Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


POLIO

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Nina SelviaArtha, M.Kep

DISUSUN OLEH :

Meliza Ningsih

P031914472011

POLTEKES KEMENKES RIAU


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
DILUAR KAMPUS UTAMA

TAHUN AJARAN 2020/2022


BAB I

PENDAHULUAN

1) Latar Belakang

Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebebkan oleh virus.
Polio menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total
dalam hitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan
berkembang biak dalam usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit
kepala, muntah, kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari
200 infeksi menyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki), diantara
mereka yang lumpuh, 5% - 10% meninggal ketika otot pernafasan mereka
lumpuh.

Di Indonesia banyak dijumpai penyakit polio terutama pada anak-anak


disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Selain asupan gizi juga dapat
dipengaruhi oleh faktor keturunan dari orang tua, apalagi dengan kondisi
negeri ini yang masih banyak dijumpai keluarga kurang mampu sehingga
kebutuhan gizi anaknya kurang mendapat perhatian.

Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu dalam


menangani masalah gizi buruk yang masih banyak ditemui khususnya di
daerah terpencil atau yang jauh dari fasilitas pemerintah, sehinggasulit
terjangkau oleh masyarakat pinggiran. Kalau hal ini tidak mendapat
perhatian, maka akan lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang menderita
penyakit polio.

2) Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep Poliomyelitis?
2) Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien Poliomyelitis?
3) Tujuan
1) Untuk menjelaskan konsep Poliomyelitis
2) Untuk menjelaskan asuhan keperawatan dengan pasien Poliomyelitis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Poliomyelitis
1) Definisi
Poliomyelitis atau polio adalah penyakit menular yang
dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak
antar manusia.virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika
seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda
dan amt menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan
dapat terjadi dalam hitungan jam.polio menyerang tanpa mengenal usia,
lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hinga 5 tahun.
Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.

Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar


penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak
tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena
infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat
itulah dapat terjadi penularan virus.

Poliomyelitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh


virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang
belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian
susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.

Poliomilitis atau polio adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang


disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi
saluran usu. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke
sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang terjadi
kelumpuhan (paralysis).
2) Etiologi
Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
- Tipe I Brunhilde
- Tipe II Lansing dan
- Tipe III Leoninya
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan
ganas, tipe II kadang-kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang
tipe III menyebabkan epidemic ringan.
Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II
dan III dan virus ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Tipe 1 seperti yang ditemukan di Sukabumi adalah yang paling
ganas (paralitogenik) dan sering menyebabkan kejadian luar biasa atau
wabah. Sedangkan tipe 2 paling jinak.
Penularan virus terjadi melalui:
1. Secara langsung dari orang ke orang
2. Melalui tinja penderita
3. Melalui percikan ludah penderita
Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam
tenggorokan dan saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui
system pembuluh darah dan getah bening. Resiko terjadinya Polio:

1. Belum mendapatkan imunisasi.


2. Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
3. Usia sangat muda dan usia lanjut
4. Stres atau kelehahan fisik yang luar biasa (karena stress emosi dan
fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh).

3) Patofisiologi
Virus biasanya memasuki tubuh melalui rongga orofaring dan
berkembang biak dalam traktus digestivus, kelenjar getah bening regional
dan system retikuloendoteal dalam keadaan ini timbul :
1. Perkembangan virus sehingga tubuh akan membentuk antibody
spesifik.
2. Apabila zat antibody dalam tubuh mencukupi dan cepat maka virus
akan dinetralisasi sehingga hanya timbul gejala klinik yang ringan atau
tidak timbul gejala sama sekali sehingga tubuh timbul imunitas
terhadap virus tersebut.
3. Dan apabila proliferasi virus lebih cepat dari pembentukan zat antibody
tersebut maka akan timbul gejala klinik atau viremia  kemudian virus
akan terdapat dalam faeses penderita dalam beberapa minggu lamanya.
Pada umumnya virus yang tertelan akan menginfeksi di epitel
orofaring,tonsil,kelenjar limfe pada leher dan usus kecil/halus. Faring akan
segera terkena setelah virus masuk dan karena virus tahan terhadap asam
lambung maka virus dapat mencapai saluran cerna bagian bawah tanpa
perlu proses in aktivasi. Dari faring setelah bermultiplikasi virus akan
menyebar pada jaringan limfe tonsil yang berlanjut pada aliran limfe dan
pembuluh darah. Virus dapat dideteksi pada nasofaring setelah 24 jam
sampai 3-4 minggu. Infeksi susunan saraf pusat dapat terjadi akibat
viremia yang menyusul replikasi cepat virus ini. Virus polio menempel
dan berkembang biak pada sel usus yang mengandung PVR (Polio Virus
Reseptor) dalam waktu sekitar 3 jam setelah infeksi telah terjadi
kolonisasi. Sel yang mengandung PVR tidak hanya di usus dan tenggorok
saja akan tetapi terdapat di sel monosit dan sel neuro motor di SSP, sekali
terjadi perkaitan antara virion dan replikator akan terjadi integrasi RNA ke
dalam virion berjalan cepat sehingga dari infeksi sampai pelepasan virion
baru hanya memerlukan waktu 4-5 jam. Sedang virus yang bereplikasi
secara lokal kemudian menyebar pada monosit dan kelenjar limfe yang
terkait. Perlekatan dan penetrasi virus dapat dihambat oleh secretory IgA
lokal, kejadian neuropati pada poliomyelitis merupakan akibat langsung
dari multiplikasi virus di jaringan saraf,itu merupakan gejala yang
patognomonik namun tidak semua saraf yang terkena akan mati keadaan
reversibillitas fungsi sebagian disebabkan karena sprouting dan seolah
kembali seperti sediakala dalam waktu 3-4 minggu setelah onset. Terdapat
kelainan perivaskular dan infiltrasi interstisiel sel glia, secara histology
pada umumnya kerusakan saraf yang terjadi luas namun tidak sejalan
dengan gejala klinisnya.

4) Manifestasi Klinis
Dalam tanda dan gejalanyaPoliomyelitis terbagi menjadi empat
bagian yaitu:
1. Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis: setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala
klinik sama sekali.
2. Poliomyelitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat
C,sakit tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring
terlihat hiperemi.Dan gejala ini berlangsung beberapa hari.
3. Poliomyelitis non paralitik
Gejala klinis:hamper sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini
timbul beberapa hari kadang-kadang diikuti masa penyembuhan
sementara untuk kemudian masuk dalam fase kedua dengan
demam,nyeri otot.
Khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku otot belakang
leher,tulang tubuh dan anggota gerak.Dan gejala ini berlangsung dari
2-10 hari.
Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2
minggu), antarab lain : demam sedang, sakit kepala, kaku kuduk,
muntah, diare, kelelahan yang luar biasa, rewel, nyeri atau kaku
punggung, lengan, tungkai, perut; kejang dan nyeri otot, nyeri leher,
nyeri leher bagian depan, kaku kuduk, nyeri punggung, nyeri tungkai
(otot betis), ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri, kekakuan
otot.
4. Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.
Awalnya berupa gejala abortif diikuti dengan membaiknya keadaan
selama 1-7 hari. Kemudian disusun dengan timbulnya gejala lebih
berat disertai dengan tanda-tanda gangguan saraf yang terjadi pada
ekstremitas inferior yang terdapat pada femoris, tibialis anterior,
peronius. Sedangkan pada ekstermitas atas biasanya pada biseps
dan triseps. Pada poliomielitis paralitik terjadi demam timbul 5-7
hari sebelum gejala lainnya, sakit kepala, kaku kuduk dan
punggung, kelemahan otot asimetrik, onsetnya cepat, segera
berkembang menjadi kelumpuhan, lokasinya tergantung kepada
bagian korda spinalis yang terkena, perasaan ganjil/aneh di daerah
yang terkena (seperti tertusuk jarum), peka terhadap sentuhan
(sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri), sulit untuk memulai
proses berkemih, , sembelit, perut kembung, gangguan menelan,
nyeri otot, kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung,
ngiler, gangguan pernafasan, rewel atau tidak dapat mengendalikan
emosi, refleks Babinski positif.
Pada post polio syndrome ditandai dengan kelemahan dan
nyeri otot dan sendi yang progresif, gangguan menelan atau
pernafasan, gangguan pernafasan saat tidur (sleep apnea), tidak
tahan suhu lingkungan yang dingin, semakin melemahnya otot
yang sebelumnya terkena polio, atropi otot, nyeri sendi dan
kelainan bentuk tulang seperti skoliosis, mengalami atropi otot
spinal walaupun jarang, timbul sklerosis lateral amiotofik.

5) Komplikasi
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis

6) Penularan
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di
tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan
disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
 Fekal-oral (dari tinja ke mulut). Maksudnya, melalui minuman atau
makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita
lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
 Oral-oral (dari mulut ke mulut) yaitu melalui percikan ludah atau air
liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Secara ringkas, cara penularannya dapat melalui:
a. Inhalasi
b. Makanan atau minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain

7) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah
- Cairan serebrospinal
- Isolasi virus polio
2. Pemeriksaan radiologi

8) Penatalaksanaan Medis
a) Poliomielitis Aboratif
 Diberikan analgetik dan sedative
 Diet adekuat
 Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya
dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian
diperiksa neurskeletal secara teliti.
b) Poliomielitis Non Paralitik
 Sama seperti abortif
 Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan
kompres hangat selama 15-30 menit setiap 2-4 jam.
c) Poliomielitis Paralitik
 Perawatan di rumah sakit
 Istirahat total
 Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
 Fisioterapi
 Akupuntur
 Interferon
d) Poliomielitis Asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif
diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan
aktifitas dapat dimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi
dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pengawasan
yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Polio


1. Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin,
status pernikahan, agama, dan pekerjaan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama
Pada pasien dengan polio biasanya terdapat keluhan utama yaitu
panas disertai sakit kepala, terdapat juga nyeri pada pinggung
dan sendi.
2) Riwayat kesehatan terdahulu
a) penyakit waktu kecil
b) pernah MRS
c) alergi
d) imunisasi
3) Riwayat kesehatan keluarga
a) penyakit waktu kecil
b) pernah MRS
c) alergi
d) imunisasi
4) Riwayat antenatal
a) Keluhan selama hamil
b) ANC
5) Riwayat natal
a) Umur kehamilan
b) Jenis kehamilan
c) Keadaan bayi
d) Penyakit saat persalinan
6) Riwayat neonatal
a) Kondisi bayi
b) BB waktu lahir
c) Tb waktu lahir
7) Riwayat Gizi
a) Pemberian ASI
b) Pemberian MPASI
c) Makan sehari-hari
8) Riwayat Psikososial
a) Yang mengasuh
b) Hubungan dengan keluarga
c) Hubungan dengan lingkungan sekitar
9) Riwayat Tumbuh Kembang
a) Mengangkat kepala
b) Tengkurap
c) Duduk
d) Gigi tumbuh pertama
e) Merangkak
f) Berdiri
g) Berjlan dituntun
h) Berjalan berpegangan
i) Berjalan sendiri
j) Berbicara
k) Tidak mengompol
c. Pengkajian 11 pola gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan, Perawat perlu mengkaji bagaimana
klien/keluarga pasien memandang penyakit yang dideritanya,
apakah klien/keluarga pasien tau apa penyebab penyakitnya
sekarang, pernah atau tidak menerima vaksin polio
2) Pola nutrisi dan metabolik, Biasanya pada pasien
berkurangnya nafsu makan, mual, muntah.
3) Pola eliminasi, Biasanya pasien mengalami konstipasi
4) Pola latihan /aktititas, Biasaya pada pasien polio akan
mengalami keterbatasan aktifitas akibat nyeri sendi, malaise,
paralisis
5) Pola istirahat tidur Pasien, Diduga mengalami gangguan
tidur dikarenakan klien mengalami nyeri sendidan sering
terbangun karena mual.
6) Pola persepsi kognitif, Biasanya tidak terjadi Perubahan
status mental
7) Pola persepsi diri, Pasien belum mampu memaparkan konsep
dirinya.
8) Pola koping dan toleransi stress, Pasien belum mampu
memaparkan secara tepat keadaan jiwanya
9) Pola peran hubungan, Biasanya pasien mengalami Perubahan
pada interaksi keluarga/Orang terdekat, aktifitas meningkat
tetapi terganggu. Atau menutup diri karenagangguan citra
diri.
10) Pola reproduksi seksual, Biasanya pasien tidak mengalami
masalah reproduksi
11) Pola keyakinan, Kaji apakah ada pantangan agama dalam
proses pengobatan klien

d. Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing) : sleep apnea
B2 (Blood) : demam
B3 (Brain) : nyeri kepala, kaku kuduk, reflek babinski positif
B4 (Bladder) : kadang sulit mulai berkemih
B5 (Bowel) : perut kembung, gangguan menelan, ngiler
B6 (Bone) : reflek tendon berkurang, paralisis anggota gerak baik
salah satu sisi maupun keduanya, nyeri otot, kejang otot

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Defisit Nutrisi Berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
4. Hipertermia Berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
5. Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan penurunan kendali
otot
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
(SDKI)
(SLKI) (SIKI)
1 (D. 0080) (L. 09093) Tingkat Ansietas (I.09314) Reduksi Insietas
Ansietas Tujuan : Observasi :
berhubungan Setelah dilakukan perawatan - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
dengan krisis 3x24 jam diharapkan tingkat - Identifikasi kemmapuan mengambil
situasional ansietas menurun , dengan keputusan
kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda ansietas
2. Konsentrasi membaik Teraupetik :
3. Pola tidur membaik - Ciptakan suasana teraupetik untuk
4. Perilaku gelisah menurun menumbuhkan kepercayaan
5. Verbalisasi khawatir - Temani pasien untuk mengurangi
akibat kondisi yang kecemasan jika memungkinkan
dihadapi - Pahami situasi yang membuat ansietas
6. Perilaku tegang - Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Verbalisasi kebingungan - Gunakan pendekatan yang tenang dan
menyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi :
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
- Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarag untuk tetap bersama
pasien
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
2 (D. 0077) Nyeri (L.) Tingkat Nyeri (I.08238) Manajemen Nyeri
Akut Tujuan : Observasi:
berhubungan Setelah dilakukan perawatan Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan agen 3x24 jam diharapkan tingkat frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
pencedera nyeri menurun , dengan - Identifikasi skala nyeri
fisiologis kriteria hasil : - Identifikasi respon snyeri non verbal
1. Frekuensi nadi membaik - Identifikasi faktor yang memperberat dan
2. Pola nafas membaik memperingan nyeri
3. Keluhan nyeri menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
4. Meringis menurun tentang nyeri
5. Gelisah menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
6. Kesulitan tidur hidup
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Teraupetik :
- Berikan teknik non farmokologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologi suntuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3 (D. 0019) Defisit (L.) Status Nutrisi (I.) Manajemen Nutrisi
Nutrisi Tujuan: Observasi:
Berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi status nutrisi
dengan keperawatan 3x24 jam - Identifikasi alergi dan intoleransi
ketidakmampuan diharapkan status nutrisi makanan
mencerna terpenuhi dengan kriteria - Identifikasi perlunya penggunaan selang
makanan hasil : nasogastric
1.Porsi makanan yang - Monitor asupan makanan
dihabiskan meningkat - Monitor berat badan
2.Berat badan meningkat Teraupetik:
3.Frekuensi makan meningkat - Lakukan oral hygine sebelum makan,
4.Nafsu makan meningkat jika perlu
5.Perasaan cepat kenyang - Sajikan makanan secara menarik dan
meningkat suhu yang sesuai
- Hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi:
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
(I.) Promosi berat badan
Observasi:
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
- Monitor adanya mual dan muntah
Teraupetik:
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
- Berikan pujian kepada pasien untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi:
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, terjangkau.
4 (D.0130) (L.14134) Termogulasi (I.) Manajemen Hipertermia
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Observasi:
Berhubungan keperawatan 1x8 jam - Identifikasi penyebab hipertermia
dengan proses diharapkan suhu tubuh tetap (mis.dehidrasi, terpapar lingkungan
penyakit (infeksi) berada pada rentang normal panas)
dengan kriteria hasil : - Monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun - Monitor kadar elektrolit
2. Suhu tubuh membaik - Monitor haluaran urine
3. Suhu kulit membaik - Monitor komplikasi akibat hipertermia
Teraupetik:
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
5 (D.0054) (L.05042) mobilitas fisik (I.05173 ) Dukungan Mobilisasi
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
mobilitas fisik keperawatan 3x24 jam - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
Berhubungan diharapkan mobilitas fisik fisik lainnya.
dengan penurunan meningkat dengan kriteria - Identifikasi toleransi fisik melakukan
kendali otot hasil : pergerakan
1. Pergerakan ekstemitas - Monitor frekuensi jantung dan tekanan
meningkat darah sebelum memulai mobilisasi
2. Kekuatan otot meningkat Teraupetik:
3. Nyeri menurun - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
4. Kaku sendiri menurun bantu
5. Gerakan terbatas menurun - Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
6. Kelemahan fisik menurun perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajrkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (misalnya duduk ditempat
tidur).

4. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
meliputi peningkatan kesehatan atau penceglahan penyakit, pemulihan
kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan
dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan,
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan
perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien, dan
memprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicacat ke dalam
format yang telah ditetapkan oleh institusi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk
melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah
berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat untukk
memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa
perncanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperawatan, tetapi evaluasi merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga
perlu dievaluasi untuk menetukan apakah realistis dapat dicapai dan
efektif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat
merusak sistem saraf dan menyebabkan paralisis. Penyakit ini sering terjadi
pada anak- anak dibawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti
demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot. Kadang- kadang hanya
satu atau beberapa tanda tersebut, namun seringkali sebagian tubuh menjadi
lemah dan lumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini sering terjadi pada salah satu
atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil
dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis sendiri . Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan,
karena penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna.dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran itu dari
pembaca.untuk penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medical Bedah vol.3, EGC

Donna L Wong,Pedoman Klinik Perawatan Pediatrik,EGC 2003

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1987. Ilmu Penyakit Kulit Dan


Kelamin edisi 5. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

Graham-Brown, Robin. 2010. Dermatologi Dasar: untuk Praktek Klinik. Jakarta :


EGC.

Hayes, Peter. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC

Ngastiyah,2005,Perawatan Anak Sakit,EGC

Anda mungkin juga menyukai