Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

JUAL BELI YANG DILARANG

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadist ekonomi islam


Dosen Pengampu Ibu : Putri alfia halida ,LC., M.TH.I

Disusun oleh Kelompok 2 :


Atiqqurohman (18383031036)
Sulis nurholisoh (81819829839)
Helmiyah indrayanti (18383032070)
Furqon Maulidi (18383031065)

PROGRAM STUDI EKONOMI DAN BISNIS SYARI’AH


JURUSAN EKONOMI SYARI’AH ( C )
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
memberikan nikmat kepada kami. Sehinga kami manpu menyelesaikan “ MAKALAH HADIST
EKONOMI ISLAM” sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami buat dalam
rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah hadist ekonomi islam. Yang meliputi
tugas nilai kelompok.
Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah ada. Namun,
hanya lebih pendekatan pada materi atau membandingkan beberapa materi yang sama dari
berbagai referensi. Yang bisa memberikan tambahan pada hal yang terkait dengan hadist
ekonomi islam dalam perkembangan keislaman. Pembuatan makalah ini menggunakan metode
studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan mengkaji materi  hadist ekonomi islam dari berbagai
referensi. Kami menggunakan metode pengumpulan data ini, agar makalah yang kami susun
dapat memberikan informasi yang mudah difahami.
Penyampaian perbandingan materi dan referensi yang satu dengan yang lain akan
menyapu dalam satu makalah. Sehingga tidak akan tidak ada perombakan total dari buku aslinya.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitupula dalam
penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mohon  maaf   atas segala kekurangannya. Kami ucapkan terima kasih kepada Putri alfia halida
,LC., M.TH.I sebagai pengajar mata kuliah hadist ekonomi islam yang telah membimbing kami
dalam penyusunan makalah ini. Sehingga tepat pada waktunya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
2.1 Pengertian jual beli yang dilarang...................................................
2.2 Macam-macam dan Contoh jual beli yang dilarang........................
2.3 Hadits Tentang Jual Beli yang Dilarang..........................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................


3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
1. Latar belakang
Dalam pandangan islam bisnis merupakan sarana untuk beribadah kepada allah
swt. Dan merupakan fardlu kifayah, oleh karena itu bisnis dan perdagangan (jual beli)
tidak boleh lepas dari peran syariah Islamiyah. System islam melarang setiap aktivitas
perekonomian,tak erkecuali jual-beli (perdagangan ) yang mengandung unsur paksaan,
mafsadah (penipuan). Sedangkan, bentuk perdagangan islam mengijinkan adanya sistem
kerja sama ( patungan ) atau lazim disebut dengan syirkah.
Dalam kaitannya dengan jual beli yang terlarang dalam islam, hal ini lah yang
melatarbelakangi adanya pembahasan ini dimana munculnya konsep jual beli yang
terlarang, factor-faktor penyebab larangan jual beli dalam islam, serta hikmah dari
kegiatan jual beli.

2. RUMUSANN MASALAH
a. Pengertian jual beli yang dilarang
b. Macam-macam dan contoh jual beli yang dilarang
c. Hadits jual beli yang dilarang
3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui jual beli yang dilarang
b. Untuk mengetahui apa sajakah macam- macam jual beli yang dilarang
c. Untuk lebih mengetahui hadits tentang jual beli yang dilarang
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Jual beli menurut Bahasa berarti Al-bai’, At-tijarah, dan Al-mubadalah.


Sedangkan menurut istilah yaitu suatu perjanjian tukar-menukar barang atau benda yang
mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-
benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentan yang telah
dibenarkan syara’ dan disepakati.1
Jual beli adalah tukar menukar barang. Hal ini telah di praktikan oleh masyarakat
primitif ketika uang belum digunakan sebagai alat tukar menukar barang, yaitu denagn
sistem barter yang dalam terminologi fiqh disebut dengan ba’il al-muqayyadah.
Meskipun jual beli dengan sistem barter telah ditinggalkan, diganti dengan sistem mata
uang, tetapi terkadang esensi jual beli seperti itu masih berlaku, sekalipun untuk
menentukan jumlah barang yang di tukar tetapi di perhitungkan dengan nilai mata uang
tertentu.2 misalnya Indonesia membeli spart part kendaraan ke Jepang maka barang impor
itu dibayar. Jual beli ada 2 macam yakni jual-beli yang dilarang tetapi batal hukumnya
dan ada jual beli yang dilarang tetapi sah hukumnya.

B. Macam-macam jual beli yang dilarang.


Jual beli yang dilarang dan tidak sah.
1. muhaqalah
Haqalah mempunyai arti tanah, sawah, dan kebun maksud muhaqalah disini adalah
menjual tanam-tanaman yang masih ada di sawah atau diladang hal ini dilarang oleh
agama di karenakan ada riba didalamnya. Dan dengan sebab lain adanya ketidak pastian
takaran atau ukuran sehingga memungkinkan adanya unsur riba.
2. Muzabanah
Muzabanah adalah pembayaran yang besar ( borongan) yang se akan akan setiap
orang dari para pembeli membayar yang lain se akan akan setiap orang dari para

2
Mardani, Fiqih Ekonomi Syari’ah,(Jakarta: Kencana, 2013), hlm 101.
pembeli membayar yang lain dari harga yang sebenarnya atau jual beli borongan
tanpa mengetahui takaran dan timbangannya3. Seperti contoh, menjual-beli buah yang
basah dengan harga buah yang kering atau mejual padi yang kering dengan harga
padi yang basah adalah yang dilarang. Hal ini karena padi yang basah akan
mengakibatkan timbangan menjadi berat dan wujud unsur penipuan dalam trangsaksi
seperti ini.
3. Mukhadharah
Jual-beli seperti ini adalah menjual buah-buahan yang belum pantas untuk di panen
atau menjual buah yang belum jelas matangnya seperti menjual rambutan yang masih
hijau,magga yang masih kecil-kecil dan yang lainnya. Hal ini dilarang karena barang
tersebut masih samar dalm artian mungkin saja buah tersebut jatuh tertiup angina
kencang dan yang lainnya sebelum di ambil oleh si pembelinya.
4. Mulamassah
Jual beli ini adalah jual beli secara sentuh menyentuh, misalkan seseorang menyentuh
sehelai kain dengan tangannya di waktu malam atau siang hari, maka seseorang yang
menyentuh berarti telah membeli kain tersebut. Hal ini dilarang karena mengandung
tipuan dan kemungkinan akan menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.
5. Munabadzah
Jual beli ini adalah jual beli secara lempar melempar, seperti seseorang berkata,
“lemparkan kepadaku apa yang ada padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu apa
yang ada padaku”. Setelah terjadi lempar-melempar, terjadilah jual beli. Hal ini
dilarang karena mengandung tipuan dan tidak ada ijab dan qabul.
6. jual beli wafa’
jual beli wafa’ adalah jual beli bersyarat, yaitu seseorang menjual barang dengan
harga Rp.400.000,- dengan memberikan syarat kepada pembeli berupa perkataan:
“nanti barang ini jangan jual kepada siapapun, nanti kalau sudah tiga bulan akan saya
beli lagidengan harga Rp.500.000,-”. Dalam kasus ini menurut fuqaha ada unsur riba
karena ada penjualan awal yang memberikan syarat kepada pembeli dengan membeli
lagi barang yang dijual dalam batas waktu dengan harga yang lebih.
7. Jual beli hashat

3
Agus Ruswandi, Al Islam III, (Bandung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2015), hlm 6.
Jual beli hashat ini adalah jika seseorang membeli menggunakan undian atau dengan
adu ketangkasan agar mendapatkan barang yang dibeli sesuai undian yang didapat.
4
Seperti contoh: seseorang berkata lemparkanlah bola ini dan barang yang terkena
lemparan bola ini kamu beli dengan harga sekian. Jual beli yang ditemui dipasar-
pasar ini tidak sah karena mengandung ketidak jelasan dan penipuan.
8. Jual beli gharar
Jual beli gharar adalah jual beli yang samar sehingga ada kemungkinan terjadi
penipuan, seperti penjualan ikan yang masih ada di kolam atau menjual kacang tanah
yang atasnya kelihatan bagus tetapi dibawahnya jelek, penjualan seperti ini dilarang
oleh Rosulullah SAW.
9. Barang yang dihukumkan najis oleh agama. Seperti anjing, babi, berhala, bangkai,
dan khamar.
10. Jual beli sperma (mani) hewan. Seperti mengawinkan seekor domba jantan dengan
betina agar dapat memperoleh keturunan.
11. Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya. Jual beli seperti ini
dilarang, karena barangnya belum ada dan tidak tampak.
12. Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang dijual, seperti seseorang
menjual sesuatu dari benda itu ada yang dikecualikan salah astu bagiannya, misalnya
A menjual seluruh pohon-pohonan yang ada dikebunnya, kecuali pohon pisang. Jual
beli ini sah sebab dikecualikannya jelas, bila yang ddikecualikan tidak jelas, maka
jual beli tersebut batal.
13. Larangan menjual makanan hingga dua kali takaran. Hal ini menunjukkan kurangnya
saling percaya antara penjual dan pembeli. Jumhur ulama’ berpendapat bahwa
seseorang yang membeli sesuatu dengan takaran dan telah diterimanya, kemudian dia
jual kembali, maka dia tidak boleh menyerahkan kepada pembeli kedua dengan
takaran yang pertama sehingga dia harus menakarnya lagi untuk membeli yang kedua
itu. Rosulullah SAW melarang jual beli makanan yang dua kali takar, dengan takaran
penjual dan takaran pembeli

4
Ibid, hlm 9.
Macam-macam jual beli yang dilarang oleh agama, tetapi sah hukumnya

1. Mememui orang-orang desa sebelum mereka masuk ke pasar untuk membeli benda-
bendanya dengan harga yang semurah-murahnya, sebelum mereka tahu harga
pasaran, kemudian kemudian ia jual dengan harga yang setinggi-tingginya. Perbuatan
ini sering terjadi dipasar-pasar yang berlokasi di daerah perbatasan antara kota dan
kampong. Tetapi bila orang kampung sudah mengetahui harga pasaran, jual beli
seperti ini tidak apa-apa.
2. Menawar barang yang sudah di tawar oleh orang lain, seperti seseorang berkata, “
tolaklah harga tawarannya itu, nanti aku beli dengan harga yang lebih mahal”.Hal ini
dilarang karena akan dapat menyakitkan hati orang lain. Rasulullah bersabda:

“ tidak boleh seseorang menawar di atas tawaran saudaranya “ (riwayat bukhari dan
muslim)
3. Jual beli dengan najasyi, ialah seseorang menambah atau melebihi harga temannya
dengan maksud memancing-mancing orang agar orang itu mau membeli barang
kawannya. Hal ini dilarang oleh agama. Rasulullah saw. Bersabda:

“ rasulullah saw. Telah melarang melakukan jual beli najasyi “ (riwayat bukhari dan
muslim )
4. Menjual di atas penjualan orang lain, misalnya seseorang berkata “kembalikan saja
barang itu kepada penjualnya, nanti barangku saja kau beli dengan harga yang lebih
murah dari itu”. Rasullah saw. Bersabda:

“rasulullah saw. Bersabda; seseorang tidak boleh menjual atas penjualan orang lain”
(riwayat bukhari dan muslim).5

5
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hlm 83.
C. Hadits Jual Beli yang Dilarang
‫رسول هللاُ صلى هللا عليه وسلم ِإ َّن هللاَ َو َرسُولَهُ َح َّر َم بَ ْي َع ْالخَ ْم َر َو ْال َم ْيتَ ِة َواَأْلصْ ن َِام‬
َ ‫ع َْن َجابِرْ رضي هللا عنه َأ َّن‬
)‫(رواهالبخاري ومسلم‬.

“dari jabir r.a, Rasulllah SAW. Bersabda, sesungghunya Allah dan Rasul-nya telah
mengharamkan menjual arak, bangkai, babi, dan berhala” (H.R. Bukhori dan Muslim).

)‫ض َر ِة َو ْال ُماَل َم َس ِة َو ْال ُمنَابَ َذ ِة َو ْال ُمزَ ابَنَ ِة (رواه البخاري‬
َ ‫س رضي هللا عنه قا ل نَهَى رسو ُل هللاِ َع ِن ْال ُم َحاقَلَ ِة َو ْال ُم َحا‬
ٍ َ‫ع َْن َأن‬.

“Dari Anas r.a, ia berkata; Rasulullah SAW melarang jual beli muhaqallah,
mukhadarah, mulammassah, munabadzah, dan muzabanah” (H.R. bukhari)6

6
Ibid, hlm 72.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat di simpulkan bahwa definisi tentang jual beli itu sangat banyak yang
berpendapat, dan dari serentetan definisinya adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau
barang yang mempumyai nilai secara sukarela di antar kedua belah pihak yang satu menerima
benda- benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentusn yang telah
di sepakati. Jadi sudah sangat bahwa dalam jual beli itu harus ada ketentuan saling rela,
maksudnya ada unsur kesepakatan anatara peujual dan pembeli.
Sedangkan jual beli yang dilarang merupakan jual beli yang diharamkan dalam
syari’art dan dalam transaksinya itu cendrung mengandung unsur riba dan penipuan dan
akibatnya sangat merugikan si pembeli khususnya. Dan hal itu tidak hanya berakibat pada si
pembeli saja bahkan sosialisasi terhadap sekitarpun juga terhambat.
Dan larangan jual beli yang mengandung unsur riba dan penipuan tersebut sudah
sangat jelas larangannya dalam Al-Qur’an dan hadits, didalamya sudah sangat jelas
keterangannya bahwa tidak hanya yang menerima saja tapi semua yang bersangkutan dengan
transaksi tersebut dilarang.

B. SARAN
Sebenarnya dalam makalah sangat banyak kekurangannya jadi diharapkan kepada
pembaca tidak hanya berpatokan pada makalah ini, disamping penulis belim leluasa dengan
materi yang ada dan dengan factor pengetahuan atau skil yang sangat memadai ini. Dan kita
sebagai mahasiswa diharapkan untuk lebih faham sehingga dapat mempraktikannya baik untuk
diri sendiri ataupun di lingkungan kita.
Dan sebagai penulis kami minta maaf apabila terjadi banyak kesalahan baik dari segi
penulisan atupun dari segi bahasa karena kami hanya manusia biasa yang tak luput daro dosa dan lupa,
dan diharapkan kepada temen- temen semua dengan adanya saran dan kritikan sehingga dapat
membantu kami lebih tahu apa saja yang kurang penjelasannya ataupun hal- hal yang tidak kalian krang
fahami.
DAFTAR PUSTAKA

Raswandi Agus, Al- Islam III, Bandung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2015
Suhendi Hendi, Fiqih Muamalah, Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2016
Maedani, Fiqih Ekonomi Syari’ah, Jakarta: Kencana. 2013

Anda mungkin juga menyukai