Anda di halaman 1dari 9

PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SUNGAI “KARANG MUMUS” KOTA

SAMARINDA DISEBABKAN OLEH SAMPAH DAN UPAYA


PENANGGULANGAN-NYA

Pramudya Andre Wardana, Nurdiati, Muhammad Said, Delli Fitram

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Kalimantan


Timur

Latar Belakang

Masyarakat yang masih menggunakan sungai yang tercemar untuk keperluan


sehari-hari masih sangat banyak ditemukan di Indonesia. Salah satunya di Kota
Samarinda, Kalimantan Timur. Kota Samarinda memiliki satu sungai yang besar dan
mengairi seluruh perairan wilayah Kota Samarinda yaitu Sungai Mahakam yang patut
dijaga dan dilestarikan, dan yang seringkali menjadi sorotan publik adalah Sungai
Karang Mumus yang berada pada Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda
Ilir, Kota Samarinda Kalimantan Timur. Sungai karang mumus terkenal bukan karena
keindahan sungainya namun terkenal karena pencemaran sungainya. Berdasarkan
data dari Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda menunjukkan dari tahun 2010
hingga 2017 kualitas air sungai karang mumus telah tercemar berat. Sebagai salah
satu bentuk tanggung jawab, pemerintah daerah mengeluarkan Peraturan Daerah
Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah dalam rangka pencegahan
pencemaran lingkungan sehingga masyarakat sadar dan ikut bertanggung jawab.(1)

Setiap hari penduduk kota Samarinda membuang sampah dalam jumlah besar.
Sampah-sampah tersebut berasal dari kegiatan pertanian, pasar, rumah tangga,
hiburan dan industri. Apabila sampah ini terlambat dibersihkan akan menumpuk.
Tumpukan sampah ini makin lama makin tinggi dan membusuk sehingga
menimbulkan bau yang tidak sedap. Umumnya tumpukan sampah ini berada di
tempat penampungan sampah sementara yang dibuat di tepi jalan yang dekat dengan
bibir parit. Peningkatan volume sampah ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah
penduduk. Penduduk yang besar menghasilkan sampah yang besar pula. (2)

Karang Mumus adalah sungai sepanjang 34,7 kilometer yang membelah Kota
Samarinda. Daerah tangkapan air dari sungai ini seluas 31.475 hektare --setengah dari
wilayah Samarinda. Karang Mumus merupakan sungai dengan tipe iklim A atau
hujan hutan tropika. Sangat basah pada musim hujan dan sangat kering pada musim
kemarau. Dengan tipe itu, Karang Mumus sangat rentan terhadap banjir, erosi, dan
kekeringan. (3)

Sungai Karang Mumus kini kondisinya tercemar dan sangat memprihatinkan.


Airnya keruh kecoklat-coklatan, bahkan sesekali hitam dan berbau busuk sangat
menyegat. Tumpukan sampah mendangkalkan sungai,terutama di kawasan jalan
perniagaan pasar segiri, mengendap membentuk sedimen. Warga yang tak
bertanggung jawab terus membuang limbah pribadi kesungai pun limbah berbagai
jenis usaha, seperti sayur yang tidak terjual, bahkan limbah ternak ayam. Jadilah
sungai Karang Mumus seperti “kerangjang sampah” terpanjang di Kota Samarinda.
(4)

Hasil

Air sampel yang diperiksa kandungan bakteriologisnya diambil dari air


Sungai Karang Mumus. Kodisi fisik yang diamati dari air sampel meliputi:
warna, bau, suhu, dan pH (Tabel 1).

Tabel 1. Kondisi fisik air sampel

Kondisi fisik air Air sampel Titik I Titik II Titik III


Warna Kuning-kecoklatan Kuning-kecoklatan Kuning
kecoklatan

Bau Amis Amis Amis


Suhu (OC) 25 25 25
pH 7 7 7

Titik I (kawasan Jembatan II/eks Pasar Sungai Dama), merupakan daerah yang sudah
terbebas dari pemukiman penduduk pada bantaran Sungai Karang Mumus. Badan
sungainya terlihat agak bersih, dan pada sisi kiri dan kanan sungai, ditanami berbagai
macam pohon. Pada daerah ini, tidak terlihat adanya kakus/jamban pada sisi kiri dan
kanan sungai.
Titik II (kawasan Jembatan Baru, dekat jalan Agussalim), merupakan daerah yang
masih banyak terdapat pemukiman penduduk pada bantaran Sungai Karang Mumus.
Rumah-rumah penduduk pada bantaran sungai ini masih belum dipindahkan, sesuai
program relokasi pemukiman pemduduk bantaran Sungai Karang Mumus ke tempat
yang sudah disediakan oleh Pemerintah Kota Samarinda. Pada daerah ini masih
terdapat banyak kakus/jamban pada sisi kiri dan kanan sungai.

Titik III (pemukiman penduduk dan Pasar Segiri), merupakan daerah yang masih
terdapat rumah-rumah penduduk di bantaran sungai, dan aktivitas Pasar Segiri. Pada
daerah ini masih terdapat banyak kakus pada sisi kiri dan kanan sungai. Selain itu,
ada aktivitas pembuangan limbah pasar ke badan sungai. (5)

Tabel 2. Hasil Persentase Tingkat Pengetahuan Narasumber Karang Mumus

Tingkat Pengetahuan
No Aspek Penilaian
Tinggi (%) Sedang Rendah
(%) (%)
1 Pengalaman Narasumber - 10 90
2 Informasi yang didapat - 40 60
3 Gaya Hidup 60 10 30
4 Lingkungan 10 20 70

Secara keseluruhan menunjukkan hasil penelitian terkait pengetahuan


masyarakat di sempadan DAS Karang Mumus rendah tentang pentingnya ruang
terbuka hijau di sempadan DAS Karang Mumus. (6)
Tabel 3 Hasil Pengukuran pH pada tahap Penumbuhan Biofilm dan Aklimatisasi di
Reaktor Biosand Filter
Hari Ke-
Parameter 0 1 2 3 4 5 6 7

pH 7,0 6,9 6,7 6,8 6,8 6,7 6,9 6,7


Hari Ke-
Parameter 8 9 10 11 1 13 14
2

pH 6,8 6,6 6,7 6,8 7,0 7,1 6,8

Dapat dilihat dari Tabel pH pada reaktor Biosand Filter dalam proses
Penumbuhan Biolfilm dan Aklimatisasi berada pH netral , yaitu dengan kisaran
terendah 6,6 dan yang tertinggi 7,1. Menurut Rubiyatno et al., (2012)
mengatakan bahwa pH harus terus dipantau dalam keadaan netral, karena
mikroorganisme khususnya mikroba dapat tumbuh dengan baik dalam suasana
tersebut. (7)
Tabel 4. Kandungan Phospat di Sungai Karang Mumus Tahun 2016
Lokasi Kode PO4 (mg/L)
Standar PO4 (mg/L)
Jembatan setelah Waduk Benanga A1 0,0142 0,2
Sungai Lempake Jaya B2 0,2011 0,2
Sungai Bengkuring B3 0,174 0,2
Jembatan Tepian Lempake A2 0,0165 0,2
Sungai Mugirejo-Gn. Lingai B4 0,3967 0,2
Gunung Lingai (Jl. P.M. Noor) A3 0,0166 0,2
Sungai Sempaja B5 0,1237 0,2
Drainase A.Yani (Gelatik-Pemuda) B6 0,2302 0,2
Sungai Pramuka-UNMUL B7 0,5722 0,2
Jembatan Gelatik A4 0,0266 0,2
Drainase Lembuswana-Vorvoo B8 0,4145 0,2
Jembatan S. Parman A5 0,0442 0,2
Jembatan Perniagaan A6 0,0723 0,2
Drainase Jl. Gatot Subroto B9 0,5091 0,2
Drainase Jl. Lambung Mangkurat B10 0,8622 0,2
Drainase P. Hidayatullah B11 0,5209 0,2
Jembatan Sei Dama A7 0,1113 0,2
Kandungan Phospat di beberapa titik sampling telah melampaui standar
PERDA KALTIM, untuk sungai Kelas II. Sebaran spasial kandungan phospat di
sepanjang Sungai Karang mumus, disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan hasil
interpolasi, sebaran spasial pada Sungai Karang Mumus memiliki kadar Phospat
tinggi ditunjukkan dengan warna biru. Daerah tersebut padat pemukiman dan banyak
kegiatan sosial ekonomi masyarakat. tinggi.(8)

Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang tinggal di


pinggiran daerah aliran Sungai Karang Mumus masih memanfaatkan Sungai sebagai
aktivitas mandi, cuci dan kakus dan dampaknya adalah lingkungan menjadi tercemar,
dalam pematauan Badan lingkungan Hidup Deaerah kota Samarinda menujukan
sungai Karang Mumus sudah menjadi kategori tercemar berat dan berhaya bagi
kesehatan yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Penelitian
menyimpulkan bahwa penerapan larangan pencemar belum sepenuhnya di jalan oleh
pihak terkait. (9)

Pembahasan

Air sungai termasuk ke dalam air permukaan yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Umumnya, air sungai masih digunakan untuk mencuci, mandi, sumber
air minum dan juga pengairan sawah. Menurut Diana Hendrawan, “sungai banyak
digunakan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, sarana
transportasi, pengairan sawah, keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan,
daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersedian air, irigasi, tempat memelihara
ikan dan juga sebagai tempat rekreasi” (10)

Perilaku masyarakat pada dasarnya merupakan perwujudan budaya yang


dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kondisi lingkungan, sosial, ekonomi,
dan budaya, seperti halnya perilaku masyarakat Samarinda yang tinggal di pinggiran
sungai Karang Mumus dalam memanfaatkan Sungai sebagai sarana mandi, cuci dan
kakus. Perilaku tersebut merupaan perwujudan budaya yang disebabkan adanya
hubungan fungsional yang dilakukan oleh manusia dengan lingkungannya. Air
merupakan salah sumber kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainya. Begitu pun
aktifitas mandi, cuci dan kakus (MCK), namun dalam hal ini masyarakat yang tinggal
di pinggiran sungai Karang Mumus masih rendah dalam pengetahuannya berperilaku
hidup sehat dan bersih. Penduduk yang tinggal di pinggiran sungai sering melakukan
kegiatan sehari-hari seperti  mandi, cuci pakaian, cuci alat-alat daput , cuci perabot
rumah tangga,membuang sampah dan buang air besar semua di sungai tersebut.
Imbasnya sungai menjadi sarang pembuangan terbesar dan sumber berbagai macam
penyakit. (11)

Banyaknya sampah rumah tangga, ranting kayu, dan sampah plastik lainnya
yang tampak mengapung di tepi sungai. Sampah yang didominasi plastik menumpuk
dan hampir memenuhi seluruh aliran sungai. Sungai itu berwarna hitam pekat dan
menimbulkan bau tak sedap. (12)

Kebiasaan membuang sampah di sungai menimbulkan beberapa dampak


negatif yang diantaranya :

Pencemaran Udara. Sampah yang menumpuk akan menimbulkan bau tak sedap
(busuk). Menimbulkan Penyakit. Sampah yang menumpuk dan tercampur dengan air
akan dihinggapi lalat dan menjadi sarang nyamuk. Yang bisa menyebabkan
masyarakat sekitar akan terserang diare, demam berdarah, dllPencemaran Air.Sampah
yang dibuang di sungai, akan menyebabkan air sungai tercemar, baik dari warna, bau
dan rasa. Dan apabila ada masyarakat yang masih mandi di sungai akan menyebabkan
gatal-gatal.Menyebabkan banjir. Di musim penghujan,penumpukan sampah  akan
menghambat aliran sungai dan menyebabkan air sungai meluap dan akhirnya terjadi
banjir. (13)

Kebanyakan warga tidak sadar akan dampak dari membuang limbah


sembarangan ke sungai. Padahal ini akan sangat berpengaruh pada kualitas air sungai.
Tercemarnya aliran sungai tidak dapat dihindari yang kemudian tentu membawa
dampak buruk bagi kehidupan manusia. Mengingat kedudukan air sebagai salah satu
elemen terpenting dari kehidupan, maka mulailah dengan menuntut diri untuk sadar
akan keharusan menjaga dan merawat sungai dengan mindset Sungai Karang Mumus
adalah milik kita bersama, agar kita dapat memanfaatkan kembali aliran sungai
tersebut untuk mensejahterakan kehidupan kita secara luas baik untuk sekarang
maupun di masa mendatang. (14)

Pada prinsipnya ada 2 (dua) upaya untuk menanggulangi pencemaran, yaitu


secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis melalui suatu
usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam
bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan
perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang
kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi Analisis Mengena
Dampak Lingkungn (AMDAL), pengaturan dan pengawasan kegiatan dan
menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber
pada penanganan limbah secara benar termasuk perlakuan industri terhadap
bahanbuangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau
menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran terhadap lingkungan.

Sebenarnya pengendalian pencemaran air dapat dimulai dari diri sendiri.


Dalam keseharian, warga dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi
jumlah timbulan sampah (reduce) setiap harinya. Selain itu, juga mendaur ulang
(recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut. Teknologi dapat kita
gunakanuntuk mengatasi pencemaran air yang dikibatkan oleh sampah, antara lain
dengan membangun fasilitas pengolahan sampah, termasuk air limbah (leachate)
yang ramah lingkungan serta dioperasikan dan dipelihara dengan baik. (15)

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh yaitu Sampah dapat menimbulkan berbagai


masalah, baik bagi tanah, udara dan air. Dampak negatif sampah bagi lingkungan
adalah sampah mempunyai cairan yang dapat merembes kedalam tanah dan akan
mencemari air tanah. Berbagai macam spesies yang hidup di air pun akan terkena
dampaknya yaitu kematian bahkan kepunahan spesies tersebut. Sampah yang dibuang
kedalam air akan menghasilkan gas hasil penguraiannya yaitu asam organik dan gas-
gas cair organik, seperti metana.Gas ini mempunyai bau yang kurang sedap bahkan
bisa meledak dalam konsentrasi yang tinggi dan juga terdapat hubungan pengelolaan
limbah rumah tangga, dan pengelolaan sampah dengan kualitas bakteorologi di
sungai Karang Mumus.

Daftar Pustaka
1. Biologi SN. Biologi 2014. 2015;(November 2014).

2. Sarwono edhi. D 2017. Pengaruh Kecepatan Alir Pada Reaktor Biosand Filter
Dalam Instalasi Pengolahan Air Bersih Pada Air Sungai Karang Mumus.
2017;1:9–17.
3. Aziz AA. Jika Sungai Karang Mumus adalah Manusia, Ia Telah Lama Mati
[Internet]. www.kaltimkece.id. 2019. Available from:
https://kaltimkece.id/warta/lingkungan/jika-sungai-karang-mumus-adalah-
manusia-ia-telah-lama-mati
4. Indrawati D. Upaya Pengendalian Pencemaran Sungai yang diakibatkan oleh
Sampah. Indones J Urban Environ Technol. 2011;5(6):185.
5. Pramaningsih V, Suprayogi S, Purnama ILS. Analisis Kandungan Phospat
(Po4) Dan Nitrat (No3) Di Sungai Karang Mumus Samarinda.
EnviroScienteae. 2017;13(3):218.
6. Sari N. Sungai “Sejuta Sampah” dan Kurangnya Kesadaran Warga [Internet].
www.kompas.com. 2017. Available from:
https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2017/09/07/08110131/sungai-
sejuta-sampah-dan-kurangnya-kesadaran-warga
7. Rembang T. Dampak dari Kebiasaan Membuang Sampah di Sungai.
http://tuyuhan-rembang.sideka.id/ [Internet]. 2017; Available from:
http://tuyuhan-rembang.sideka.id/2017/09/18/dampak-dari-kebiasaan-
membuang-sampah-di-sungai/
8. Alamijaya J. Secercah Asa Dalam Penyelamatan Sungai Karang Mumus.
https://kaltim.tribunnews.com/ [Internet]. 2017; Available from:
https://kaltim.tribunnews.com/2017/05/14/secercah-asa-dalam-penyelamatan-
sungai-karang-mumus
9. pritananda jihan ayu alip. Pengaruh Perilaku Masyarakat Membuang Sampah
di Sungai. Pengaruh Perilaku Masyarakat Membuang Sampah di Sungai. 2018.
10. Sudiran FL. Kota Samarinda Dalam Penanganan Sampah Domestik. Environ
Manage. 2005;9(1):16–26.
11. Afriani R. MUMUS. 2020;8(1):70–9.
12. Yulia Sukawaty HW. Jurnal Abdimas Mahakam. J Abdimas Mahakam.
2017;1(2):2549–5755.
13. Anwar A. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KUALITAS BAKTEOROLOGIS E.COLI SUNGAI KARANG MUMUS
SERTA GEJALA DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN BANDARA
KECAMATAN SUNGAI PINANG KOTA SAMARINDA. 2018;4:3.
Available from: http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/higiene/article/view/6760
14. Jumani. Ilmu Pertanian dan Kehutanan [Internet]. http://ejurnal.untag-
smd.ac.id/. 2012. Available from: http://ejurnal.untag-smd.ac.id/index.php/AG
15. Dylan Trotsek. 済無 No Title No Title. J Chem Inf Model. 2017;110(9):1689–
99.

Anda mungkin juga menyukai