung pada faktor senggama.

4. Baik bagi klien jika kehamilan akan menjada resiko

kesehatan yang serius.

5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan

anastesi lokal.

6. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

7. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.

8. Berkurangnya resiko kanker ovarium (Yetti dan

Martini, 2012).

(4) Keterbatasan

1. Harus dipertimbangkan sifat mantap metode

kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali),

kecuali dengan rekanalisasi.

2. Klien dapat menyesal dikemudian hari.


219

3. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan

anastesi umum).

4. Rasa sakit/ ketidak nyamanan dalam jangka pendek

setelah tindakan.

5. Dilakukan oleh dokter terlatih (diperlukan dokter

spesialis ginekologi untuk proses laparoskopi).

6. Tidak melinduni dari IMS (Yetti dan Martini, 2012).

2.4.4 Konseling Dan Persetujuan Tindakan Medis

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam

Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan

melakukan konselingberarti petugas membantu klien dalam memilih

dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan

pilihannya di samping itu dapat membuat klien lebih puas.Konseling

yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan

kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.

Konseling juga akan mempengaruhi interaksi antara klien dan petugas

karena dapat meninkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada

(Saifuddin, 2010).

seringkali konseling diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan

baikkarena petugas tidak mempunyai waktu dan tidak menyadari

pentingnya konseling. Padahal dengan konseling klien akan lebih

mudah mengikuti nasehat provider. Konseling adalah proses yang

berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Kelurga


220

Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan

pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Tehnik

konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan

dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara

yang sesuai dengan budaya yang ada. selanjutnya dengan informasi

yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan kepada klien

dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi (Infomed Choice)yang

akan di gunakannya (Saifuddin, 2010).

2.4.5 Langkah-Langkah Konseling KB (SATU TUJU)

Menurut Saifuddin, dkk, (2010) dalam memberikan konseling,

khususnya bagi calon klien KB yang baru, hendaknya dapat di terapkan

enam langkah yang sudah di kenal dengan kata kunci SATU TUJU

yaitu:

1. SA: Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan.Berikan

perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di ntempat yang

nyaman serta terjamin privasinya.Yakinkan klien untuk membangun

rasa percaya diri. Tanyakan pada klien apa yang perlu di bantu serta

jelaskan pelayanan apa yanhg dapat diperolehnya.

2. T: tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk

berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana dan

Kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan

kesehatan dan kehidupan keluarganya.Tanyakan konyrasepsi


221

kotrsepsi yang diinginkan. Berikan perhatian kepada klien sesuai

dengan kata-kata, gerak isyarat, dan caranya.Coba tempatkan diri

kita dimdalam hati klien. perlihatkan bahwa kita memahami

pengetahuan, kebutuhan dan keinginan kita dapat membantunya.

3. U: uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa

pilihan reproduksi yang psling mungkin termasuk pilihan beberapa

kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia

ingini.Serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi kontrasepsi yang

lain yang ada. Juga jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang

mungkin di inginkan olehbklaen.

4. TU: Bantulah klien menentukan pilihan nya .Bantulah klien berfikir

mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhan

nya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan

mengajukan pertanyaan nya. Tanggapilah secara terbuka. Petugas

membantu klien mempertibangkan kriteria dan keinginan klien

setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangan nyaakan

memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan

diskusikan mengnai pilihan tersebut pada pasangan nya pada

ahirnya yakinkan kepada klien telah membuat suatu keputusan yang

tepat.Petugas dapat menanyakan apakah anda dapat mentukan

pilihan jenis kontrasepsi? atau tampa jenis kontrasepsi terpilih?

5. J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi

pilihan nya.Setelah klien memilih kontrasepsinya,Jika di perlukan,


222

perhatikan alat atau obat kontrasepsinya.Jelaskan bagaimana alat

atau obat kontra sepsi tersebut dugunakan dan cara penggunaan

nya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas

menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan tentang manfaat

ganda tentang kontrasepsi,misalnya kondom yang dapat mencegah

infeksi menulas seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang

kontrasepsi pilihan nya dan uji klien apabila menjawab dengan

benar.

6. U: Perlunya di lakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah

perjanjian kapan klien klien akan kembali melakukan pemeriksaan

lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika di butuhkan. perlu juga

selalu mengingatkan klien utuk kembali apabila terjadi masalah.

2.4.6 Konsep Dasar asuhan Kebidanan Kontrasepsi

Nama Pengkajian : Nama petugas yang melakukan

pengkajian terhadap klien.

Tanggal Pengkajian / Jam : Menunjukan tanggal dan waktu

dilakukan pengkajian.

Tempat : Menunjukan tempat dimana dilakukan

penyuntikan KB.

1. Data Subjektif

1) Identitas

Nama, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat (Yetti dan

Martini, 2010).
223

2) Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan

dengan masalah kontrasepsi yang digunakan, misalnya pasien

mengalami amenorrhea, hipermenorhea, k, nyeri, pusing, mual,

kegemukan dan lain sebagainya (Yetti dan Martini, 2010).

3) Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit

akut, kronis seperti : Diabetes Miletus, kanker payudara (Yetti

dan Martini, 2010).

2. Data Objektif

1) Vital Sign

(1) Tekanan Darah : normal (110/70-120/80 mmHg)

(2) Nadi : normal (70-90x/menit)

(3) Pernafasan : normal (16-24x/menit)

(4) Suhu : normal (36-37˚C)

(Yetti dan Martini, 2010).

2) Pemeriksaan fisik

(1) Payudara

Memastikan tidak ada benjolan abnormal pada payudara ibu.

(2) Abdomen

Memastikan adanya ballottement (kehamilan) dan adanya

benjolan abnormal.
224

(3) Genetalia

Menilai adakah pembesaran kelenjar bartolini dan skin

(Yetti dan Martini, 2010).

3. Analisa

Ibu P... Ab.... akseptor KB ... (Saifuddin, 2010).

4. Penatalaksanaan

Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan

aman:

1) Melakukan konseling KB tentang keuntungan, kerugian dan efek

samping dari kontrasepsi yang akan di gunakan.

2) Menjelaskan pada ibu tentang prosedur tindakan KB.

3) Melaksanakan tindakan KB.

4) Memberitahu ibu kapan waktunya control ulang (Yetti dan Martini,

2010).

Anda mungkin juga menyukai