Anda di halaman 1dari 9

UTS ASPEK HUKUM PERBANKAN SYARIAH

Dhea Ananda
11723063
Dosen Pengampu (Eka Junila Saragih, M.S.I)

1. Perbedaan Bank syariah dan Konvensional terletak di di hokum yang berlaku

Bank syariah pada hokum syariat Islam sedang kan Konvensional pada hukun

Internasional, dan pada dasarnya bank syariah merupakan bank yang menjalankan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam

fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa

tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung

gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram. Sedangkan bank konvensional yaitu

bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang mana dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran berdasarkan prosedur dan

ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Asas- Asas Perjanjian dalam Islam adalah

 Asas Ibahah (Mabda’ alIbahah) Asas ibahah adalah asas umum hukum Islam

dalam bidang muammalat secara umum. Asas ini dirumuskan dalam adagium

“Pada asasnya segala sesuatu itu boleh dilakukan sampai ada dalil yang

melarangnya.”

 Asas Kebebasan Berakad (Mabda’ Hurriyah at- Ta’aqud) Hukum Islam mengakui

kebebasan berakad, yaitu suatu prinsip hukum yang menyatakan bahwa setiap

orang dapat membuat akad jenis apapun tanpa terikat kepada nama-nama yang
telah ditentukan dalam undang-undang Syariah dan memasukkan klausal apa saja

ke dalam akad yang dibuatnya itu sesuai dengan kepentinganya sejauh tidak

berakibat makan harta sesama dengan jalan batil.

 Asas Konsesualisme (Mabda’ ar-Radha’iyyah) Asas konsensualisme menyatakan

bahwa untuk terciptanya suatu perjanjian cukup dengan tercapainya kata sepakat

antara para pihak tanpa perlu dipenuhinya formalitasformalitas tertentu.

 Asas Keseimbangan (Mabda’ atTawazun fi al- Mu’ awdhah) Meskipun secara

faktual jarang terjadi keseimbangan antara para pihak dalam bertransaksi, namun

hukum perjanjian Islam tetap menerapkan keseimbangan dalam memikul risiko.

 Asas Kemaslahatan (Tidak Memberatkan) Asas kemaslahatan ini dimaksudkan

bahwa akad yang dibuat oleh para pihak bertujuan mewujudkan kemaslahatan

bagi mereka dan tidak menimbulkan kerugian (mudharat) atau memberatkan

(masyaqqah).

 Asas Amanah Dengan asas amanah dimaksudkan masing-masing pihak haruslah

beritikad baik dalam bertransaksi dengan pihak lainnya dan tidak dibenarkan

salah satu pihak mengeksploitasi ketidaktahuan mitranya.

 Asas Keadilan Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh semua

hukum. Dalam hukum Islam, keadilan langsung merupakan perintah al-Quran

yang menegaskan, “Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa’

(QS. 5: 8).

3. Haram zatnya (objek transaksinya)


Suatu transaksi dilarang karena objek (barang dan/atau jasa) yang ditransaksikan

merupakan objek yang dilarang (haram) dalam hukum agama Islam. Seperti

memperjualbeli kan alkohol, narkoba, organ manusia, dll.

Haram Selain Zatnya (Cara Bertransaksi-nya)

 Tadlis, yaitu sebuah situasi di mana salah satu dari pihak yang bertransaksi berusaha

untuk menyembunyikan informasi dari pihak yang lain (unknown to one party) dengan

maksud untuk menipu pihak tersebut atas ketidaktahuan akan informasi objek yang

diperjualbelikan. Hal ini bisa penipuan berbentuk kuantitas (quantity), kualitas (quality),

harga (price), ataupun waktu penyerahan (time of delivery) atas objek yang

ditransaksikan. Sebagai contoh : apabila kita menjual hp second dengan kondisi baterai

yang sudah sangat lemah, ketika kita menjual hp tersebut tanpa memberitahukan

(menutupi) kepada pihak pembeli, maka transaksi yang kita lakukan menjadi haram

hukumnya.

 Ikhtikar. Ikhtikar adalah sebuah situasi di mana produsen/penjual mengambil keuntungan

di atas keuntungan normal dengan cara mengurangi supply (penawaran) agar harga

produk yang dijualnya naik. Ikhtikar ini biasanya dilakukan dengan membuat entry

barrier (hambatan masuk pasar), yakni menghambat produsen/penjual lain masuk ke

pasar agar ia menjadi pemain tunggal di pasar (monopoli), kemudian mengupayakan

adanya kelangkaan barang dengan cara menimbun stock (persediaan), sehingga terjadi

kenaikan harga yang cukup tajam di pasar. Ketika harga telah naik, produsen tersebut

akan menjual barang tersebut dengan mengambil keuntungan yang berlimpah. Sebagai

contoh: ketika akan dirumorkan oleh pemerintah bahwa tarif bbm akan dinaikan, maka

marak terjadinya penimbunan bbm oleh para penjual nakal. Hal ini mereka lakukan agar
dapat menjual bbm dengan tarif yang sudah dinaikkan, sehingga mereka mendapatkan

keuntungan yang lebih besar.

 Bai’ Najasy adalah sebuah situasi di mana konsumen/pembeli menciptakan demand

(permintaan) palsu, seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk sehingga

harga jual produk itu akan naik. Cara yang bisa ditempuh bermacam-macam, seperti

menyebarkan isu, melakukan order pembelian, dan sebagainya. Ketika harga telah naik

maka yang bersangkutan akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali

barang yang sudah dibeli, sehingga akan mendapatkan keuntungan yang besar. Sebagai

contoh : ini sangat rentan terjadi ketika pelelangan suatu barang. Biasanya yang

mengadakan pelelangan bekerja sama dengan beberapa peserta pelelangan dimana

mereka bertugas untuk berpura-pura melakukan penawaran terhadap barang yang

dilelang, dengan kata lain untuk menaikkan harga barang yang dilelang tersebut.

 Taghrir (Gharar), yaitu menurut mahzab Imam Safi`e seperti dalam kitab Qalyubi wa

Umairah: Al-ghararu  manthawwats `annaa `aaqibatuhu awmaataroddada baina

amroini aghlabuhuma wa akhwafuhumaa. Artinya: “gharar itu adalah   apa-apa   yang

akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita  dan akibat yang paling mungkin muncul

adalah yang paling kita takuti”.

4. Macam macam Jenis riba dan contohnya

 Riba Fadhl Pertukaran atau jual beli barang ribawi dengan kuantitas, kualitas,

atau kadar takaran yang berbeda. Barang ribawi itu sendiri disebutkan dalam

hadits sebagai emas, perak, gandum, gandum merah, garam, dan kurma. Dalam

hadits lain disebutkan sebagai emas, perak, dan bahan makanan. Sehingga dalam

Islam, untuk barang barang tersebut pertukaran yang dilakukan harus lah
memenuhi jumlah dan kualitas yang sama. Contoh praktik riba fadhl misalnya

seseorang menukar 10 gram emas (20 karat) dengan 11 gram emas (19 karat).

Contoh lainnya 2 kilo gandum berkualitas baik ditukar dengan 3 kilo gandum

berkualitas buruk.

 Riba Qardh Adanya persyaratan kelebihan pengembalian pinjaman yang

dilakukan di awal akad perjanjian hutang-piutang oleh pemberi pinjaman terhadap

yang berhutang tanpa tahu untuk apa kelebihan tersebut digunakan. Contohnya

seperti rentenir yang meminjamkan uang 10 juta kepada peminjam, kemudian

peminjam harus mengembalikan 11 juta tanpa dijelaskan kelebihan dana tersebut

untuk apa. Tambahan 1 juta pada kasus inilah yang disebut sebagai riba qardh dan

hanya akan merugikan peminjam plus menguntungkan si rentenir.

 Riba Jahiliyah Adanya tambahan nilai hutang karena adanya tambahan tempo

pembayaran hutang disebabkan peminjam tidak mampu membayar hutang pada

waktunya. Praktik riba seperti ini banyak diterapkan pada masa jahiliyah.

Contohnya pemberi hutang berkata kepada pihak penerima hutang saat jatuh

tempo, “kamu lunasi hutang sekarang sesuai jumlah kamu berhutang atau

membayar dikemudian hari dengan syarat adanya tambahan jumlah hutang”

5. Yang di maksud dengan Penyaluran Dana dan Pelayan Dana adalah

 Penyaluran dana Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar

produk pembiayaan syariah terbagi ked lam empat kategori yang dibedakan

berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1) Pembiayaan dengan prinsip jual-

beli,2) Pembiayaan dengan prinsip sewa, 3) Pembiayaan dengan prinsip bagi

hasil,4) Pembiayaan dengan akad pelengkap


 Pelayanan Jasa, Produk jasa perbankan lainnya yaitu layanan perbankan dimana bank

syariah menerima imbalan atas jasa perbankan diluar fungsi utamanya sebagai lembaga

intermediasi keuangan.

 1) Wakalah

 Wakalah atau perwakilan, berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian

mandat. Yakni bank diberikan mandat oleh nasabah untuk melaksanakan suatu

perkara sesuai dengan amanah/permintaan nasabah. Secara teknis perbankan,

wakalah adalah akad pemberi wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang (sebagai

pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil, dalam hal ini bank) untuk

mewakili dirinya melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan dalam

waktu tertentu. Segala hak dan kewajiban yang diemban wakil harus

mengatasnamakan yang memberi kuasa. Bank dan nasabah yang dicantumkan

dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum.

 Kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga

untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian

lain kafalah berarti mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan

berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin (QS. Yusuf 12:72).

Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk

fasilitas ini sebagai jaminan. Atas dana tersebut bank dapat memperlakukannya

denagn prinsip wadiah. Dalam hal ini bank mendapatkan imbalan atas jasa yang

diberikan.
 Sharf

Layanan jasa perbankan jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual

beli mata uang yang tidak sejenis ini penyerahannya harus dilakukan pada waktu

yang sama berdasarkna kurs jual atau kurs beli yang berlaku pada saat itu juga

(transaksi spot). Jenis layanan berdasarkan transaksi spot adalah : today,

tomorrow, dan spot.Bank syariah tidak melayani

transaksi forward, swap, dan option yang dalam transaksinya diterapkan hedging

sebagaimana telah dijelaskan di atas. Karena transaksi ini penyerahannya

dilakukan pada masa yang akan datang dan mengandung unsur spekulasi.

 Qardh

Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta

kembali. Menurut teknis perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari bank

kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana

talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat

konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu

(sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan

dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus. Bank dapat

meminta jaminan atas pinjaman ini kepada peminjam (QS al-Hadid 57:11).

 Rahn

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas

pinjaman yang diterimanya. Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan

pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Secara

sederhana rahn adalah jaminan hutang atau gadai. Biasanya akad yang digunakan
adalah akad qardh wal ijarah, yaitu akad pemberian pinjaman dari bank untuk

nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang

jaminan yang diserahkan.. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria,

yaitu milik nasabah sendiri; memiliki nilai ekonomis sehingga bank memperoleh

jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya; harus jelas

ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar; dapat dikuasai

namun tidak boleh dimanfaatkan bank.

 Hiwalah

Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktik perbankan

syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal

tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas jasa

pemindahan utang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank

perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berhutang dan kebenaran

transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang berhutang. Katakanlah

seorang supplier bahan bangunan menjual barangnya kepada pemilik proyek yang

akan dibayar dua bulan kemudian. Karena kebutuhan supplier akan likuiditas,

maka ia meminta bank untuk mengambil alih piutangnya. Bank akan menerima

pembayaran dari pemilik proyek.

 Ijarah

Akad ijarah selain menjadi landasan syariah untuk produk pembiayaan, yaitu

sewa cicil, juga menjadi prinsip dasar pada jasa perbankan lainnya, antara lain

layanan penyewaan kotak simpanan atau SDB (safe deposit box). Bank mendapat

imbalan sewa atas jasa tersebut.


 Al-Wadiah

Akad al-wadiah selain menjadi landasan syariah produk tabungan, termasuk giro,

juga menjadi prinsip dasar layanan jasa tata laksana administrasi dokumen

(custodian). Bank mendapatkan imbalan atas jasa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai