Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KASUS DISPEPSIA DI RSU TORABELO


PALU

Proposal Penelitian

Oleh

ANDI FAHRUL RIZKI

NIM. PO7120118026

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII
KEPERAWATAN PALU
2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah disetujui oleh Tim Pembimbing Politeknik Kesehatan


Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Palu.

NAMA : ANDI FAHRUL RIZKI

NIM : PO7120118026

Palu, 2021

Pembimbing I

Nasrul, SKM., M.Kes


NIP.196804051988021001

Palu, 2021

Pembimbing II

Amiyadin, SKM., S.kep., Ns. M.Si


NIP :1971103001992032008

Menyetujui,
Ketua Prodi D-III Keperawatan Palu

I Wayan Supetran, S.Kep, Ns, M.Kes


Nip. 19690605 199002 1 002
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan Penelitian....................................................................................3
1. Tujuan Umum...................................................................................3
2. Tujuan khusus...................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dispepsia
1. Definisi..............................................................................................5
2. Etiologi..............................................................................................6
3. Patofisiologi......................................................................................7
4. Manifestasi Klinis.............................................................................8
5. Pemeriksaan Penunjang....................................................................8
6. Penatalaksanaan................................................................................10
7. Masalah Yang Lazim Muncul ..........................................................
B. Asuhan Keperawatan Dispepsia
1. Pengkajian.........................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................18
3. Intervensi...........................................................................................18
4. Implementasi.....................................................................................22
5. Evaluasi.............................................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian........................................................................................24
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................................24
C. Subjek Penelitian.....................................................................................24
D. Fokus Studi.............................................................................................24
E. Definisi Operasional................................................................................24
F. Pengumpulan Data..................................................................................25
G. Analisa Data............................................................................................26
H. Etika Penelitian.......................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dispepsia juga merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat

sering ditemui dalam kehidupan sehari‐hari keluhan kesehatan yang

berhubungan dengan makan atau keluhan yang berhubungan dengan gangguan

saluran cerna (Pardiansyah & M, 2016)

Dispepsia adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai dengan

nyeri ulu hati (epigastrium), mual, muntah, kembung, rasa penuh atau rasa

cepat kenyang dengan sendawa. Dispepsia sering ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari keluhan ini sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala yang ada

maupun intensitas gejala tersebut dari waktu ke waktu (Arif Putra et al., 2012)

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari

rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami

kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di

dada (heartburn) dan regurtasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk

dispepsia (Mansjoer & Arif, 2011)

Menurut (Arsyad et al., 2018)ada beberapa gejala penyakit dispepsia

yaitu seperti nyeri epigastrik, rasa penuh pada bagian epigastrik, dan perut

terasa penuh saat makan (cepat kenyang), mual dan muntah.

Menurut(Sorongan et al., 2013) Penyebab timbulnya dispepsia adalah

faktor diet dan lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik

lambung, persepsi visceral lambung, psikologi, dan infeksi Helicobacter


pylori. Disamping itu, hasil pengamatan Soewadji (2012) menemukan bahwa,

jeda antara jadwal makan yang lama dan ketidak teraturan makan ternyata

sangat erat kaitannya dengan timbulnya gejala dispepsia atau dengan kata lain

pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan dispepsia. Pola makan

yang tidak teratur umunya menjadi masalah yang sering timbul pada remaja

perempuan. Aktivitas yang tinggi baik kegiatan disekolah maupun di luar

sekolah menyebabkan makan menjadi tidak teratur.

Dispepsia merupakan salah satu masalah pencernaan yang paling

umum ditemukan. Berdasarkan data kunjungan di klinik gastroenterologist di

perkirakan hampir 30% kasus yang dijumpai pada praktek umum dan 60%

pada praktek gastroenterology merupakan dispepsia (Bobbi Hemriyantton,

2015).

(WHO, 2015)menemukan bahwa, ternyata kasus dispepsia di dunia

mencapai 13-40% dari total populasi dalam setiap Negara. Hasil studi

tersebut menunjukkan bahwa di Eropa, Amerika Serikat dan Oseania,

prevalensi dispepsia sangat bervariasi antara 5-43 %.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes)pada tahun

2012, dispepsia menempati urutan ke-10 dengan proporsi 1,52% (34.029

kasus) dari 10 kategori jenis penyakit terbanyak dirawat inap di seluruh rumah

sakit yang ada Indonesia Kementerian Kesehatan, dan pada kasus dispepsia

mengalami peningkatan yaitu menduduki peringkat ke-5 dari 10 besar

penyakit rawat inap di rumah sakit dengan jumlah kasus laki- 2 Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas laki 9.594 (38,82%) dan perempuan 15.122


(61,18%), sedangkan untuk penyakit rawat jalan dispepsia menduduki

peringkat ke-6 dengan jumlah kasus laki-laki 34.981 dan perempuan 53.618

serta didapatkan 88.599 kasus baru dan 163.428 kunjungan (RI, 2012)

Prevalensi dispepsia di indonesia mencapai 40-50%. Pada usia 40

tahun diperkirakan terjadi sekitar 10 juta jiwa atau 6,5% dari total populasi

penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan angka kejadian dispepsia terjadi

peningkatan dari 10 juta jiwa menjadi 28 jiwa setara dengan 11,3% dari

keselurahan penduduk di Indonesia (Syafriani, 2015)

Secara global terdapat sekitar 15-40% penderita dyspepsia. Setiap

tahun keluhan ini mengenai 25% populasi di dunia. Di asia prevelensi

dyspepsia berkisar 8-30% (Punamasari, 2017)

Menurut Penelitian Drossman et., al.(1993) menyatak di Negara

Amerika seorang yang berusia Usia <45 tahun sebanyak 26% berisiko terkena

dyspepsia, dengan prevelensi kejadian 23-25,8%. Prevelensi dyspepsia Ingris

dan skalandinava mencapai 7-14%, tetapi hanya 10-20% menggunakan

pertolongan medis. Dyspepsia fungsional di Asia Fasifik lebih banyak di

temukan di usia yang lebih mudah, di Jepang prevelensi dyspepsia di

perkirakan 13% dan 18 % kelompok usia di bawah dan di atas 50 tahun,

prevelensi di India 30,4% (Putri et al., 2015)

Kasus dispepsia di kota-kota besar di Indonesia cukup tinggi. Dari

penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI Tahun 2015, angka

kejadian dispepsia di Surabaya 31,2 %, Denpasar 46 %, Jakarta 50 %,


Bandung 32,5 %, Palembang 35,5 %, Pontianak 31,2 %, Medan 9,6 % dan

termasuk Aceh mencapai 31,7 %. (Depkes RI, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mendapatkan gambaran

pelaksanaan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan kausu dispepsia Di

Rumah Sakit Torabelo Palu”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah yaitu “Bagaimanakah

asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus dispepsia di Rumah Torabelo

Palu?.”

C. Tujuan Penalitian

1. Tujuan Umum

Melakukan penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus

dispepsia Di Rumah Sakit Torabelo Palu.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian pada pasien dengan masalah dispepsia di

Rumah Sakit Torabelo palu.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah

dispepsia di Rumah Sakit Torabelo palu.

c. Menentukan intervensi keperawatan pada pasien dengan masalah

dispepsia di Rumah Sakit Torabelo palu.

d. Mengimplementasi pada pasien dengan masalah dispepsia di Rumah

Sakit Torabelo palu.


e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah

dispepsia di Rumah Sakit Torabelo palu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Menjadi salah satu tindakan yang penting dalam keperawatan guna

menambah pengetahuan penderita dan keluarga tentang penyakit yang

sedang di deritanya.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hasil

penelitian yang dilaksanakan dan sebagai tambahan referensi pada

perpustakaan politeknik kesehatan kemenkes palu jurusan keperwatan prodi

DIII keperawatan palu.

3. Bagi Peneliti

Pengalaman yang sangat berharga dalam memberikan pengetahuan

tentang penyakit dispepsi kepada pasien dan keuarga pasien.

4. Bagi peneliti lain

Menambah wawasan dan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dalam

bidang keperawatan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kasus

dispepsia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dispepsia

1. Definisi

Dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai untuk suatu

sindrom atau kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak

nyaman pada ulu hati, mual, muntah, kembung cepat kenyang, rasa perut

penuh.Keluhan tersebut dapat secara bergantian dirasakan pasien atau

bervariasi baik dari segi jenis keluhan ataupun kualitasnya (Yuriko, 2013)

Dispepsia adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai

dengan nyeri ulu hati (epigastrium), mual, muntah, kembung, rasa penuh

atau rasa cepat kenyang dan sendawa. Dispepsia sering ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari, keluhan ini sangat bervariasi, baik dalam jenis

gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari waktu-kewaktu

(Arif Putra et al., 2012)

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri

dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau

mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa

rasa panas di dada (heartburn) dan regurtasi asam lambung, kini tidak lagi

termasuk dispepsia (Mansjoer & Arif, 2011)

2. Etiologi

Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang

bersifat organik (struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik


antara lain karena terjadinya gangguan disalurancerna atau disekitar

saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan

penyakit yang bersifat xv fungsionaldapatdipicukarena factor

psikologisdan factor intoleranterhadap obatobatan dan jenis makanan

tertentu(Purnamasari, 2017)

Etilogi dispepsia antara lain.

1. Idiopatik/dispepsia fungsional

2. Ulkuspeptikum

3. Gastroesophageal refluxdisease (GERD)

4. Kanker lambung

5. Gastroparesis

6. Infeksi Helicobacter pylori

7. Pankreastitis kronis

8. Penyakit kandung empedu

9. Parasite usus

10. Iskemia usus

11. Kanker pancreas atau tumor abdomen.

Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang

bersifat organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain

karena terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar saluran cerna,

seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang

bersifat fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor


intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Abdullah dan

Gunawan, 2012).

3. Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,

zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,

pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,

kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan

antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan

peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam

pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls

muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.

4. Klasifikasi Dispepsia

Dispepsia terbagi atas dua yaitu:

a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai

penyebabnya. kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak

(ulkus peptikum), gastritis, stomach cancer, Gastro-Esophageal reflux

disease, hiperacidity.

b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus

(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. tanpa disertai kelainan atau gangguan

struktur organ berdasarkan pemeriksaan sklinis, laboratorium, radiologi, dan

endoskopi (teropong saluran pencernaan) (Mansjoer, dkk., 2011).

5. Pemeriksaan penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,

seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan

kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan

penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa

pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,

radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.

a. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk

menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik,

diabets mellitus, dan lainnya.

b. Radiologis

Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu

penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan

radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya

menggunakan kontras ganda.

c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)

Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran

endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.

6. Komplikasi

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu

adanyakomplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara

lain:

a. Perdarahan
b. Lambung

c. Muntah darah

d. Ulkus peptikum

B. Asuhan Keperawatan Dispepsia

1. Pengkajian

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, nama ayah/ibu, pekerjaan

ayah/ibu, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan ayah/ibu, tanggal di

rawat, tanggal di kaji, No RM, dan sumber biaya.

Kaji tanda dan gejala dispepsia :

a. Apakah klien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau

muntah.

b. Kapan gejala tersebut terjadi, apakah terjadi sebelum/ sesudah makan,

setelah mencerna makanan pedas/ pengiritasi/ setelah mencerna obat

tertentu/ alkohol.

c. Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stres, alergi, makan/

minum terlalu banyak.

1) Kaji terhadap riwayat penyakit lambung sebelumnya/ pembedahan

lambung.

2) Kaji nutrisi klien.

3) Kaji tanda yang diketahui pada saat pemeriksaan fisik meliputi

nyeri tekan abdomen dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran

mukosa).
4) Kaji terhadap tindakan klien untuk mengatasi gejala dan efek-

efeknya

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan Menurut (Doenges & Marilyin, 1999)bahwa

diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan dispepsia.

1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak

setelah makan, anoreksia.

3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

adanya mual, muntah

4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

3. Intervensi keperawatan

1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung

Goal : Pasien dapat mengontrol nyeri selama dalam proses keperawatan

Objektif: Nyeri pasien akan berkurang setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :

1. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang

2.Frekuensi nyeri berkurang

3.Lamanya nyeri berlangsung

4.Ekspresi wajah saat nyeri

5.Posisi tubuh melindungi

Intervensi :
a) Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0-10). Rasional : Berguna dalam

pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan

b) Berikan istirahat dengan posisi semifowler

Rasional : Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan

abdomen yang bertambah dengan posisi telentang

c) Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan

kerja asam lambung

Rasional : Mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium

d) Observasi TTV tiap 24 jam

Rasional : Sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya

e) Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi

Rasional : Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol

f) Kolaborasi dengan pemberian obat analgesic

Rasional : Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama

dengan intervensi terapi lain

2. . Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak

setelah makan, anoreksia.

Goal :

Pasien dapat mempertahankan keseimbangan nutrisi selama dalam

perawatan Objektif: Nutrisi pasien akan seimbang setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil

: Kriteria Hasil :

a. Asupan nutrisi meningkat


b. Pasien tidak mengalami hidrasi

c. Berat badan mengalami peningkatan

d. Asupan makanan tercukupi.

Intervensi :

1. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat.

Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil

yang diharapkan

2. Timbang BB klien Rasional : Membantu menentukan keseimbangan

cairan yang tepat meminimalkan anoreksia.

3. Berikan makanan sedikit tapi sering

Rasional : Mengurangi iritasi gaster

4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas

mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat

mual/rnuntah atau diare.

Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan

intervensi yang tepat

5. Kaji pola diet yang disukai/ tidak disukai

Rasional : Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik,

meningkatkan intake diet klien.

3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

adanya mual, muntah

Goal :
Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan selama dalam

perawatan

Intervensi :

1. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran

mukosa, turgor kulit

Rasional : Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi

seluler

2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan

akurat 23

Rasional : Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali

mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori

yang berdampak pada keseimbangan elektrolit

3. Diskusikan strategi untuk menghentikanmuntah dan penggunaan

laksatif/diuretic

Rasional : Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah

dan atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan

lanjut

4.Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan

keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan

Rasional : Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki

keseimbangan untuk berhasil

5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV Rasional : Tindakan daruat untuk

memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektrolik


4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

Goal :

Klien tidak merasakan cemas selama dalam proses perawatan

Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan

Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan

oleh klien sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya

2. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan

dengarkan semua keluhannya

Rasional :

kaji Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman

dalam segala hal tundakan yang diberikan

3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan

Rasional : Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau

bekejasama dalam perawatannya.

4. Berikan dorongan spiritual

Rasional : Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses

penyembuhan penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkan yaitu

tuhan yang maha Esa

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan realisasi dari intervensi


keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan

pelaksanaanya juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi

respon klien selama dan sesudah memberikan tindakan keperawatan.

Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan ini antara lain keterampilan

kognitif, keterampilan interpersonal, dan keterampilan psikomotor.(Budiono et

al., 2015)

Dalam melakukan implementasi keperawatan, maka perlu

dilakukan persiapan yang meliputi persiapan alat, klien, serta pengkajian ulang.

(Budiono et al., 2015)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan

dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat

seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon

terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambar kesimpulan tentang

tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan

keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua

kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan atau

menilai dari respon anak disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan

evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan sebagai evaluasi hasil (Hidayat,

2012)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian dekskritif dengan pendekatan

studi kasus. Penelitian studi kasus ini dilakukan untuk menghubungkan asuhan

keperawatan pada pasien dengan kasus dispepsia. Pasien diobervasi selama 3

hari bertempat di Rumah Sakit TORABELO Palu.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan Di Rumah Sakit TORABELO Palu. Penelitian

dilakukan selama 3 hari.

C. Subjek Penelitian

Subyek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan

pengambilan kasus. Dimana Subjek penelitian adalah pasien yang menderita

penyakit dispepsia

D. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian ini adalah asuhan keperawatan pada kasus

penyakit dyspepsia

E. Definisi operasional

Definisi operasional adalah Batasan dan cara pengukuran variable

yang akan diteliti. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dan

menjaga konsistensi pengumpulan data, menghidarkan perbedaan interprestasi

serta membatasi ruang lingkup variable. (Supardi & Rustika, 2013)


1. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan yang dimaksud dan dipahami dalam penelitian ini

adalah proses keperawatan yang mulai dari tahap Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi Keperawatan, serta

dilakukan Evaluasi Keperawatan.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proseses keperawatan

yang meliputi pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data,

diagnosa keperawatan,dan prioritas berdasarkan diagnosa keperawatan.

b. Diagnose keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah kesimpulan yang di ambil oleh perawat

berdasarkan data yang di dapatkan dan keluhan yang dirasakan dari

pasien.

c. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang akan

dilakukan sesuai konsep/literature yang ada

d. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah relisasi dari intervensi keperawatan

e. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian yang dilaksanakan dengan mengacu pada

SOAP
2. Konsep dyspepsia

Dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai untuk suatu

sindrom atau kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak

nyaman pada ulu hati, mual, muntah, kembung cepat kenyang, rasa perut

penuh.Keluhan tersebut dapat secara bergantian dirasakan pasien atau

bervariasi baik dari segi jenis keluhan ataupun kualitasnya (Yuriko, 2013)

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahap dalam proses penelitian yang

penting, karena hanya dengan mendapatkn data yang tepat maka, proses

penelitian akan berlangsung sampaai mendapatkan jawaban dari peremusan

maalah yang sudah ditetapkan (Nursalam, 2011).

1. Data primer

Sumber data primer adalah klien. Sebagai sumber data primer, bila

klien dalam keadaan tidak sadar, mengalami gangguan bicara, atau

pendengaran, klien masih bayi, atau karena beberapa sebab klien tidak

dapat memberikan data subjektif secara langsung, perawat dapat

menggunakan data objektif untuk menegakkan diagnosis keperawatan.

Namun, bila diperlukan klarifikasi data subjektif, hendaknya perawat

melakukan anamnesis pada keluarga.

a. Anamnesis

Dalam melakukan penyusunan proposal penulis menganamnese

identitas pasien, keluahan utama pasien, riewayat penyakit


sekarang, dahulu dan keluarga, riwayat pola fungsional, dan

pemeriksaan fisik.

b. Observasi

Obeservasi merupakan tindakan mengamati keadaan umum klien.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara yaitu inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi dan pemeriksaan dilakukan mulai dari kepala,

telinga, mata, hidung, mulut, leher, dada, perut, genitalia, dan

esktremitas atas dan bawah.

2. Data skunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh selain klien,

yaitu keluarga, orang terdekat, teman, dan orang lain yang tahu tentang

status kesehatan klien. Selain itu, studi dokumentasi juga dapat dilihat

dari hasil pemeriksaan seperti dokter, ahli gizi, ahli fisioterapi,

laboratorium, juga termasuk sumber data sekunder.

G. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan

dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara

menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan


masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti

dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk

memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam

analisis adalah: (Nursalam, 2015)

Data yang dikumpulkan dari hasil anamnese, observasi, analisa

dikumen yang di tuliskan dalam bentuk catatan penelitian yang

selanjutnya disalin dalam bentuk transkip.

H. Etika Penelitian

Ada beberapa prinsip etik dalam penelitian yang melibatkan manusia

sebagai objek penelirian diantaranya:

1. Tidak membahayakan atau mengganggu kenyamanan (the right tofreedom

from harm and discomfort).

Dalam suatu penelitian yang melibatkan manusia sebagai objek penelitian,

seorang peneliti memiliki kewajiban untuk mencegah terjadinya sesuatu

yang membahayakan peserta penellitian. Sesuatu yang membahayakan yang

haru dicegah itu dapat berupa cedera fisik (luka ataupun aktivitas yang

membuat peserta kelelahan), emosional (penelitian yang membuat peserta

stress atau ketakutan ataupun masalah), sosial (misalnya kehilangan

dukungan sosial/social support), ataupun masalah financial (misalnya

kehilangan uang/harta). Secara etik seorang peneliti harus membuat strategi

untuk mencegah masalah tersebut terjadi. Penelitian sebaiknya dilakukan

oleh orang yang memiliki kualifikasi yang baik khususnya jika penelitian
tersebut menggunakan alat atau prosedur yang membahayakan. Jika

penelitian tersebut adalah penelitian yang akan melakukan uji coba obat

sebaiknya tidak dilakukan langsung kepada manusia namun diuji cobakan

kepada binatang terlebih dahulu (Pamungkas,2017).

2. Hak perlindungan dari eksploitas

Keterlibatan peserta dalam suatu penelitian tidak seharusnya

membuat apa yang rahasia dari peserta. Peserta harus yakin bahwa

partisipasi mereka. Misalnya jika seorang peneliti melakukan penelitian

terkait penggunaan narkoba, seorang tidak harus takut paparan otoritas

pidana (Pamungkas,2017)

3. Menghormati privasi dan kerahasian subyek penelitian (respect forprivacy

and confidentiality).

Setelah seorang peneliti mendapatkan semua data yang

diinginkan dari peserta penelitian, selanjutnnya peneliti tidak diperbolehkan

untuk menampilkan semua informasi mengenai identitas baik nama maupun

alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apa pun untuk menjaga

anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan

koding (inisial atau identification number), sebagai pengganti identitas

responden sehingga kerahasian peserta penelitian dapat terjaga (Pamungkas,

2017).
DAFTAR PUSTAKA

Arif Putra, A., Tanto, C., & Aninditha, T. (2012). No Title. In Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius.
Arsyad, R. ., Irmaini, D., & Hidayaturrami. (2018). Hubungan Sindroma
Dispepsia Dengan Pretasi Belakar Pada Siswa Kelas XI SMAN 4 Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Biomedis, 4, 36–42.
Budiono, Pertami, & Sumirah, D. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi
Medika.
Doenges, E., & Marilyin. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3).
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Hidayat, A. . (2012). Rise. In Riset Keperawatan Dan Teknik Penelitian Ilmiah
(Edisi 2). Salemba Medika.
Mansjoer, & Arif. (2011). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Media
Aesculapius.
Pardiansyah, R., & M, Y. (2016). Upaya Pengelolaan Dispepsia Dengan
Pendekatan Pelayanan Dokter Keluarga. Vol. 5.
Punamasari, L. (2017). Faktor Risiko, Klasifikasi, Dan Terapi Sindrom
Dyspepsia. Cuntinuing Medical Education, 22, 870–873.
Purnamasari, L. (2017). Faktor Risiko, Klasifikasi, Dan Terapi Sindrom
Dispepsia. 870.
Putri, Ernalia, & Bebasari. (2015). gambaran Sindrom Dispepsia Fungsional
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2014.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/artcle/view/6202/5902
RI, K. (2012). Fakultas Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam.
Sorongan, I. ., Pangemanan, D. H. ., & Untu, F. . (2013). Hubungan Antara
PolaMakan Dengan Kejadian Sindroma Dispepsia Pada Siswa-Siswi elas XI
Di SMA Negeri 1 Manado. E-Jurnal Keperawatan, Vol 1.
Supardi, S., & Rustika. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. CV. Trans Info
Media.
Syafriani. (2015). Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Dispepsia Pada
Masyarakat.
WHO. (2015). Maternal Mortality, In : Reproduction Health And Research.
World Health Organization.
Yuriko, A. (2013). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Depresi Pada
Penderita Dispepsia Fungsional.

Anda mungkin juga menyukai