Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATAL CARE

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD ASYIFA REZA


NIM. 211133020

PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN 2022
BAB I

KONSEP DASAR

A. Definisi
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang professional untuk meningkatkan derajat
kesehatan ibu hamil beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal
yang dilakukan secara teratur dan komprehensif dapat mendeteksi secara dini
kelainan dan risiko yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga
kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat (Marniyati,
Saleh, & Soebyakto, 2016). Kepatuhan dalam pelaksanaan pelayanan ANC
yang sesuai dengan standar berpengaruh terhadap kualitas pelayanan ANC
dan penurunan AKI (Mulatsih, 2017) .
Antenatal care terpadu merupakan pelayanan antenatal komprehensif
dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan tersebut
dapat diberikan oleh dokter, bidan, perawat dan tenaga medis lain yang
terlatih dan professional. Tujuan pelayanan ANC adalah untuk
mempersiapkan persalinan dan kelahiran dengan mencegah, mendeteksi, dan
mengatasi 3 masalah kesehatan selama kehamilan yang memengaruhi ibu
hamil dan janinnya, meliputi komplikasi kehamilan itu sendiri, kondisi yang
mungkin dapat membahayakan kehamilan ibu, serta efek dari gaya hidup
yang tidak sehat (Rachmawati, Puspitasari, & Cania, 2017).
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim(Manuaba,
2011).

B. Standar Pelayanan Antenatal Care


Standara pelayanan antenatal care menurut Kemenkes (2016) dalam Mara
(2018):
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA).
4. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrinin status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toxoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Tes laboratorium, tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya),
pemeriksaan protein urine (bila ada indikasi); yang pemberian
pelayanannya disesuaikan dengan trimester kehamilan.
9. Tatalaksana / penanganan kasus sesuai kewenangan.
10. Temu wicara (konseling).

C. Fisiologi Kehamilan
Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14
pada siklus mentruasi 28 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada setiap
individu. Untuk menentukan masa subur dapat digunakan beberapa cara
seperti:
1. Berdasarkan hari mentruasi pertama ditambah 12 dan berlangsung tujuh
hari, contoh: mentruasi hari pertama tanggal 5, maka perhitungan minggu
suburnya adalah tanggal 17-24 dengan rumus (5+12) sampai (5+12)+7 =
24.
2. Melakukan pemeriksaan suhu basal, karena pada siklus menstruasi terjadi
pelepasan telur dan terjadi penurunan diikuti dengan kenaikan suhu 1\2
derajat celcius.
3. Kemungkinan keinginan seks meningkat pada saat pelepasan ovum.
4. Kemungkinan terasa nyeri karena pelepasan ovum.
Saat ejakulasi, sperma akan ditampung di liang vagina bagian dalam.
Bentuk sperma yang menyerupai kecebong dengan kepala yang lonjong dan
ekor yang panjang seperti cambuk memungkinkan sperma untuk bergerak
masuk melalui kanalis cervikalis dan kavum uteri kemudian berada dalam
tuba untuk menunggu kedatangan sel telur. Bila pada saat itu terjadi ovulasi,
maka kemungkinan besar akan terjadi fertilisasi.
Setelah masuknya kepala sperma ke dalam ovum dengan
meninggalkan ekornya, terjadilah pertemuan inti masing-masing dengan
kromosom mencari pasangannya. Mula-mula terjadilah pembelahan inti
menjadi dua dan seterusnya hingga seluruh ruangan ovum penuh dengan hasil
pembelahan sel, yang disebut morula. Pembelahan berlangsung terus hingga
bagian dalam terbentuk ruangan yang mengandung cairan disebut blastokist.
Sementara itu bagian luar dinding telur timbul rumbai-rumbai yang disebut
villi yang akan berguna untuk menanamkan diri pada lapisan dalam rahim,
yang telah siap menerima dalam bentuk reaksi decidua.
Hasil konsepsi dalam bentuk blastokist yang mempunyai villi korealis
dapat menanamkan diri pada dinding rahim yang disebut nidasi atau
implantasi. Sejak saat terjadi konsepsi, fertilisasi, impregnancy, sampai
nidasi diperlukan waktu 6-7 hari.

D. Tanda dan Gejala


1. Tanda – tanda pasti:
a. Mendengar bunyi jantung janin.
b. Melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak oleh pemeriksa.
c. Melihat rangka janin dengan sinar rontgent atau dengan
ultrasographi.
2. Tanda – tanda mungkin:
Tanda-tanda mungkin sudah dapat ditentukan pada kehamilan trisemester
I, tetapi dengan tanda-tanda mungkin kehamilan hanya boleh diduga.
Makin banyak tanda-tanda mungkin yang ditemukan, makin besar
kemungkinan hamil. Tanda-tanda mungkin dibagi menjadi:
a. Tanda – tanda objektif
1) Pembesaran, perubahan bentuk, dan konsistensi rahim
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan
makin lama makin bundar bentuknya. Kadang-kadang pembesaran
tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya
(tanda piskacek).
Konsistensi rahim dalam kehamilan juga berubah menjadi lunak,
terutama daerah isthmus uteri sedemikian lunaknya, hingga jika
kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan satunya pada
dinding perut di atas symphyse pubis, maka isthmus ini tidak
teraba seolah-olah corpus uteri sama sekali terpisah dari cervix
(tanda hegar).
2) Perubahan pada serviks
Di luar kehamilan, konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita
meraba ujung hidung. Dalam kehamilan, serviks menjadi lebih
lunak selunak bibir atau ujung daun telinga.
3) Kontraksi braxton hicks
Waktu palpasi atau waktu toucher rahim yang lunak sekonyong –
konyong menjadi keras karena berkontraksi.
4) Ballottement
Pada bulan ke – 4 dan ke – 5 janin lebih kecil dibandingkan
dengan cairan ketuban, maka bila rahim didorong dengan
sekonyong-konyong atau digoyangkan, makan anakan akan
melenting di dalam rahim. Ballottement dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam.
5) Meraba bagian anak
Dapat dilakukan jika janin sudah agak besar, hanya kadang-
kadang tumor yang padat seperti myoma, fibroma, dan lain-lain
dapat menyerupai bentuk janin.
6) Pemeriksaan biologis
Tidak dimasukkan dalam tanda pasti karena keadaan lain dapat
menimbulkan reaksi yang positif.
7) Pembesaran perut
Setelah bulan ke-3 rahim dapat diraba dari luar dan mulai
membesarkan perut.
8) Keluarnya colostrums
9) Hyperpigmentasi
Terjadi pada kulit wajah disebut chloasma gravidarum (topeng
kehamilan), areola dan papilla mammae, linea alba (putih) menjadi
linea fusca (coklat) atau linea nigra (hitam).
10) Tanda – tanda chadwicks
Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu.
b. Tanda – tanda subjektif:
1) Adanya amenorrhoe.
2) Mual dan muntah.
3) Ibu merasa pergerakan anak.
4) Sering kencing akibat pembesaran rahim yang menekan kandung
kencing.
5) Perasaan dada berisi dan agak nyeri.

E. Adaptasi Fisiologi
1. Perubahan Fisiologis
a. Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram
menjadi 1000 gram, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm, dan
ukurang muka belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus tidak rata, uterus
lebih cepat tumbuh di daerah implantasi dari ovum dan di daerah
insersi placenta. Pembesaran ini disebabkann oleh hypertrophy dari
otot-otot rahim, tetapi pada kehamilan muda juga terbentuk sel-sel
otot yang baru.
Uterus pada wanita hamil sering berkontraksi tanpa perasaan
nyeri. Juga saat disentuh, misalnya pada pemeriksaan dalam,
pemeriksa dapat meraba bahwa sewaktu pemeriksaan konsistensi
rahim yang semula lunak dapat menjadi keras dan kemudian lunak
kembali.
b. Cervix
Perubahan penting yang terjadi pada cervix dalam kehamilan
adalah menjadi lunaknya cervix. Perubahan ini sudah dapat ditemukan
sebulan setelah konsepsi.
Pelunakan cervix terjadi karena pembuluh darah dalam cervix
bertambah dan karena timbulnya oedema dari cervix dan hyperplasia
kelenjar – kelenjar cervix.
c. Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna
selaput lendirnya membiru, kekenyalan vagina bertambah yang berarti
daya regangnya bertambah sebagai persiapan persalinan. Getah dalam
vagina biasanya bertambah dalam masa kehamilan, reaksinya asam
dengan pH 3,5 – 6,0. Reaksi asam ini disebabkan terbentuknya
acidum lacticum sebagai hasil penghancuran glycogen yang berada
dalm sel-sel epitel vagina oleh basil-basil doderlein. Reaksi asam ini
mempunyai sifat bekterisida.
d. Ovarium
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus lutheum
graviditatis, teapi setelah bulan ke – 4 corpus lutheum ini akan
mengisut.
e. Dinding Perut
Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering timbul garis –
garis memanjang atau serong pada perut. Garis-garis ini disebut striae
gravidarum. Kadang-kadang garis-garis itu terdapat juga pada buah
dada dan paha. Pada seorang primi gravida warnanya membiru disebut
striae lividae.
Pada seorang multigravida, di samping strie lividae, terdapat
juga garis-garis putih agak mengkilat ialah parut (cicatrick) dari strie
gravidarum yang disebut strie albicans.
f. Kulit
Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain pada areolla
mammae, papilla mammae, dan linea alba. Pada umumnya setelah
partus, gejala hiperpigmentasi ini akan menghilang.
g. Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena hypertophi
olveoli. Di bawah kulit payudara sering tampak gambaran-gambaran
dari vena yang meluas. Putting susu biasanya membesar dan lebih tua
warnanya dan acapkali mengeluarkan colostrum. Perubahan-
perubahan pada payudara disebabkan karena pengaruh hormonal.
h. Pertukaran Zat
Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi penimbunan
protein sedangkan dalam darah kadar zat lemak naik dan ada
kecenderungan pada ketosis. Kebutuhan akan calcium dan phosphor
bertambah untuk pembuatan tulang-tulang janin begitu pula akan
ferum untuk pembentukan Hb janin.
i. Darah
Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun eritrosit,
tetapi penambahan volume plasma yang disebabkan oleh hydramia
lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb turun.
Batas – batas fisiologis ialah:
1) Hb 10 gr%
2) Eritrosit 3,5 juta / mm3.
3) Leukosit 8.000 – 10.000/mm3.
Jantung lebih berat bebannya disebabkan penambahan volume
darah, perluasan daerah pengaliran, fetus yang membesar dan adanya
placenta, lagipula jantung terdorong ke atas sehingga sumbunya
berubah.
Kegiatan paru-paru pun bertambah karena selain untuk
mencukupi kebutuhan ibu sendiri juga harus mencukupi kebutuhan
janin akan O2.
j. Gastrointestinal
Sekresi asam lambung dan gerakan lambung berkurang, hal
tersebut mungkin menyebabkan muntah dan kembung pada masa
kehamilan. Tonus usus kurang, yang menimbulkan obstipasi.
k. Urinarius
Kegiatan ginjal semakin bertambah berat karena harus juga
mengeluarkan racun-racun dari peredaran darah janin. Ureter jelas
melebar dalam kehamilan teruatam yang kanan. Hal ini disebabkan
karena pengaruh hormon progesterone, walaupun mungkin ada juga
faktor tekanan pada ureter oleh rahim yang membesar.
Kapasitas kandung kencing juga mengalami penurunan
kapasitas karena desakan oleh rahim yang membesar pada akhir
kehamilan oleh kepala janin yang yang turun ke dalam rongga
panggul.
l. Hormonal
Kelenjar endokrin seperti kelenjar tiroid, hipofise anterior, dan
kelenjar suprarenalis menunjukkan hiperfungsi atau hipertropi.
m. Kelenjar Adrenal
Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama kehamilan, terutama
bagian kortika yang membentuk kortin. Jumlah ion natrium dan
kalium dalam darah diatur oleh kortin. Bagian medula dari kelenjar
adrenal mensekresi epinephrin, hormon yang sangat penting.
Kehamilan tidak mengubah ukuran atau fungsi bagian medula.
Hormon – hormon yang signifikan dalam kehamilan:
1) HCG (human chorionic gonadotropin)
 Dihasilkan oleh sel-sel trofoblast.
 Puncaknya pada minggu ke-9 – 13.
 Mempertahankan korpus luteum sampai plasenta mengambil
alih.
2) HPL (human placental lactogen)
 Dihasilkan oleh sel-sel synsitio tropoblas.
 Kerjanya berlawanan dengan insulin.
 Mempunyai pengaruh peningkatan asam lemak bebas dan
menurunkan metabolisme glukosa.
3) Estrogen
 Dihasilkan oleh ovarium dan plasenta.
 Berperan dalam perkembangan uterus dan mammae,
meningkatkan pigmen kulit, meretensi Na+ dan air, serta
menurunkan hidrokloric asam lambung.
2. Perubahan Psikologis
Konsepsi dan implantasi sebagai titik awal kehamilan
menimbulkan perubahan status emosional seorang calon ibu. Bagi
pasangan dengan perkawinan yang dilandasi oleh rasa cinta dan saling
mencintai, keterlambatan datang bulan merupakan salah satu tanda yang
menggembirakan, karena ikatan batin antara keduanya semakin kokoh
dengan adanya kehamilan yang didambakan.
Keterlambatan datang bulan diikuti perubahan subjektif seperti
perasaan mual, ingin muntah, sebah di bagian perut atas, pusing kepala,
dan nafsu makan berkurang mendesak keluarga untuk melakukan
pemeriksaan. Setelah terbukti terjadi kehamilan perasaan cinta dan
gembira semakin bertambah, diikuti pula oleh perasaan cemas karena
kemungkinan keguguran. Disamping itu perubahan fisiologis kehamilan
juga dapat mempengaruhi kelabilan mental, hingga menimbulkan ngidam
dan perubahan kelakuan.

F. Komplikasi Kehamilan
Komplikasi kehamilan dan persalinan merupakan faktor penyebab
utama kematian ibu hamil. Beberapa bentuk perilaku pencegahan komplikasi
antara lain dalam kepatuhan mengkonsumsi tablet besi, pengaturan pola
makan dan asupan gizi seimbang, gaya hidup sehat dengan tidak merokok
dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, perawatan diri dan higienitas
sehari – hari, serta praktik PHBS lainnya (Sriatmi, Jati, & Budiyanti, 2020).
Beberapa komplikasi pada kehamilan antara lain:
1. Hiperemisis gravidarum.
2. Hipertensi dalam kehamilan.
3. Perdarahan trimester I (abortus).
4. Perdarahan antepartum.
5. Kehamilan ektopik.
6. Kehamilan kembar.
7. Molahydatidosa.
8. Inkompatibilitas darah.
9. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
10. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin
G. Pathway
Keletihan  Kehamilan  Kurang Pengetahuan

    
Uterus membesar Pemeriksaan
Hemokonsentrasi Kurangnya ANC teratur Asupan
(darah ibu dibagi asupan dan makanan
untuk ibu & kalsium & mempersiapk dan cairan
plasenta) phosphor an proses adekuat
melahirkan
     

Kesiapan
Desakan Terdesak
Meningkatk Kesiapan
pembesa nya Penurunan Hb /
Kram otot an Proses Meningkat-
ran diafragm Pseudoanemia
Kehamilan- kan Nutrisi
rahim a ke atas
Melahirkan

   
Penurun Bentuk
an dan
kapasita ukuran Perfusi Jaringan Nyeri
s rongga Tidak Efektif Akut
kandung dada
kemih berubah
 
Inkontin
Dispnea
ensia
 
Ganggu Pola
an Nafas
Elimina Tidak
si Urine Efektif
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah (golongan darah, Hb, glukosa, VDRL).
b. Urine (tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
c. Pemeriksaan Swab (lendir vagina & servik).
2. Pemeriksaan USG
a. Jenis kelamin.
b. Tanggal taksiran kelahiran, TBJ, jumlah cairan amnion.

I. Pemeriksaan Antenatal
Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin. Pada awal
pemeriksaan yaitu untuk menentukan apakah seorang ibu sedang mengalami
kehamilan. Diagnosa kehamilan ditentukan dengan pemeriksaan
laboratorium. Umumnya pemeriksaan yang dipakai yaitu tes untuk
mendeteksi keberadaan hCG. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat
diukur dengan radioimunoesai dan deteksi dalam darah enam hari setelah
konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode menstruasi terakhir. Keberadaan
hormone ini dalam urin pada kehamilan merupakan dasar dari berbagai tes
kehamilan di berbagai laboratorium dan kadang-kadang dapat dideteksu
dalam urine 14 hari setelah konsepsi.
Untuk HPHT bulan Januari, Februari, Maret:
Taksiran Persalinan = (Tanggal HPHT + 7), (Bulan + 9), (Tahun + 0)
Untuk HPHT bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September,
Oktober, November, Desember:
Taksiran Persalinan = (Tanggal HPHT + 7), (Bulan – 3), (Tahun + 1)
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama
kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (K1), 1 kali pada trimester kedua
(K2), dan 2 kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). Sedangkan apabila
terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah, perdarahan
kehamilan, perdarahan, kelainan letak dan lain – lain, frekuensi kunjungan
ANC disesuaikan dengan kebutuhan (Rachmawati et al., 2017).
Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold:
1. Leopold I
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh
fetus apa yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan
mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan
terassa keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba di fundus, maka
akan terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
2. Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada
kedua sisi abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain
mempalpasi sisi yang berbeda untuk menemukan bagian punggung janin.
Jika punggung akan teraba cembung dan resisten.
3. Leopold III
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerah
pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi
abdomen di atas simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang
dan menghembuskannya. Pada saat mengeluarkan napas, gerakkan
tangan turun perlahan dan menekan sekitar daerah tersebut. Jika kepala
akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika bokong akan
teraba lembut dan tidak beraturan.
4. Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin
masuk ke pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke
sisi abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian
tulang yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang
masuk baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru
setengah, divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk
ke dalam rongga panggul.
Kunjungan / pemeriksaan kehamilan bertujuan:
1. Kunjungan pertama, mementukan diagnosis ada tidaknya kehamilan.
2. Kunjungan kedua, menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan.
3. Kunjungan ketiga, menentukan status kesehatan ibu dan janin.
4. Kunjungan keempat, menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta
ada / tidaknya faktor risiko kehamilan.
5. Kunjungan kelima, menentukan rencana pemeriksaan / penatalaksanaan
selanjutnya.
Pemeriksaan panggul luar dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak.
2. Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya.
3. Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.
Pemeriksaan panggul dilakukan:
1. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.
2. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang
lalu.
3. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri
terutama pada primipara.
Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
1. Distansia spinarum: jarak antara spina illiaka anterior superior kanan dan
kiri ( normal: 23-26 cm).
2. Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan dan
kiri (normal: 26-29).
3. Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas simpisis
dan ujung prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima) (normal: 10-
20 cm).
4. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiaca
anterior superior kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan ke
pertengahan trochanter mayor kiri ke pertengahan spina illiaca anterior
superior kiri kemudian kembali ke atas simpisis (normal : 80-90 cm).

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Aktivitas dan Istirahat
1) Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 – 12 minggu)
kembali pada tingkat pra kehamilan selama setengah kehamilan
terakhir.
2) Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15 DPM.
3) Murmur sistolik pendek dapat terjadi sampai dengan peningkatan
volume episode sincope.
4) Varises
5) Sedikit edema ekstremitas bawah / tangan mungkin ada (terutama
pada trisemester akhir).
b. Integritas Ego
Menunjukkan perubahan persepsi diri.
c. Eliminasi
1) Perubahan pada konsistensi / frekuensi defekasi.
2) Peningkatan frekuensi perkemihan.
3) Urinalisis: Peningkatan berat jenis.
4) Hemoroid.
d. Makanan / Cairan
1) Mual dan muntah, terutama trisemester pertama; nyeri ulu hati
umum terjadi.
2) Penambahan berat badan: 2 sampai 4 lb trisemester pertama,
trisemester kedua dan ketiga masing-masing 11 – 12 lb.
3) Membran mukosa kering: hipertropi jaringan gusi dapat terjadi
mudah berdarah.
4) Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis).
5) Sedikit edema dependen.
6) Sedikit glikosuria mungkin ada.
7) Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir
kehamilan.
e. Nyeri dan Kenyamanan
Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada payudara; kontraksi
Braxton Hicks terlihat setelah 28 minggu; nyeri punggung.
f. Pernapasan
1) Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal.
2) Frekuensi pernapasan dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi;
pernapasan torakal.
g. Keamanan
1) Suhu tubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 – 37,6 ºC).
2) Irama Jantung Janin (IJJ) terdengar dengan Doptone (mulai 10 –
12 minggu) atau fetoskop (17 - 20 minggu).
3) Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu. Sensasi
gerakan janin pada abdomen diantara 16 dan 20 minggu.
4) Ballottement ada pada bulan keempat dan kelima.
h. Seksualitas
1) Penghentian menstruasi.
2) Perubahan respon /aktivitas seksual.
3) Leukosa mungkin ada.
4) Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di atas simfisis
pubis (pada 10 – 12 minggu) pada umbilikolis (pada 20 – 30
minggu) agak ke bawah kartilago ensiform (pada 36 minggu).
5) Perubahan payudara: pembesaran jaringan adiposa, peningkatan
vaskularitas lunak bila dipalpasi, peningkatan diameter dan
pigmentasi jaringan arcolar, hipertrofi tberkel montgemery,
sensasi kesemutan (trisemester pertama dan ketiga); kemungkinan
strial gravidarum kolostrum dapat tampak setelah 12 minggu.
6) Perubahan pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema,
spicler nevi, strial gravidarum.
7) Tanda-tanda Goodell, Hegar Schdwick positif.
i. Integritas Sosial
1) Bingung / meragukan perubahan peran yang dintisipasi.
2) Tahap maturasi / perkembangan bervariasi dan dapat mundur
dengan stressor kehamilan
3) Respons anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan
mendukung sampai disfungsional.
j. Penyuluhan / Pembelajaran
Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan/melahirkan
tergantung pada usia, tingkat pengetahuan, pengalaman paritas,
keinginan terhadap anak, stabilitas ekonomik.
k. Pemeriksaan Diagnostik
1) DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (misal: sel sabit).
2) Golongan darah: ABO dan Rh untuk mengidentifikasi resiko
terhadap inkompatibilitas
3) Usap vagina / rectal: tes untuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia.
4) Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma
Reagen).
5) Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh
kutil vagina, lesi, rabas abnormal.
6) Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis.
7) Papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks
tipe 2.
8) Urinalisis: skin untuk kondisi media (mis: pemastian kehamilan
infeksi, diabetes penyakit ginjal)
9) Ter serum/urin untuk gadadotropin karionik manusia (HCG)
positif
10) Titer rubella > a : a O menunjukkan imunitas
11) Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8 minggu
12) Skin glukosa serum / 1 jam tes glukosa: < 140 jam mg/dl
(biasanya dilakukan antara 24 sampai 28 minggu. Evaluasi
selanjutnya dari folus pengkajian dilakukan pada setiap kunjungan
prenatal.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang akan muncul pada ibu hamil menurut SDKI (2017):
a. Nyeri akut.
b. Pola napas tidak efektif.
c. Gangguan eliminasi urine.
d. Keletihan.
e. Kurang pengetahuan.
f. Perfusi jaringan tidak efektif.
g. Kesiapan meningkatkan proses kehamilan – melahirkan.
h. Kesiapan meningkatkan nutrisi.
i. Kurang pengetahuan.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan Tindakan
1. Nyeri akut Setelah Manajemen
dilakukan Nyeri
tindakan a. Identifikasi a. Mengetahui
keperawatan lokasi, karak- karakteristik
selama … , teristik, nyeri secara
diharapkan durasi, komprehensi
nyeri menurun frekuensi, f untuk
dengan kriteria kualitas, menen-tukan
hasil: inten-sitas inter-vensi
a. Keluhan nyeri nyeri. selanjut-nya.
menurun. b. Identifikasi b. Mengetahui
b. Meringis skala nyeri. tingkat nyeri
menurun. c. Identifikasi klien dalam
c. Gelisah faktor yang skala nyeri.
menurun. memperberat c. Mengurangi
d. Perineum dan mempe- pemicu yang
terasa ringan nyeri. dapat mem-
tertekan d. Identifikasi perberat
menurun. pengaruh nyeri klien.
e. Frekuensi nyeri d. Mengetahui
nadi terhadap seberapa
membaik. kuali-tas berat nyeri
f. Pola napas hidup. yang
membaik. e. Berikan dirasakan
g. Tekanan teknik klien
darah nonfarmakol terhadap
membaik. o-gis untuk kualitas
me-ngurangi hidup.
rasa nyeri e. Klien dapat
(misal mengontrol
relaksasi nyeri secara
napas dalam, nonfarmakol
distraksi, o-gis.
terapi musik, f. Lingkungan
dll). yang nyaman
f. Kontrol ling- membuat
kungan yang klien tenang
dapat dan nyaman.
memper- g. Klien
berat nyeri. menge-tahui
g. Jelaskan penye-bab,
penyebab, periode, dan
periode dan pemicu
pemicu nyeri. nyeri.
h. Jelaskan h. Klien
strategi menge-tahui
mengurangi strategi
nyeri. mengurangi
i. Ajarkan nyeri.
teknik i. Klien
nonfarmakol menge-tahui
o-gis untuk teknik
mengurangi nonfarmakol
rasa nyeri. o-gi untuk
mengurangi
j. Kolaborasi nyeri.
pemberian j. Membantu
analgetik, mengurangi
jika perlu. nyeri secara
farmakologi.
2. Pola napas tidak Setelah Pemantauan
efektif dilakukan Respirasi
tindakan a. Monitor a. Mengetahui
keperawatan freku-ensi, frekuensi,
selama … , irama, irama, keda-
diharapkan pola kedalaman laman dan
napas membaik dan upaya upaya napas
dengan kriteria napas. untuk
hasil: b. Monitor pola menen-tukan
a. Dispnea napas inter-vensi
menurun. (bradipnea, selanjut-nya.
b. Penggunaan takipnea, b. Mengetahui
otot bantu hiperventilasi pola napas
napas , kussmaul klien untuk
menurun. dll). menentukan
c. Pernapasan c. Auskultasi intervensi se-
pursed lips bunyi napas. lanjutnya.
menurun. d. Monitor c. Mengetahui
d. Pernapasan saturasi bunyi napas
cuping oksigen. klien apakah
hidung e. Berikan ada suara
menurun. terapi napas tam-
e. Frekuensi oksigen, jika bahan atau
napas perlu. tidak untuk
membaik. menentukan
f. Kedalaman intervensi
napas selanjutnya.
membaik. d. Mengetahui
g. Ventilasi kadar
semenit oksigen
membaik. dalam darah
h. Kapasitas klien untuk
vital menentukan
membaik. intervensi
i. Tekanan selanjutnya.
ekspirasi e. Membantu
membaik. memenuhi
j. Tekanan kebutuhan
inspirasi oksigen
membaik. klien.
3. Gangguan Setelah Manajemen
eliminasi urine dilakukan Eliminasi Urine
tindakan a. Identifikasi a. Mengetahui
keperawatan faktor yang faktor
selama … , menyebabkan penyebab
diharapkan retensi atau retensi atau
eliminasi urine in- in-kontinensi
membaik kontinensia urine.
dengan kriteria urine. b. Mengurangi
hasil: b. Batasi asupan frekuensi
a. Desakan cairan, jika berkemih
berkemih perlu. klien.
(urgensi) c. Ajarkan me- c. Klien dapat
menurun. ngukur mengukur
b. Nokturia asupan cairan sendiri
menurun. dan haluaran asupan
c. Mengompol urine. cairan dan
menurun. d. Anjurkan haluaran
d. Frekuensi minum yang urine.
BAK cukup, jika d. Memenuhi
membaik. tidak ada kebutuhan
e. Karakteristik kon- cairan tubuh
urine traindikasi. klien agar
membaik. e. Anjurkan tidak
mengurangi dehidrasi.
minum men- e. Agar klien ti-
jelang tidur. dak sering
ter-bangun
pada malam
hari untuk
berke-mih.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. (2011). Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan kb.
Jakarta: EGC

Mara, A. S. (2018). Hubungan Pelaksanaan Standar Pelayanan Antenatal Care


(ANC) Dengan Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas Sedayu II
Bantul D.I Yogyakarta. Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta.

Marniyati, L., Saleh, I., & Soebyakto, B. B. (2016). Pelayanan Antenatal


Berkualitas dalam Meningkatkan Deteksi Risiko Tinggi pada Ibu Hamil oleh
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di
Kota Palembang. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 3(1), 355–362.
Retrieved from https://www.semanticscholar.org

Mulatsih, T. (2017). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan


Pelaksanaan Standar Pelayanan Antenatal Care Oleh Bidan Praktik Mandiri
(BPM) Dengan Wilayah AKI Tinggi di Kabupaten Boyolali. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Rachmawati, A. I., Puspitasari, R. D., & Cania, E. (2017). Faktor - Faktor Yang
Memengaruhi Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil. Medical
Journal of Lampung University, 7(1), 72–76. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id

Sriatmi, A., Jati, S. P., & Budiyanti, R. T. (2020). Dukungan dan Persepsi
Terhadap Perilaku Pencegahan Komplikasi Kehamilan. Higeia Journal of
Public Health Research and Development, 4(3), 347–358.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta: PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta: PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai