OLEH :
KAMALIA
NIM: 049STYJ21
B. Fisiologi Kehamilan
Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-
14 pada siklus mentruasi 28 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada setiap
individu. Untuk menentukan masa subur dapat digunakan beberapa cara
seperti :
1. Berdasarkan hari mentruasi pertama ditambah 12 dan berlangsung
tujuh hari, contoh : mentruasi hari pertama tanggal 5, maka
perhitungan minggu suburnya adalah tanggal 17-24 dengan rrumus
(5+12) sampai (5+12)+7=24
2. Melakukan pemeriksaan suhu basal, karena pada siklus menstruasi
terjadi pelepasan telur dan terjadi penurunan diikuti dengan kenaikan
suhu 1 atau 2 derajat celcius
3. Kemungkinan keinginan seks meningkat pada saat pelepasan ovum
4. Kemungkinan terasa nyeri karena pelepasan ovum
Saat ejakulasi, sperma akan ditampung di liang vagina bagian
dalam. Bentuk sperma yang menyerupai kecebong dengan kepala yang
lonjong dan ekor yang panjang seperti cambuk memungkinkan sperma
untuk bergerak masuk melalui kanalis cervikalis dan kavum uteri
kemudian berada dalam tuba untuk menunggu kedatangan sel telur. Bila
pada saat itu terjadi ovulasi, maka kemungkinan besar akan terjadi
fertilisasi.
Setelah masuknya kepala sperma ke dalm ovum dengan
meninggalkan ekornya, terjadilah pertemuan inti masing-masing dengan
kromosom mencari pasangannya. Mula-mula terjadilah pembelahan inti
menjadi dua dan seterusnya hingga seluruh ruangan ovum penuh dengan
hasil pembelahan sel, yang disebut morula. Pembelahan
berlangsung terus hingga bagian dalam terbentuk ruangan yang
mengandung cairan disebut blastokist. Sementara itu bagian luar dinding
telur timbul rumbai-rumbai yang disebut villi yang akan berguna untuk
menanamkan diri pada lapisan dalam rahim, yang telah siap menerima
dalam bentuk reaksi decidua.
Hasil konsepsi dalam bentuk blastokist yang mempunyai villi
korealis dapat menanamkan diri pada dinding rahim yang disebut nidasi
atau implantasi. Sejak saat terjadi konsepsi, fertilisasi, impregnancy,
sampai nidasi diperlukan waktu 6-7 hari (Purwaningsih dkk, 2010).
D. Etiologi
1. Ovum
Ovum adalah suatau sel dengan diameter kurang lebih 0,1 mm yang
terdiri dari suatu nucleus yang terapung-apung dalam vitelis dilingkari
oleh zona pllusida oleh kromosom radiata.C
2. Spermatozoa
Berbentung seperti kecebong terdiri dari kepala berbentuk lonjong
agak gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan
bagian tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat
bergerak cepat.
3. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di
tuba fallofi.
4. Didasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
5. Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna
untuk pertukaran zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.
E. Adaptasi Fisiologi
1. Perubahan fisiologis
a. Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram menjadi
1000 gram, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm, dan
ukurang muka belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus tidak rata,
uterus lebih cepat tumbuh di daerah implantasi dari ovum dan di
daerah insersi placenta. Pembesaran ini disebabkann oleh
hypertrophy dari otot-otot rahim, tetapi pada kehamilan muda juga
terbentuk sel-sel otot yang baru.
Uterus pada wanita hamil sering berkontraksi tanpa perasaan nyeri.
Juga saat disentuh, misalnya pada pemeriksaan dalam, pemeriksa
dapat meraba bahwa sewaktu pemeriksaan konsistensi rahim yang
semula lunak dapat menjadi keras dan kemudian lunak kembali
(Kusmiyati, et al, 2008).
b. Cervix
Perubahan penting yang terjadi pada cervix dalam kehamilan
adalah menjadi lunaknya cervix. Perubahan ini sudah dapt
ditemukan sebulan setelah konsepsi. Pelunakan cervis terjadi
karena pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena
timbulnya oedema dari cervix dan hyperplasia kelenjar-kelenjar
servix.
c. Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna selaput
lendirnya membiru, kekenyalan vagina bertambah yang
berarti daya regangnya bertambah sebagai persiapan
persalinan. Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam
masa kehamilan, reaksinya asam dengan pH 3,5-6,0. reaksi asam
ini disebabkan terbentuknya acidum lacticum sebagai hasil
penghancuran glycogen yang berada dalm sel-sel epitel vagina oleh
basil-basil doderlein. Reaksi asam ini mempunyai sifat bekterisida.
d. Ovarium
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus lutheum
graviditatis, teapi setelah bulan ke-4 corpus lutheum ini akan
mengisut.
e. Dinding perut
Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering timbul garis-garie
memanjang atau serong pada perut. Garis-garis ini disebut
striae gravidarum. Kadang-kadang garis-garis itu terdapat juga
pada buah dada dan paha. Pada seorang primi gravida warnanya
menbiru disebut striae lividae. Pada seorang multigravida, di
samping strie lividae, terdapat juga garis-garis putih agak mengkilat
ialah parut (cicatrick) dari strie gravidarum yang disebut strie
albicans.
f. Kulit
Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain pada areolla
mammae, papilla mammae, dan linea alba. Pada umumnya setelah
partus, gejala hyperpigmentasi ini akan menghilang.
g. Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena hypertophi
olveoli. Di bawah kulit payudara sering tampak gambaran-
gambaran dari vena yang meluas. Putting susu biasanya membesar
dan lebih tua warnanya dan acapkali mengeluarkan colostrum.
Perubahan-perubahan pada payudara disebabkan karena pengaruh
hormonal.
h. Pertukaran zat
Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi penimbunan
protein sedangkan dalam darah kadar zat lemak naik dan ada
kecenderungan pada ketosis. Kebutuhan akan calcium dan
phosphor bertambah untuk pembuatan tulang- tulang janin begitu
pula akan ferum untuk pembentukan Hb janin.
i. Darah
Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun
eritrosit, tetapi penambahan volume plasma yang disebabkan oleh
hydramia lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb turun.
Batas-batas fisiologis ialah :
- Hb 10 gr%
- Eritrosit 3,5 juta per mm3
- Leukosit 8.000-10.000 per mm3
Jantung lebih berat bebannya disebabkan penambahan volume
darah, perluasan daerah pengaliran, fetus yang membesar dan
adanya placenta, lagipula jantung terdorong ke atas sehingga
sumbunya berubah.
Kegiatan paru-paru pun bertambah karena selain untuk mencukupi
kebutuhan ibu sendiri juga harus mencukupi kebutuhan janin akan
O2.
j. Gastrointestinal
Sekresi asam lambung dan gerakan lambung berkurang, hal
tersebut mungkin menyebabkan muntah dan kembung pada masa
kehamilan. Tonus usus kurang, yang menimbulkan obstipasi.
k. Urinarius
Kegiatan ginjal semakin bertambah berat karena harus juga
mengeluarkan racun-racun dari peredaran darah janin. Ureter jelas
melebar dalam kehamilan teruatam yang kanan. Hal ini disebabkan
karena pengaruh hormon progesterone, walaupun mungkin ada juga
factor tekanan pada ureter oleh rahim yang membesar. Kapasitas
kandung kencing juga mengalami penurunan kapasitas karena
desakan oleh rahim yang membesar pada akhir kehamilan oleh
kepala janin yang yang turun ke dalam rongga panggul.
l. Hormonal
Kelenjar endokrin seperti kelenjar tiroid, hipofise anterior, dan
kelenjar suprarenalis menunjukkan hiperfungsi atau hipertropi.
m. Kelenjar adrenal
Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama kehamilan, terutama
bagian kortika yang membentuk kortin. Jumlah ion natrium dan
kalium dalam darah diatur oleh kortin. Bagian medula dari kelenjar
adrenal mensekresi epinephrin, hormon yang sangat penting.
Kehamilan tidak mengubah ukuran atau fungsi bagian medula.
2. Perubahan Psikologis
Konsepsi dan implantasi sebagai titik awal kehamilan
menimbulkan perubahan status emosional seorang calon ibu. Bagi
pasangan dengan perkawinan yang dilandasi oleh rasa cinta dan saling
mencintai, keterlambatan datang bulan merupakan salah satu tanda
yang menggembirakan, karena ikatan batin antara keduanya semakin
kokoh dengan adanya kehamilan yang didambakan.
Keterlambatan datang bulan diikuti perubahan subjektif seperti
perasaan mual, ingin muntah, sebah di bagian perut atas, pusing
kepala, dan nafsu makan berkurang mendesak keluarga untuk
melakukan pemeriksaan. Setelah terbukti terjadi kehamilan perasaan
cinta dan gembira semakin bertambah, diikuti pula oleh perasaan
cemas karena kemungkinan keguguran. Disamping itu perubahan
fisiologis kehamilan juga dapat mempengaruhi kelabilan mental,
hingga menimbulkan ngidam dan perubahan kelakuan.
(Masriroh, 2013).
F. Pathway
Sumber : (Rohmah, 2009)
G. Keluhan Selama Kehamilan
Keluhan pada masa hamil adalah suatu kondisi bersifat subyektif
dimana pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap
kehamilannya (Depkes RI, 2007). Keluhan-keluhan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Keluhan pada trimester I (usia kehamilan 1-3 bulan)
a. Mual dan muntah : Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang
menjelang tengah hari (morning sickness).
b. Perasaan neg atau mual: Terutama bila mencium bau yang
menyengat.
c. Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena
adanya gangguan keseimbangan, perut kosong.
d. Sering kencing: Karena tekanan uterus yang membesar dan
menekan pada kandung kencing.
e. Keputihan (lekorea): Pengaruh peningkatan hormon kehamilan
(estrogen dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa serviks
dan vagina.
f. Pengeluaran darah pervaginam: Bila terjadi perdarahan pervaginam
perlu diwaspadai adanya abortus.
g. Perut membesar.
h. Psikologis : Perasaan gembira dengan penerimaan kehamilan akan
mempengaruhi penerimaan ibu terhadap kelainan-kelainan yang
timbul. Sebaliknya karena menolak kehamilan, keluhan tersebut
menimbulkan rasa tidak nyaman dan menimbulkan antipati
terhadap kehamilannya. Pada masa ini sering timbul konflik karena
pengalaman baru, sehingga ibu hamil perlu mendapatkan perhatian
dan dukungan suami.
2. Keluhan pada trimester II (usia kehamilan 4 – 6 bulan).
Pada masa ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir,
sehingga bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada
trimester I, perlu diwaspadai kemungkinan adanya faktor psikologis.
Pada trimester ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap
kehamilannya, perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan
yang terjadi pada trimester I sudah terlewati. Ibu merasakan
pengalaman baru, mulai merassakan gerakan bayi, terdengarnya DJJ,
melalui alat doptone atau melihat gambar/posisi melalui pemeriksaan
USG. Trimester II juga dikatakan fase aman untuk kehamilan,
sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa gangguan berarti.
3. Keluhan pada trimester III (usia kehamilan 7 – 9 bulan).
Kejadian yang sering timbul antara lain :
a. Pusing disertai pandangan berkunang-kunang. Hal ini dapat
menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan Hb < 10 gr%.
b. Pandangan mata kabur disertai pusing. Hal ini dapat digunakan
rujukan kemungkinan adanya hipertensi.
c. Kaki edema. Edema pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah
satu gejala dari trias klasik eklamsi. Sesak napas pada trimester III
perlu dicurigai kemungkinan adanya kelainan letak (sungsang).
d. Perdarahan. Pada trimester III bisa terjadi perdarahan pervaginam
perlu dicurigai adanya placenta praevia atau solusio plasenta.
e. Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, bukan
pada saat kencing, perlu diwaspadai adanya ketuban pecah dini.
f. Sering kencing. Akibat penekanan pada kandung kencing akibat
masuknya kepala ke pintu atas panggul.
g. Psikologis: Kegembiraan ibu karena akan lahirnya seorang bayi
(Purwaningsih, dkk, 2010).
H. Komplikasi Kehamilan
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh, 2013) :
1. Hiperemisis gravidarum.
2. Hipertensi dalam kehamilan.
3. Perdarahan trimester I (abortus).
4. Perdarahan antepartum.
5. Kehamilan ektopik.
6. Kehamilan kembar.
7. Molahydatidosa.
8. Inkompatibilitas darah.
9. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
10. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin. (Bobak, 2004).
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL).
b. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
c. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik).
2. USG
a. Jenis kelamin.
b. Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion. (Masriroh, 2013).
C. Klasifikasi
1. Bentuk papul
Biasanya pada daerah batang penis, vulva bagian lateral, perianal, perineum)
Berupa papul dengan permukaan licin, multipel, tersebar diskret.
2. Bentuk datar
tampak sebagai makula, atau tidak tampak sama sekali (infeksi subklinis).
3. Bentuk khusus
a. Giant condyloma Buschke-Lowenstein
Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan
keganasan derajat rendah. Hubungan antara KA dengan giant condyloma
diketahui dengan ditemukannya VPH tipe 6 dan tipe 11. Lokasi lesi yang
paling sering adalah pada penis dan kadang-kadang vulva dan anus. Klinis
tampak sebagai kondiloma yang besar, bersifat invasif lokal dan tidak
bermetastasis. Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dengan
kondilomata akuminata. Giant condyloma ini umumnya refrakter terhadap
pengobatan.
b. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat
berkonfluens menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk makula
eritematosa dan lesi yang mirip leukoplakia atau lesi subklinis. Umumnya
lesi multipel dan kadang-kadang berpigmentasi. Berbeda dengan KA,
permukaan lesi papulosis Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit
papilomatosa. Gambaran histopatologik mirip penyakit Bowen dengan inti
yang berkelompok, sel raksasa diskeratorik dan sebagian mitotik atipik.
Dalam perjalanan penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi ganas
dan cenderung untuk regresi spontan.
Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat
dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang
penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat). Pada wanita, kutil
timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling
vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum,
terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan
seksual melalui dubur.
Masa tunas penyakit ini adalah 4-7 hari. Disebut sebagai penyakit jengger
ayam, karena timbul bintil- bintil/ kutil bertangkai dan bergerombol di daerah
kemaluan, menyerupai jengger ayam. Masa inkubasi seringkali sukar
ditentukan secara tepat dan dapat bervariasi antara 3 minggu -8 bulan (rata-
rata 3 bulan). Gambaran klinik sangat bervariasi, berupa suatu vegetasi
bertangkai dengan pertumbuhan yang berjonjot-jonjot (eksofitik) dan
beberapa bergabung membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak
seperti kembang kol atau berupa papula dengan permukaan yang halus dan
licin dengan diameter 1-2 mm yang bergabung menjadi plakat lebar.
D. Manifestasi Klinis
1. Kondiloma akuminata sering muncul didaerah yang lembab, biasanya pada
penis, vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar sampai
daerah perianal.
2. Berbau busuk
3. Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga kol
4. Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. Infeksi dapat
dormant atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam
folikel rambut atau dalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi.
5. Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab dari labia
minora dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Pada sebagian
kasus biasanya terjadi perdarah setelah coitus, gatal atau vaginal discharge
6. Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai
berdiameter 10, 2 cm dan bertangkai. Dan biasanya ada yang sangat kecil
sampai tidak diperhatikan. Terkadang muncul lebih dari satu daerah.
7. Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus
Penetrasi melalui kulit
mencapai saluran uretra.
8. Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan.
Ditumpangi oleh patogen Mikroabrasi permukaan epitel
Gatal dan
terasa
terbakar
Tidak nyaman
saat melakukan
hubungan E. Pathway Hubungan seksual
seksual
Gangguan pola
fungsi seksual Kontak dengan HPV
G. KOMPLIKASI
Kondiloma merupakan IMS yang berbahaya karena dapat
menyebabkanterjadinya komplikasi penyakit lain yaitu :
1. Kanker serviks
Lama infeksi Kondiloma meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks.
Moscicki, 2001 melaporkan bahwa risiko tertinggi terkena kanker serviks
adalah pada kasus infeksi KA selama 1 – 2 tahun (RH 10,27; 95% CI : 5,64 –
18,69). Risiko ini menurun pada infeksi KA selama < 1 tahun (RH 7,4; 95%
CI : 4,74 – 11,57) dan infeksi Kondiloma selama 2 – 3 tahun RH 6,11; 95%
CI : 1,86 – 20,06 5. Kanker serviks merupakan penyebab kematian kedua
pada perempuan karena kanker di negara berkembang dan penyebab ke 11
kematian pada perempuan di AS. Tahun 2005, sebanyak 10.370 kasus kanker
serviks baru ditemukan dan 3.710 diantaranya mengalami kematian 7,10.
2. Kanker genital lain
Selain menyebabkan kanker serviks, Kondiloma juga dapat menyebabkan
kanker genital lainnya seperti kanker vulva, anus dan penis 4-7.
3. Infeksi HIV
Seseorang dengan riwayat Kondiloma lebih berisiko terinfeksi HIV 7.
4. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan
Kondiloma selama masa kehamilan, dapat terus berkembang membesar di
daerah dinding vagina dan menyebabkan sulitnya proses persalinan. Selain
itu, kondisi Kondiloma dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga
terjadi transmisi penularan Kondiloma pada janin secara tenggorokannya 4,6.
5. Aktivitas
Tidak ada restriksi kecuali menghindari hubungan seksual
6. Diet
Tidak ada restriksi, namun sebaiknya mengkonsumsi nutrisi yang
seimbang pada program dietari untuk memastikan ibu mendapatkan sitem
imun yang optimal.
Sangat penting
1. vitamin B-kompleks, penting untuk multiplikasi sel
2. vitamin C, antiviral
Penting
1. L-Cystein, suplai sulfur, sebagai preventasi dan perawatan kutil
2. Vitamin A, menormalkan kulit dan epitel membran
3. vitamin E, meningkatkan aliran darah dan membantu perbaikan
jaringan
4. Zinc, meningkatkan imunitas tubuh melawan virus
I. PENATALAKSANAAN
Karena virus infeksi HPV sangat bersifat subklinis dan laten, maka tidak
terdapat terapi spesifik terhadap virus ini, maka perawatan diarahkan pada
pembersihan kutil – kutil yang tampak dan bukan pemusnahan virus. Pemeriksaan
adalah lesi yang muncul sebelum kanker serviks adalah sangant penting bagi
pasien wanit yang memiliki lesi klinis atau riwayat kontak. Perhatian pada pribadi
harus ditekankan karena kelembaban mendukung pertumbuhan kutil
1. Kemoterapi
a. Podophylin
Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan dengan
kandungan beberapa senyawa sitotoksik yang rasionya tidak dapat
dirubah. Podophylino yang paling aktif adalah podophylotoksin. Jenis ini
mungkin terdiri atas berbagai konsentrasi 10 – 25 % dengan senyawa
benzoin tinoture, spirit dan parafin cair.yang digunakan adalah tingtur
podofilin 25 %, kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta
agar tidak terjadi iritasi setelah 4 – 6 jam dicuci. Jika belum ada
penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari, setiap kali pemberian tidak
boleh lebih dari 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala
toksik ialah mual, muntah, nyeri abdomen gangguan alat napas dan
keringat kulit dingin. Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan
karena dapat terjadi kematian fetus. Respon pada jenis perawatan ini
bervariasi, beberapa pasien membutuhkan beberapa sesi perawaan untuk
mencapai kesembuhan klinis, sementara pasien – pasien yang lain
menunjukkan respon yang kecil dan jenis perawatan lain harus
dipertimbangkan.
b. Podofilytocin
Ini merupakan satu bahan aktif resin podophylin dan tersedia
sebanyak 0,5 % dalam larutan eatnol. Ini merupakan agen anti mitotis dan
tidak disarankan untuk penggunaan pada masa kehamiolan atau menysui,
jenis ini lebih aman dibandingkan podophylin apilkasi mandiri dapat
diperbolehkan pada kasus-kasus keluhan yang sesuai.
c. Asam Triklorasetik ( TCA )
Ini agent topikal alternatif dan seringkali digunakan pada kutil
dengan konsentrasi 30 – 50 % dioleskan setiap minggu dan pemberian
harus sangat hati – hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam.
Bahan ini dapat digunakan pada masa kehamilan.
d. Topikal 5-Fluorourasil (5 FU )
Cream 5 Fu dapat digunakan khususnya untuk perawatan kutil uretra
dan vulva vagina, konsentrasinya 1 – 5 % pemberian dilakukan setiap hari
sampai lesi hilang dan tidak miksi selama pemberian. Iritasi lokal buakn
hal yang tidak bisa.
e. Interferon
Meskipun interferon telah menunjukkan hasil yang menjanjinkan
bagi verucciformis dan infeksi HPV anogenital, keefektifan bahan ini
dalam perawatan terhadap kutil kelamin masih dipertanyakan. Terapi
parentral dan intra lesional terhadapa kutil kelamin dengan persiapan
interferon alami dan rekombinasi telah menghasilkan tingkat respon yang
berkisar antara 870 – 80 % pada laporan – laporan awal. Telah
ditunjukkan pula bahwa kombinasi IFN dengan prosedur pembedahan
ablatif lainnya menghasilkan tingkat kekambuhan ( relapse rate ) dan lebih
rendah. Efek samping dari perlakuan inerferon sistemik meliputi panyakit
seperti flu dan neutropenia transien
2. Non Farmakologis
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger
Ayam pada wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur
dengan air hangat dan dioleskan pada bagian yang sakit, secara teratur 2x
sehari. Tidak pedih, ampuh dan aman karena terbuat dari bahan-bahan alami.
3. Terapi pembedahan
a. Kuret atau Kauter ( Elektrokauterisasi )
Kuret atau Kauter ( Elektrokauterisasi ) dengan kondisi anastesi
lokal dapat digunakan untuk pengobatan kutil yang resister terhadap
perlakuan topikal munculnya bekas luka parut adalah salah satu
kekurangan metode ini.
b. Bedah Beku ( N2, N2O cair )
Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma
akuminata pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
c. Laser
Laser karbodioksida efektif digunakan untuk memusnahkan
beberapa kutil – kutil yang sulit. Tidak terdapat kekawatiran mengenai
ketidakefektifan karbondioksida yang dibangkitkan selama prosedur
selesai, sedikit meninggalkan jaringan parut.
d. Terapi Kombinasi
Berbagai kombinasi terapi yang telah dipergunakan terhadap kutil
kelamin yang membandel, contohnya kombinasi interferon dengan
prosedur pembedahan, kombinasi TCAA dengan podophylin, pembedahan
dengan podophylin. Seseorang harus sangat berhati – hati ketika
menggunakan terapi kombinasi tersebut dikarenakan beberapa dari
perlakuan tersebut dapat mengakibatkan reaksi yang sangat serius.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis kelamin :
d. Usia kehamilan :
e. Pendidikan :
f. Alamat :
2. Keluhan utama : terdapat tonjolan atau kutil yang bergerombolan, gatal terasa
terbakar dan nyeri pada daerah vagina.
3. Riwayat penyakit sekarang : kutil ganda atau tunggal, berwarna merah muda
kecoklatan, lesi yang lama, selalu berkelompok kadang terdapat massa yang
luas dan nyeri.
4. Riwayat penyakit sebelumnya
5. Riwayat Pernah kontak seksual dengan orang yang terinfeksi : multiple dan
patner sex yang tidak diketahui.
6. Analisa data
a. Data subyektif
b. Data obyektif
7. Pengkajian Fisik
a. Aktifitas / istirahat
Kemampuan untuk mengikuti aktivitas hidup yang diperlukan/diinginkan
(kerja dan kesenangan) dan untuk dapat tidur/istirahat.
b. Sirkulasi
Kemampuan untuk mentranspor oksigen dan nutrien yang perlu untuk
memenuhi kebutuhan seluler.
c. Integritas Ego
Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan keterampilan dan
perilaku untuk mengintegrasikan dan mengatur pengalaman hidup.
d. Eliminasi
Kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
e. Makanan/Cairan
Kemampuan untuk mempertahankan masukan dan penggunakan nutrien
dan cairan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi.
f. Hygiene
Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
g. Neurosensori
Kemampuan untuk menerima, menggabungkan, dan berespon terhadap
isyarat internal dan eksternal.
h. Nyeri/Ketidaknyamanan
Kemampuan untuk mengontrol lingkungan internal/eksternal untuk
mempertahankan kenyamanan.
i. Pernapasan
Kemampuan untuk memberikan dan menggunakan oksigen untuk
memenuhi kebutuhan fisiologi.
j. Keamanan
Kemampuan untuk memberikan lingkungan yang meningkatkan
pertumbuhan, aman.
k. Seksualitas
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan/karakteristik peran pria atau
peran wanita.
l. Interaksi Sosial
Kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan.
m. Belajar/Mengajar
Kemampuan untuk menghubungkan dan menggunakan informasi untuk
mencapai gaya hidup yang sehat/kesejahteraan optimal.
8. Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
Thalamus
Gangguan integritas
kulit/jaringan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nyaman gatal b.d. infeksi virus human papiloma
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d. pecahnya nodul dan muncul lesi pada
kulit alat kelamin
3. Gangguan pola fungsi seksual b.d. gatal dan terasa terbakar pada alat kelamin
4. Gangguan citra diri b.d. penumpukan nodul merah seperti bunga kol d.d.
merasa malu atas perubahan pada alat kelaminnya
5. Resiko tinggi penularan b.d. pecahnya nodul merah dan lesi terpajan
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
(SDKI)
1. Gangguan rasa Jangka pendek : Observasi
nyaman Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
selama 1 x 24 jam rasa frekuensi, kualitas, intensitas
gatal pada pasien nyeri
berkurang - Identifikasi skala nyeri
Jangka Panjang : - Identifikasi respon nyeri non
Setelah dilakukan verbal
tindakan keperawatan - Identifikasi faktor yang
selama 6x24 jam, rasa memperberat dan
gatal sudah tidak ada memperingan nyeri
lagi - Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
kompleenter yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan Tujuan pendek : Observasi
Integritas Setelah dilakukan - Identifikasi penyebab
Kulit/Jaringan tindakan keperawatan gangguan integritas kulit
selama 3x24 jam, nodul (mis. Perubahan sirkulasi,
dan lesi pada kulit alat perubahan status nutrisi,
kelamin klien berkuranh penurunan kelembaban,
Tujuan panjang : suhu lingkungan ekstrem,
Setelah dilakukan penurunan mobilitas)
tindakan keperawatan, Terapeutik
nodul dan lesi pada kulit - Ubah posisi tiap 2 jam tirah
alat kelamin hilang dan baring
sembuh - Lakukan pemijatan pada
area penonjolan tulang, jika
perlu
- Bersihkan perineal dengan
air hangat, terutama selama
periode diare
- Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada
kulit kering
- Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
- Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi
- Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion,
serum)
- Anjurkan minum air yang
cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu yang ekstrem
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
D. Implementasi
Impelementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya: Implementasi dilaksanakan sesuai dengan
rencana setelah setelah dilakukan validasi; keterampilan interpersonal, teknikal
dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikologis klien di lindungi serta dokumentasi intervensi dan
respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm KD.
Williams obstetric. 22nd ed. New York. McGraw-Hill Companies,
Inc; 2005.
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer
Siregar, R.S. Prof. Dr, Sp. KK (K). 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.
Ed. 2.EGC : Jakarta
Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika.
Wikojosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Ke2 Cetakan Ke4. Jakarta:
YBB- SP.
http://www.parenting.co.id/archive/web/forum/forum_detail.asp?
catid=&id=37&topicid=5195
http://www.scribd.com/doc/51289452/KONDILOMA-AKUMINATA-makalah
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/09/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
reproduksiwanita-
http://medicastore.com/penyakit/245/Kutil_Genitalis_Kondiloma_Akuminata.htm
l