ANTENATAL CARE
DISUSUN OLEH:
KONSEP DASAR
A. Definisi
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang professional untuk meningkatkan derajat
kesehatan ibu hamil beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal
yang dilakukan secara teratur dan komprehensif dapat mendeteksi secara dini
kelainan dan risiko yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga
kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat (Marniyati,
Saleh, & Soebyakto, 2016). Kepatuhan dalam pelaksanaan pelayanan ANC
yang sesuai dengan standar berpengaruh terhadap kualitas pelayanan ANC
dan penurunan AKI (Mulatsih, 2017) .
Antenatal care terpadu merupakan pelayanan antenatal komprehensif
dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan tersebut
dapat diberikan oleh dokter, bidan, perawat dan tenaga medis lain yang
terlatih dan professional. Tujuan pelayanan ANC adalah untuk
mempersiapkan persalinan dan kelahiran dengan mencegah, mendeteksi, dan
mengatasi 3 masalah kesehatan selama kehamilan yang memengaruhi ibu
hamil dan janinnya, meliputi komplikasi kehamilan itu sendiri, kondisi yang
mungkin dapat membahayakan kehamilan ibu, serta efek dari gaya hidup
yang tidak sehat (Rachmawati, Puspitasari, & Cania, 2017).
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim(Manuaba,
2011).
C. Fisiologi Kehamilan
Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14
pada siklus mentruasi 28 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada setiap
individu. Untuk menentukan masa subur dapat digunakan beberapa cara
seperti:
1. Berdasarkan hari mentruasi pertama ditambah 12 dan berlangsung tujuh
hari, contoh: mentruasi hari pertama tanggal 5, maka perhitungan minggu
suburnya adalah tanggal 17-24 dengan rumus (5+12) sampai (5+12)+7 =
24.
2. Melakukan pemeriksaan suhu basal, karena pada siklus menstruasi terjadi
pelepasan telur dan terjadi penurunan diikuti dengan kenaikan suhu 1\2
derajat celcius.
3. Kemungkinan keinginan seks meningkat pada saat pelepasan ovum.
4. Kemungkinan terasa nyeri karena pelepasan ovum.
Saat ejakulasi, sperma akan ditampung di liang vagina bagian dalam.
Bentuk sperma yang menyerupai kecebong dengan kepala yang lonjong dan
ekor yang panjang seperti cambuk memungkinkan sperma untuk bergerak
masuk melalui kanalis cervikalis dan kavum uteri kemudian berada dalam
tuba untuk menunggu kedatangan sel telur. Bila pada saat itu terjadi ovulasi,
maka kemungkinan besar akan terjadi fertilisasi.
Setelah masuknya kepala sperma ke dalam ovum dengan
meninggalkan ekornya, terjadilah pertemuan inti masing-masing dengan
kromosom mencari pasangannya. Mula-mula terjadilah pembelahan inti
menjadi dua dan seterusnya hingga seluruh ruangan ovum penuh dengan hasil
pembelahan sel, yang disebut morula. Pembelahan berlangsung terus hingga
bagian dalam terbentuk ruangan yang mengandung cairan disebut blastokist.
Sementara itu bagian luar dinding telur timbul rumbai-rumbai yang disebut
villi yang akan berguna untuk menanamkan diri pada lapisan dalam rahim,
yang telah siap menerima dalam bentuk reaksi decidua.
Hasil konsepsi dalam bentuk blastokist yang mempunyai villi korealis
dapat menanamkan diri pada dinding rahim yang disebut nidasi atau
implantasi. Sejak saat terjadi konsepsi, fertilisasi, impregnancy, sampai
nidasi diperlukan waktu 6-7 hari.
E. Adaptasi Fisiologi
1. Perubahan Fisiologis
a. Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram
menjadi 1000 gram, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm, dan
ukurang muka belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus tidak rata, uterus
lebih cepat tumbuh di daerah implantasi dari ovum dan di daerah
insersi placenta. Pembesaran ini disebabkann oleh hypertrophy dari
otot-otot rahim, tetapi pada kehamilan muda juga terbentuk sel-sel
otot yang baru.
Uterus pada wanita hamil sering berkontraksi tanpa perasaan
nyeri. Juga saat disentuh, misalnya pada pemeriksaan dalam,
pemeriksa dapat meraba bahwa sewaktu pemeriksaan konsistensi
rahim yang semula lunak dapat menjadi keras dan kemudian lunak
kembali.
b. Cervix
Perubahan penting yang terjadi pada cervix dalam kehamilan
adalah menjadi lunaknya cervix. Perubahan ini sudah dapat ditemukan
sebulan setelah konsepsi.
Pelunakan cervix terjadi karena pembuluh darah dalam cervix
bertambah dan karena timbulnya oedema dari cervix dan hyperplasia
kelenjar – kelenjar cervix.
c. Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna
selaput lendirnya membiru, kekenyalan vagina bertambah yang berarti
daya regangnya bertambah sebagai persiapan persalinan. Getah dalam
vagina biasanya bertambah dalam masa kehamilan, reaksinya asam
dengan pH 3,5 – 6,0. Reaksi asam ini disebabkan terbentuknya
acidum lacticum sebagai hasil penghancuran glycogen yang berada
dalm sel-sel epitel vagina oleh basil-basil doderlein. Reaksi asam ini
mempunyai sifat bekterisida.
d. Ovarium
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus lutheum
graviditatis, teapi setelah bulan ke – 4 corpus lutheum ini akan
mengisut.
e. Dinding Perut
Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering timbul garis –
garis memanjang atau serong pada perut. Garis-garis ini disebut striae
gravidarum. Kadang-kadang garis-garis itu terdapat juga pada buah
dada dan paha. Pada seorang primi gravida warnanya membiru disebut
striae lividae.
Pada seorang multigravida, di samping strie lividae, terdapat
juga garis-garis putih agak mengkilat ialah parut (cicatrick) dari strie
gravidarum yang disebut strie albicans.
f. Kulit
Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain pada areolla
mammae, papilla mammae, dan linea alba. Pada umumnya setelah
partus, gejala hiperpigmentasi ini akan menghilang.
g. Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena hypertophi
olveoli. Di bawah kulit payudara sering tampak gambaran-gambaran
dari vena yang meluas. Putting susu biasanya membesar dan lebih tua
warnanya dan acapkali mengeluarkan colostrum. Perubahan-
perubahan pada payudara disebabkan karena pengaruh hormonal.
h. Pertukaran Zat
Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi penimbunan
protein sedangkan dalam darah kadar zat lemak naik dan ada
kecenderungan pada ketosis. Kebutuhan akan calcium dan phosphor
bertambah untuk pembuatan tulang-tulang janin begitu pula akan
ferum untuk pembentukan Hb janin.
i. Darah
Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun eritrosit,
tetapi penambahan volume plasma yang disebabkan oleh hydramia
lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb turun.
Batas – batas fisiologis ialah:
1) Hb 10 gr%
2) Eritrosit 3,5 juta / mm3.
3) Leukosit 8.000 – 10.000/mm3.
Jantung lebih berat bebannya disebabkan penambahan volume
darah, perluasan daerah pengaliran, fetus yang membesar dan adanya
placenta, lagipula jantung terdorong ke atas sehingga sumbunya
berubah.
Kegiatan paru-paru pun bertambah karena selain untuk
mencukupi kebutuhan ibu sendiri juga harus mencukupi kebutuhan
janin akan O2.
j. Gastrointestinal
Sekresi asam lambung dan gerakan lambung berkurang, hal
tersebut mungkin menyebabkan muntah dan kembung pada masa
kehamilan. Tonus usus kurang, yang menimbulkan obstipasi.
k. Urinarius
Kegiatan ginjal semakin bertambah berat karena harus juga
mengeluarkan racun-racun dari peredaran darah janin. Ureter jelas
melebar dalam kehamilan teruatam yang kanan. Hal ini disebabkan
karena pengaruh hormon progesterone, walaupun mungkin ada juga
faktor tekanan pada ureter oleh rahim yang membesar.
Kapasitas kandung kencing juga mengalami penurunan
kapasitas karena desakan oleh rahim yang membesar pada akhir
kehamilan oleh kepala janin yang yang turun ke dalam rongga
panggul.
l. Hormonal
Kelenjar endokrin seperti kelenjar tiroid, hipofise anterior, dan
kelenjar suprarenalis menunjukkan hiperfungsi atau hipertropi.
m. Kelenjar Adrenal
Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama kehamilan, terutama
bagian kortika yang membentuk kortin. Jumlah ion natrium dan
kalium dalam darah diatur oleh kortin. Bagian medula dari kelenjar
adrenal mensekresi epinephrin, hormon yang sangat penting.
Kehamilan tidak mengubah ukuran atau fungsi bagian medula.
Hormon – hormon yang signifikan dalam kehamilan:
1) HCG (human chorionic gonadotropin)
Dihasilkan oleh sel-sel trofoblast.
Puncaknya pada minggu ke-9 – 13.
Mempertahankan korpus luteum sampai plasenta mengambil
alih.
2) HPL (human placental lactogen)
Dihasilkan oleh sel-sel synsitio tropoblas.
Kerjanya berlawanan dengan insulin.
Mempunyai pengaruh peningkatan asam lemak bebas dan
menurunkan metabolisme glukosa.
3) Estrogen
Dihasilkan oleh ovarium dan plasenta.
Berperan dalam perkembangan uterus dan mammae,
meningkatkan pigmen kulit, meretensi Na+ dan air, serta
menurunkan hidrokloric asam lambung.
2. Perubahan Psikologis
Konsepsi dan implantasi sebagai titik awal kehamilan
menimbulkan perubahan status emosional seorang calon ibu. Bagi
pasangan dengan perkawinan yang dilandasi oleh rasa cinta dan saling
mencintai, keterlambatan datang bulan merupakan salah satu tanda yang
menggembirakan, karena ikatan batin antara keduanya semakin kokoh
dengan adanya kehamilan yang didambakan.
Keterlambatan datang bulan diikuti perubahan subjektif seperti
perasaan mual, ingin muntah, sebah di bagian perut atas, pusing kepala,
dan nafsu makan berkurang mendesak keluarga untuk melakukan
pemeriksaan. Setelah terbukti terjadi kehamilan perasaan cinta dan
gembira semakin bertambah, diikuti pula oleh perasaan cemas karena
kemungkinan keguguran. Disamping itu perubahan fisiologis kehamilan
juga dapat mempengaruhi kelabilan mental, hingga menimbulkan ngidam
dan perubahan kelakuan.
F. Komplikasi Kehamilan
Komplikasi kehamilan dan persalinan merupakan faktor penyebab
utama kematian ibu hamil. Beberapa bentuk perilaku pencegahan komplikasi
antara lain dalam kepatuhan mengkonsumsi tablet besi, pengaturan pola
makan dan asupan gizi seimbang, gaya hidup sehat dengan tidak merokok
dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, perawatan diri dan higienitas
sehari – hari, serta praktik PHBS lainnya (Sriatmi, Jati, & Budiyanti, 2020).
Beberapa komplikasi pada kehamilan antara lain:
1. Hiperemisis gravidarum.
2. Hipertensi dalam kehamilan.
3. Perdarahan trimester I (abortus).
4. Perdarahan antepartum.
5. Kehamilan ektopik.
6. Kehamilan kembar.
7. Molahydatidosa.
8. Inkompatibilitas darah.
9. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
10. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin
G. Pathway
Keletihan Kehamilan Kurang Pengetahuan
Uterus membesar Pemeriksaan
Hemokonsentrasi Kurangnya ANC teratur Asupan
(darah ibu dibagi asupan dan makanan
untuk ibu & kalsium & mempersiapk dan cairan
plasenta) phosphor an proses adekuat
melahirkan
Kesiapan
Desakan Terdesak
Meningkatk Kesiapan
pembesa nya Penurunan Hb /
Kram otot an Proses Meningkat-
ran diafragm Pseudoanemia
Kehamilan- kan Nutrisi
rahim a ke atas
Melahirkan
Penurun Bentuk
an dan
kapasita ukuran Perfusi Jaringan Nyeri
s rongga Tidak Efektif Akut
kandung dada
kemih berubah
Inkontin
Dispnea
ensia
Ganggu Pola
an Nafas
Elimina Tidak
si Urine Efektif
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah (golongan darah, Hb, glukosa, VDRL).
b. Urine (tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
c. Pemeriksaan Swab (lendir vagina & servik).
2. Pemeriksaan USG
a. Jenis kelamin.
b. Tanggal taksiran kelahiran, TBJ, jumlah cairan amnion.
I. Pemeriksaan Antenatal
Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin. Pada awal
pemeriksaan yaitu untuk menentukan apakah seorang ibu sedang mengalami
kehamilan. Diagnosa kehamilan ditentukan dengan pemeriksaan
laboratorium. Umumnya pemeriksaan yang dipakai yaitu tes untuk
mendeteksi keberadaan hCG. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat
diukur dengan radioimunoesai dan deteksi dalam darah enam hari setelah
konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode menstruasi terakhir. Keberadaan
hormone ini dalam urin pada kehamilan merupakan dasar dari berbagai tes
kehamilan di berbagai laboratorium dan kadang-kadang dapat dideteksu
dalam urine 14 hari setelah konsepsi.
Untuk HPHT bulan Januari, Februari, Maret:
Taksiran Persalinan = (Tanggal HPHT + 7), (Bulan + 9), (Tahun + 0)
Untuk HPHT bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September,
Oktober, November, Desember:
Taksiran Persalinan = (Tanggal HPHT + 7), (Bulan – 3), (Tahun + 1)
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama
kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (K1), 1 kali pada trimester kedua
(K2), dan 2 kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). Sedangkan apabila
terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah, perdarahan
kehamilan, perdarahan, kelainan letak dan lain – lain, frekuensi kunjungan
ANC disesuaikan dengan kebutuhan (Rachmawati et al., 2017).
Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold:
1. Leopold I
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh
fetus apa yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan
mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan
terassa keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba di fundus, maka
akan terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
2. Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada
kedua sisi abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain
mempalpasi sisi yang berbeda untuk menemukan bagian punggung janin.
Jika punggung akan teraba cembung dan resisten.
3. Leopold III
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerah
pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi
abdomen di atas simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang
dan menghembuskannya. Pada saat mengeluarkan napas, gerakkan
tangan turun perlahan dan menekan sekitar daerah tersebut. Jika kepala
akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika bokong akan
teraba lembut dan tidak beraturan.
4. Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin
masuk ke pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke
sisi abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian
tulang yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang
masuk baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru
setengah, divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk
ke dalam rongga panggul.
Kunjungan / pemeriksaan kehamilan bertujuan:
1. Kunjungan pertama, mementukan diagnosis ada tidaknya kehamilan.
2. Kunjungan kedua, menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan.
3. Kunjungan ketiga, menentukan status kesehatan ibu dan janin.
4. Kunjungan keempat, menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta
ada / tidaknya faktor risiko kehamilan.
5. Kunjungan kelima, menentukan rencana pemeriksaan / penatalaksanaan
selanjutnya.
Pemeriksaan panggul luar dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak.
2. Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya.
3. Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.
Pemeriksaan panggul dilakukan:
1. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.
2. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang
lalu.
3. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri
terutama pada primipara.
Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
1. Distansia spinarum: jarak antara spina illiaka anterior superior kanan dan
kiri ( normal: 23-26 cm).
2. Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan dan
kiri (normal: 26-29).
3. Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas simpisis
dan ujung prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima) (normal: 10-
20 cm).
4. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiaca
anterior superior kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan ke
pertengahan trochanter mayor kiri ke pertengahan spina illiaca anterior
superior kiri kemudian kembali ke atas simpisis (normal : 80-90 cm).
Rachmawati, A. I., Puspitasari, R. D., & Cania, E. (2017). Faktor - Faktor Yang
Memengaruhi Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil. Medical
Journal of Lampung University, 7(1), 72–76. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id
Sriatmi, A., Jati, S. P., & Budiyanti, R. T. (2020). Dukungan dan Persepsi
Terhadap Perilaku Pencegahan Komplikasi Kehamilan. Higeia Journal of
Public Health Research and Development, 4(3), 347–358.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta: PPNI