Anda di halaman 1dari 14

Di susun oleh

Nama : Ceri Andriana

Nim : 09005

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

2009/ 2010

A. Session Plan

1
SESSION PLAN

o Topik : Polio
o Participant : Masyarakat Sana Sini (Kelompok Resti Polio)
o Day / Date : Senin/ 3 Januari 2010
o Time : 08.10-09.10
o Training Location : di Kelurahan Antah Brantah
o Obyektive : Cara Pencegahan dan Pemberantasan Polio

Tujuan Umum :

Setelah mengikuti promkes tentang pencegahan polio selama ± 60 menit diharapkan


masyarakat Sana Sini mampu dan mau melakukan uapaya dalam pencegahan dan mengatasi
meluasnya polio.

Tujuan Khusus :

 Peserta mampu menyebutkan Pengertian Polio


 Peserta mampu menyebutkan Penyebab penyakit Polio
 Peserta mampu menyebutkan bagaimana Penularan Polio
 Peserta mampu menyebutkan Gejala dan Tanda Polio
 Peserta mampu menyebutkan cara Pencegahan Polio

2
B. Materi

a. Pengertian

Poliomyelitis berasal dari kata Yunani, polio berarti abu-abu, dan myelon yang berarti
saraf perifer, sering juga disebut paralisis infatil. Poliomyelitis atau sering disebut polio
adalah penyakit akut yang sering menyerang sistem saraf perifer yang disebabkan oleh virus
polio. Gejala utama penyakit ini adalah kelumpuhan. Lelumpuhan biasanya berkurang sampai
hilang, akan tetapi dapat menetap setelah 60 hari yang aka menyebabkan kecacatan.

Sejarah penyakit ini diketahui dengan ditemukannya ganbaran seorang anak yang
berjalan dengan tongkat di mana sebelah kaki mengecil pada lukisan artefak mesir kuno
tahun 1403-1365 sebelum masehi. Gambaran klinis polio pertama kali dibuat oleh seorang
dokter inggris, Michael Underwood pada tahun 1789. Ia menyebut polio sebagai ‘kelemahan
tungkai bawah’. Pada tahun 1840 dokter Jakob heine dan Karl Oskar Medin melanjutkan
penelitian underwood sehingga penyakit ini disebut ‘penyakit Heine-medin’.

Vaksin polio pertama kali dikembangkan oleh


Jonas Salk pada tahun1955 dan Albert Sabin pada
tahun 1962. Sejak saat itu, jumlah kasus polio
menurun tajam.

Saat ini upaya iminisasi di banyak Negara di


bantu oleh Rotary Internasional, UNICEF, dan WHO
untuk mempercepat eredikasi global polio.

Hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan


penyakit polio. Yang paling efektif hanyalah
pencegahan dengan cara imunisasi.

Kasus penyakit polio di Sukabumi, Jawa Barat,sangat


mengejutkan pemerintah dan masyarakat. Penyakit
yang diakibatkan infeksi virus ini jelas mencemaskan para orang tua yang punya anak balita
karena begitu mengerikan dampak buruk yang bisa ditimbulkan. Sayangnya lagi, hingga saat
ini belum ditemukan cara pengobatannya. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan
cara imunisasi.

3
b. Tujuan pencegahan

Agar masyarakat tau akan bahaya penyakit polio dan mampu dalam melakukan
pencegahannya dimulai dari peningkatan sanitasi likngkungan yang baik dan bila ada yang
memiliki bayi segerakan di imunisai karena imunisasi merupakan pencegahan awal dari polio
karena sampai saat ini polio belum ada obatnya.

c. Penyebab

Virus polio termasuk genus enterovirus. Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu
tipe 1 (brunhilde), tipe 2 (lanzig) dan tipe 3 (Leon). Tipe 1 seperti yang ditemukan di
Sukabumi adalah yang paling ganas (paralitogenik) dan sering menyebabkan kejadian luar
biasa atau wabah. Sedangkan tipe 2 paling jinak.

Ketiga virus tersebut bisa menyebabkan


kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe yang paling mudah
diisolasi diikuti tipe 3, sedang tipe 2 jarang diisolasi.

Tipe yang paling sering menyebabkan wabah juga


adalah tipe 1, sedangkan kasus yang dihubungkan
dengan vaksin disebabkan oleh tipe 2 dan 3.

Di alam bebas, virus polio dapat bertahan hingga 48


jam pada musim kemarau dan dua minggu pada musim hujan. Di dalam usus manusia, virus
dapat bertahan hidup sampai dua bulan. Virus polio tahan terhadap sabun, detergen, alcohol,
eter, klorin, pemanasan dan sinar ultraviolet.

Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada keadaan
beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan
virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan adanya
mikroba lain.

Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Virus ini
menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan
otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja. Bahkan sekitar

4
10-15 persen mereka yang terkena polio akhirnya
meninggal karena yang diserang adalah otot
pernapasannya.

d. Penularan

Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan


rentang 3-35 hari. Manusia merupakan satu-satunya
reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus
ditularkan antar-manusia melalaui rute oro-fekal.
Penularan melalui secret faring dapat terjadi bila keadaan
hygiene sanitasinya baik sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan oro-fekal.
Makanan dan bahan lain yang tercemar dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi.
Penularan melalui serangga belum bisa dibuktikan.

Proses penularan → Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di
dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan
melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.

Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:

 fekal-oral (dari tinja ke mulut)

Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari
tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.

 oral-oral (dari mulut ke mulut)

Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat
lainnya.

Pada akhir masa inkubasi dan masa awal gejala, para penderita polio sangat poten
untuk menularkan penyakit. Setelah terpajan dari penderita, virus polio dapat ditemukan pada
secret tenggorokan 36 jam kemudian dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta
pada tinja dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu atau lebih.

5
Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat kelumpuhan yang
bervariasi. Kelumpuhan yang terjadi sekitar 1% saja. Dari semua kelumpuhan, 90% akan
sembuh dengan sendirinya dan sekitar 10% akan mengalami kelumpuhan menetap. Angka
kelumpuhan pada bayi lebih kecil dari pada orang dewasa.

Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai
berkilo-kilometer dari sumber penularan. Meskipun cara penularan utama adalah akibat
tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini
sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas. Nah, salah satu inang atau mahluk hidup
perantaranya adalah manusia.

e. Gejala dan Tanda

Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang. Gejala lain
yang biasa muncul adalah nyeri tenggorokan, rasa
tidak enak di perut, demam ringan, lemas, dan
nyeri kepala ringan. Gejala klinis yang mengarah
pada kecurigaan serangan virus polio adanya
demam dan kelumpuhan akut. Kaki biasanya lemas
tanpa gangguan saraf perasa. Kelumpuhan
biasanya terjadi pada tungkai bawah, asimetris dan
dapat menetap selamanya yang bisa disertai gejala
nyeri kepala dan muntah. Biasanya terdapat
kekakuan pada leher dan punggung setelah 24 jam.

Gejala umum serangannya adalah pengidap mendadak lumpuh pada salah satu
anggota gerak setelah demam selama 2-5 hari.

Kelumpuhan sifatnya mendadak dan layuh, sehingga sering dihubungkan lumpuh


layuh akut (AFP, acute flaccid paralysis), biasanya menyerang satu tungkai, lemas sampai
tidak ada gerakan. Otot bisa mengecil, reflek fisiologis dan reflek patologis negative.

6
Berikut fase-fase infeksi virus polio tersebut:

 stadium akut

Yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu. Ditandai dengan suhu tubuh yang
meningkat. Kadang disertai sakit kepala dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi akibat
kerusakan sel-sel motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis) lantaran invasi
virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung menimbulkan gangguan bentuk
tubuh (deformitas) yang menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang terjadi
sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada lengan. Kelumpuhan ini
berlangsung bertahap sampai sekitar 2 bulan sejak awal sakit.

 stadium subakut

Yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan menghilangnya demam dalam
waktu 24 jam. Kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan
anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja.

 stadium konvalescent

Yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai dengan pulihnya kekuatan otot
yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-70 persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan
setelah fase akut. Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi pemulihan
kekuatan otot.

 stadium kronik

Yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah bersifat permanen.

WHO menyatakan bahwa kelumpuhan dapat disebabkan oleh lebih dari 100 macam
penyebab, namun di Indonesia sampai saat ini dilaporkan kelumpuhan disebabkan oleh 23
penyakit. Sebanyak 60-70% kelumpuhan disebabkan oleh Guillain Barre syndrome
(GBS).untuk membuktikan apakah kelumpuhan disebabkan oleh polio atau bukan, harus
dibuktikan oleh pemeriksaan Laboratorium Biofarma, BBLK Surabaya, dan Laboratorium
Pulsit Penyakit Jakarta.

7
Diagnosis banding yang mirip dengan polio adalah mielitis transversa, yaitu suatu
peradangan sumsum tulang belakang.kelumpuhan layuh biasanya menyerang kedua tungkai,
bersifat akut, dan lemas. Refleks fisiologis dan refleks patologis negative, biasanya disertai
dengan gangguan buang air kecil dan besar.

Diagnosis banding lainnya adalah GBS, dimana terjadi demam disertai gejala khas
kelumpuhan yang berangsur dari ujung jari naik ke atas dengan batas tegas, bila sudah
sampai pergelangan membentuk gambaran seperti sarung tangan/ kaki (glove phenomenon).
Kelumpuhan menyerang kedua tungkai, refleks
fisiologis negatife, sedangkan refleks patologis
positif. Bila kelumpuhan menyerang otot saluran
pernapasan, maka penderita dapat mengalami
sesak napas sampai meninggal.

f. Pengobatan

Pengobatan pada penderita polio tidak


spesifik. Pengobatan ditujukan untuk meredakan
gejala dan pengobatan suportif untuk
meningkatkan stamina penderita. Perlu diberikan pelayanan fisioterafi untuk meminimalkan
kelumpuhan dan menjaga agar tidak terjadi atrofi otot. Perawatan ortopedik tersedia bagi
mereka yang mengalami kelumpuhan menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif
adalah melalui vaksinasi dan surveilans AFP.

8
g. Pencegahan dan Pemberantasan

World Health Assembly (WHA) pada tahun 1988 menetapkan dunia bebas polio pada
tahun 2005, dengan tahapan :

 Tahun 2000 diharapkan tidak ada transmisi


virus polio liar lagi
 Tahun 2004 diharapkan South East Asian
Region Organization (SEARO) terbentuk.
SEARO adalah suatu sistem pembagian
wilayah WHO yang meliputi wilayah regional
Asia Tenggara.

Apabila resolusi ini berjalan sesuai rencana


maka WHO beserta Negara-negara di seluruh
Dunia akan menghentikan imuisasi polio pada
tahun 2010 seperti halnya keberhasilan umat manusia membasmi virus cacar.

1. Eradiksi polio (erapo)

Pengertian eradiksi polio adalah keadaan dimana suatu Negara bebas kasus polio
liar selama 3 tahun berturut-turut dan didukung oleh sistem surveilans yang mantap.
Sistem surveilan yang mantap dibuktikan dengan :

a. Zero report, yaitu laporan mingguan dari unit pelayanan kesehatan (puskesmas dan
rumah sakit) lengkap dan tepat meskipun tidak ditemukan 1 kasus AFP pun.
b. AFP rate 1 (100%), yaitu harus bisa menemukan kasus AFP dan membuktikannya
melalui pemeriksaan Laboratorium bahwa hal tersebut bukan karena penyakit polio.

9
Strategi erapo adalah:

1. Mempertahankan imunisasi rutin dengan cakupan yang tinggi.


2. Melaksanakan program imunisasi tambahan seperti:
 PIN 1995, 1996, dan 1997
 Sub PIN (1998-1999), daerah berisiko tinggi (fokus)
 Sub PIN 2000 – meningkatkan imunitas
 Mopping up (kegiatan seperti PIN pada suatu daerah untuk mencegah dan
menanggulangi transmisi).
3. SAFP sesuai dengan standar sertifikasi
4. Pengamanan virus polio di laboratorium

2. SAFP (surveillance acute flaccid paralysis)

SAFP adalah suatu pengamatan ketat pada semua kasus kelumpuhan yang mirip
dengan kelumpuhan pada kasus poliomielitis, yaitu akut (<2 minggu), flaccid (layuh, tidak
kaku) yang terjadi pada anak <15 tahun, dalam rangka menemukan adanya kasus polio.

SAFP dimaksudkan untuk mengidentifikasi daerah yang berisiko tinggi akan adanya
transmisi virus polio liar. SAFP juga dapat digunakan untuk memantau perkembangan
program erdikasi polio, dan yang terakhir, SAFP bisa digunaknan sebagai alat untuk
membuktikan bahwa Indonesia bebas polio. Karena pentingnya SAFP tersebut maka setiap
satu kasus AFP merupakan suatu KLB.

Setiap menemukan satu kasus AFP, petugas diharuskan untuk mendapatkan specimen
tinja penderita dalam waktu 24-48 jam, paling lama 2 minggu sejak awal kelumpuhan. Tinja
harus segera dikirim ke laboratorium nasional untuk pemeriksaan virus polio. Selanjutnya
petugas mengunjungi ulang setelah 60 hari untuk memeriksa kelumpuhan.

10
3. Imunisasi

Imunisasi merupakan factor terpenting untuk


pemberantasan polio. Terdapat dua jenis vaksin polio di
indonesia, yaitu OPV (oral polio vaccine) dan IVP
(injection polio vaccine). OVP berfungsi untuk
merangsang pembentukan antibody humoral yang akan
menghambat perjalanan virus ke otak, dan OVP
menstimulasi terbentuknya antibodi local di usus (slg A)
yang menghambat penempelan virus polio pada dinding
usus.

4. Perbaikan sanitasi

Namun, mengingat penularannya terkait dengan buruknya sanitasi, upaya vaksinasi harus
disertai dengan pembuatan jamban keluarga dan membantu masyarakat mengakses air bersih.
Jamban keluarga mencegah warga membuang air besar di sungai, sehingga tak ada virus yang
menyebar.

Selain itu, pemantauan terhadap lalu lintas tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri
perlu ditingkatkan. "Memang sulit mendeteksi apakah seseorang membawa virus polio liar
atau tidak, karena itu hanya bisa diketahui lewat pemeriksaan sampel kotorannya di
laboratorium, " kata Kepala Divisi Anak Rehabilitasi Medik FKUI Dr Amendi Nasution
SpRM.

11
Polio tidak bisa disembuhkan, sehingga harus dicegah. Polio termasuk  musuh yang
berbahaya bagi anak-anak karena dapat menyebabkan  kelumpuhan. Pencegahannya dengan
imunisasi, yaitu dengan pemberian  vaksin yang aman dan efektif dengan vaksin polio oral
OPV. OPV adalah  perlindungan yang sangat penting terhadap polio bagi anak-anak.  
Diberikan berulang kali, vaksin ini akan melindungi anak seumur hidup.

Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah 5 tahun di daerah
ditemukannya penderita polio tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.

Mendeteksi lumpuh layuh

 Bayi

a. Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai menekuk pada lutut
dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkan tungkai lemas dan lutut menyentuh
tempat tidur.

b. Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan ujung pensil pada
telapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi kelumpuhan.

c. Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan gerakan kaki
menekuk, pada bayi lumpuh tungkai tergantung lemas.

 Anak besar

a. Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.

b. Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak


yang mengalami kelumpuhan tidak bisa melakukannya.

c. Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang


lumpuh tak bisa melakukannya.

d. Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian


bangun kembali. Anak yang mengalami kelumpuhan
akan mencoba berdiri dengan berpegangan merambat
pada tungkainya.

12
e. Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.

C. Program kegiatan penyuluhan

No Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta Waktu


1. Menjelaskan Pengertian Polio  Mendengarkan 5 menit
 Memperhatikan
2. Menjelaskan Tujuan Pencegahan Polio  Mendengarkan 5 menit
 Memperhatikan
3. Menjelaskan Penyebab Polio  Mendengarkan 5 menit
 Memperhatikan
4. Menjelaskan Cara Penularan Polio  Mendengarkan 15 menit
 Memperhatikan
5. Memberitahu apa saja Gejala Polio  Mendengarkan 10 menit
 Memperhatikan
6. Memberitahu Cara Pengobatan dan  Mendengarkan 20 menit
Pencegahan Polio  Memperhatikan

Metode :

 ceramah dan Tanya jawab

 simulasi

Media :

 LCD

D. Evaluasi

No Kegiatan penyuluhan Tujuan yang diharapkan


1. Menjelaskan Pengertian Polio Peserta mengerti tentang
penyakit polio
2. Menjelaskan Tujuan Pencegahan Polio Peserta tahu akan dampak
dari polio
3. Menjelaskan Penyebab Polio Peserta tahu penyebab dari
polio

13
4. Menjelaskan Cara Penularan Polio Peserta tahu bagaimana
polio itu menular
5. Memberitahu apa saja Gejala Polio Peserta tahu gejala yang
timbul dari polio
6. Memberitahu Cara Pengobatan dan Pencegahan Polio Peserta tahu cara
pengobatan dan pencegahan
polio tersebut

Daftar Pustaka

Widoyono, Penyakit Tropis, Penerbit Erlangga, 2008

http://anakuya.wordpress.com/2008/02/04/cegah-virus-polio-dengan-vaksinasi/

http://pusatremaja.co-tv.tk/mencegah-penularan-polio.html

http://digilib-ampl.net/detail/detail.php?row=4&tp=kliping&ktg=sanitasi&kode=1671

14

Anda mungkin juga menyukai