TAWARRUQ
Puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah,
taufiq, serta inayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga
tetap tercurahkan ke hadirat Rasulullah saw. yang membimbing kita menuju jalan yang
diridhoi oleh-Nya.Terima kasih kepada dosen pengampu yaitu ibu Dr. Miti Yarmunida,M..
selaku dosen Mata Kuliah Manajemen SDI yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “TAWARUQ “ Dalam pembuatan makalah ini
penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita, dan penulis mengharapkan masukan,
kritik dan saran dari para pembaca. Karena penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PEGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
c. Pendapat Ulama Mazhab Tentang Pemodalan dari Konsep Jual Beli Tawarruq .....4
Kesimpulan..........................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perjanjian (akad) mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat.
Perjanjian merupakan dasar dari sekian banyak aktivitas keseharian kita. Melalui
akad seorang laki-laki disatukan dengan seorang wanita dalam suatu kehidupan
bersama, dan melalui akad juga berbagai kegiatan bisnis dan usaha dapat dijalankan.
Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya
yang tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa bantuan dan jasa orang lain.'
Kenyataan ini menunjukkan bahwa betapa kehidupan kita tidak lepas dari
apa yang namanya perjanjian (akad), yang memfasilitasi kita dalam memenuhi
berbagai kepentingan kita. Mengingat betapa pentingnya akad (perjanjian), setiap
peradaban manusia yang pernah muncul pasti memberi perhatian dan pengaturan
terhadapnya.²
Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. merupakan sumber tuntunan
hidup bagi kaum muslimin untuk menapaki kehidupan sementara di dunia fana ini
dalam rangka menuju kehidupan kekal di hari akhir nantinya.
Muamalat pada dasarnya ialah mubah. Asal hukumnya boleh (jaiz). Muamalat
berubah hukumnya apabila ada larangan, sesuatu yang halal maka berubah menjadi haram
dan makruh. Apabila tidak ada ada larangan, atau apabila tidak ada dalil yang melarangnya,
ia kembali kepada hukum asalnya, yaitu halal.
Dalam hukum Islam permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi
tidak akan lepas dengan muamalat seperti jual beli, pinjam meminjam, utang piutang dll.
Islam sebenarnya telah banyak menjelaskan tentang prinsip-prinsip dasar muamalat dengan
jelas di antaranya bahwa transaksi yang dilakukan sah atau tidaknya harus mengetahui lima
hal yaitu maisir, garar, haram, ribā, dan bățil. Hal yang paling krusial adalah mengenai
adanya unsur riba dalam setiap transaksi yang dilakukan seperti dalam jual beli dan hutang
piutang.
B RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu tawaruq ?
2. Apa dasar hukum tawarruq?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tawarruq
Dalam Bahasa Arab akar kata dari tawarruq adalah “wariq” yang
artinya simbol atau karakter dari perak (silver). Tawarruq dapat juga diartikan dengan
mencari perak, uang atau harta,1 sama dengan kata ta’âllum, yang artinya mencari ilmu,
belajar atau sekolah. Kata tawarruq dapat diartikan dengan lebih luas yaitu mencari uang
tunai dengan berbagai cara yaitu bisa dengan mencari perak, emas atau koin yang
lainnya.
Secara Etimologi, tawarruq berasal dari bahasa arab, al-waraq, yang artinya daun.
Menurut Ibnu Faris, al-waraq adalah harta, diqiyaskan kepada dedaunan sebatang pohon,
karena sebatang pohon akan kelihatan usang dan menderita jika daunnya berguguran,
seperti orang miskin.2 Dalam kamus al- Mu’jam al-Wasith, al-wariq, dengan huruf ra
baris bawah, berarti perak yang sudah diolah atau yang masih mentah.
Secara Terminologi, istilah tawarruq banyak terdapat dalam buku-buku fiqh
Hanbali, mereka mendefinisikannya sebagai “Seseorang membeli barang dengan cara
mencicil, kemudian menjual barang tersebut secara cash kepada pihak ketiga (selain
penjual pertama) dengan harga yang lebih murah untuk mendapatkan uang tunai atau
likuiditas.
Ibnu Taimiyah menjelaskan tawarruq adalah seseorang membeli barang kepada
seseorang dengan cara tidak tunai (cicilan) dan menjualnya kembali barang tersebut
dengan cara tunai kepada pihak ke tiga (bukan penjual pertama) dengan maksud ingin
mendapatkan uang/modal, kemudian dia mengambil keuntungan dari penjualannya
tersebut. Maka permasalahan ini disebut tawarruq karena orang membeli barang tersebut
bukan bertujuan untuk memanfaatkan barang tersebut tetapi digunakan untuk
mendapatkan uang/modal dengan cepat.
Dalam pembahasan yang lain Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa tawarruq adalah
seseorang membeli barang dengan diam-diam kemudian menjualnya kepada orang yang
berhutang secara terang-terangan, karena pembeli dalam hal ini tujuannya bukan untuk
berdagang tetapi tujuannya untuk mencari modal. Hal ini menurut para ulama salaf
adalah termasuk riba, dikatakan oleh umar bin abdul aziz.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam Bab - bab terdahulu dari
penelitian ini, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tawarruq adalah seseorang membeli barang kepada seseorang dengan
cara tidak tunai (cicilan) dan menjualnya kembali barang tersebut dengan cara
tunai kepada pihak ke tiga (bukan penjual pertama) dengan harga yang lebih murah
untuk mendapatkan uang/modal, kemudian dia mengambil keuntungan dari
penjualan tersebut.
2. Konsep tawarruq menurut Ibnu Taimiyah adalah membeli barang secara kredit
(cicilan), kemudian menjual barang tersebut ke pihak ke tiga dengan cara tunai
dengan harga yang lebih murah.Pertama; pembelian dengan pembayaran tunda dari
satu pihak. Dan kedua; penjualan secara tunai pada pihak lain dengan harga lebih
rendah dibanding harga tunda.
3. Menurut pendapat Ibnu Taimiyah permodalan dalam jual beli tawarruq adalah hasil
dari proses tawarruq itu sendiri. Hasil itulah yang dinamakan modal. Mendapatkan
modal berupa uang untuk kegiatan- kegiatan bisnis lain.
4. Menurut pendapat penulis : Jual beli tidak tunai (tawarruq) yang memang niat
awalnya si pembeli untuk berdagang maka hukumnya boleh, akan tetapi
maksudnya sejak awal untuk modal mendapatkan uang dengan cara membeli
seharga 100 secara tidak tunai kemudian menjual nya kepasar
B. SARAN
Setelah penulis meneliti dan membahas Pemikiran Ibnu Taimiyah
tentang Jual Beli Tawarruq, penulis menyarankan :
1. Diharapkan dengan adanya karya ilmiyah ini seluruh Mahasiswa Fakultas Syariah
dan Hukum ini dapat lebih memahami Pemikiran Ibnu Taimiyah Tentang Jual Beli
Tawarruq.
2. Kepada pedagang atau orang-orang yang dalam keadaan kekurangan
(membutuhkan uang/modal) bertransaksilah dengan jalan yang di ridhai Allah dan
jauhilah transaksi yang mengandung riba karena riba sangat dilarang oleh Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, e. 1, cet. Ke-3, Jakarta: Prenada Media Group,
2006 .
Abdurrahman as-Sa’di dkk, Fiqih Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis Syari’ah, alih
bahasa Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqsud, cet. Ke-1 Jakarta:
Senayan Publishin, 2008.
Abu Dawud, Sulayman bin al-Ash’ath, Sunan Abi Dawud, no. Hadis: 3462,
Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 2003.