Daftar Isi.................................................................................................................1
BAB I Pendahuluan...............................................................................................2
A. Latar Belakang.........................................................................................................2
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
1
BAB 1
PENDAHULUAN
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Mu’amalah.
2. Mengetahui macam-macam Mu’amalah.
3. Mengetahui yang dimaksud dengan Syirkah.
4. Mengetahui yang dimaksud Mudarabah.
5. Mengetahui yang dimaksud Musaqah.
6. Mengatahui yang dimaksud Muzaraah dan Mukharabah.
7. Mengetahui beberapa macam perbankan.
8. Mengetahui asuransi syariah.
2
BAB II
PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM
3
3) Ijab Qobul
Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.” Pembeli menjawab,
“Baiklah saya beli.”
Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka sama suka. Rasulullah Saw. Bersabda,
“sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka sama suka.” (H.R Ibnu Hibban).
B. KHIYAR
1. Pengertian khiyar
Khiyar adalah bebas memutuskan antara menerusakan jual beli atau membatalkannya. Islam
memperbolehkan melakukan khiyar karena jual-beli haruslah berdasarkan suka sama suka, tanpa
ada unsur paksaan sedikitpun. Penjual berhak mempertahakan harga barang dagangannya,
sebaliknya pembeli berhak menawar atas dasar kualitas barang yang diyakininya. Rasulullah
Saw. Bersabda, “penjual dan pembeli tetap dalam khiyar selama keduanya belum berpisah.
Apabila keduanya berlaku benar-benar dan suka menerangkan keadaan (barang)nya, maka jual
beli akan memberkahi keduanya. Apabila keduanya menyembunyikan keadaan sesungguhnya
serta berlaku dusta, maka dihapus keberkahan jual belinya.” (H.R Bukhari dan Muslim).
C. RIBA
1) Pengertian Riba
Riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini sering terjadi dalam
pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam.
Riba, apapun bentuknya, dalam syari’at islam hukumnya haram. Sanksi hukumnya juga sangat
berat. Diterangkan dalam hadist yang di riwayatkan bahwa, “Rasulullah mengutuk orang yang
mengambil riba, orang yang mewakilkan, orang yang mencatat, dan orang yang
menyaksikannya. (H.R Muslim). Dengan demikian, semua orang yang terlibat dalam riba
sekalipun hanya sebagai saksi, terkena dosanya juga.
a) Sama timbangan ukurannya atau
b) Dilakukam serah terima saat itu juga,
c) Tunai
Apabila tidak sama jenisnya seperti emas dan perak boleh berbeda takarannya, namun tetap
harus secara tunai dan diserah terimakan saat itu juga. Kecuali barang yang berlainan jenis
4
dengan perbedaan seperti perak dan beras, dapat berlaku ketentuan jual-beli sebagaimana
barang-barang yang lain.
2. Utang-piutang
a. Pengertian Utang-piutang
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan akan
dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja dengan tidak mengubah keadaannya. Misalnya
utang Rp100.000,00 dikemudian hari harus melunasinya Rp100.000,00. Memberi utang kepada
seseorang berarti menolongnya dan sangat dianjurkan oleh agama.
Untuk menghindari keributan dikemudian hari, Allah Swt. Menyarankan agar kita mencatat
dengan baik utang-piutang yang kita lakukan.
Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya karena kesulitan, Allah Swt.
Menganjurkan memberinya kelonggaran.
Artinya: “Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu
sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui..” (Q.S.al-Baqarah/2: 280)
Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari orang yang melunasi
utang dan telah disepakati bersama sebelumnya, hukumnya tidak boleh. Tambahan pelunasan
5
tersebut tidak halal sebab termasuk riba. Rasulullah saw. Berkata “Tiap-tiap piutang yang
mengambil manfaat maka ia semacam dari beberapa macam riba.” (HR. Baihaqi)
3. Sewa-menyewa
a. Pengertian Sewa-menyewa
Sewa menyewa dalam fiqh Islam disebut ijarah, artinya imbalan yang harus diterima oleh
seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan pikiran, tempat
tinggal, atau hewan.
Dasar hukum ijarahdalam firman Allah Swt.
Artinya: ”...dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut...” (Q.S. al-Baqarah/2: 233)
Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah diketahui secara jelas dan
disepakati bersama sebelumnya hal-hal berikut.
1) Jenis pekerjaan dan tenaga kerjanya.
2) Berapa lama masa kerja.
3) Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian, bulanan, mingguan ataukah
borongan?
4) Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan,dan lain-lain, kalau ada.
C. SYIRKAH
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau lebih
sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakuakan oleh dua pihak atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
a) Rukun dan Syarat Syirkah
1) Dua belah pihak yang berakad (‘aqidni). Syarat orang yang melakukan akad adalah harus
memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan taasarruf (pengelolaan harta).
6
2) Objek akad yang disebut juga ma’qud’alaihi mencakup pekerjaan atau modal. Adapun syarat
pekerjaan atau benda yang dikelola dalam syirkah harus halal dan diperbolehkan dalam agama
dan pengelolaannya dapat diwakilkan.
3) Akad atau disebut juga dengan istilah sigat. Adapun syarat sah akad harus berupa tasarruf ,
yaitu adanya aktivitas pengelolaan.
D. MUDARABAH
1. Pengertian dan Hukum Mudarabah
Mudarabah adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang/pihak atau lebih dan salah
satu orang/pihak,diantara mereka bersedia mengeluarkan sejumlah modal uang atau barang
untuk diperdagangkan oleh pihak lainnya dengan ketentuan pembagian laba sesuai kesepakatan.
Hukum mudarabah adalah jaiz(boleh)selama tidak ada pihak yang dirugikan. Sebagai firman
Allah Swt. Berikut
Artinya: Dan yang lain berjalan dibumi mencari sebagian karunia Allah.(Q.S. Al-
Muzzammil,73;20)
Mudarabah ini telah terjadi di Zaman Rasulullah saw.,bahkan beliau sendiri pernah
melakukannya dengan Siti khadijah sebelum beliau menikahinya. Rasulullah saw. Pergi ke
negeri Syam dengan membawa modal dagangan dari Siti Khadijah,dan sepulangnya dari
perniagaan beliau segera menyerahkan modal pokoknya dan membagi keuntungan sesuai
kesepakatan.
7
d. Mudarabah harus bersifat mutlak,artinya sipemilik modal tidak boleh ikut campur dalam
pelaksanaan usaha yang akan dijalankan oleh pihak pekerja.
Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi,mudarabah tidak dapat dijalankan. Artinya,mudarabah
menjadi batal dengan sendirinya manakala ditengah perjalanan ada syarat-syarat yang dilanggar
oleh salah satu pihak yang bertransaksi.
E. MUSAQAH
Musaqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani. Pemilik kebun menyerahkan
kepada petani agar dipelihara panennya nanti akan dibagi dua menurut persentase yang
ditentukan padawaktu akad.
Konsep musaqah merupakan konsep kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua belah
pihak (simbiosis mutualisme). Tidak jarang para pemilik lahan tidak memiliki waktu luang untuk
merawat perkebunannya. Sementara dipihak lain ada petani yang memiliki lahan yang bisa
digarap. Dengan adanya sistem kerja sama musaqah,setiap pihak akan sama-sama mendapatkan
manfaat.
8
G. PERBANKAN
1. Pengertian perbankan
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun dana masyarakat
dan disalurkan kembali dengan menggunakan sistem bunga. Hakikat dan tujuan bank ialah untuk
membantu masyarakat yang memerlukan. Bank membantu masyarakat dalam bentuk
penyimpanan maupun peminjam,baik berupa uang atau barang berharga lainnya dengan imbalan
bunga yang harus dibayarkan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa bank.
Bank dilihat dari segi penerapan bunganya,dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu seperti
berikut.
a. Bank Konvensional
Bank konversional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada
yang memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha. Penghimpun dana digunakan untuk
mengembangkan usahanya dengan menggunakan sistem bunga.
1) Mudarabah, yaitu kerja sama antara pemilik modal dan pelaku usaha dengan perjanjian bagi
hasil dan sama-sama menanggung kerugian dengan persentase sesuai perjanjian. Dalam sistem
mudarabah,pihak bank sama sekali tidak mengintervensi manajamen perusahaan.
2) Musyarakah, yakni kerjasama antara pihak bank dan pengusaha di manamasing-masing pihak
sama-sama memiliki saham. Oleh karena itu, kedua belah pihak mengelola usahanya secara
bersama-sama dan menanggung untung ruginya secara bersama-sama pula.
3) Wadi’ah, yakni jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat berharga. Amanah dari
pihak nasabah tersebut dipelihara dengan baik oleh pihak bank. Pihak bank juga memiliki hak
unuk menggunakan dana yang dititipkan dan menjamin bisa mengembalikan dana tersebut
sewaktu-waktu pemiliknya memerlukan.
4) Qardul hasan, yakni pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah yang baik dalam
keadaan darurat. Nasabah hanya diwajibkan mengembalikan simpanan pokok pada saat jatuh
tempo biasanya layanan ini hanya diberikan untuk nasabah yang memiliki deposito di bank
tersebut sehingga menjadi wujud penghargaan bank kepada nasabahnya.
5) Murabahah, yaitu istilah dalam fiqih islam yang menggambarkan suatu jenis penjualan dimana
penjual sepakat dengan pembeli untuk menyediakan suatu produk, dengan ditambah jumblah
keuntungan tertenteu diatas biaya produksi. Disini, penjual mengungkapkan biaya sesungguhnya
yang dikeluarkan dan beberapa keuntungan yang hendak di ambilnya. Pembayaran dapat
dilakukan saat penyerahan atau ditetapkan pada tanggal tertentu yang disepakati. Dalam hal ini,
bank membelikan atau menyediakan barang yang diperlukan pengusaha untuk dijual lagi.
Kemudian, bank meminta tambahan harga atas harga pembeliannya tersebut. Namun demikian,
pihak bank harus secara jujur menginformasikan harga pembelian yang sebenarnya.
9
ketentuan hukum islam. Pada umumnya, para ulama berpendapat asuransi yang berdasarkan
syariah dibolehkan dan asuransi konvensional haram hukumnya.
Asuransi dalam ajaran islam merupakan salah satu upaya seorang muslim yang didasarkan nilai
tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesungguhnya setiap jiwa tidak memiliki daya apapun
ketika menerima musibah dari Allah SWT., baik berupa kematian, kecelakaan, bencana alam
maupun takdir buruk yang lain untuk menghadapi berbagai musibah tersebut, ada beberapa cara
untuk menghadapinya. Pertama, menanggungnya sendiri. Kedua, mengalihkan resiko ke pihak
lain. Ketiga, mengelolanya bersama-sama.
Dalam ajaran islam, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan masalah kelompok
walaupun musibah ini hanya menimpa individu tertentu. Apalagi jika musibah itu mengenai
masyarakat luas seperti gempa bumi atau banjir. Berdasarkan ajaran inilah, tujuan asuransi
sangat sesuai dengan semangat ajaran tersebut.
Banyak pula hadis Rasulullah saw. yang memerintahkan umat islam untuk salingmelindungi
saudaranya dalam menghadapi kesusahan. Berdasarkan ayat Al-Quran dan riwayat hadis, dapat
dipahami bahwa musibah ataupun resiko kerugian akibat musibah wajib ditanggung bersama.
Setiap individu bukan menanggungnya sendiri-sendiri dan tidak pula dialihkan kepihak lain.
Prinsip menanggung musibah secara bersama-sama inilah yang sesungguhnya esensi dari
asuransi syariah.
10
BAB III
KESIMPULAN
Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan
nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Prinsip-prinsip kegiatan
Ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
1. Kekuasaan milik tertinggi adalah milik Allah dan Allah adalah pemilik yang absolute atas semua
yang ada.
2. Manusia merupakan pemimpin (khalifa) Allah di bumi tapi bukan pemilik yang
sebenarnya.
3. Semua yang didapatkan dan dimiliki oleh manusia adalah karna seizing Allah, oleh karena itu
saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki
saudara-saudaranya yang lebih beruntung.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5. Kekayaan harus diputar.
6. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihilangkan.
7. Menghilangkan jurang perbedaan antar individu dapat menghapuskan konflik antar golongan
dengan cara membagikan kepemilikan seseorang setelah kematiannya kepada para ahli warisnya.
8. Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua individu termasuk
bagi anggota masyarakat yang miskin.
Muāmalah ialah kegiatan tukar-menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan
cara yang ditempuhnya, seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, pinjam-meminjam,
urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Syirkah (perseroan) berarti suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan. Syirkah ada
beberapa macam: syirkah `inān, syirkah „abdān, syirkah wujūh, dan syirkah mufāwaḍah.
Muḍārabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan semua modal (ṡāhibul māl), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola atau
pengusaha (muḍarrib).
Musāqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani di mana sang pemilik kebun
menyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti dibagi dua menurut
persentase yang ditentukan pada waktu akad.
Bank Islam atau bank syariah, yaitu bank yang menjalankan operasinya menurut syariat Islam.
Bank syariah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, misalnya: muḍārabah,
musyārakah, waḍ³‟ah, qarḍul hasān, dan murābahah.
11