Anda di halaman 1dari 6

Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau biasa dikenal dengan Lumpuh Layuh merupakan

kelumpuhan yang sifatnya lemas, terjadi mendadak dalam 1-14 hari dan bukan disebabkan
ruda paksa/ trauma yang dialami oleh anak usia < 15 tahun. Salah satu penyebab AFP adalah
virus Polio. AFP dapat ditularkan dari feses penderita yang mengkontaminasi makanan dan
minuman yang dikonsumsi calon penderita.
Pencegahan AFP diantaranya dengan memberikan imunisasi Polio secara rutin sesuai jadwal,
menjaga kebersihan lingkungan dan membiasakan mencuci tangan pakai sabun sebelum dan
sesudah makan.

Epidemiologi poliomielitis atau polio telah ditekan akibat cakupan imunisasi polio yang luas.
Kasus virus polio liar telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988, dari sekitar 350.000
kasus di 125 negara endemik telah ditekan menjadi hanya 175 kasus yang dilaporkan ke
WHO pada tahun 2019.
Global
Pada tahun 1988, WHO mencanangkan rencana eradikasi global virus polio pada tahun 2000.
Tujuan ini tercapai dengan pemberian vaksinasi polio. Virus polio liar tipe 2 telah dibasmi
pada tahun 1999 dan tidak ada kasus virus polio liar tipe 3 yang ditemukan sejak kasus
terakhir yang dilaporkan di Nigeria pada November 2012. Kedua virus polio tersebut telah
secara resmi dieradikasi secara global. Pada tahun 2020, virus polio liar tipe 1 dilaporkan
masih ditemukan di 2 negara, yaitu Pakistan dan Afghanistan.
Indonesia dan Asia Tenggara
Indonesia mengalami kejadian luar biasa polio pada bulan Maret 2005 karena ditemukan
kasus polio paralitik di Sukabumi dan Banten, provinsi Jawa Barat. Namun, kejadian luar
biasa ini berhasil diatasi dengan baik. Strategi eradikasi penyakit polio berhasil jika
pemberian vaksin polio diterapkan sepenuhnya. Sertifikasi bebas polio di seluruh Wilayah
Asia Tenggara, termasuk negara Indonesia, diberikan WHO pada bulan Maret 2014.

Mortalitas
Infeksi virus polio secara tipikal memiliki pola musiman di daerah beriklim sub-tropis, yang
mencapai puncaknya dalam bulan-bulan musim panas. Wabah musiman polio yang terjadi
pada awal abad ke-19 di Eropa dan Amerika Serikat dapat menyerang usia lanjut yang
meningkatkan morbiditas dan jumlah kematian akibat polio. Kasus musiman ini tidak
ditemukan di negara beriklim tropis. Kematian akibat poliomielitis meningkat pada jenis
polio bulbar atau bulbospinal.
Strategi penemuan Kasus AFP
• Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS) minggu-an, bagi yang tidak melakukan SARS,
dilaku-kan HRR (Hospital Record Review) minimal 3 bulan sekali
• Pemantauan wilayah setempat (PWS) di masyarakat
• Kelola sesuai SOP Surveilans AFP
• Advokasi kepada dokter spesialis
Upaya Pencegahan Penularan Wabah Penyakit Polio
- Pencegahan primer : Promosi kesehatan, Penyuluhan kesehatan tentang imunisasi
polio, edukasi dan promosi kesehatan tentang polio, perlindungan umum dan spesifik,
imunisasi polio, surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis)
- Pencegahan Sekunder : Diagnosis awal dan perawatan tepat waktu, pengecekan feses
untuk deteksi virus polio, disinfeksi serentak, pembatasan ketidakmampuan,
pengobatan, dan karantina.
- Pencegahan Tersier : Rehabilitasi dan fisioterapi

A karantina, isolasi, pemberian vaksinasi atau profilaksis, rujukan, disinfeksi dan/atau


dekontaminasi terhadap orang sesuai indikasi;
b. pembatasan sosial berskala besar;
c. disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi, dan/atau deratisasi terhadap alat angkut dan barang;
d. penyehatan, pengamanan dan pengendalian terhadap media lingkungan.

Penyebaran Polio
Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus tersebut masuk melalui rongga mulut atau
hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah.
Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja penderita polio,
atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi virus polio. Virus
ini juga dapat menyebar melalui percikan air liur ketika penderita batuk atau bersin, namun
lebih jarang terjadi.
Virus polio sangat mudah menyerang orang-orang yang belum mendapatkan vaksin polio,
terlebih pada kondisi berikut ini:

 Tinggal di daerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas.
 Sedang hamil.
 Memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya penderita AIDS.
 Merawat anggota keluarga yang terinfeksi virus polio.
 Pernah menjalani pengangkatan amandel.
 Menjalani aktivitas berat atau mengalami stres setelah terpapar virus polio.
 Bekerja sebagai petugas kesehatan yang menangani pasien polio.
 Melakukan perjalanan ke daerah yang pernah mengalami wabah polio.

Penularan virus polio

Penularan virus polio belum diketahui dengan pasti, namun tetap terjadi selama virus masih
dikeluarkan melalui tinja. Penularan terutama terjadi dari orang ke orang melalui rute oral-
fekal; virus lebih mudah dideteksi dari tinja (3-6 minggu atau lebih), dalam jangka waktu
panjang dibandingkan dari secret tenggorokan (1 minggu)

Daerah dengan sanitasi lingkungan yang baik, penularan terjadi melalui secret faring daripada
melalui rute orofekal

Triad Epidemiologi

- Agent : Polio virus (genus enterovirus) tipe 1,2,dan 3). Virus ini hanya hidup di usus manusia,
dan mati bila dibakar, dengan sinar ultra violet atau cairan pemutih pakaian.
- Host : Manusia, anak-anak dibawah lima tahun rentan virus polio
- Environment : sanitasi yang kurang baik ( tidak ada toilet, buang air besar sembarangan,dll )

Riwayat alamiah penyakit :

1. Tahap pre-patogenesis
- Virus polio liar yang ada di alam atau yang berasal dari imunisasi itu sendiri, akan tidak
terlalu berpengaruh pada pejamu yang telah mendapatkan imunisasi polio lengkap.
- Virus ditemukan dalam secret tenggorokan 36 jam dan 72 jam di tinja setelah terpajan.
2. Tahap Patogenesis
- Gejala umum : demam, mudah Lelah, pucat, sakit kepala, muntah-muntah, kaku pada leher
dan nyeri limbs.
- Masa inkubasi : 7 – 14 hari dengan rentang waktu antara 3 – 35 hari
- Penderita polio sangat menular selama beberapa hari sebelum dan beberapa hari sesudah
gejala awal.
- Sekitar 90% pejamu tidak akan sadar mereka menderita polio
3. Pasca-Patogenesis
- Tidak semua mengalami kelumpuhan
- Status polio dari 200 anak yang menderita polio mengalamu kelumpuhan yang menetap
- Dari mereka yg mengalami kelumpuhan, 5-10% meninggal Ketika otot-oto pernapasan
mereka tidak berfungsi

Masa Inkubasi
Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam
waktu 7-21 hari.
Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat ringan dan
biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala,
muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.
Adapun gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Polio non-paralisis dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih, sakit
tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan sakit
2. Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa
lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
3. Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi, lemah
otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh
menurun.

Cara Transmisi (Penularan)


Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar,
virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Ini kemudian
dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat melalui
komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk. Virus tidak akan rentan
menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio. Polio
dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti
bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan. Kebanyakan
orang yang terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar
bahwa mereka telah terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus
mereka dan dapat “diam-diam” menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain.

Treatment
Tidak ada obat untuk polio, yang ada hanya perawatan untuk meringankan gejala. terapi fisik
digunakan untuk merangsang otot dan obat antispasmodic diberikan untuk mengendurkan
otot-otot dan meningkatkan mobilitas. Meskipun ini dapat meningkatkan mobilitas, tapi tidak
dapat mengobati kelumpuhan polio permanen. Apabila sudah terkena Polio, tindakan yang
dilakukan yaitu tatalaksana kasus lebih ditekankan pada tindakan suportif dan pencegahan
terjadinya cacat, sehingga anggota gerak diusahakan kembali berfungsi senormal mungkin
dan penderita dirawat inap selama minimal 7 hari atau sampai penderita melampaui masa
akut.
Penemuan dini dan perawatan dini untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah
bertambah beratnya cacat. Kasus polio dengan gejala klinis ringan di rumah, bila gejala klinis
berat dirujuk ke RS.

Cara Pencegahan

Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakit polio.  Vaksin
polio yang diberikan berkali-kali dapat melindungi seorang anak seumur hidup. Pencegahan
penyakit polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pemberian imunisasi polio pada anak-anak. Pencegahan penularan ke orang lain melalui
kontak langsung (droplet) dengan menggunakan masker bagi yang sakit maupun yang sehat.
Selain itu mencegah pencemaran lingkungan (fecal-oral) dan pengendalian infeksi dengan
menerapkan buang air besar di jamban dan mengalirkannya ke septic tank.

Gambaran Klinis

Manifestasi klinis Polio dapat berupa:

1. Inapparent infection, tanpa gejala klinik, yang terbanyak terjadi (72%).

2. Infeksi klinik yang ringan, sering terjadi (24%), dengan panas, lemas, malaise,
pusing, mual, muntah, tenggorokan sakit dan gejala kombinasi.

3. Abortive poliomyelitis, jarang terjadi (4%), didahului dengan panas, malaise,


pusing , muntah dan sakit perut. Merupakan tanda klinik pertama dari perjalanan
klinik yang bifasik. 1-2 hari setelahnya, timbul iritasi meningen, termasuk kaku
kuduk, muntah, nyeri kepala. Proses ini setelah 2-10 hari akan membaik tanpa
gejala sisa, kecuali pada beberapa kasus terjadi kelemahan otot yang transient.

4. Aseptic meningitis (non paralytic poliomyelitis) akibat virus polio tidak dapat
dibedakan dengan aseptic meningitis akibat virus lain. Anak demam, lemas, sakit
otot, hiperesthesia atau paraesthesia, mual muntah, diare, pada pemeriksaan fisik
didapatkan kaku kuduk, tanda spinal, tanda head drop tanda Brudzinsky dan
Kernig positif, perubahan refleks permukaan dan dalam. Hasil pungsi lumbal
menunjukkan adanya kenaikan sel, pada permulaan PMN dan kemudian berubah
menjadi mononuclear, protein normal atau sedikit meningkat, kadar glukosa
normal.

5. Paralytic poliomyelitis dimulai dari gejala seperti pada infeksi klinik yang ringan
(minor), diseling dengan periode 1-3 hari tanpa gejala, lalu disusul dengan nyeri
otot, kaku otot, dan demam. Dengan cepat (beberapa jam) keadaan klinik cepat
memburuk (mayor) dan menimbulkan kelumpuhan yang maksimal dalam 48 jam
saja. Pada tipe spinal kelumpuhan yang terjadi biasanya tidak lengkap, kaki lebih
sering terkena dibanding dengan tangan, terutama terjadi pada bagian proksimal,
tidak simetrik dan menyebar dari bagian proksimal kearah distal (descending
paralysis). Kelumpuhan lebih sering terjadi pada otot yang besar di bagian
proximal, dibanding dengan otot distal yang kecil. Jenis kelumpuhan dan beratnya
kelumpuhan sangat tergantung pada lokasi kerusakan, namun selalu bersifat layu
(flaccid), otot lembek (floppy) tanpa tonus otot. Jenis klinik spinal sering
mengenai otot tangan, kaki dan torso. Terdapat kasus bulbar (jarang) akibat
kerusakan motorneuron pada batang otak, sehingga terjadi insufisiensi pernafasan,
kesulitan menelan, tersedak lewat hidung, kesulitan makan, kelumpuhan pita suara
dan kesulitan bicara. Saraf otak yang terkena adalah saraf V, IX, X, XI dan
kemudian VII. Kasus ensefalitis (jarang) sukar dibedakan secara klinik dengan
ensefalitis akibat virus lain. Kerusakan pada SSP ini, seperti pada penyakit saraf
yang lain, tidak dapat diganti atau diperbaiki, sehingga akan terjadi kelumpuhan
yang permanen. Perbaikan secara klinik terjadi akibat kompensasi otot lain atau
perbaikan sisa otot yang masih berfungsi.

6. Post polio syndrome (PPS) adalah bentuk manifestasi lambat (15-40 tahun)
setelah infeksi polio, dengan gejala klinik polio paralitik yang akut. Gejala yang
muncul adalah nyeri otot yang luar biasa, paralisis yang rekuren atau timbul
paralisis baru.

Anda mungkin juga menyukai