Oleh:
Jiaali Ratna Sari
Pembimbing:
dr.
1
DAFTAR ISI
Judul..................................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Tujuan....................................................................................................3
1.3 Manfaat..................................................................................................4
BAB II LAPORAN KASUS.....................................................................................5
2.1 Identitas Pasien.....................................................................................5
2.2 Anamnesis.............................................................................................5
2.3 Pemeriksaan Fisik..................................................................................6
2.4 Pemeriksaan Penunjang........................................................................9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................12
3.1 Definisi dan Etiologi.............................................................................12
3.2 Epidemiologi........................................................................................13
3.3 Klasifikasi.............................................................................................13
3.4 Kriteria Diagnosis.................................................................................17
3.5Patogenesis..........................................................................................21
3.6Terapi...................................................................................................22
3.7 Prognosis.............................................................................................25
3.8 Komplikasi...........................................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................26
4.1 Diagnosis.............................................................................................26
4.2 Tatalaksana.........................................................................................27
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak,
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena terjadi pembusukan.Untuk menurunkan kejadian dan
keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka dilakukan pencegahan seperti
modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan insulin
(Depkes RI, 2014).
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui etologi dan faktor predisposisi terjadinya Diabetes Melitus
1.2.2 Mengetahui penegakan diagnosis Diabetes Melitus
1.2.3 Mengetahui penatalaksanaan Diabetes Melitus
1.3 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dokter muda mengenai
Diabetes Melitusmulai dariteori sampai pada pelaksanaan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis, penatalaksanaan, serta
monitoringnya sesuai dengan standar kompetensi 4A sebagai dokter umum.
BAB 2
4
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. PR
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Alamat : Batu, Malang
No RM : 076953
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kaki kanan. Nyeri dirasakan
cekot- cekot dan terus-menerus terutama pada telapak kaki kanan. Pasien
sering merasa lapar, sering haus, sering buang air kecil. Terutama saat
malam, pasien bisa bangun sampai kurang lebih 10x untuk buang air kecil.
Pasien juga mengalami penurunan berat badan secara signifikan sejak 2005
hingga 2018, yang awalnya 83 kg menjadi 63 kg.
5
dirasakan lagi. Hanya pasien sering merasa lemas dan mengantuk pada
siang hari.BAB dan BAK pasien normal.Tetapi pasien tidak patuh meminum
obat Metformin selama kurang lebih 3 bulan ini karena mengeluh pusing
setiap kali minum Metformin. Dan pasien tidak melapor ke dokter, sehingga
gula darah tidak terkontrol. Akhirnya sekarang Metformin diganti menjadi
Pioglitazone 1x15mg dan dosis Glimepiride dinaikkan menjadi 1x4mg.
Riwayat pengobatan:
Obat Diabetes Mellitus dan Hipertensi dari Poli Endokrin saja. Riwayat jamu
(-).
Riwayat keluarga:
GCS 456
BB : 63 kg BP: 140/90 mmHg
TB : 145 cm PR: 93 x/menit, regular kuat
BMI : 29,9 RR: 19 x/mnt
Kesan Overweight Tax: 36,20 C
SpO2: 98% RA
6
JVP R+0 cm H2O; posisi 300, pembesaran KGB (-),
Leher
pembesaran kelenjar tiroid (-)
Ictus invisible, palpable at ICS V lateral
MCL Sinistra
Jantung LHM ≈ ictus
RHM ≈ parasternal line Dekstra
S1,S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Inspeksi: Statis D=S
Dinamis D=S
Palpasi: Ekspansi dada simetris, D=S
Stem Fremitus N N
Thorax
N N
N N
Paru Perkusi: Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi: V V Rh - - Wh - -
V V -- --
V V -- --
Rounded, soefl, bising usus (+) normal, liver span 8
cm, Traube’s space tympani, bruit (-), shifting
Abdomen
dullness (-c), epigastric tenderness (-), nyeri tekan
suprapubic (-).
Ekstremitas Akral hangat, edema tungkai -/-
7
2.4 Pemeriksaan Penunjang
8
PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR)
- Polifagia keluarganya
-Glimepirid 1x4mg polidipsi
- Polidipsia tentang
-Acarbose 3x100mg dan
- Poliuria terutama saat penyakit,
polifagia.
malam hari rencana
- Tanda-
- Riwayat DM tipe II sejak terapi,
tanda vital komplikasi,
tahun 2005, dan diberi
- GDP dan prognosis
glibenclamide oleh
puskemas
-GD2PP - KIE makanan
manis. - Edukasi
9
PemeriksaanFisik: berolahraga
TD : 140/90mmHg teratur 3-4x
N : 84 tpm dalam
seminggu,
BB 62kg, TB 147cm
tiap olahraga
BMI 28,7 (overweight)
30-45 menit.
Lab:
GDP 392 mg/dL
GD2PP 482 mg/dL
10
Ny.S/46 tahun/Poli 3. - -DL PO. -subyektif - Menjelaskan
Endokrin Dislipidemia - Lipid profile Simvastatin -Tanda- pada pasien
Lab: berlemak
11
Initial Planning Planning Planning
Cue and Clue Problem List Planning Therapy
Diagnosis Diagnosis Monitoring Education
Ny.S/46 tahun/Poli 4. DM - - EMG PO. - Subjektif - Menjelaskan
Endokrin Neuropati - Paracetamol - tanda- tentang
12
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Pada kasus responsi ini, pasien sudah didiagnosis DM sejak tahun 2005.
Pada pasien terdapat keluhan klasik untuk DM yaitu polyuria,polydipsia, polifagia,
penurunanberat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Selain itu, terdapat
gejala lain seperti rasa kesemutan pada tangan dan kaki, serta pandangan yang
kabur. Untuk hasil pemeriksaan laboratorum pasien ini, didapatkan kadar glukosa
darah puasa yaitu 392 mg/dL dan glukosa darah 2 jam PP yaitu 382 mg/dL.Hal
tersebut sesuai dengan definisi dari diabetes melitus.
3.2 Epidemiologi
13
membengkak menjadi 300 juta orang. Laporan dari WHO mengenai studi populasi
DM di berbagai negara, memberikan informasi bahwa jumlah penderita DM di
Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan
ke-4 setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta) dan Amerika Serikat (17,7 juta).
Diperkirakan prevalensi tersebut akan terus meningkat pada tahun 2030, India (79,4
juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta). (WHO,
2011)
Pada kasus responsi ini, pasien adalah seorang wanita usia 46 tahun dengan
BMI sebesar 29,9 (kesan obesitas). Pasien didiagnosis DM sejak tahun 2005.
3.3 Klasifikasi
3.4 Etiologi
Kombinasi antara faktor genetik, faktor lingkungan, resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin merupakan penyebab DM tipe 2. Faktor lingkungan yang
berpengaruh seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, stres, dan pertambahan
umur (KAKU, 2010). Faktor risiko juga berpengaruh terhadap terjadinya DM tipe 2.
Beberapa faktor risiko diabetes melitus tipe 2 antara lain berusia ≥ 40 tahun,
memiliki riwayat prediabetes ( A1C 6,0 % - 6,4 % ), memiliki riwayat diabetes melitus
gestasional, memiliki riwayat penyakit vaskuler, timbulnya kerusakan organ karena
adanya komplikasi, penggunaan obat seperti glukokortikoid, dan dipicu oleh penyakit
14
seperti HIV serta populasi yang berisiko tinggi terkena diabetes melitus seperti
penduduk Aborigin, Afrika, dan Asia (Ekoe et al., 2013).
Pada kasus responsi ini, pasien didiagnosis DM sejak tahun 2005. Pasien
adalah seorang wanita usia 46 tahun dengan BMI sebesar 29,9 (kesan obesitas).
Pada riiwayat keluarga terdapat riwayat diabetes melitus pada bapak pasien. Jadi
pada pasien ini terdapat faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya
DM tipe 2.
3.5 Patogenesis
Resistensi insulinpadaototdan liversertakegagalansel
betapancreastelahdikenalsebagaipatofisiologikerusakan sentral dariDM tipe-2.
Belakangandiketahuibahwakegagalanselbetaterjadilebihdinidanlebihberatdaripadaya
ngdiperkirakansebelumnya.Selain otot, liver danselbeta,organlain seperti:
jaringanlemak(meningkatnyalipolisis),gastrointestinal
(defisiensiincretin),selalphapancreas(hiperglukagonemia),ginjal(peningkatanabsorpsi
glukosa),danotak(resistensi
insulin),kesemuanyaikutberperandalammenimbulkanterjadinyagangguantoleransiglu
kosapadaDMtipe-2.Delapanorganpentingdalam
gangguantoleransiglukosaini(ominousoctet)
pentingdipahamikarenadasarpatofisiologiinimemberikankonseptentang:
1. Pengobatan harusditujukangunamemperbaikigangguanpatogenesis,bukan
hanya untukmenurunkanHbA1csaja
2. Pengobatan kombinasiyangdiperlukanharus didasari
ataskinerjaobatpadagangguanmultipledaripatofisiologiDMtipe-2.
3. Pengobatan
harusdimulaisedinimungkinuntukmencegahataumemperlambatprogresivitaskegagala
nselbetayang sudahterjadipadapenyandanggangguantoleransiglukosa.
DeFronzo
padatahun2009menyampaikan,bahwatidakhanyaotot,liverdanselbetapancreassajaya
15
ngberperansentraldalampathogenesispenderitaDMtipe-
2tetapiterdapatorganlainberperanyangdisebutnyasebagaitheominousoctet(gambar-1)
2. Liver: PadapenderitaDMtipe-
2terjadiresistensiinsulinyangberatdanmemicugluconeogenesissehinggaproduksigluk
osadalamkeadaanbasalolehliver(HGP=hepaticglucose production) meningkat.Obat
yangbekerjamelaluijaluriniadalahmetformin,yangmenekanprosesgluconeogenesis.
16
3. Otot: Pada penderitaDMtipe-
2didapatkangangguankinerjainsulinyangmultiplediintramioselular,
akibatgangguanfosforilasitirosinsehinggatimbulgangguantransportglukosadalamselot
ot, penurunansintesisglikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Obat yang bekerja
dijaluriniadalahmetformin, dantiazolidindion.
4. Sel lemak:Sellemak yangresistenterhadapefekantilipolisisdariinsulin,
menyebabkanpeningkatanproseslipolysisdankadarasamlemakbebas(FFA=FreeFatty
Acid) dalamplasma.PenigkatanFFA akan merangsang prosesglukoneogenesis,dan
mencetuskanresistensiinsulindiliverdanotot.
FFAjugaakanmengganggusekresiinsulin.GangguanyangdisebabkanolehFFAinidiseb
utsebagailipotoxocity.Obatyangbekerjadijaluriniadalahtiazolidindion.
5. Usus:Glukosa
yangditelanmemicuresponinsulinjauhlebihbesardisbandingkalaudiberikansecaraintra
vena.Efekyangdikenalsebagaiefekincretininidiperankanoleh2hormonGLP-
1(glucagon-likepolypeptide-1)danGIP(glucose-dependentinsulinotrophic
polypeptideataudisebutjugagastricinhibitorypolypeptide). Pada penderitaDMtipe-
2didapatkandefisiensiGLP-
1danresistenterhadapGIP.Disampinghaltersebutincretinsegeradipecaholehkeberada
anensimDPP-4,sehinggahanyabekerjadalambeberapamenit. Obatyangbekerja
menghambat kinerja DPP-4adalahkelompokDPP-4
inhibitor.Saluranpencernaanjugamempunyaiperandalampenyerapan
karbohidratmelaluikinerjaensimalfa-
glukosidaseyangmemecahpolisakaridamenjadimonosakaridayangkemudiandiserapol
ehususdanberakibatmeningkatkanglukosadarahsetelah makan.
Obatyangbekerjauntukmenghambatkinerjaensimalfa-glukosidase adalah akarbosa.
17
gnifikandibandingindividuyangnormal. Obat yang menghambat sekresi glucagon
atau menghambat reseptor glucagon meliputi GLP-1 agonis, DPP4 inhibitor
danamylin.
gramglukosasehari.Sembilanpuluhpersendariglukosaterfiltrasiiniakandiserapkembali
melaluiperanSGLT-2(Sodium
GlucosecoTransporter)padabagianconvulatedtubulusproksimal. Sedang 10%
sisanyaakandiabsorbsmelaluiperan SGLT-1 padatubulusdesenden
danasenden,sehinggaakhirnyatidakadaglukosadalamurine.PadapenderitaDMterjadip
eningkatanekspresigenSGLT-2.Obat yangmenghambatkinerjaSGLT-2 ini
akanmenghambat penyerapan
kembaliglukosaditubulusginjalsehinggaglukosaakandikeluarkanlewaturine.Obat
yangbekerjadijaluriniadalahSGLT-2inhibitor. Dapaglifozin
adalahsalahsatucontohobatnya.
8. Otak: Insulin merupakan penekan nafsu makan yangkuat.Padaindividuyang
obesitas baik yangDM maupunnon-DM,didapatkanhiperinsulinemia yang
merupakanmekanismekompensasidariresistensiinsulin.Padagolonganiniasupanmak
ananjustrumeningkatakibatadanyaresistensiinsulinyangjugaterjadidiotak.Obatyangbe
kerjadijalurIniadalah GLP-1 agonis, amylin danbromokriptin.
18
Sedangkan manifestasi klinis kronis yaitu :
• Kesemutan
• Kulit terasa panas atau seperti tertusuk jarum
• Kelelahan
• Kram
• Mudah mengantuk
• Rasa kebas di kulit, terutama pada bagian telapak kaki
• Pandangan mulai kabur
• Kulit kering dan gatal
• Pandangan mulai kabur
Pada pasien ini terdapat manifestasi akut dan kronik dari DM tipe 2
yaitu polyuria (sering buang air kecil, terutama saat malam pasien bisa
bangun sampai 10x untuk buang air kecil), polydipsia (sering pipis), polifagia
(pasien banyak makan karena selalu merasa lapar) dan penurunanberat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Selain itu, terdapat gejala lain
seperti rasa kesemutan pada tangan dan kaki, serta pandangan yang kabur.
3.7 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
- Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunanberat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dandisfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
19
Kriteria Diagnosis DM
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.(B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. (B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik.
Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP). (B)
20
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat yang
cukup) dan melakukan kegiatan jasmani seperti kebiasaan sehari-hari.
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum
air putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan .
3. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak- anak),
dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
Pada pasien ini terdapat keluhan klasik untuk DM yaitu polyuria (sering
buang air kecil, terutama saat malam pasien bisa bangun sampai 10x untuk buang
air kecil), polydipsia (sering pipis), polifagia (pasien banyak makan karena selalu
merasa lapar) dan penurunanberat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Selain itu, terdapat gejala lain seperti rasa kesemutan pada tangan dan kaki, serta
pandangan yang kabur. Untuk hasil pemeriksaan laboratorum pasien ini, didapatkan
kadar glukosa darah puasa yaitu 392 mg/dL dan glukosa darah 2 jam PP yaitu 382
mg/dL.Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien didiagnosis Diabetes
Melitus Tipe 2.
3.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkankualitas hidup
penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaanmeliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM,memperbaiki kualitas hidup,
dan mengurangi risiko komplikasiakut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambatprogresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas danmortalitas DM.
21
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukanpengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan, dan profillipid, melalui pengelolaan pasien secara
komprehensif.
Langkah-langkah penatalaksanaan khusus pada Diabetes Melitus meliputi :
1. Edukasi
2. Terapi Nutrisi Medis
3. Jasmani
4. Terapi Farmakologis
Obat Antihiperglikemis Oral
Oabt Antihperglikemia Suntik
Terapi Kombinasi
22
3.8.2 Jasmani
Latihan jasmani yang dianjurkan adalah sebanyak 3-5 kali per minggu
selama sekitar 30-45 menit, dengan total latihan 150 menit per minggu. Namun,
yang harus diperhatikan adalah antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Latihan yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobik seperti jalan cepat, bersepeda
santai, jogging, dan berenang.
Sebelum melakukan latihan, dianjurkan untuk memeriksakan glukosa darah.
Apabila glukosa darah <100 ml/dL maka konsumsi karbohidrat terlebih dahulu,
namun apabila >250 ml/dL, latihan jasmani ditunda terlebih dahulu.
23
Penghambat Meningkatkan Sebah, 0,5-0,8%
DPP-IV sekresi muntah
insulin,
menghambat
sekresi glukagon
Penghambat Menghambat Dehidrasi, 0,8-1,0%
SGLT-2 penyerapan infeksi saluran
kembali kemih
glukosa di tubuli
distal
ginjal
24
Tabel 3.1 Keuntungan, kerugian dan biaya obat anti hiperglikemik (sumber:
Standard of Medical Care in Diabetes- ADA 2015) (PERKENI, 2015)
Kelas Obat Keuntung Kerugian Biaya
an
Biguanide Metformin - Tidak - Efek Rendah
menyebab sampinggastrointestinal
a - Kontra indikasipada
CKD,asidosis,hipoksia,de
-
hidrasi
Menurunka
n
kejadian
CVD
Sulfonilur - - Efek - Risiko Sedang
ea Glibenclamid hipoglikemi hipoglikemia
e k - Berat badan ↑
- Glipizide kuat
- Gliclazide -
- Glimepiride Menurunka
n
komplikasi
mikrovasku
ler
Metiglinid Repaglinide - - Risiko Sedang
es Menurunka hipoglikemia
n - Berat badan ↑
glukosa
postprandi
25
al
TZD Pioglitazone - Tidak - Barat badan Sedang
menyebab meningkatkan
kan - Edema, gagal
hipoglikemi jantung
a - Risiko fraktur
- ↑ HDL meningkat pada
- ↓ TG wanita
- ↓ CVD menopause
event
Pengham Acarbose - Tidak - Efektivitas Sedang
bat menyebab penurunan A1C
α kan sedang
glucosida hipoglikemi - Efek samping
se a gastro intestinal
- ↓ Glukosa - Penyesuaian
darah dosis harus
postprandi sering dilakukan
al
- ↓ CVD
event
Pengham - Sitagliptin - Tidak - Angioedema, Tinggi
bat - Vildagliptin menyebab urtica, atau efek
DPP-4 - Saxagliptin kan dermatologis
- Linagliptin hipoglikemi lain yang
a dimediasi respon
- imun
Ditoleransi - Pancreatitis
dengan akut?
26
baik - Hospitalisasi
akibat gagal
jantung
Pengham - Tidak - Infeksi Tinggi
bat Dapagliflozin menyebab urogenital
SGLT2 - kan - Poliuria
Canagliflozin hipoglikemi - Hipovolemia/
* a hipotensi/
- - ↓ berat pusing
Empagliflozi badan - ↑ ldl
n* - ↓ tekanan - ↑ creatinin
darah (transient)
- Efektif
untuk
semua
fase DM
Agonis - Liraglutide - Tidak - Efek samping Tinggi
reseptor - Exenatide* menyebab gastro intestinal
GLP-1 - Albiglutide* kan (mual/ muntah/
- hipoglikemi diare)
Lixisenatide* a - ↑ denyut
- - ↓ glukosa jantung
Dulaglutide* darah - Hyperplasia ccell
postprandi atau tumor
al medulla tiroid
- ↓ pada hewan
beberapa coba
faktor risiko - Pankreatitis
CV akut?
27
- Bentuknya
injeksi
- Butuh latihan
khusus
Insulin a. Rapid- - - Hipoglikemia Bervari
acting Responnya - Berat badan ↑ asi
Analogs universal - Efek mitogenik ?
- Lispro
- Efektif - Dalam sediaan
- Aspart
menurunka injeksi
- Glulisine
n - Tidak nyaman
b. Short-
glukosa - Perlu pelatihan
acting
darah pasien
-Human
- ↓
insulin
c. Intermedia
komplikasi
te acting mikrovasku
-Human ler
NPH (UKPDS)
d. Basal
insulin
analogs
- Glargine
- Detemir
-
Degludec*
e. Premixed
(beberapa
tipe)
* saat ini obat belum tersedia di Indonesia
28
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
- HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Krisis Hiperglikemia
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
- Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
- Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Jenis dan Lama Kerja Insulin
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 5 jenis, yakni :
- Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
- Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
- Insulin kerja menengah (Intermediateactinginsulin)
- Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)
- Insulin kerja ultra panjang (Ultra longactinginsulin)
Monitoring
Hasil pengobatan DM harus dipantau secara teratur dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Meliputi :
- Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
- Glukosa darah 2 jam setelah makan, atau
- Glukosa darah pada waktu yang lain secara berkala sesuai dengan
kebutuhan
Tujuan :
29
- Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai
- Melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai sasaran terapi
2. Pemeriksaan HbA1C
- Untuk melihat hasil terapi dan rencana perubahan terapi, HbA1c diperiksa
setiap 3 bulan (E), atau tiap bulan pada keadaan HbA1c yang sangat tinggi
(> 10%).
- Pada pasien yang telah mencapai sasran terapi disertai kendali glikemik
yang stabil HbA1C diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun.
3. Pemeriksaan Glukosa Darah Mandiri
- Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan menggunakan
darah kapiler.
- PGDM dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan suntik insulin beberapa
kali perhari (B) atau pada pengguna obat pemacu sekresi insulin.
- Waktu yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah
makan (untuk menilai ekskursi glukosa), menjelang waktu tidur (untuk menilai
risiko hipoglikemia), dan di antara siklus tidur (untuk menilai adanya
hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami
gejala.
Sasaran Pengendalian DM
No Parameter Sasaran
.
1. IMT (kg/m2) 18,5 - < 23*
2. Tekanan darah sistolik <140
(mmHg)
3. Tekanan darah diastolik <90
(mmHg)
4. Glukosa darah 80-130**
preprandial
kapiler (mg/dl)
5. Glukosa darah 1-2 jam <180**
PP kapiler
30
(mg/dl)
6. HbA1c (%) <7 (atau individual)
7. Kolesterol LDL (mg/dl) <100 (<70 bila resiko
kardiovaskular sangat
tinggi)
8. Kolesterol HDL (mg/dl) Laki-laki >40 ;
Perempuan >50
9. Trigliserida (mg/dl) <150
31
3.9 Komplikasi
3.9.1. Krisis Hiperglikemia Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD adalah komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai tanda dan gejala asidosis
dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/ml) dan
terjadi peningkatan anion gap.Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl),
tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/ml), plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.
3.9.2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah < 70 mg/dl.
Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa
adanya gejala-gejala sistem otonom, seperti adanya whipple’s triad:
Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
Kadar glukosa darah yang rendah
Gejala berkurang dengan pengobatan.
Sebagian pasien dengan diabetes dapat menunjukkan gejala glukosa darah rendah
tetapi menunjukkan kadar glukosa darah normal. Di lain pihak, tidak semua pasien
diabetes mengalami gejala hipoglikemia meskipun pada pemeriksaan kadar glukosa
darahnya rendah.Penurunan kesadaran yang terjadi pada penyandang diabetes
harus selalu dipikirkan kemungkinan disebabkan oleh hipoglikemia. Hipoglikemia
paling sering disebabkan oleh penggunaan sulfonilurea dan insulin. Hipoglikemia
akibat sulfonilurea dapat berlangsung lama, sehingga harus diawasi sampai seluruh
obat diekskresi dan waktu kerja obat telah habis. Pengawasan glukosa darah pasien
harus dilakukan selama
24-72 jam, terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang mendapatkan
terapi dengan OHO kerja panjang. Hipoglikemia pada usia lanjut merupakan suatu
hal yang harus dihindari, mengingat dampaknya yang fatal atau terjadinya
kemunduran mental bermakna pada pasien. Perbaikan kesadaran pada DM usia
lanjut sering lebih lambat dan memerlukan pengawasan yang lebih lama.
32
Pasien dengan resiko hipoglikemi harus diperiksa mengenai kemungkinan
hipoglikemia simtomatik ataupun asimtomatik pada setiap kesempatan (C).
Gejala
Autonomik Rasa lapar, berkeringat, gelisah, Pucat, takikardia,
paresthesia, palpitasi, widened pulse- pressure
Tremulousness
Neuroglikopenik Lemah, lesu, dizziness, pusing, Cortical-blindness,
confusion, perubahan sikap, hipotermia,
gangguan kognitif, pandangan kejang, koma
kabur, diplopia
33
4. Mikroangiopati
- Retinopati diabetik
Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko
atau memperlambat progresi retinopati
- Neuropati : pada neuropati perifer, hilangnya sensasi distal merupakan
faktor penting yang berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki yang
meningkatkan risiko amputasi. Gejala yang sering adalah kaki terasa
terbakar dan bergetar sendiri, dan terasa lebih sakit di malam hari
Pada pasien ini sudah terdapat tanda dan gejala yang mengarah
kepada komplikasi mikrovaskular dari DM. Di antaranya mulai muncul
gejala sering kesemutan pada kedua kaki dan tangan sejak Juli 2018.
Selain itu, pada pasien ini juga terdapat keluhan pandangan kabur pada
mata kanan sejak tahun 2016 dan didiagnosis katarak imatur.
BAB 4
KESIMPULAN
34
rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia, dll),
penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas, atau kerusakan reseptor insulin
di jaringan perifer. Penderita diabetes melitus biasanya mengeluhkan gejala khas
seperti polifagia, polidipsia, poliuria, namun berat badan turun dengan cepat, mudah
lelah, dan kesemutan. Kejadian DM Tipe 2 lebih banyak terjadi pada wanita sebab
wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar.
Peningkatan Kejadian Diabetes Melitus tipe 2 di timbulkan oleh faktor faktor seperti
riwayat diabetes melitus dalam keluarga, umur, obesitas, tekanan darah tinggi,
dyslipidemia, toleransi glukosa terganggu, kurang aktivitas, riwayat DM pada
kehamilan.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan pemilihan obat
oral hiperglikemik dan insulin serta modifikasi gaya hidup seperti diet , dan olahraga
teratur untuk menghindari komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
35