Anda di halaman 1dari 37

OLEH :

NAMA : NURUL FITRIAH

TINGKAT : II A
DAFTAR ISI

Halamanjudul

KATA PENGANTAR

Daftarisi

BAB I PENDAHULUAN

a. Latarbelakang
b. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan
b. saran

Daftarpustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Tahun 1840 Heine untuk pertama kali mengumpulkan beberapa kasus

poliomielitis di Jerman. Tahun 1890 Medin di Stockholm mengemukakan

gambaran epidemi poliomielitis. Atas jasa- jasa penemuan kedua sarjana ini, maka

penyakit tersebut juga disebut Heine – Medin.

Paul (1955) mengemukakan bahwa 40-50 tahun yang lalu di Eropa Utara

terdapat penderita poliomyelitis terbanyak pada umur 0-4 tahun, kemudian

berubah menjadi 5-9 tahun dan kini di Swedia pada umur 7-15 tahun, bahkan

akhir-akhir ini pada usia 15-25 tahun.

Goar (1955) dalam uraiannya tentang poliomyelitis di negeri yang baru

berkembang dengan sanitasi yang buruk berkesimpulan bahwa didaerah-daerah

tersebut pada epidemi poliomyelitis ditemukan 90% pada anak dibawah umur 5

tahun ini disebabkan penduduk telah mendapatkan infeksi atau imunitas pada

masa anak.

Di Indonesia penyakit poliomyelitis pada orang dewasa jarang terjadi. Di

bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM-FKUI Jakarta antara tahun 1953-1957

terdapat 21 pasien yang dirawat , 2/3 diantaranya berumur 1-5 tahun.


Keinginan melaksanakan eradikasi polio secara global dimulai saat pertemuan

WHO pada tahun 1988 yang mencanangkan bebas penyakit polio tahun 2000,

dalam program ERAPO (Eradikasi Polio) ini, pemerintah Indonesia membuat

kebijaksanaan dengan mengambil strategi:

 Meningkatkan cakupan imunisasi OPV secara rutin

 Melaksanakan pecan imunisasi nasional (PIN)

 Melakukan moving up didaerah-daerah yang masih dijumpai transmisi virus

volio liar (wild virus)

 Melaksanakan surveilans AFP (Accute Flacid Paralysis)

B.       Tujuan

1.    Tujuan Umum

Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara umum untuk

mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Poliomielitis

2.    Tujuan Khusus

Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara khusus adalah

sebagai berikut:

a.    Untuk mengetahui tentang konsep dasar medis mengenai poliomyelitis.

b.    Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan mengenai poliomyelitis.


BAB II

PEMBAHASAN

A.      Konsep Dasar Medis

1.    Definisi

Poliomyelitis adalah radang akut pada sumsum tulang belakang karena virus,

dengan gejala demam, sakit leher, sakit kepala, muntah, kaku tengkuk dan

punggung, sering kali menyerang tanduk depan zat kelabu sumsum belakang.

Poliomielitis adalah penyakit yang akut disebabkan oleh virus dengan

predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti

motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan saraf tersebut akan

terjadi kelumpuhan serta atropi otot.

Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio

dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut (AFP=Acute

Flaccid Paralysis).

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan

poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini

dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan

melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).


2.      Klasifikasi

Berlainan dengan virus-virus lain yang menyerang susunan saraf, maka

neuropatologi poliomyelitis biasanya patognomomik. Virus hanya menyerang sel-

sel dan daerah tertentu pada susunan saraf. Tidak semua neuron yang terkena

mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali, dapat terjadi

penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala.

Daerah yang biasa terkena poliomyelitis ialah:

1.      Medulla spinalis terutama kornu anterior

2.      Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta

formasio retikularis yang mengandung pusat vital

3.      Serebelum terutama inti-inti pada vermis

4.      Midbrain terutama masa kelabu, substansia nigra dan kadang-kadang

nucleus rubra

5.      Thalamus dan Hipotalamus

6.      Palidum

7.      Korteks serebri, hanya daerah motorik

Klasifikasi poliomyelitis dapat berupa asimtomatis, poliomyelitis abortif,

poliomyelitis non paralitik, poliomyelitis paralitik.


3.    Etiologi

Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi tiga

yaitu :

a.    Brunhilde (virus Tipe 1)

b.    Lansing (virus Tipe 2)

c.    Leon (virus Tipe 3)

Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel, infeksi dapat

terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut yang dapat dibuktikan dengan

ditemukan 3 macam zat anti dalam serum seorang pasien. Epidemik yang luas dan

ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, epidemik yang ringan oleh tipe 3,

kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik.

Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun

dalam deep freezer. Dapat tahan terhadap banyak bahan kimia termasuk

sulfonamida, antibiotika, eter, fenol, dan gliserin. Virus dapat dimusnahkan

dengan cara pengeringan atau dengan pemberian zat oksidator yang kuat seperti

peroksida atau kalium permanganat. Reservoir alamiah satu-satunya ialah manusia

walaupun virus juga terdapat pada sampah atau lalat. Masa inkubasi biasanya

antara 7-10 hari, tetapi kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi 3-35 hari.
4.   Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari poliomyelitis dapat berupa asimtomatis ( silent

infection), poliomyelitis abortif, poliomyelitis non paralitik, dan poliomyelitis

paralitik, Poliomielitis yang terbagi menjadi empat bagian tersebut :

a.    Poliomielitis Asimtomatis

Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan

tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.

b.    Poliomielitis Abortif

Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala

berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala,

nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.

c.    Poliomielitis Non Paralitik

Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala,

nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti

penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase

ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin

disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.

d.   Poliomielitis Paralitik

Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau

lebih kumpulan otot skelet atau kranial. Timbul paralysis akut pada bayi
ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk

gejalanya antara lain :

1)    Bentuk spinal

Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh,

diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.

2)    Bentuk bulbar

Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan

pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.

3)    Bentuk bulbospinal

Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.

4)    Kadang ensepalitik

Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.

Masa inkubasi poliomyelitis umumnya berlangsung selama 6-20 hari dengan

kisaran 3-35 hari. Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi dan

tingkatannya tergantung pada bentuk manifestasi klinisnya. Sekitar 95% dari

semua infeksi polio termasuk sub-klinis tanpa gejala atau asimtomatis.


5.    Patofisiologi

Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan saraf tertentu. Tidak semua

neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat

terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala.

Polio akut disebabkan oleh asam ribonukleat kecil (RNA) virus dari kelompok

enterovirus dari keluarga picornavirus. Inti RNA beruntai tunggal dikelilingi oleh

protein kapsid tanpa amplop lipid, yang membuat virus polio tahan terhadap

pelarut lemak dan stabil pada pH rendah. Tiga antigen strain berbeda diketahui,

dengan tipe I akuntansi untuk 85% dari kasus penyakit lumpuh. Infeksi dengan

satu jenis tidak melindungi dari jenis lain, namun kekebalan untuk masing-masing

3 strain adalah seumur hidup.

Enterovirus dari polio menginfeksi saluran usus manusia terutama melalui

jalur fecal-oral (tangan ke mulut). Virus-virus berkembang biak di mukosa

saluran pencernaan orofaringeal dan rendah selama 1-3 minggu pertama masa

inkubasi.. Virus dapat dikeluarkan dalam air liur dan kotoran selama periode ini,

menyebabkan sebagian besar host-to-host transmisi. Setelah fase awal

pencernaan, virus mengalir ke kelenjar getah bening leher dan mesenterika dan

kemudian ke dalam aliran darah Hanya 5% dari pasien yang terinfeksi memiliki

keterlibatan sistem saraf selektif setelah viremia. Hal ini diyakini bahwa
replikasi di situs extraneural viremia mempertahankan dan meningkatkan

kemungkinan bahwa virus akan memasuki sistem saraf.

Virus polio memasuki sistem saraf dengan baik melintasi penghalang darah-

otak atau dengan transportasi aksonal dari saraf perifer. Hal ini dapat

menyebabkan infeksi sistem saraf dengan melibatkan gyrus precentral,

thalamus, hipothalamus, motor inti batang otak dan sekitarnya formasi reticular,

inti vestibular dan cerebellum, dan neuron dari kolom anterior dan intermediat

sumsum tulang belakang. Sel-sel saraf mengalami khromatolisis pusat bersama

dengan reaksi inflamasi sedangkan perbanyakan virus mendahului timbulnya

kelumpuhan. Karena proses khromatolisis berlangsung lebih lanjut, kelumpuhan

otot atau bahkan atropi muncul bila kurang dari 10% dari neuron bertahan di

segmen kabel yang sesuai. Gliosis terjadi ketika inflamasi menyusup telah

mereda, tetapi neuron yang masih hidup yang paling menunjukkan pemulihan

penuh.
6.    Komplikasi

Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan

terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau

beberapa otot, sering ditemukan. Kadang bagian dari otak yang berfungsi

mengatur pernafasan terserang polio, sehingga terjadi kelemahan atau

kelumpuhan pada otot dada. Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-30

tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebut sindroma post-poliomielitis,

yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan

kelumpuhan. Selain itu ada juga komplikasinya yaitu: Hiperkalsuria, Melena,

Pelebaran lambung akut, Hipertensi ringan, Pneumonia, Ulkus dekubitus dan

emboli paru, Psikosis.


8.      Pemeriksaan Diagnostik

a.    Pemeriksaan Laboratorium

1)   Pemeriksaan darah

Hitung darah lengkap (CBC), karena leukositosis mungkin ada.

2)   Cairan serebrospinal

Cairan cerebrospinal (CSF) tekanan dapat ditingkatkan. Pleositosis (neutrofil

dalam beberapa hari pertama, maka limfosit) dapat dicatat dalam CSF selama

periode sebelum timbulnya kelumpuhan pada polio akut. Kandungan protein CSS

mungkin meningkat sedikit dengan glukosa normal, kecuali pada pasien dengan

kelumpuhan berat, yang mungkin menunjukkan peningkatan protein untuk 100-

300 mg / dL selama beberapa minggu.

3)   Isolasi virus polio

Melakukan pemulihan virus dari tenggorokan mencuci, budaya tinja, biakan

darah, dan budaya CSF. Serta studi virus dalam spesimen tinja sangat penting

untuk diagnosis penyakit polio. Selain itu, juga dapat dengan cara seperti di

bawah ini :

a)    Recover virus dari tenggorokan mencuci pada minggu pertama dan budaya

tinja dari 2-5 minggu pertama.

b)   Dalam kasus yang jarang terjadi, virus dapat diisolasi dari CSF atau serum,

berbeda dengan penyakit lumpuh yang disebabkan oleh enterovirus lainnya.


c)    Tes ini memerlukan tambahan demonstrasi kenaikan 4 kali lipat titer

antibodi virus untuk membuat diagnosis spesifik.

b.    Pemeriksaan Radiologi

Magnetic Resonance Imaging (MRI) mungkin menunjukkan lokalisasi

peradangan pada tanduk anterior sumsum tulang belakang.

9.      Penatalaksanaan

a.    Poliomielitis Abortif

1)   Diberikan analgetik dan sedatif

2)   Diet adekuat

3)   Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah

aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neuroskeletal

secara teliti.

b.    Poliomielitis Non Paralitik

1)   Sama seperti abortif

2)   Selain diberi analgetik dan sedatif dapat dikombinasikan dengan kompres

hangat selama 15–30 menit,setiap 2–4 jam.


c.    Poliomielitis Paralitik

1)   Perawatan dirumah sakit

2)   Istirahat total

3)   Selama fase akut kebersihan mulut dijaga

4)   Fisioterapi

5)   Akupuntur

6)   Interferon

Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi

dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat

dimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak

paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat

terjadi paralysis pernapasan. Selain itu, adapun penatalaksanaan pada fase akut

pada pasien dengan poliomyelitis, yaitu sebagai berikut:

a)    Analgetik untuk rasa nyeri otot.

b)    Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan

pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai.

c)    Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan terganggu

sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak

harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.


d)   Sesudah fase akut, dapat dilakukan Kontraktur atropi dan attoni otot

dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam

hilang.

10.  Pencegahan

Pencegahan bisa dilakukan dengan memberikan imunisasi lengkap di

Posyandu, Puskesmas atau jenis pelayanan kesehatan lainnya. Jenis imunisasi

polio diberikan setelah bayi berumur satu bulan sebanyak empat kali. Imunisasi

polio I pada bulan pertama, imunisasi polio II pada bulan berikutnya, polio III

pada bulan ketiga dan terahir polio IV. Biasanya disertai dengan jenis imunisasi

lainnya seperti DPT, Hepatitis B, BCG dan pada usia 9 bulan dilengkapi dengan

imunisasi campak ( morbili).

Pencegahan yang amat penting dengan perbaikan sanitasi, setiap keluarga

harus memiliki sarana air bersih, sarana sanitasi seperti jamban, pembuangan air

limbah rumah tangga, pembuangan sampah yang tertib.  Dengan mewujudkan

rumah sehat dan lingkungan yang sehat maka  akan dapat mencegah penyakit

berbasis lingkungan termasuk polio.


11.  Prognosis

Bergantung pada beratnya penyakit. Pada bentuk paralitik sesuai dengan

bagian yang mana yang terkena. Bentuk spinal dengan paralisis pernapasan dapat

ditolong dengan bantuan pernapasan buatan. Tipe bulbar prognosisnya buruk,

kematian biasanya karena kegagalan fungsi pusat pernapasan atau infeksi

sekunder pada jalan napas. Otot-otot yang lumpuh dan tidak pulih kembali

menunjukkan paralisis tipe flasid dengan atonia, refleksi dan degenerasi.

Komplikasi residual paralisis tersebut ialah kontraktur terutama sendi subluksasi

bila otot yang terkena sekitar sendi, perubahan trofik oleh sirkulasi yang kurang

sempurna hingga mudah terjadi ulserasi. Pada keadaan ini, diberikan pengobatan

secara ortopedik.
B.       Konsep Dasar Keperawatan

1.    Pengkajian

a.    Riwayat kesehatan

Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas

b.    Pemeriksaan fisik

1)   Nyeri kepala

2)   Paralisis

3)   Refleks tendon berkurang

4)   Kaku kuduk

5)   Brudzinky

2.    Diagnosa Keperawatan

a.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis

b.   Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang sistem saraf

c.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual muntah

d.   Ansietas berhubungan dengan penurunan status kesehatan

e.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi


3.    Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Gang. Mobilitas Setelah dilakukan
ü  Tentukan aktivitas yang

fisik b/d asuhan keperawatan


akan diberikan
paralisis selama 3x24 jam,
ü  Identifikasi factor-
diharapkan klien

mampu melakukan faktor yang

aktivitas lain sebagai


mempengaruhi
pengganti
kemampuan untuk aktif
pergerakan, menjaga

kestabilan postur,
ü  Evaluasi kemampuan

dengan kriteria hasil:


untuk melakukan
ü  Dapat mengikuti
mobilisasi
latihan yang

diberikan

ü  Dapat meminimalisir

tremor dalam

melakukan

pergerakan

-
Nyeri b/d proses Setelah dilakukan
ü  Kaji tanda-tanda nyeri

asuhan keperawatan
infeksi yang ü  Kaji factor-faktor
selama 3x24 jam,
menyerang penyebab terjadinya
diharapkan klien

sistem saraf mampu melakukan nyeri

mengontrol nyeri,
ü  Ajarkan tehnik
dengan kriteria hasil: manajemen nyeri

ü  Menjelaskan factor
ü  Kolaborasikan dalam
penyebab nyeri
pemberian analgesik
ü  Mengikuti pengobatan

yang diberikan

ü  Mengontrol nyeri

secara mandiri

Perubahan nutrisi Setelah dilakukan


ü  Awasi mual dan muntah

asuhan
keperawatan
kurang dari ü  Pantau masukan albumin
selama 3x24 jam,
kebutuhan tubuh dan protein
diharapkan

berhubungan perubahan nutrisi


ü  Awasi preferensi dan

membaik, dengan
dengan anoreksia, pilihan makanan
kriteria hasil:
mual muntah ü  Berikan
ü  Mual muntah

kondisi/lingkungan yang
berkurang

nyaman pada saat makan


ü  Intake output adekuat

ü  Catat perubahan

signifikan terhadap

status gizi
TEORI DASAR PROMOSI KESEHATAN

A. PENGERTIAN

Promosi kesehatan adalah suatu proses pemberdayaan atau mendirikan

masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya

melalui peningkatan kemauan, kemampuan dan lingkungan yang sehat.

Promosi kesehatan mencakup aspek-aspek yaitu :

 Aspek perilaku merupakan salah satu upaya untuk mendorong dan

membangkitkan kesadaran suatu potensi yang dimiliki masyarakat agar

memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Aspek lingkungan merupakan suasana yang mempengaruhi perkembangan

perilaku yang berhubungan dengan aspek sosial dan aspek ekonomi.

Aspek sosial hal ini dapat terwujud apabila seseorang mampu

berkomunikasi dan berinteraksi secara baik dengan orang lain dan

kelompok orang tertentu.

 Aspek ekonomi hal ini dapat terwujud apabila seseorang memiliki suatu

kegiatan yang dapat menghasilkan penghasilan terhadap hidupnya sendiri

dan keluarganya.

B. UPAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan adalah suatu kegiatan memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Upaya

kesehatan mencakup upaya pemeliharaan kesehatan dan upaya peningkatan

kesehatan.

Upaya pemeliharaan kesehatan mencakup 2 aspek :

1. Kuratif yaitu merupakan bagian dari pengobatan suatu penyakit. Tujuan

pada tingkat ini agar para penderita penyakit (penyakit kronis) tidak

menjadi lebih parah.

2. Rehabilitatif yaitu merupakan pemulihan kesehatan. Tujuan utama pada

tingkatan ini adalah agar kelompok seseorang yang baru sembuh sakit

dapat pulih kembali kesehatannya, mencegah dan memulihkan kecacatan

akibat penyakitnya.

Upaya peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek :

1. Promotif yaitu suatu upaya untuk meningkatkan kesehatan itu sendiri.

Sasarannya adalah kelompok orang sehat, dengan tujuan agar seseorang

mampu meningkatkan kesehatannya.

2. Preventif yaitu suatu upaya untuk mencegah penyakit. Tujuan dari

promosi kesehatan tingkat ini, untuk mencegah kelompok orang sehat dan

kelompok yang beresiko tinggi terhadap suatu penyakit agar tidak jatuh

terserang penyakit.

Sifat upaya penyelenggaraan kesehatan dibedakan menjadi 3 yaitu:


a. Sarana pelayanan kesehatan primer (primary care)

Adalah sarana atau pelayanan kesehatan bagi kasus-kasus atau penyakit-

penyakit ringan.

Contohnya : Puskesmas, Poliklinik, dokter praktek swasta.

b. Sarana pelayanan kesehatan sekunder (secondary care)

Adalah sarana atau pelayanan kesehatan rujukan dari kasus-kasus atau

penyakit-penyakit dari pelayanan kesehatan primer.

Contohnya : Puskesmas dengan rawat inap (Puskesmas RI), Rumah Sakit

Kabupaten, Rumah Bersalin.

c. Sarana pelayanan Kesehatan tingkat tiga (tertiary care)

Adalah sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak

dapat ditangani oleh sarana-sarana pelayanan kesehatan primer.

Contohnya : Rumah Sakit Provinsi.


C. TUJUAN PROMOSI

1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam

membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat

2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan

sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

D. SASARAN

Sasaran promosi kesehatan adalah :

o Indvidu atau keluarga

Dengan diberikannya promosi kesehatan individu diharapkan memperoleh

informasi baik secara langsung ataupun melalui berbagai media, mempunyai

kemampun untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya,

dapat melakukan tindakan hidup bersih dan lingkungan yang sehat, ikut

berperan dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan kesehatan.

o Masyarakat atau LSM

Diharapkan dapat mengembangkan upaya peningkatan kesehatan dan saling

bekerjasama serta saling membantu untuk mewujudkan lingkungan sehat.

o Lembaga pemerintah
Diharapkan dapat perduli dan mndukung upaya mengembangkan perilaku

sehat dan lingkungan sehat, membuat kebijakan yang berhubungan dengan

bidang kesehatan.

o Institusi

Diharapkan dapat meningkatkan mutu kesehatan yang dapat memeberi

kepuasan pada masyarakat.

E. VISI DAN MISI PROMOSI KESEHATAN

• VISI :

Meningkatkan kemampuan masyarakat unruk meningkatkan dan memelihara

kesehatannya.

• MISI :

Melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan.

Upaya untuk mencapai visi dan misi promosi kesehatan yaitu:

1. Advokad

Upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan dan keputsan dari

para pembuat keputusan untuk langsung membuat pemecahan satu

masalah.
2. Menjembatani

Promosi kesehatan merupakan perekat kemitraan di bidang pelayanan

kesehatan dan membina suasana yang kondusif demi terwujudnya Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat.

3. Memampukan

Memampukan untuk memberikan ketrampilan kepada masyarakat, agar

mandiri di bidang kesehatan dengan melakukan penyuluhan pendidikan,

pelatihan, dan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk

hidup bersih dan sehat.

E. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Yaitu cara untuk mencapai visi dan misi promosi kesehatan, diantaranya

yaitu:

a. Advokasi

Adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan di berbagai sector

sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang

kita inginkan.

b. Dukungan Sosial

Tujuannya adalah untuk mencari dukungan social melalui tokoh-tokoh

masyarakat untuk mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara


dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

Misalnya : dukungan sosial berupa seminar, bimbingan kepada tokoh

masyarakat.

c. Pemberdayaan Masyarakat

Suatu kegiatan promosi kesehatan promosi kesehatan yang diberikan

secara langsung dapat membuat masyarakat mewujudkan kemampuannya

untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan mereka.

Misalnya : penyuluhan kesehatan

Strategi Promosi Kesehatan tersebut di atas diarahkan untuk:

Mengembangkan kebijaksanaan guna mewujudkan masyarakat yang sehat. 

Membina suasana, iklim dan lingkungan yang mendukung. 

Memperkuat, mendukung dan mendorong kegiatan masyarakat. 

Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan perorangan. 

Mengupayakan pembangunan kesehatan yang lebih memberdayakan

masyarakat.
F. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

1. Mengembangkan kebijakan pembangunan kesehatan (healthy public

policy)

Yaitu berupaya mengembangkan kebijakan pembangunan di setiap sektor

dengan memperhatikan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat

dan lingkungan sekitar.

Contoh : membangun pabrik harus mempertimbangkan dampak negatif,

penebangan hutan secara liar dapat mempengaruhi kerusakan lingkungan

2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung

(create partnership and supportive environment)

Yaitu mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung

suasana yang memungkinkan masyarakat yang termotivasi melakukan

pembangunan kesehatan.

Contoh : adanya perlindungan tenaga kerja dengan diberikannya

JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)


3. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action)

Yaitu memberikan bantuan dan dukungan terhadap kegiatan yang sudah

berjalan dimasyarakat, sehingga lebih berkembang serta memberikan

peluang bagi masyarakat yang melakukan kegiatan dan berperan aktif

dalam pembangunan kesehatan.

Contoh : BKR (Bina Karya Remaja) dengan memberi keterampilan kerja

sehingga dapat memperoleh suatu penghasilan.

4. Keterampilan Individu (personnel skill)

peningkatan keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan

masyarakat yaitu dengan cara memberikan penyuluhan mengenai bagaimana

cara memelihara, mencegah, dan mengobati suatu penyakit.

5. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (reorient health services)

Masyarakat merupakan pengguna atau penerima pelayanan kesehatan dan

sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Penyelenggara pelayanan

kesehatan harus melibatkan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat

tersebut dapat ikut serta dalam menerima dan menyelenggarakan

pelayanan kesehatan masyarakat.


G. TATANAN (TEMPAT PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN)

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia. Dalam

pelaksanaan promosi kesehatan di keluarga sasaran utamanya adalah orang

tua (ibu), dimana ibu merupakan seseorang yang memberikan perilaku

sehat kepada anak-anaknya sejak lahir

b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah guru, karena guru merupakan

pengganti orang tua pada waktu di sekolah. Sekolah merupakan tempat

utuk memberikan perilaku kesehatan kepada anak. Sekolah dan lingkungan

sekolah yang sehat sangat tepat untuk berperilaku sehat bagi anak.

c. Promosi kesehatan ditempat kerja

Sasaran promosi kesehatan adalah karyawan, yang berperan sebagai

promotor kesehatan adalah pemimpin perusahaan dan sektor kesehatan.

Salah satunya dengan memberikan fasilitas tempat kesehatan yang baik

bagi prilaku sehat karyawan atau pekerjanya.

d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum

Di tempat-tempat umum (seperti pasar, terminal bus, stasiun) perlu

dilaksanakan promosi kesehatan, yaitu dengan cara menyediakan fasilitas

yang dapat mendukung perilaku sehat pengunjungnya, bisa dengan

memberikan poster dan selebaran mengenai cara-cara menjaga


kebersihan.

e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan

Tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas,

poliklinik, dsb, merupakan tempat yang strategis untuk melakukan

pelayanan kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan ini dapat dilakukan

secara individual oleh para petugas kesehatan kepada pasien atau keluarga

yang ada di tempat pelayanan kesehatan tersebut.

H. METODE DAN TEKNIK PROMKES

Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu cara yang digunakan

dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan. Berdasarkan sasarannya

metode dan teknik promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Metode Promosi Kesehatan Individual

Metode ini digunakan apabila seseorang yang mempromosikan kesehatan

dapat berkomunikasi secara langsung dengan klien, baik bertatap muka

maupun melalui sarana komunikasi lainnya.

b. Metode Promosi Kesehatan Kelompok

Sasaran kelompok dibedakan menjadi 2 yaitu :


1. metode promosi kesehatan untuk kelompok kecil,

misalnya : dengan melakukan diskusi kelompok, saling mencurahkan

pendapat.

2. metode promosi kesehatan untuk kelompok besar,

misalnya : metode ceramah yang diikuti dengan tanya jawab, seminar.

c. Metode Promosi Kesehatan Massal

Sasaran promosi kesehatan massal dapat dilihat dari kelompok umur,

tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, sosial budaya, dsb. Sebelum

melakukan promosi kesehatan, promotor kesehatan harus merancang pesan

kesehatan yang akan disampaikan. Metode promosi kesehatan massal

adalah :

o Ceramah umum, biasa dilakukan di lapangan terbuka dan tempat-tempat

umum.

o Penyampaian pesan melalui alat elektronik seperti radio dan televisi.

o Penggunaan media cetak seperti koran, majalah, buku, selebaran, poster,

dsb.

o Penggunaan media di luar ruang, misalnya spanduk, umbul-umbul.


I. PERAN PROMOSI KESEHATAN DALAM KESEHATAN

MASYARAKAT

Kesehatan merupakan hasil interaksi faktor internal dan eksternal. Faktor

internal terdiri dari faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksternal

terdiri dari sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, sosial, politik,

ekonomi, pendidikan, dan budaya. Faktor yang mempengaruhi baik individu,

kelompok dan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :

a) Lingkungan (environment) mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

politik, ekonomi.

Intervensi terhadap faktor lingkungan fisik yaitu dalam bentuk perbaikan

sanitasi lingkungan, sedangkan intervensi terhadap lingkungan sosial,

politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam bentuk program-program

peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi masyarakat, penstabilan

politik dan keamanan.

b) Perilaku (behavior) perilaku mempengaruhi lingkungan pelayanan

kesehatan.

c) Pelayanan kesehatan (health services) intervensi terhadap pelayanan

kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan dan perbaikan fasilitas

pelayanan kesehatan.
d) Keturunan (heredity) intervensi faktor keturunan adalah penasihat

perkawinan, dan penyuluhan kesehatan khususnya bagi kelompok yang

mempunyai resiko penyakit keturunan.

Keempat faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan

selain mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku dan perilaku

juga mempengaruhi lingkungan dan mempengaruhi pelayanan kesehatan.


BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan

predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti

motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan

terjadi kelumpuhan serta atropi otot.

Poliomielitis dapat disebabkan oleh beberapa macam tipe virus seperti,

Brunhilde, Lansing, dan Leon. Virus polio hanya menyerang sel-sel dan daerah

susunan saraf tertentu. Oleh karena itu, berdasarkan manifestasi klinisnya,

Poliomyelitis dibagi menjadi beberapa tipe.

Selain itu, pada pasien dengan penyakit polio dapat dilakukan berbagai macam

pemeriksaan yaitu pemeriksaan laboratorium dan radiologik. Penatalaksanaan

yang dapat dilakukan pada pasien dengan poliomyelitis sesuai dengan tanda dan

gejala yang muncul. Karena penyebaran penyakit polio yang dapat melalui feses

dan makanan, maka kita dapat melakukan pencegahan pada posyandu dan

puskesmas. Selain itu, poliomyelitis juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi

penyakit antara lain, melena, hipertensi ringan, pneumonia.


B.       Saran

Penulisan makalah ini memuat saran-saran yang ditujukan ke berbagai pihak,

antara lain:

1.    Bagi pembaca, terutama mahasiswa keperawatan diharapkan dapat

menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah pengetahuan

tentang asuhan keperawatan pada Poliomyelitis.

2.    Bagi pembaca agar memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada

makalah ini, sehingga penulis dapat memahami kesalahan yang terdapat dalam

makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Doctherman, Joanne McCloskey dan Bulecheck, Gloria N. 2008. Nursing

Interventions Classification (NIC). USA : Mosby

Hasan, Rusepno. DKK. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

Herdman, Heater. 2012. Nanda International : Diagnosis Keperawatan : Definisi

dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue. DKK. 2006. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA :

Mosby

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC

Ramali, Ahmad dan Pamoentjak. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan

Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta :

EGC

Suyitno, Hariyono. DKK. 2008. Pedoman Imunisasi Di Indonesia Ed 3. Jakarta :

Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

Anda mungkin juga menyukai