Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:
Dewi Triyana
(712018053)

Pembimbing:
dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT DR. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus berjudul

SKIZOFRENIA PARANOID

Dipersiapkan dan disusun oleh:


Dewi Triyana
(712018053)

Pembimbing:
dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
DR. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Palembang, November 2019


Dosen Pembimbing

dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Skizofrenia Paranoid” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan
Klinikdi Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit DR. Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasullullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir
zaman.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan, maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. dr. Abdullah Sahab, Sp. KJ, selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua yang telah banyak membantu dengan doa yang tulus dan
memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan Tim sejawat seperjuangan dan semua pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin.

Palembang, November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................
Halaman Pengesahan .................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I. Laporan Kasus .................................................................................. 1
BAB II. Diskusi ............................................................................................. 12
Lembar Follow Up ........................................................................................ 18
Daftar Pustaka ............................................................................................... 19

iii
iv
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI PENDERITA
Nama : Ny. A
Usia : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Permpuan
Status Perkawinan : Menikah
Suku / Bangsa : Palembang / Indonesia
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Alamat : Kelurahan Tangga Takat
Datang ke RS : Rabu, 13 November 2019
Cara ke RS : Diantar keluarga
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat RS. Dr. Ernaldi Bahar Palembang.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dengan penderita pada Jumat, 13 November Mei 2019 Pukul
09.30 WIB
2. Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita pada Minggu, 13 November
2019 Pukul 09.30 WIB

A. Sebab Utama
Pasien ngamuk, gelisah dan memukul suaminya.

1
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien dibawa ke IGD RS. dr. Ernaldi Bahar dengan keluhan mengamuk
dan gelisah serta memukul suaminya sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga
mengalami keluhan sulit tidur, Pasien mengatakan bahwa dia merasa kesal
dengan suaminya, dia mengatakan bahwa suaminya memiliki wanita simpanan
selain dia, selama dilakukan wawancara pasien berpindah-pindah tempat duduk
dan sering mengamati sekitar, pasien terlihat tegang dan waspada.
menurut informasi dari keluarga pasien hanya tidur 2-3 jam / hari sejak± 5
hari yang lalu. Pasien pertama kali mengalami perubahan perilakus sejak 1 bulan
yang lalu, keluarga mengatakan pasien menjadi pendiam, sering melamun, dan
jarang bicara pada keluarga serta kadang memukul dinding dirumahnya dan
memarahi suaminya. Ibu pasien sering melihat pasien berbicara sendiri seperti
ada lawan bicara, jika ibu pasien bertanya dengan siapa pasien bicara, pasien
hanya diam dan tidak mau menjawab. Pasien juga tidak mau lagi mendengar
perintah dan nasihat dari suaminya.
Kegiatan sehari-hari masih bisa dilakukan dengan baik walau harus
disuruh terlebih dahulu. Sebelum gejala muncul, Ny. A adalah orang yang
pendiam, tertutup. Keluhan percobaan bunuh diri atau mencelakakan diri sendiri
disangkal.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA


A. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Pasien memiliki riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya, sudah menderita
gangguan sejak tahun 2017. Pasien pernah di rawat 1 minggu dengan keluhan
yang sama.

B. Riwayat Kondisi Medis Umum


1. Riwayat trauma kapitis (-)
2. Riwayat asma (-) saat kecil.
3. Riwayatalergi(-)
4. Riwayat DM (-)
5. Riwayat hipertensi (-)

2
6. Riwayat kejang (-)
7. Riwayatalkohol (-)
8. Riwayat NAPZA (-)
9. Riwayat merokok (-)

C. Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak merokok, tidak pernah memakai zat psikoaktif apapun, dan
tidak pernah mengonsumsi alkohol

D. Timeline Perjalanan Penyakit Pasien

Tahun 2017 2018 13 november 2019

- Mengamuk Tidak ada keluhan - gelisah


- berbicara sendiri - mengamuk dan
- mudah marah, memukul dinding

- mulai sering - bicara sendiri


mendengar - halusinasi visual
bisikan - mudah marah
- melihat hantu

IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat Premorbid
1. Bayi :Menurut keluarga pasien lahir normal, cukup bulan, ditolong
oleh dukun.
2. Anak :Menurut keluarga, pasien tidak pernah mengalami demam
tinggi dan kejang (step), pasien pendiam dan mudah bergaul
3. Remaja :Menurut keluarga, pasien pendiam.

3
4. Dewasa :Menurut keluarga, pasien pendiam.

B. Situasi Hidup Sekarang


Pasien saat ini tidak bekerja, pasien tinggal bersama kedua orang tuanya.

C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.

Keterangan:
: Pasien bernama Ny. A usia 36 Tahun

D. Riwayat Pendidikan
Pasien tamat sekolah hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)

E. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja

F. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah.

G. Agama
Pasien beragama Islam

H. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal bersama suami dan anak dua

4
I. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien belum pernah berurusan dengan pihak berwajib.

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin perempuan, sesuai usia, perawatan diri baik,
memakai baju kemeja abu-abu motif dengan celana warna hitam dan
memakai sandal jepit.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien tampak waspada, gelisah, dan bingung.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kontak dengan pemeriksa ada, pasien tidak kooperatif terhadap
pemeriksa.

5. Mood dan Afek


1. Mood : Disforik
2. Afek : terbatas

6. Pembicaraan
1. Spontanitas : Spontan
2. Kualitas : Baik
3. Kuantitas : Baik

7. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi auditorik ada : suara yang menyuruh pasien untuk memukul
suaminya bahwa suaminya berselingkuh.
2. Ilusi : tidak ada

5
8. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran : koheren
a) Kontinuitas : kontinu
b) Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikiran
Gangguan isi pikiran : waham paranoid

9. Kesadaran dan Kognisi


1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
2. Orientasi :
a) Waktu : baik
b) Tempat : baik
c) Orang : baik
3. Daya Ingat : baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : terganggu
5. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat membaca
6. Kemampuan visuospasial :Pasien kurang dapat menjelaskan
perjalanan dari rumah ke RS.
Ernaldi Bahar.
7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien makan, minum dan
mandi bisa sendiri.

10. Pengendalian Impuls


Pasien tampak gelisahpada proses tanya jawab yang dilakukan namun
tidak terdapat gerakan involunter.

11. Daya Nilai


1. Penilaian realita : RTA terganggu
2. Tilikan : Derajat 2, ambivalensi terhadap penyakitnya

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan dilakukan pada hari Rabu, 13 November 2019

6
A. Status Internus
1. Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda Vital : TD: 143/97mmHg, N: 120 x/menit, RR: 20 x/menit,
T: 36,7oC
3. Kepala : Normocephali, Konjungtiva palpebra anemis (-),
Sklera ikterik (-), mulut kering (-), mata cekung (-).
4. Thorax : BJ I dan II Normal, Gallop (-), Murmur (-), Vesikuler
normal (+), Wheezing (-), Ronkhi (-).
5. Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (-), BU (+) normal
Pembesaran hepar dan lien (-).
6. Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik.

B. Status Neurologikus
1. GCS : 15
E : membuka mata spontan (4)
V : bicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
2. Fungsi sensorik terganggu yaitu pasien memiliki gangguan pendengaran
3. Fungsi Motorik tidak terganggu

VII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


1. Pasien datang ke IGD RS Ernaldi Bahar diantar keluarganya pada tanggal
13 november 2019. Pasien datang dengan suami dan ibunya karena
mengamuk.
2. Ibu pasien sering melihat pasien berbicara sendiri seperti ada lawan bicara, jika
ibu pasien bertanya dengan siapa pasien bicara, pasien hanya diam dan tidak
mau menjawab. (Halusinasi Visual)
3. Pasien sering mendengar suara bisikan dari telinga yang hanya bisa didengar
oleh pasien. Bisikan mengatakan “suaminya berselingkuh” . (Halusinasi
Auditori).

7
4. Pasien terlihat benci dan sering marah dengan keluarga terutama suaminya.
tetapi dengan tetangga atau orang lain terlihat biasa saja. (gejala negative)
5. Pasien juga tidak mau minum dirumah karena selalu curiga bahwa suaminya
ada wanita lain (Waham paranoid)
6. Pasien tidak memiliki masalah pada kesadaran, daya ingat, fungsi kognitif dan
orientasi, memori.
7. Mood disforik dan afek terbatas atau menyempit.
8. Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
9. Pasien lahir normal dibantu dukun beranak, tidak memiliki riwayat demam
tinggi dan kejang (step), tidak memiliki masalah tumbuh kembang.
10. Pasien merupakan pribadi yang pendiam, dan sikap yang tertutup.

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Aksis I:
 Bedasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, tidak
terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai
dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi, serta orientasi
yang masih baik, sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental
Organik (F.0).
 Dari anamnesis diketahui bahwa pasien tidak mengkonsumsi alkohol
danriwayat penggunaaan zat-zat terlarang atau NAPZA. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa pasien ini tidak termasuk Gangguan Mental dan
Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol (F1)
 Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita berupa
adanya halusinasi dan waham, maka pasien ini menderita gangguan
psikotik (F.2)
 Halusinasi yang dialami pasien berupa halusinasi auditorik dan visual
serta waham berupa waham paranoid sudah terjadi lebih dari 1 bulan,
sehingga termasuk kedalam skizofrenia (F.20)
 Halusinasi auditorik yang memberikan perintah kepada pasien memenuhi
kriteria umum skizofrenia paranoid (F.20.0)

8
 Waham paranoid yang memenuhi kriteria umum skizofrenia paranoid
(F.20.0)

Aksis II:
Pada pasien untuk diagnosis multiaksial aksis II, pasien memiliki ciri
kepribadian yang cenderung untuk tetap menyimpan dendam, kecurigaan dan
kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dengan
menyalahartikan tindakan orang lain yang netral, kecurigaan yang berulang tanpa
dasar termasuk ciri kepribadian paranoid.

Aksis III:
Pada diagnosis multiaksial aksis III tidak ditemukan adanya gangguan kondisi
medik umum yang dimiliki penderita sehingga aksis III pada pasien tidak ada
diagnosis.

Aksis IV:
Pada penderita untuk aksis IV memilki masalah dengan “primary support
group” (keluarga)

Aksis V:
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale saat
datang ke Rumah Sakit yaitu 60-51 yaitu gejala sedang, disabilitas sedang.

IX. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid


Aksis II : Ciri Kepribadian Paranoid
Aksis III : Tidak ada Gangguan
Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
Aksis V : GAF Scale 60-51

9
X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.

B. Psikologik
Pasien mengalami halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham paranoid.

C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan suami dan kedua anaknya.

XI. PROGNOSIS
A. Quo ad Vitam : dubia ad bonam
B. Quo ad Functionam : dubia ad malam
C. Quo ad Sanationam : dubia ad malam

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka
- Risperidon 2 x 2 mg
- Merlopam 1 x 1 mg

B. Psikoterapi
1. Terhadap Penderita
a. Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi dan
edukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, faktor
penyebab (stressor), cara pengobatan, prognosis dan risiko kekambuhan
agar pasien tetap taat minum obat dan segera datang ke dokter bila gejala
serupa muncul dikemudian hari. Adanya efek samping obat dan
pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh dokter.

10
b. Memberikan psikoterapi suportif, yaitu memberikan intervensi langsung
dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan
fungsi sosial.
c. Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa, senantiasa
memperbanyak ibadahmendekatkan diri kepada Tuhan dan semangat
dalam menjalani hidup.

2. Terhadap Keluarga
a. Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien, gejala,
kemungkinan penyebab, dampak, faktor-faktor pemicu kekambuhan dan
prognosis sehingga keluarga dapat memberikan dukungan kepada pasien
b. Dapat membantu mengurangi dan menghadapi stres.
c. Meminta keluarga untuk selalu mengingatkan pasien untuk kontol rutin
dan minum obat secara teratur.
d. Meminta keluarga untuk mendukung pasien, mengajak pasien
berinteraksi dan beraktivitas serta membantu hubungan sosial pasien
ketika pasien sudah kembali ke rumah.

BAB II

11
DISKUSI

Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar


pada kepribadian, distorsi proses pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek
yang abnormal. Meskipun demikian, kesadaran pasien tetap jernih. Pasien
mengalami hendaya berat dalam menilai realitas.
Diagnosis gangguan skizofrenia dapat ditegakan berdasarkan PPDGJ III
(Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang berpedoman pada
DSM-V. Pedoman diagnostik:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam / jelas):
A. “thought echo” : isi pikirannya sendiri yang berulang / bergema dalam
kepalanya
“thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion), atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
(withdrawal).
“thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain /
umum mengetahuinya.
B. “delusion of control” : waham dirinya dikendalikan oleh kekuatan tertentu
“delusion of influence” : waham dirinya dipengaruhi oleh kekuatan dari luar
“delusion of pasivity” : waham dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar.
“delusion of perception” : pengalaman inderawi yang tak wajar yang
bermakna, sifat mistik dan mukjizat.
C. Halusinasi auditorik : suara berkomentar terus menerus/ mendiskusikan perihal
pasien sendiri.
D. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar, misal: perihal keyakinan agama dan politik, mampu mengendalikan
cuaca, berkomunikasi dengan makhluk asing.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini harus ada secara jelas:
E. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa aja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

12
afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-valued issue) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
F. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berkaibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
G. Perilaku katatonik, keadaan gaduh gelisah (ex-citement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor.
H. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; akan tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika.
I. Adanya gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung satu bulan atau lebih
(tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
J. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku probadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan
diri secara sosial.1

Adapun kriteria skizofrenia menurut DSM-V adalah sebagai berikut :


A. Karakteristik Gejala
Terdapat 2 atau lebih dari kriteria dibawah ini, masing-masing terjadi dalam
kurun waktu yang signifikan selama 1 bulan (atau kurang bila telah berhasil
diobati). Paling tidak salah satunya harus (1), (2), atau (3):
a) Delusi/Waham
b) Halusinasi
c) Bicara Kacau (contoh: sering melantur atau inkoherensi)
d) Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
e) Gejala negative (yaitu: ekspresi emosi yang berkurang atau kehilangan
minat)

13
catatan: hanya diperlukan 1 gejala di kriteria A bila terdapat waham bizar atau
halusinasi berupa suara-suara yang mengomentari perilaku atau pikiran pasien,
atau 2 atau lebih suara yang berbicara satu sama lain.
B. Disfungsi Sosial/Pekerjaan
Selama kurun waktu yang signifikan sejak awitan gangguan, terdapat satu atau
lebih disfungsi pada area fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkat yang
dicapai sebelum awitan (atau jika awitan pada masa anak-anak atau remaja,
ada kegagalanuntuk mencapai beberapatingkat pencapaian hubungan
interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
C. Durasi
Tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6
bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila telah
berhasil diobati) yang memenuhi kriteria A (yi. gejala fase aktif) dan dapat
mencakup periode gejala prodromal atau residual. Selama periode gejala
prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai
gejala negatif saja atau 2 atau lebih gejala yang terdaftar dalam kriteria A yang
muncul dalam bentuk yang lebih lemah (cth., keyakinan aneh, pengalaan
perseptual yang tidak lazim).
D. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif
Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar dengan ciri psikotik
telah disingkirkan baik karena a) Tidak ada episode depresif manik, atau
campuran mayor yang terjadi bersamaan dengan gejala fase aktif, maupun b)
Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif durasi totalnya relatif singkat
dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E. Eksklusi kondisi medis umum/zat
Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh:
obat yang disalahgunaan, obat medis) atau kondisi medis umum.

F. Hubungan dengan keterlambatan perkembangan global

14
Jika terdapat riwayat gangguan autistik atau keterlambatan perkembangan
global lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat bila waham atau
halusinasi yang prominen juga terdapat selama setidaknya satu bulan (atau
kurang bila telah berhasil diobati)1.
Berdasarkan hasil anamnesa (alloanamnesa) serta pemeriksaan status
mental, dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam
kasusini dapat didiagnosa sebagai Skizofrenia Tak Terinci (F20.3). Pedoman
diagnostik secara umum skizofrenia telah terpenuhi dan secara spesifik
digolongkan ke dalam skizofrenia tak terinci.1
Untuk diagnosis skizofrenia tak terinci harus memenuhi seluruh
persyaratan berikut yaitu 1:
(a) memenuhi kriteri umum untuk diagnosis skizofrenia.
(b) tidak memenuhi diagnosis skizofrenia paranoid, herbefrenik, atau
katatonik.
(c) tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi
pasca-skizofrenia.
Pasien juga mempunyai emosi yang labil sehingga pasien sering
mengamuk meskipun tanpa alasan yang jelas. Hal ini juga menunjukkan
adanya gejala positif skizoprenia yang mencolok.
Pengobatan pada skizofrenia sebenarnya tidak ada pengobatan yang
spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya
dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pengobatan
skizofrenia diobati dengan antipsikotik. Obat antipsikotik dibagi dalam dua
kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor
antagonist atau antipsikotika generasi I (tipikal) dan serotonin-dopamine
antagonist atau antipsikotika generasi II (atipikal). Obat APG-I berguna
terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif. APG-II bermanfaat baik
untuk gejala positif maupun negatif.2.
Risperidone merupakan APG-II mempunyai mekanisme kerja melalui
interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak.
Risperidone merupakan antipsikotika pertama setelah clozapin yang mendapat
persetujuan FDA. Risperidone memiliki nama dagang Risperdal tersedia

15
dalam bentuk tablet 1 mg, 2 mg, dan 3 mg. Dosis Risperidone berkisar antara 4
- 16 mg, namun dosis yang biasa digunakan berkisar antara 4 - 8 mg. Selain
dalam bentuk tablet, risperidone juga tersedia dalam bentuk depo (long acting)
yang dapat digunakan setiap dua minggu. Walaupun dikatakan ia merupakan
antagonis D2kuat, kekuatanya jauh lebih rendah dibandingkn APG II seperti
Haloperidol, sehingga efek samping ekstrapiramidalnya lebih rendah
dibandingkan dengan APG I.
Merlopam adalah lorazepam, merupakan golongan benzodiazepine.
Benzodiazepine mengaktifkan ketiga tapak pengikatan gama-aminobutiric
acid-benzodiazepin (GABA-BZ) spesifik, reseptor GABAA, yang kemudian
membuka saluran klorida dan mengurangi kecepatan letupan neuronal dan otot.
Karena distribusi jaringan reseptor GABA yang luas benzodiazepine memiliki
efek sedatif, relaksan otot, dan antikonvulsan. Dengan meningkatkan aktivitas
GABA maka kerja otak akan melambat dan menghasilkan efek menenagkan
atau sedatif.
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan
psikoterapi. Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap penderita agar
memahami tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, faktor
penyebab (stresor), cara pengobatan, prognosis dan risiko kekambuhan agar
pasien tetap taat minum obat dan segera datang ke dokter bila gejala serupa
muncul dikemudian hari. Dijelaskan juga bahwa pengobatan berlangsung lama,
adanya efek samping obat dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh
dokter.3
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan
untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi penderita agar dapat
menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Keluarga penderita juga diberikan
terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian informasi
kepada keluarga mengenai penyebab penyebab penyakit yang dialami
penderita serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan
menerima kondisi penderita untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta
mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.3.

16
Prognosis penderitainiadalahdubia ad bonampadaquo ad vitamdan dubia
ad malam untuk quo ad fungsionamnya sedangkan untuk quo ad
sanationamnya adalah dubia admalam.

17
TABEL FOLLOW UP

Rabu, 13 November S: Pasien gelisah, dibawa keluarga ke IGD. Dan pasien


2019. mengatakan sedang kesal
Pukul 09:30 WIB O: KU baik, compos mentis, afek terbatas atau
Instalasi Gawat menyempit , mood disforik, koheren, waham paranoid
Darurat (IGD) (+), halusinasi auditorik (+) kontak (+)
TD: 135/85 mmHg,
N: 90x/menit,
RR:20x/menit,
T:36,7 C
A: F 20.0
P: - Risperidon 2 x 2 mg
- Merlopam 1 x 0,5 mg
Kamis , 14 november S: pasien mengatakan ketakutan
2019. O: KU baik, compos mentis, afek terbatas atau
Pukul 13.00 WIB menyempit, mood disforik, koheren, kontak (+),
Bangsal Cempaka halusinasi auditorik (+)
TD: 120/70 mmHg
N: 88x/menit
RR:18x/menit
T: 36,5 C
A: F 20.0
P: - Risperidon 2 x 2 mg
- Merlopam 1 x 0,5 mg

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan B.J., SAdock. 2012. Kaplan & Sadock’s Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi ke 2. EGC.
2. Maslim, R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya.
3. Maslim, R. 2010. Panduan Praktis Penggunaan Klinik Obat Psikotropik.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
4. Nevid, J.S., Rathus, S.A., dan Greene, B. 2015. Psikologi Abnormal (Jilid I)
Alih Bahasa: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakrta: PT Gelora
Aksara Pratama.

19

Anda mungkin juga menyukai