Anda di halaman 1dari 3

TUGAS AKHIR MODUL 4 FIKIH

OLEH :SITI MISLAH

Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan belajar 1 sd. 4, kerjakanlah tugas-
tugas berikut ini:

1. Jelaskan secara singkat pengertian dan rukun ariyah serta perbedaannya dengan
utang-piutang!
2. Jelaskan secara singkat transaksi jual beli dalam bentuk: salam, istishna', dan bai' bi
tsaman ajil serta berikan contoh-contoh pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-
hari!
3. Kemukakan pengertian khiyar serta urgensinya dalam kegiatan muamalah dan
kemukakan pula pandangan hukum Islam tentaang jual beli online!
4. Kemukakan pandangan ulama tentang "apakah riba sama dengan bunga bank"
beserta alasan-masing-masing! Kemukakan juga dampak negatif riba tersebut!

Jawaban

1. ‘ariyah berasal dari akar kata a-„ara yu‟iru i‟arah, meminjam sesuatu, mengeluarkan sesuatu
dari tangan pemiliknya kepada tangan orang lain. „Ariyah berasal dari kata i‟arah yang berarti
meminjamkan. Dalam istilah ilmu fiqih, para ulama mendefinisikan „ariyah dengan dua definisi
yang berbeda. Ulama hanafiyyah dan malikiyyah mendefinisikan „ariyah sebagai berikut:

‫متليك منفعة مؤقتة بال عوض‬


“Menyerahkan kepemilikan manfaat (suatu benda) dalam waktu tertentu tanpa imbalan.”

Rukun ‘ariyah ada 3 yaitu :


1. Mu‟ir
Mu’ir adalah pihak yang meminjamkan atau mengizinkan penggunaan barang untuk
dimanfaatkan oleh orang lain.
2. Musta‟ir
Musta‟ir adalah pihak yang meminjam barang atau orang yang mendapat izin untuk
menggunakan barang.
3. Musta‟ar
Musta‟ar adalah barang yang dipinjamkan. Jadi, barang yang manfaatnya sudah diizinkan
untuk dipergunakan oleh musta‟ir disebut sebagai musta’ar.

 Perbedaan Ariyah dengan Hutang-piutang


Kalau Ariyah meminjamkan barang kepada orang lain untuk diambil manfaatnya tanpa
mengurangi kondisi barang yang dipinjamkan tersebut, sedangkan Hutang- piutang adalah
sesuatu yang diberikan kepada orang lain, yang suatu saat harus di kembalikan. Dan
kalau hutang barang tersebut bisa pakai sesuai kebutuhan si piutang namun di akhir jatuh
tempo harus di bayar atau dikembalikan hutangnya sesuai dengan barang yang dihutangkan.
2. Bentuk – bentuk Transaksi jual beli

 Transaksi Salam
Salam Secara bahasa, salam (‫ ) سلم‬adalah al-i'tha' (‫ ) العطاء‬dan at-taslif (‫ ) التسلكف‬yang
berarti pemberian. Sedangkan secara istilah, salam didefinisikan sebagai ( ‫بكع‬ ‫موصوف‬
‫ ) عاجال يعطى ٍل بب الذمة في‬artinya jual beli barang yang disebutkan sifatnya dalam
tanggungan dengan imbalan (pembayaran) yang dilakukan saat itu juga
contoh :
Ridwan ingin membeli laptop yang dijual oleh Karim. Spesifikasi laptop yang diinginkan
oleh Ridwan ternyata sementara didatangkan dari distributornya. Ridwan lalu memesan
laptop sesuai yang dengan spesifikasi yang diinginkan dan akan diantarkan dua pekan
berikutnya. Ridwan lalu membayar lunas harga laptop tersebut sesuia kesepakatannya
dengan Karim

 Transaksi istishna'
Istishna’ dapat diartikan sebagai sebuah akad untuk sesuatu yang tertanggung dengan syarat
pengerjaannya.
Contoh transaksi istishna', satu orang menemui seorang desainer, lalu berkata: buatkan saya
desain logo untuk perusahaan saya dengan harga sekian juta. Lalu, sang desainer
menerimanya.

 Transaksi bai' bi tsaman ajil


Bai` bi al-tsaman ajil dapat dikatakan sebagai jual beli yang uangnya diberikan secara
bertahap atau belakangan/ditangguhkan. Artinya, harga barang bisa berbeda ketika barang
tersebut dibeli secara tunai. Contohnya, jika HP dibeli secara tunai seharga 2,5 juta, maka
karena ditangguhkan harganya, bisa berharga 3 juta.

3. Pengertian khiyar menurut istilah syara’ adalah penjual dan pembeli boleh memilih antara
meneruskan atau mengurungkan jual belinya. Dalam pengertian lain, khiyar adalah hak yang dimiliki
oleh orang yang melakukan transaksi untuk meneruskan atau membatalkannya sesuai kondisi orang
yang bertransaksi masing-masing.

 Urgensi khiar dalam mu`malah adalah agar kedua belah pihak (penjual ataupun pembeli) tidak
akan mengalami kerugian atau penyesalan setelah transaksi yang diakibatkan dari sebab-sebab
tertentu dari proses jual beli yang dilakukan. Atau hal yang terkait mengenai barang ataupun
harga

 Pandangan hukum Islam tentaang jual beli online


Transaksi online diperbolehkan dalam ajaran Islam asal transaksi online tersebut memenuhi
syarat ijab-kabul yang ditentukan dalam IslamImam Syafi’i dalam kitabnya Al-Risalah
mengatakan bahwa semua persoalan yang terjadi dalam kehidupan seorang muslim itu tentu
ada hukum jelas dan mengikat atau sekurang-kurangnya ketentuan hukum harus dicari dengan
cara ijtihad. Secara konvensional jual beli dalam Islam diatur dalam fikih muamalah yang
mensyaratkan adanya empat hal, yaitu: sighat al-‟aqd (ijab qabul), mahallul „aqd (obyek
perjanjian /barang), al‟aqidaian (para pihak yang melaksanakan isi perjanjian) dan maudhu‟
ul‟aqd (tujuan perjanjian). Dalam transaksi mengunakan internet, penyediaan aplikasi
permohonan barang oleh pihak penjual di website merupakan ijab dan pengisian serta
pengiriman aplikasi yang telah diisi oleh pembeli merupakan qabul. Adapun barang hanya
dapat dilihat gambarnya serta dijelaskan spesifikasinya dengan gamblang dan lengkap,
dengan penjelasan yang dapat memengaruhi harga jual barang

4. Pandangan ulama tentang "apakah riba sama dengan bunga bank


Para ulama, baik ulama salaf (mazhab empat) maupun ulama kontemporer, semua sepakat akan
keharaman riba. Bahkan ulama yang membolehkan bunga bank, juga mengharamkan riba.
(Lihat: Al-Mabsut juz 14 halaman 36, Al-Syarh al-Kabir juz 3 halaman 226, Nihayatul
Muhtaj juz 4 halaman 230, Al-Mughni juz 4 halaman 240, Al-Tafsir al-Wasit juz 1 halaman 513).

 Para ulama kontemporer berbeda pendapat tentang hukum bunga bank.


- Pertama,
sebagian ulama, seperti Yusuf Qaradhawi, Mutawalli Sya’rawi, Abu Zahrah, dan
Muhammad al-Ghazali, menyatakan bahwa bunga bank hukumnya haram, karena
termasuk riba. Pendapat ini juga merupakan pendapat forum ulama Islam, meliputi:
Majma’ al-Fiqh al-Islamy, Majma’ Fiqh Rabithah al-‘Alam al-Islamy, dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI).

Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa hukum bunga bank merupakan masalah
khilafiyah. Ada ulama yang mengharamkannya karena termasuk riba, dan ada ulama yang
membolehkannya, karena tidak menganggapnya sebagai riba. Tetapi mereka semua
sepakat bahwa riba hukumnya haram.
- Kedua,
Sebagian ulama kontemporer lainnya, seperti syaikh Ali Jum’ah, Muhammad Abduh,
Muhammad Sayyid Thanthawi, Abdul Wahab Khalaf, dan Mahmud Syaltut, menegaskan
bahwa bunga bank hukumnya boleh dan tidak termasuk riba. Pendapat ini sesuai dengan
fatwa yang dikeluarkan Majma’ al-Buhus al-Islamiyyah tanggal 23 Ramadhan 1423 H,
bertepatan tanggal 28 November 2002 M.

 Dampak riba
- Dampak riba dalam kehidupan ekonomi
a. Ketidakadilan distribusi pendapatan dan kekayaan.
b. Potensi ekploitasi terhadap pihak yang lemah dan keuntungan lebih berpihak pada
orang-orang kaya.
c. Alokasi sumber daya ekonomi tidak efisien.
d. Terhambatnya investasi

 Implikasi Riba dalam Kehidupan Masyarakat


a. Riba dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan mengurangi semangat kerja
sama/saling menolong dengan sesama manusia.
b. Riba merupakan salah satu bentuk penjajahan.
c. Yang kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin.
d. Riba pada kenyataannya adalah pencurian, karena uang tidak melahirkan uang.
e. Tingkat bunga tinggi menurunkan minat untuk berinvestasi.

Anda mungkin juga menyukai