Latar Belakang
Setiap hari penduduk kota Samarinda membuang sampah dalam jumlah besar.
Sampah-sampah tersebut berasal dari kegiatan pertanian, pasar, rumah tangga,
hiburan dan industri. Apabila sampah ini terlambat dibersihkan akan menumpuk.
Tumpukan sampah ini makin lama makin tinggi dan membusuk sehingga
menimbulkan bau yang tidak sedap. Umumnya tumpukan sampah ini berada di
tempat penampungan sampah sementara yang dibuat di tepi jalan yang dekat dengan
bibir parit. Peningkatan volume sampah ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah
penduduk. Penduduk yang besar menghasilkan sampah yang besar pula. (2)
Karang Mumus adalah sungai sepanjang 34,7 kilometer yang membelah Kota
Samarinda. Daerah tangkapan air dari sungai ini seluas 31.475 hektare --setengah dari
wilayah Samarinda. Karang Mumus merupakan sungai dengan tipe iklim A atau
hujan hutan tropika. Sangat basah pada musim hujan dan sangat kering pada musim
kemarau. Dengan tipe itu, Karang Mumus sangat rentan terhadap banjir, erosi, dan
kekeringan. (3)
Hasil
Titik I (kawasan Jembatan II/eks Pasar Sungai Dama), merupakan daerah yang sudah
terbebas dari pemukiman penduduk pada bantaran Sungai Karang Mumus. Badan
sungainya terlihat agak bersih, dan pada sisi kiri dan kanan sungai, ditanami berbagai
macam pohon. Pada daerah ini, tidak terlihat adanya kakus/jamban pada sisi kiri dan
kanan sungai.
Titik II (kawasan Jembatan Baru, dekat jalan Agussalim), merupakan daerah yang
masih banyak terdapat pemukiman penduduk pada bantaran Sungai Karang Mumus.
Rumah-rumah penduduk pada bantaran sungai ini masih belum dipindahkan, sesuai
program relokasi pemukiman pemduduk bantaran Sungai Karang Mumus ke tempat
yang sudah disediakan oleh Pemerintah Kota Samarinda. Pada daerah ini masih
terdapat banyak kakus/jamban pada sisi kiri dan kanan sungai.
Titik III (pemukiman penduduk dan Pasar Segiri), merupakan daerah yang masih
terdapat rumah-rumah penduduk di bantaran sungai, dan aktivitas Pasar Segiri. Pada
daerah ini masih terdapat banyak kakus pada sisi kiri dan kanan sungai. Selain itu,
ada aktivitas pembuangan limbah pasar ke badan sungai. (5)
Tingkat Pengetahuan
No Aspek Penilaian
Tinggi (%) Sedang Rendah
(%) (%)
1 Pengalaman Narasumber - 10 90
2 Informasi yang didapat - 40 60
3 Gaya Hidup 60 10 30
4 Lingkungan 10 20 70
Dapat dilihat dari Tabel pH pada reaktor Biosand Filter dalam proses
Penumbuhan Biolfilm dan Aklimatisasi berada pH netral , yaitu dengan kisaran
terendah 6,6 dan yang tertinggi 7,1. Menurut Rubiyatno et al., (2012)
mengatakan bahwa pH harus terus dipantau dalam keadaan netral, karena
mikroorganisme khususnya mikroba dapat tumbuh dengan baik dalam suasana
tersebut. (7)
Tabel 4. Kandungan Phospat di Sungai Karang Mumus Tahun 2016
Lokasi Kode PO4 (mg/L)
Standar PO4 (mg/L)
Jembatan setelah Waduk Benanga A1 0,0142 0,2
Sungai Lempake Jaya B2 0,2011 0,2
Sungai Bengkuring B3 0,174 0,2
Jembatan Tepian Lempake A2 0,0165 0,2
Sungai Mugirejo-Gn. Lingai B4 0,3967 0,2
Gunung Lingai (Jl. P.M. Noor) A3 0,0166 0,2
Sungai Sempaja B5 0,1237 0,2
Drainase A.Yani (Gelatik-Pemuda) B6 0,2302 0,2
Sungai Pramuka-UNMUL B7 0,5722 0,2
Jembatan Gelatik A4 0,0266 0,2
Drainase Lembuswana-Vorvoo B8 0,4145 0,2
Jembatan S. Parman A5 0,0442 0,2
Jembatan Perniagaan A6 0,0723 0,2
Drainase Jl. Gatot Subroto B9 0,5091 0,2
Drainase Jl. Lambung Mangkurat B10 0,8622 0,2
Drainase P. Hidayatullah B11 0,5209 0,2
Jembatan Sei Dama A7 0,1113 0,2
Kandungan Phospat di beberapa titik sampling telah melampaui standar
PERDA KALTIM, untuk sungai Kelas II. Sebaran spasial kandungan phospat di
sepanjang Sungai Karang mumus, disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan hasil
interpolasi, sebaran spasial pada Sungai Karang Mumus memiliki kadar Phospat
tinggi ditunjukkan dengan warna biru. Daerah tersebut padat pemukiman dan banyak
kegiatan sosial ekonomi masyarakat. tinggi.(8)
Pembahasan
Air sungai termasuk ke dalam air permukaan yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Umumnya, air sungai masih digunakan untuk mencuci, mandi, sumber
air minum dan juga pengairan sawah. Menurut Diana Hendrawan, “sungai banyak
digunakan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, sarana
transportasi, pengairan sawah, keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan,
daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersedian air, irigasi, tempat memelihara
ikan dan juga sebagai tempat rekreasi” (10)
Banyaknya sampah rumah tangga, ranting kayu, dan sampah plastik lainnya
yang tampak mengapung di tepi sungai. Sampah yang didominasi plastik menumpuk
dan hampir memenuhi seluruh aliran sungai. Sungai itu berwarna hitam pekat dan
menimbulkan bau tak sedap. (12)
Pencemaran Udara. Sampah yang menumpuk akan menimbulkan bau tak sedap
(busuk). Menimbulkan Penyakit. Sampah yang menumpuk dan tercampur dengan air
akan dihinggapi lalat dan menjadi sarang nyamuk. Yang bisa menyebabkan
masyarakat sekitar akan terserang diare, demam berdarah, dllPencemaran Air.Sampah
yang dibuang di sungai, akan menyebabkan air sungai tercemar, baik dari warna, bau
dan rasa. Dan apabila ada masyarakat yang masih mandi di sungai akan menyebabkan
gatal-gatal.Menyebabkan banjir. Di musim penghujan,penumpukan sampah akan
menghambat aliran sungai dan menyebabkan air sungai meluap dan akhirnya terjadi
banjir. (13)
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Biologi SN. Biologi 2014. 2015;(November 2014).
2. Sarwono edhi. D 2017. Pengaruh Kecepatan Alir Pada Reaktor Biosand Filter
Dalam Instalasi Pengolahan Air Bersih Pada Air Sungai Karang Mumus.
2017;1:9–17.
3. Aziz AA. Jika Sungai Karang Mumus adalah Manusia, Ia Telah Lama Mati
[Internet]. www.kaltimkece.id. 2019. Available from:
https://kaltimkece.id/warta/lingkungan/jika-sungai-karang-mumus-adalah-
manusia-ia-telah-lama-mati
4. Indrawati D. Upaya Pengendalian Pencemaran Sungai yang diakibatkan oleh
Sampah. Indones J Urban Environ Technol. 2011;5(6):185.
5. Pramaningsih V, Suprayogi S, Purnama ILS. Analisis Kandungan Phospat
(Po4) Dan Nitrat (No3) Di Sungai Karang Mumus Samarinda.
EnviroScienteae. 2017;13(3):218.
6. Sari N. Sungai “Sejuta Sampah” dan Kurangnya Kesadaran Warga [Internet].
www.kompas.com. 2017. Available from:
https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2017/09/07/08110131/sungai-
sejuta-sampah-dan-kurangnya-kesadaran-warga
7. Rembang T. Dampak dari Kebiasaan Membuang Sampah di Sungai.
http://tuyuhan-rembang.sideka.id/ [Internet]. 2017; Available from:
http://tuyuhan-rembang.sideka.id/2017/09/18/dampak-dari-kebiasaan-
membuang-sampah-di-sungai/
8. Alamijaya J. Secercah Asa Dalam Penyelamatan Sungai Karang Mumus.
https://kaltim.tribunnews.com/ [Internet]. 2017; Available from:
https://kaltim.tribunnews.com/2017/05/14/secercah-asa-dalam-penyelamatan-
sungai-karang-mumus
9. pritananda jihan ayu alip. Pengaruh Perilaku Masyarakat Membuang Sampah
di Sungai. Pengaruh Perilaku Masyarakat Membuang Sampah di Sungai. 2018.
10. Sudiran FL. Kota Samarinda Dalam Penanganan Sampah Domestik. Environ
Manage. 2005;9(1):16–26.
11. Afriani R. MUMUS. 2020;8(1):70–9.
12. Yulia Sukawaty HW. Jurnal Abdimas Mahakam. J Abdimas Mahakam.
2017;1(2):2549–5755.
13. Anwar A. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KUALITAS BAKTEOROLOGIS E.COLI SUNGAI KARANG MUMUS
SERTA GEJALA DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN BANDARA
KECAMATAN SUNGAI PINANG KOTA SAMARINDA. 2018;4:3.
Available from: http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/higiene/article/view/6760
14. Jumani. Ilmu Pertanian dan Kehutanan [Internet]. http://ejurnal.untag-
smd.ac.id/. 2012. Available from: http://ejurnal.untag-smd.ac.id/index.php/AG
15. Dylan Trotsek. 済無 No Title No Title. J Chem Inf Model. 2017;110(9):1689–
99.