DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
Meliza Ningsih
P031914472011
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebebkan oleh virus.
Polio menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total
dalam hitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan
berkembang biak dalam usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit
kepala, muntah, kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari
200 infeksi menyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki), diantara
mereka yang lumpuh, 5% - 10% meninggal ketika otot pernafasan mereka
lumpuh.
2) Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep Poliomyelitis?
2) Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien Poliomyelitis?
3) Tujuan
1) Untuk menjelaskan konsep Poliomyelitis
2) Untuk menjelaskan asuhan keperawatan dengan pasien Poliomyelitis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Poliomyelitis
1) Definisi
Poliomyelitis atau polio adalah penyakit menular yang
dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak
antar manusia.virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika
seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda
dan amt menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan
dapat terjadi dalam hitungan jam.polio menyerang tanpa mengenal usia,
lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hinga 5 tahun.
Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.
3) Patofisiologi
Virus biasanya memasuki tubuh melalui rongga orofaring dan
berkembang biak dalam traktus digestivus, kelenjar getah bening regional
dan system retikuloendoteal dalam keadaan ini timbul :
1. Perkembangan virus sehingga tubuh akan membentuk antibody
spesifik.
2. Apabila zat antibody dalam tubuh mencukupi dan cepat maka virus
akan dinetralisasi sehingga hanya timbul gejala klinik yang ringan atau
tidak timbul gejala sama sekali sehingga tubuh timbul imunitas
terhadap virus tersebut.
3. Dan apabila proliferasi virus lebih cepat dari pembentukan zat antibody
tersebut maka akan timbul gejala klinik atau viremia kemudian virus
akan terdapat dalam faeses penderita dalam beberapa minggu lamanya.
Pada umumnya virus yang tertelan akan menginfeksi di epitel
orofaring,tonsil,kelenjar limfe pada leher dan usus kecil/halus. Faring akan
segera terkena setelah virus masuk dan karena virus tahan terhadap asam
lambung maka virus dapat mencapai saluran cerna bagian bawah tanpa
perlu proses in aktivasi. Dari faring setelah bermultiplikasi virus akan
menyebar pada jaringan limfe tonsil yang berlanjut pada aliran limfe dan
pembuluh darah. Virus dapat dideteksi pada nasofaring setelah 24 jam
sampai 3-4 minggu. Infeksi susunan saraf pusat dapat terjadi akibat
viremia yang menyusul replikasi cepat virus ini. Virus polio menempel
dan berkembang biak pada sel usus yang mengandung PVR (Polio Virus
Reseptor) dalam waktu sekitar 3 jam setelah infeksi telah terjadi
kolonisasi. Sel yang mengandung PVR tidak hanya di usus dan tenggorok
saja akan tetapi terdapat di sel monosit dan sel neuro motor di SSP, sekali
terjadi perkaitan antara virion dan replikator akan terjadi integrasi RNA ke
dalam virion berjalan cepat sehingga dari infeksi sampai pelepasan virion
baru hanya memerlukan waktu 4-5 jam. Sedang virus yang bereplikasi
secara lokal kemudian menyebar pada monosit dan kelenjar limfe yang
terkait. Perlekatan dan penetrasi virus dapat dihambat oleh secretory IgA
lokal, kejadian neuropati pada poliomyelitis merupakan akibat langsung
dari multiplikasi virus di jaringan saraf,itu merupakan gejala yang
patognomonik namun tidak semua saraf yang terkena akan mati keadaan
reversibillitas fungsi sebagian disebabkan karena sprouting dan seolah
kembali seperti sediakala dalam waktu 3-4 minggu setelah onset. Terdapat
kelainan perivaskular dan infiltrasi interstisiel sel glia, secara histology
pada umumnya kerusakan saraf yang terjadi luas namun tidak sejalan
dengan gejala klinisnya.
4) Manifestasi Klinis
Dalam tanda dan gejalanyaPoliomyelitis terbagi menjadi empat
bagian yaitu:
1. Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis: setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala
klinik sama sekali.
2. Poliomyelitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat
C,sakit tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring
terlihat hiperemi.Dan gejala ini berlangsung beberapa hari.
3. Poliomyelitis non paralitik
Gejala klinis:hamper sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini
timbul beberapa hari kadang-kadang diikuti masa penyembuhan
sementara untuk kemudian masuk dalam fase kedua dengan
demam,nyeri otot.
Khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku otot belakang
leher,tulang tubuh dan anggota gerak.Dan gejala ini berlangsung dari
2-10 hari.
Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2
minggu), antarab lain : demam sedang, sakit kepala, kaku kuduk,
muntah, diare, kelelahan yang luar biasa, rewel, nyeri atau kaku
punggung, lengan, tungkai, perut; kejang dan nyeri otot, nyeri leher,
nyeri leher bagian depan, kaku kuduk, nyeri punggung, nyeri tungkai
(otot betis), ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri, kekakuan
otot.
4. Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.
Awalnya berupa gejala abortif diikuti dengan membaiknya keadaan
selama 1-7 hari. Kemudian disusun dengan timbulnya gejala lebih
berat disertai dengan tanda-tanda gangguan saraf yang terjadi pada
ekstremitas inferior yang terdapat pada femoris, tibialis anterior,
peronius. Sedangkan pada ekstermitas atas biasanya pada biseps
dan triseps. Pada poliomielitis paralitik terjadi demam timbul 5-7
hari sebelum gejala lainnya, sakit kepala, kaku kuduk dan
punggung, kelemahan otot asimetrik, onsetnya cepat, segera
berkembang menjadi kelumpuhan, lokasinya tergantung kepada
bagian korda spinalis yang terkena, perasaan ganjil/aneh di daerah
yang terkena (seperti tertusuk jarum), peka terhadap sentuhan
(sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri), sulit untuk memulai
proses berkemih, , sembelit, perut kembung, gangguan menelan,
nyeri otot, kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung,
ngiler, gangguan pernafasan, rewel atau tidak dapat mengendalikan
emosi, refleks Babinski positif.
Pada post polio syndrome ditandai dengan kelemahan dan
nyeri otot dan sendi yang progresif, gangguan menelan atau
pernafasan, gangguan pernafasan saat tidur (sleep apnea), tidak
tahan suhu lingkungan yang dingin, semakin melemahnya otot
yang sebelumnya terkena polio, atropi otot, nyeri sendi dan
kelainan bentuk tulang seperti skoliosis, mengalami atropi otot
spinal walaupun jarang, timbul sklerosis lateral amiotofik.
5) Komplikasi
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis
6) Penularan
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di
tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan
disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
Fekal-oral (dari tinja ke mulut). Maksudnya, melalui minuman atau
makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita
lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
Oral-oral (dari mulut ke mulut) yaitu melalui percikan ludah atau air
liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Secara ringkas, cara penularannya dapat melalui:
a. Inhalasi
b. Makanan atau minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain
7) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah
- Cairan serebrospinal
- Isolasi virus polio
2. Pemeriksaan radiologi
8) Penatalaksanaan Medis
a) Poliomielitis Aboratif
Diberikan analgetik dan sedative
Diet adekuat
Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya
dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian
diperiksa neurskeletal secara teliti.
b) Poliomielitis Non Paralitik
Sama seperti abortif
Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan
kompres hangat selama 15-30 menit setiap 2-4 jam.
c) Poliomielitis Paralitik
Perawatan di rumah sakit
Istirahat total
Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
Fisioterapi
Akupuntur
Interferon
d) Poliomielitis Asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif
diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan
aktifitas dapat dimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi
dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pengawasan
yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
d. Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing) : sleep apnea
B2 (Blood) : demam
B3 (Brain) : nyeri kepala, kaku kuduk, reflek babinski positif
B4 (Bladder) : kadang sulit mulai berkemih
B5 (Bowel) : perut kembung, gangguan menelan, ngiler
B6 (Bone) : reflek tendon berkurang, paralisis anggota gerak baik
salah satu sisi maupun keduanya, nyeri otot, kejang otot
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Defisit Nutrisi Berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
4. Hipertermia Berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
5. Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan penurunan kendali
otot
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
meliputi peningkatan kesehatan atau penceglahan penyakit, pemulihan
kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan
dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan,
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan
perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien, dan
memprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicacat ke dalam
format yang telah ditetapkan oleh institusi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk
melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah
berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat untukk
memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa
perncanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperawatan, tetapi evaluasi merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga
perlu dievaluasi untuk menetukan apakah realistis dapat dicapai dan
efektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat
merusak sistem saraf dan menyebabkan paralisis. Penyakit ini sering terjadi
pada anak- anak dibawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti
demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot. Kadang- kadang hanya
satu atau beberapa tanda tersebut, namun seringkali sebagian tubuh menjadi
lemah dan lumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini sering terjadi pada salah satu
atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil
dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis sendiri . Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan,
karena penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna.dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran itu dari
pembaca.untuk penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hayes, Peter. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC