PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Poliomyelitis
2.1.1 Definisi
Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan
oleh virus. Poliovirus (PV) merupakan agen pembawa penyakit ini, masuk
kedalam tubuh melalui mulut dan menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat
memasuki aliran darah dan masuk ke sistem saraf pusat yang
mengakibatkan terjadinya kelemahan otot dan terkadang menyebabkan
kelumpuhan. Infeksi virus polio terjadi didalam saluran pencernaan yang
menyebar ke kelenjar limfe regional terjadi sebagian kecil penyebaranya ke
sistem saraf. Sistem saraf yang diserang adalah saraf motorik otak bagian
grey matter dan kadang-kadang menimbulkan kelumpuhan.1,2
2.1.2 Epidemiologi
kota dan 10 provinsi di Jawa dan Sumatera dengan jumlah kasus 303 pada
tahun 2005 dan 2 kasus 2006.(6,7)
2.1.3 Etiologi
ultraviolet. Virus ini juga tumbuh baik di berbagai biakkan jaringan dan
mengakibatkan efek sitopatik dengan cepat. (6,7)
Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-
tahun dalam deep freeze. Dapat tahan terhadap banyak bahan kimia
termasuk sulfonamide, antibiotic (streptomisin, penisilin, kloromisetin),
eter, fenol, dan gliserin. Virus dapat dimusnahkan dengan cara pengeringan
atau dengan pemberian zat oksidator kuat seperti peroksida atau kalium
permanganate. Reservoir alamiah satu-satunya ialah manusia, walaupun
virus juga terdapat pada sampah atau lalat (6,7)
2.1.4 Patofisiologi
Infeksi pada susunan saraf pusat terjadi akibat replikasi cepat virus
ini. Virus polio menempel dan berkembang biak pada sel usus yang
mengandung polioviruses receptor (PVR) dan telah berkoloni dalam waktu
kurang dari 3 jam. Sekali terjadi perlekatan antara virion dan replikator,
pelepasan virion baru hanya butuh 4-5 jam saja. (2,5)
2. Poliomielitis abortif
Diduga secara klinis hanya pada daerah yang terserang epidemic,
terutama yang diketahui kontak dengan penderita poliomyelitis yang
jelas. Diperkirakan terdapat 4-8% penduduk pada suatu epidemi. Timbul
mendadak, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Biasanya
sekitar 2-10 hari. Gejala berupa infeksi virus, seperti malaise, anoreksia,
nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorok, konstipasi, nyeri
abdomen dan demam jarang melebihi 39,5ᵒC. Diagnosis pasti hanya bias
dengan menemukan virus di biakan jaringan. (9,10)
8
Major Illnesses
2. Poliomielitis paralitik
Gejala klinis adalah gejala dari poliomyelitis non paralitik ditambah
dengan satu atau lebih sekelompok otot, skelet atau kranial. Gejala-gejala
ini dapat disertai jeda tanpa gejala beberapa hari dan kemudian pada
puncak berulangan dengan paralisis. Paralisis kandung kencing sekitar 1-
3 hari pada sekitar 20% penderita dan atoni usus dalah lazim. Paralisis
flaksid adalah ekspresi klinis yang paling jelas karena terjadinya atrofi
muskuler disebabkan oleh denervasi ditambah atrofi karena tidak
digunakan. (9,10)
a. Bentuk spinal
Dengan gejala kelemahan/paralysis/paresis otot leher, abdomen, tubuh,
diafragma, toraks dan terbanyak ekstremitas bawah. Tersering otot besar,
pada tungkai bawah otot kuadriceps femoris, pada lengan otot deltoideus.
Sifat paralisis asimetris. Refleks tendon mengurang/menghilang. Tidak
terdapat gangguan sensibilitas.
b. Bentuk bulbar
Terjadi akibat kerusakan motorneuron pada batang otak sehingga terjadi
insufisiensi pernafasan, kesulitan menelan, tersedak, kesulitan makan,
kelumpuhan pita suara dan kesulitan bicara. Saraf otak yang terkena
adalah saraf V, IX, X, XI dan kemudian VII. Sebagaimana kelainan saraf
lainnya, tidak dapat digantikan atau diperbaiki. Perbaikan secara klinik
terjadi akibat kerja neuron yang rusak akan diambil oleh neuron yang
berdekatan (sprouting) atau alih fungsi oleh otot lain atau perbaikan sisa
otot yang masih berfungsi.
Gangguan motorik satu atau lebih saraf otak dengan atau tanpa gangguan
pusat vital yakni pernafasan dan sirkulasi
c. Bentuk bulbospinal
Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar
d. Bentuk ensefalitik
Dapat disertai gejala delirium, kesadaran yang menurun, tremor dan
kadang-kadang kejang. (9,10)
priamidalis adalah biasa tetapi tidak ada pada poliomielitis. Khas, ada
sedikit sel tetapi kadar globulin dalam cairan serebrospinal naik.
2. Neuritis perifer biasanya terjadi pasca injeksi, keracunan (timah
hitam, avitaminosis), herpes zooster kranialis paralitik, neuropati pasca
difteri.
3. ensefalitis virus yang dibawa antropoda, rabies, dan tetanus telah
dirancukan seperti poliomielitis bulbar.
4. botulisme dapat sangan menyerupai poliomielitis bulber; kaku kuduk
dan pleositosis tidak ada.
5. ensefalopati tipe demielinasi disertai dengan atau pasca eksantem dan
infeksi lain atau terjadi sebagai sekuele yang tidak menguntungkan dari
vaksinasi antirabies.
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan hantaran saraf dan elektromiografi dapat merujuk secara
lebih tepat kerusakan saraf secara anatomic. Cara ini akan dapat
mempermudah memisahkan polio dengan kelainan lain akibat
demielinisasi pada saraf tepi, sehingga bisa membedakan polio dengan
kerusakan motor neuron lainnya misalnya Sindrom Guillain-Barre.
11
Diambil dari daerah faring atau tinja pada orang yang dicurigai terkena
poliomyelitis. Pada spesimen tinja harus sudah diambil dalam waktu
<14 hari setelah kelumpuhan, untuk mencegah terjadinya spesimen
yang tidak adekuat dan dilakukan 2 kali dengan tenggang waktu antara
keduanya minimal 24 jam dan ditemukan gambaran virus polio.(1,2)
2.1.9 Penatalaksanaan
a. fase akut
Antibiotik untuk mencegah infeksi pada otot yang flaccid
Analgetik untuk mengurangi nyeri kepala, myalgia, dan spasme
Antipiretik untuk menurunkan suhu.
Foot board, papan penahan pada telapak kaki, agar kaki terletak pada
sudut yang tetap terhadap tungkai
Bila terjadi paralysis pernafasan seharusnya dirawat di unti perawatan
khusus karena penderita memerlukan bantuan pernafasan mekanis.
Pada poliomyelitis tipe bulber kadang-kadang refleks menelan
terganggu dengan bahaya pneumonia aspirasi. Dalam hal ini kepala
anak diletakkan lebih rendah dan dimiringkan ke salah satu sisi.
b. Fase post-akut
kontraktur, atrofi dan atoni otot dikurangi dengan fisioterapi.
Tindakkan ini dilakukan setelah 2 minggu. Penatalaksanaan
fisioterapi yang dilakukan :
- Heating dengan menggunakan IRR ( infra red radiation )
13
2.1.10 Komplikasi
2.1.11 Prognosis
Hasil akhir dari penyakit ini tergantung bentuknya dan letak lesinya.
Jika tidak mencapai korda spinalis dan otak, maka kesembuhan total
sangat mungkin. Keterlibatan otak dan korda spinalis bisa berakibat
pada paralysis atau kematian (biasanya dari kesulitan bernafas). Secara
umum polio lebih sering mengakibatkan disabilitas daripada kematian.
Pasien dengan polio abortif bisa sembuh sepenuhnya . Pada pasien
dengan polio non-paralitik atau aseptic meningitis, gejala bisa menetap
selama 2-10 hari, lalu sembuh total.(8,9)
Pada bentuk paralitik bergantung pada bagian yang terkena. Pada
kasus polio spinal, sel saraf yang terinfeksi akan hancur sepenuhnya,
paralysis akan permanent. Sel yang tidak hancur tapi kehilangan fungsi
sementara akan kembali setelah 4-6 minggu setelah onset. 50% dari
14
penderita polio spinal sembuh total, 25% dengan disabilitas ringan, 25%
dengan disabilitas berat. Perbedaan residual paralysis ini tergantung
derajat viremia, dan imunitas pasien. Jarang polio spinal yang bersifat
fatal. Bentuk spinal dengan paralysis pernafasan dapat ditolong dengan
bantuan pernafasan mekanik. Tanpa bantuan ventilasi, kasus yang
melibatkan system pernafasan, menyebabkan kesulitan bernafas atau
pneumonia aspirasi. Keseluruhan, 5-10% pasien dengan polio paralysis
meninggal akibat paralysis otot pernafasan. Angka kematian bervariasi
tergantung usia 2-5% pada anak-anak, dan hingga 15-30% pada dewasa.
Tipe bulbar prognosisnya buruk, kematian biasanya karena
kegagalan fungsi pusat pernapasan atau infeksi sekunder jalan nafas.
Polio bulbar sering mengakibatkan kematian bila alat bantu nafas tidak
tersedia. Dengan alat bantu nafas angka kematian berkisar antara 25-
50%. Bila ventilator tekanan positif tersedia angka kematian bisa
diturunkan hingga 15%.Otot-otot yang lumpuh dan tidak pulih kembali
menunjukkan paralysis tipe flasid dengan atonia, arefleksia, dan
degenerasi.
Komplikasi residual paralysis tersebut ialah kontraktur terutama
sendi, subluksasio bila otot yang terkena sekitar sendi, perubahan trofik
oleh sirkulasi yang kurang sempurna hingga mudah terjadi ulserasi.
Pada keadaan ini diberikan pengobatan secara ortopedik.(6,7)
Vaksin ini harus disimpan tertutup pada suhu 2-8oC. dapat disimpan
beku pada temperature <-20oC. Keputusan WHO, vaksin ini boleh
digunakan multidose dengan syarat :
dengan interval 6-8 minggu. Satu dosis sebanyak 2 tetes (0.1 ml)
diberikan per oral pada umur 2-3 bulan dapat diberikan bersama vaksin
DPT dan Hib.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
7. World Health Organization. The Disease and The Virus. Dalam : Global
Polio Eradication Initiative. (available from :
www.who.int/topics/poliomyelitis/en/)
8. Chatterjee A, Vidyant S, Dhole TN. Polio eradication in India: Progress, but
environmental surveillance and vigilance still needed. Vaccine
2013;31:1268-75.
PR
1. Apa yang dimaksud dengan vaksin polio monovalen, bivalen dan trivalen?
Monovalen (mOPV1 and mOPV3), sebelum pengembangan tOPV, OPV
Monovalen (mopVs) dikembangkan pada awal tahun 1950an. Vaksin polio ini
memberikan kekebalan hanya pada satu jenis dari tiga serotipe OPV, namun tidak
memberikan perlindungan terhadap dua jenis lainnya. OPV Monovalen untuk virus
Polio tipe 1 (mopV1) dan tipe 3 (mOPV3) dilisensikan lagi pada tahun 2005 dan
akhirnya mendapatkan respon imun melawan serotipe yang lain.
Bivalen (bOPV), setelah April 2016, vaksin virus Polio Oral Trivalen diganti
dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV). Bivalen OPV hanya mengandung
virus serotipe 1 dan 3 yang dilemahkan, dalam jumlah yang sama seperti pada
vaksin trivalen. Bivalen OPV menghasilkan respons imun yang lebih baik terhadap
jenis virus Polio tipe 1 dan 3 dibandingkan dengan OPV trivalen, namun tidak
memberikan kekebalan terhadap serotipe 2.
Trivalen (tOPV) adalah vaksin utama yang digunakan untuk imunisasi rutin
terhadap virus Polio. Dikembangkan pada tahun 1950 oleh Albert Sabin, tOPV
terdiri dari campuran virus polio hidup dan dilemahkan dari ketiga serotipe tersebut.
tOPV tidak mahal, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang untuk
ketiga serotipe virus Polio. Vaksin Trivalen ditarik pada bulan April 2016 dan
diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV), yang hanya mengandung
virus dilemahkan vaksin tipe 1 dan 3.
2. Diagnosis Banding
Sindrom Gullain Barre
Patogenesis
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang
mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih belum
diketahui dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa
kerusakan saraf yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui
mekanisme imunlogi. Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan
mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah:
20
Gejala Klinis
Gejala awal antara lain adalah rasa seperti ditusuk-tusuk jarum di ujung
jari kaki atau tangan atau mati rasa di bagian tubuh tersebut. Kaki terasa
berat dan kaku mengeras, lengan terasa lemah dan telapak tangan tidak
bisa mengenggam erat atau memutar sesuatu dengan baik (buka kunci,
buka kaleng dan lain-lain). Gejala awal ini bisa hilang dalam tempo
waktu beberapa minggu, penderita biasanya tidak merasa perlu
perawatan atau susah menjelaskannya pada tim dokter untuk meminta
perawatan lebih lanjut karena gejala-gejala akan hilang pada saat
diperiksa. Gejala tahap berikutnya pada saat mulai muncul kesulitan
berarti, misalnya : kaki sudah melangkah, lengan menjadi sakit lemah,
dan kemudian dokter menemukan syaraf refleks lengan telah hilang
fungsinya
- Mielitis transversus
Transverse Myelitis merupakan kumpulan gejala klinik berupa kelemahan,
gangguan sensoris, dan disfungsi autonom, yang melibatkan proses imun
yang terjadi di daerah abu-abu dan putih pada sumsum tulang sehingga
menyebabkan demielinasi dari axon, akibat terjadinya trauma pada
sumsum tulang belakang. Dengan adanya proses inflamasi mengakibatkan
kerusakan pada selubung mielin yang akan meninggalkan jaringan parut,
sehingga hantaran saraf akan terhambat. Penyakit ini baru dikenal sejak
ditemukan pada awal tahun 50-an.
21
sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel dapatmempengaruhi proses
ini, misalnya ion K +, N+ dan C. Transpor aktif adalah pergerakan atau
pemindahan yang menggunakan energy untuk mengeluarkan dan
memasukan ion - ion dan molekul melalui membransel yang bersifat
parmeabel dengan tujuan memelihara keseimbangan molekul kecil didalam
sel.
-Osmosis adalah difusi pelarut melalui membran. Jika terdapat dua larutan
yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran sampai
kedua larutan seimbang dan merupakan difusi air dari daerah yang memiliki
potensial air lebihtinggi ke daerah yang potensial airnya lebih rendah, melalui
suatumembransemi permeabel. Potensial osmotik suatu larutan selalu
negatif yang ekivalen dengan nilaitekanan osmotiknya yang sebenarnya.