PENDAHULUAN
Masalah kesehatandi anggap dapat mempengaruhi suatu keadaan global dan harus
di jadikan prioritas utama dalam penanggulangannya, serta memiliki dampak besar
terhadap kualitas hidup seseorang.Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas suatu
negara, contohnya saja masalah kesehatan yang di anggap sangat penting yaitu masalah
polio.
Polio adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus polio dan dapat menga-
kibatkan kelumpuhan yang permanen, Penyakit ini menyerang sistim syaraf dan dapat
menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian dalam hitungan beberapa jam.
Walaupun penyakit polio ini dapat menyerang semua umur.(http://
www.Litbang.Depkes.go.id).
Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus.Agen
pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV) masuk ke tubuh
melalui mulut, menginfeksi saluran usus.Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke system saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kelumpuhan (QQ
Scarlet, 2008).
1
namun penyakit ini lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 sampai 5
tahun (Suharjo, 2010).
Penyakit polio dapat menyerang semua kelompok umur, namun kelompok umur
yang paling rentan adalah 1-15 tahun dari semua kasus polio ( Surya, 2007 ). Penelitian
Soemiatno dalam Apriyatmoko (1999) menyebutkan bahwa 33,3 % dari kasus polio
adalah anak-anak di bawah 5 tahun. Infeksi oleh golongan enterovirus lebih banyak
terjadi pada laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 1,5-2,5 : 1. Risiko
kelumpuhan meningkat pada usia yang lebih tinggi,terutama bila menyerang individu
lebih dari 15 tahun (Sardjito,1997). WHO memperkirakan adanya 140.000 kasus baru
dari kelumpuhan yang diakibatkan oleh poliomyelitis sejak tahun 1992 dengan jumlah
keseluruhan penderita anak yang menderita lumpuh akibat polio diperkirakan 10 sampai
20 juta orang.
Pada saat ini terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu OVP ( Oral Polio Vaccine) dan
IPV (Inactivted Polio Vaccine). Namun kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya vaksin inilah yang menjadikan penyakit polio menjadi penyakit endemik di
beberapa negara. Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan mampu menjawab
berbagai pertanyaan yang muncul di masyarakat tentang polio beserta
penanggulangannya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan memberikan asuhan
keperawatan klien dengan polio yang dihubungkan dengan imunisasi polio
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penyakit polio.
1.2.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami imunisasipolio.
1.3 Manfaat
Untuk mengetahui dan memahami penyakit polio dan tanda serta gejalanya,
serta mampu menyusun asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit polio
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Poliomielitis atau polio adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus
polio, yang termasuk dalam kelompok enterovirus, famili Picornavirus (Cahyono,2010).
Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide
dan larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi dalam keadaan
beku masa hidupnya dapat bertahun-tahun.
Dalam World Health Assembly 1998, yang diikuti sebagian besar negara di dunia,
dibuatkesepakatanuntukmelakukan eradikasi polio (Erapo) tahun 2000. Artinya dunia
bebas polio pada tahun 2000. Dalam rangka meneliminasi polio pada tahun 2000. Dalam
rangka mengeliminasi polio, Depkes, pada tahun 1995, 1996, dan 1997 mencanangkan
Pekan Imunisasi Nasional,dengan mewajibkan anak memperoleh oral polio
vaccine/OPV. Polio menyerang tanpa mengenal usia, namun penyakit ini lima puluh
persen kasus terjadi pada anak berusia 3 hingga 5 tahun.
3
2.2 Etiologi Polio
Polio ini disebabkan oleh virus polio. Virus polio merupakan virus yang
termasuk kedalam genus enterovirus. Virus polio memiliki tiga tipe, yaitu tipe 1,2, dan
3. Ketiga virus tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan. Di alam bebas, virus polio
dapat bertahan selama 48 jam pada musim kemarau dan dua minggu pada musim hujan.
Di dalam usus manusia, virus dapat bertahan hidup sampai dua bulan. Virus polio
tahan terhadap sabun,detergen, alkohol, eter, dan kloroform, tetapi virus ini akan mati
dengan pemberian formaldelhida 0,3 %, klorin, pemanasan, dan snar ultraviolet
(Widoyono, 2011).
Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun dalam
deep freeze. Dapat tahan terhadap banyak bahan kimia termasuk sulfonamida,
antibiotika (streptomisin, penisilin, kloromisetin), eter, fenol dan gliserin. Virus dapat
dimusnahkan dengan cara pengeringan atau dengan pemberian zat oksidator yang kuat
seperti peroksida atau kalium permanganat. Reservoir alamiah satu-satunya ialah
manusia, walaupun virus juga terdapat pada sampah atau lalat. Masa inkubasi biasanya
anatara 7-10 hari, tetapi kadang-kadang terdapat kasus dengan inkubasi antara 3-35 hari
(Ngastiyah,1997).
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat
menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam
hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi
pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama
berkisar dari 3 hingga 35 hari.
4
karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala
sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit.
Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan
atau minuman yang terkontaminasi feses. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan
keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan
virus. Virus polio adalah virus yang termasuk dalam famili Picornaviridae dan
merupakan penyebab penyakit poliomielitis. Virus ini memiliki diameter ~30 nm, tahan
pada keadaan asam (pH 3 atau lebih rendah), dan berbentuk ekosahedral. Virion
(partikel penyusun) virus polio terdiri dari empat protein kapsid yang berbeda, disebut
VP1, VP2, VP3, dan VP4. Genom (materi genetik) dari virus polio terdiri dari RNA
utas tunggal positif (+) yang berukuran 7441 nukleotida. Virus polio diklasifikasikan
menjadi tiga golongan berdasarkan sifat antigenik dari struktur protein penyusunnya.
Virus ini menyebar melalui kontaminasi tinja pada makanan ataupun pasokan air.
Untuk bereplikasi, genom virus akan masuk ke dalam sel inang melalui endositosis
sementara partikel virus lainnya dibuang. Reseptor untuk pengikatan virus ini terletak
pada epitelium usus manusia. Apabila virus ini telah berhasil menginfeksi usus maka
dapat terjadi kerusakan jaringan dan mengakibatkan diare.
a).Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan
tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
b).Poliomyelitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat C,sakit
tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring terlihat hiperemi.Dan
gejala ini berlangsung beberapa hari.
5
Gejala klinis:hamper sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini timbul beberapa hari
kadang-kadang diikuti masa penyembuhan sementara untuk kemudian masuk dalam
fase kedua dengan demam,nyeri otot.khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku
otot belakang leher,tulang tubuh dan anggota gerak.Dan gejala ini berlangsung dari 2-
10 hari.
d).Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.Awalnya berupa gejala abortif
diikuti dengan membaiknya keadaan selama 1-7 hari.kemudian disusun dengan
timbulnya gejala lebih berat disertai dengan tanda-tanda gangguan saraf yang terjadi
pada ekstremitas inferior yang terdapat pada femoris,tibialis anterior,peronius.
Sedangkan pada ekstermitas atas biasanya pada biseps dan triseps.
b) Gangguan pusat pernafasan dimana irama nafas menjadi tak teratur bahkan
dapat terjadi gagal nafas.
6
3. Bentuk bulbospinal yang merupakan gejala campuran antara bentukspinal dan
bentuk bulbur.dan gejalanya berupa : kadang ensepalitik,di sertai dengan
delirium,kesadaran menurun,tremor dan kejang.
2.4 Patofisiologi
Virus ditularkan infeksi droplet dari oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau
tinja penderita infeksi. Penularan terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia
melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari
mulut ke mulut). Fekal-oral berarti minuman atau makanan yang tercemar virus polio
yang berasal dari tinja penderita masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Sementara itu,
oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat
lainnya. Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap
formaldehide dan larutan chlor. Suhu tinggi cepat mematikan virus, tetapi pada keadaan
beku dapat bertahan bertahun-tahun. Ketahanan virus di tanah dan air sangat
bergantung pada kelembapan suhu dan mikroba lainnya. Virus itu dapat bertahan lama
pada air limbah dan air permukaan, bahkan hingga berkilo-kilometer dari sumber
penularan.
Meski penularan terutama akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari
penderita yang infeksius, virus itu hidup di lingkungan terbatas. Salah satu inang atau
mahluk hidup perantara yang dapat dibuktikan hingga saat ini adalah manusia.Virus
polio masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak di dalam tenggorokan dan
saluran pencernaan,diserap dan disebarkan melalui system pembuluh getah bening.
7
Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis ).
2.5 Penatalaksanaan
8
4. Mopping Up
Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah 5 tahun
di daerah ditemukannya penderita polio tanpa melihat status imunisasi polio
sebelumnya.
Tampaknya di era globalisasi di mana mobilitas penduduk antarnegara
sangat tinggi dan cepat muncul kesulitan dalam mengendalikan penyebaran virus
ini. Selain pencegahan dengan vaksinasi polio, tentu harus disertai dengan
peningkatan sanitasi lingkungan dan sanitasi perorangan. Penggunaan jamban
keluarga, air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, serta memelihara
kebersihan makanan merupakan upaya pencegahan dan mengurangi resiko
penularan virus polio yang kembali mengkhawatirkan.
Menjadi salah satu keprihatinan dunia bahwa kecacatan akibat polio
menetap tak bisa disembuhkan. Penyembuhan yang bisa dilakukan sedikit sekali
alias tidak ada obat untuk menyembuhkan polio. Namun sebenarnya orangtua
tidak perlu panik jika bayi dan anaknya telah memperoleh vaksinasi polio
lengkap.
Kebutuhan rehabilitasi bagi anak polio diarahkan untuk:
1. Menumbuh kembangkan kemampuan agar dapat mengatasi akibat
kelumpuhan
2. Menjaga agar kelainan tidak menjadi parah.
Diantara kebutuhan rehabilitasi bagi anak yang lumpuh karena polio,
adalah :
a. Mengurangi kondisi kontraktur sendi, melenturkan urat yang kaku maupun
memendek, mengatasi otot fleksid, meningkatkan ruang gerak sendi, melatih
fungsi koordinasi dan lain-lain melalui berbagai bentuk terapi.
b. Pemberian alat bantu khusus sesuai kebutuhan seperti brace pendek, brace
panjang, skoliosisi, flat foot, sepatu koreksi, splint/bidai.
c. Bimbingan ADL baik dengan ataupun tanpa alat bantu
d. Bimbingan mobilitas, mulai dari posisi tubuh sampai berjalan
e. Bimbingan sosial psikologis untuk menghilangkan dampak negatif kelainan
f. Pendidikan anak dengan orang tua
g. Bimbingan ekonomi produktif
9
Selain dengan melakukan vaksinasi Polio dan rehabilitasi, cara lain untuk
mencegah penyakit polio adalah dengan selalu melakukan cuci tangan bila akan
melakukan sesuatu pekerjaan seperti makan juga memperhatikan personal
hygiene dan cuci tangan yang baik.
2.5.2 Pengobatan
Seorang penderita polio akan sulit diobati. Salah satu pengobatannya adalah
dengan pemberian imunisasi sejak balita.Penderita polio dapat menular melalui
air liur / feses. Virus polio dapat tahan dengan alkohol dan lisol, tetapi peka
terhadap fermoldehida dan larutan klorin. Suhu yg tinggi dapat mematikan virus
tersebut. Namun,suhu yg rendah dapat membuat virus ini bertahan hingga
bertahun-tahun. Pemberian imunisasi polio saat balita sangat membantu
pencegahan polio di masa depan.Penyakit polio akan lebih berbahaya jika
menyerang orang dewasa yg belum diimunisasi sama sekali. Tidak ada
pengobatan untuk orang yang terinfeksi hanya pengobatan suportif. Seperti :
1. Analgesik untuk nyeri
2. Bed rest untuk penyembuhan
3. Diet bernutrisi
4. Minimalkan excersice
5. Kompres hangat pada nyeri otot
6. Perawatan di rumah sakit untuk paralitik
7. Komplikasi polio pada kelemahan lengan dan kaki
1. Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit
polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang
jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan
kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji
oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio
tersebut bersifat ganas atau lemah.
2. Uji Serology
10
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada
darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena
polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi
aktif pada saat pasien tersebut sakit.
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatanjumlah sel darah
putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein
sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).
Terlampir
1. Deformitas Tulang
Disebabkan oleh kelemahan otot, deformitas tulang mungkin akan terjadi
disebabkanoleh positioning yang salah.
2. Abnormalitas Neurologis
Saraf yang terjepit mungkin terjadi pada pasien pengidap polio dan
menyebabkaneksaserbasi atropi otot dan kelemahan.
3. Komplikasi Respiratory
11
Skoliosis dan atropi otot dapat menyebabkan penyakit paru. Penyakit paru
tersebutakan berakibat pada insufisiensi pernafasan dancore pulmonale.
2.9 Prognosis
Prognosis polio bergantung pada derajat penyakitnya. Pada polio ringan dan
sedang, kebanyakan pasien sembuh sempurna dalam jangka waktu singkat. Penderita
polio spinal 50% akan sembuh sempurna, 25% mengalami disabilitas ringan, 25%
disabilitas serius dan permanen. Sebanyak 1% penderita polio berat akan mengalami
kematian.
12
2.11 Indikasi
Indikasi pemberian vaksinasi polio adalah remaja dan dewasa yang belum
pernah imunisasi polio, orang tua yang anaknya diimunisasi polio.
Salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah poliomielitis
atau polio. Penyakit polio termasuk penyakit menular karena disebabkan oleh virus.
Agen virus pembawa penyakit ini dinamakan poliovirus (PV) yang masuk ke dalam
tubuh melalui mulut, kemudian menginfeksi saluran usus, memasuki aliran darah dan
sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan melemahnya otot dan kelumpuhan (paralisis).
Penyakit ini dapat terjadi karena kelalaian ataupun belum mendapat imunisasi
polio yang berakibat daya tahan tubuh untuk manghadapi poliovirus (PV) menjadi
sangat lemah. Oleh sebab itu, pemberian vaksin polio pada bayi dan anak-anak sangat
besar manfaatnya, terutama melindungi kesehatan tubuh dengan merangsang
pembentukan kekebalan secara aktif dari sistem imun terhadap penularan poliovirus
(PV). Pemberian vaksin polio merupakan pertahanan tubuh yang akan dibawa seumur
hidup. Semakin banyak bayi dan anak-anak yang mendapat vaksin polio, maka semakin
besar jumlah yang memiliki kekebalan tinggi dan semakin kecil kemungkinan
terjadinya penularan
Imunisasi polio sebaiknya diberikan tepat waktu, agar imunitas bayi dan anak-
anak berkembang dengan baik. Imunisasi polio juga merupakan upaya pencegahan
sejak dini dan meningkatkan taraf kesehatan nasional.
13
Untuk bai yang dirawat di rumah sakit disarankan pemberian IPV (Suharjo
dkk,2010:79).
Pada saat ini ada dua jenis vaksin polio, yaitu OPV (Oral Polio Vaccine) dan
IPV (Inactived Polio Vaccine). OPV diberikan 2 tetes melalui mulut, sedangkan IPV
diberikan melalui suntikan (dalam kemasan sendiri atau kombinasi DPaT).
Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir kemudian dilanjutkan dengan
imunisasi dasar. Untuk imunisasi dasar. Untuk imunisasi dasar, diberikan pada umur
2,4, dan 6 bulan. Pada PIN (Pekan Imunisasi Nasional) semua balita harus mendapat
imunisasi tanpa memandang status imunisasi kecuali pada penyakit dengan daya tahan
tubuh menurun (imunokompromais). Bila pemberiannya terlambat, jangan mengulang
pemberiannya dari awal tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi sesuai dengan jadwal.
Imunisasi polio pada remaja dan dewasa diberikan pada yang belum pernah imunisasi
dan pekerjaan kontak dengan penderita polio. Bagi ibu yang anaknya diberikan OVP,
diberikan 2 tetes dengan jadwal seperti imunisasi dasar. Pemberian air susu ibu tidak
berpengaruh terhadap respon pembentukan daya tahan tubuh terhadap polio, sehingga
saat pemberian vaksin, anak tetap bisa minum ASI.
Imunisasi polio ulangan (penguat) diberikan saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan
dosis berikutnya diberikan pada usia 15-19 tahun. Sejak tahun 2007, semua calon
jemaah haji dan umroh dibawah 15 tahun harus mendapatkan 2 tetes OPV.
14
Gambar 3. Jadwal Imunisasi
1. Cucitangan
5. Atur posisi bayi dengan cara menelentangkan bayi diatas pangkuan ibu / ditempat
tidur
6. Teteskan vaksin kemulut (pipet tidak boleh menyentuh mulut) sesuai dosis yang
dianjurkan yaitu 2 tetes.
7. Cuci tangan
9. Pendokumentasian
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Anak L usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke RS. Ibu pasien menyatakanbahwa
anaknya menagalami demam, muntah-muntah, sakit kepala, lesu, dan terjadi kram pada
otot leher, punggung, otot terasa lembek jika disentuh, ini sejak tiga hari yang lalu. Ibu
pasien merasa cemas karena anaknya belum pernah mendapatkan vaksin polio sejak
kecil. Setelah dikaji pasien mengalami kelumpuhan batang tubuh, ekstremitas bawah,
dada, dan perut, kelemahan saraf facialis, trigeminal, auditorial, dan glasofaringeal
mengalami gangguan. TD: 80/60 mmhg, N: 60 x/menit, S: 39oC, RR: 17 x/menit.
Pengkajian
1. Identias Klien
Nama : An. L
Umur : 3 tahun
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Gresik
2. Penanggung Jawab
16
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sebelum pernah dirawa di RS. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronik
dan menular. Pasien tidak memiliki alergi dan belum pernah dioperasi.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini .Lingkungan sekitar rumah
berada di area pemukiman kumuh.
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : badan terlihat kurus dan lemas. Kaki tidak dapat digunakan untuk
berdiri
Kesadaran : composmentis
Tanda-Tanda Vital
RR : RR: 17 x/m
Suhu : 39’C
Nadi : 60 x/m
Lingkar Kepala : 50 cm
B1 ( Breathing )
- Pola nafas : irama teratur - Retraksi oto bantu nafas : tidak ada
17
- Suara nafas : vesikuler - Alat bantu pernafasan : tidak
B2 ( Blood ) : Normal
Data lain :-
B5 ( Bowel ) :
B6 ( Bone ) :
- Kekutan otot : 4 4
0 0
- Turgor : baik
- Refleks
18
- Sensori
8. Pengkajian Psikososial
Pasien terus menangis dan kurang kooperatif. Ayah dan ibu pasien tampak cemas dan
bingung tentang kondisi anak mereka.
9. Pemeriksaan Penunjang
19
DS : Anak mengeluhkan Virus masuk kedalam Gangguan Mobilitas Fisik
nyeri pada otot leher, tubuh
punggung dan otot terasa Infeksi
lembek ketika disentuh Gangguan syaraf
DO : kekuatan otot Paralis (kram otot)
esktermitas atas kanan/kiri
4/4, kekuatan otot
ekstermitas bawah
kanan/kiri 0/0
pasien mengalami
kelumpuhan batang tubuh,
ekstremitas bawah, dada,
dan perut, kelemahan saraf
facialis, trigeminal,
auditorial, dan
glasofaringeal mengalami
gangguan
DS: ibu pasien Polio Ansietas pada keluarga
mengunggkapkan cemas Anak mengalami
karena anaknya sejak kecil kelumpuhan dan gangguan
belum pernah divaksin pada tubuhnya
polio Kurang informasi
DO : Ibu px terlihat gelisah Ansietas pada keluarga
3.3 Diagnosa
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah
20
3.4 Intervensi
1. Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan
muntah.
Intervensi Keperawatan :
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri : Untuk memantau
Buat perencanaan makan dan mengetahui
dengan anak yang masuk pola makan anak
dalam jadwal makan,
lingkungan makan, kesukaan
dan ketidaksukaan anak, serta
suhu makanan.
2. Dukung anggota keluarga Menambah
untuk membawa makanan masukan dan
kesukaan anak dari rumah. merangsang anak
untuk makan
lebih banyak
3. Berikan makanan secara Mencukupi
adekuat masukan
sehingga output
dan intake
seimbang
4. Berikan makanan dalam Sehingga
21
porsi sedikit tetapi sering mempermudah
proses
pencernaan
5. Timbang berat badan anak Mengetahui
dengan timbangan yang sama perkembangan
(tergantung pada program anak
protokol)
6. Kolaborasi : Menentukan diet
Diskusikan dengan ahli gizi yang tepat pada
dalam menentukan kebutuhan anak
protein anak yang mengalami
ketidakadekuatan asupan
protein atau kehilangan
protein.
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh normal (36-37ºC), anak tidak gelisah, akral hangat, tidak
terjadidiaforesis
Intervensi Keperawatan :
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri :
Berikan kompres mandi hangat, hindari Dapat membantu
penggunaan alcohol. mengurangi demam.
22
menggigil atau diaphoresis. penyakit infeksius
3. Ajarkan anggota keluarga dalam mengukur Mengetahui perkembangan
suhu untuk mencegah dan mengenali secara suhu anak
dini hipertermia
4. Pantau suhu lingkungan, batasi atau Suhu ruangan atau jumlah
tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal
5. Kolaborasi :
Berikan antipiretik misalnya ASA (Aspirin), Digunakan untuk
Asetaminofen,Tylenol mengurangi demam
dengan aksi sentral nya ke
hipotalamus
Intervensi Keperawatan :
No Intervensi Rasional
.
1 Mandiri :
Tentukan aktivitas atau Memberikan
keadaan fisik anak informasi untuk
mengembangkan
rencana perawatan
bagi program
rehabilitasi.
23
2. Ajarkan dan bantu anak dalam Untuk menurunkan tingkat
melakukan ADL: mandi, berpakaian, ketergantungan anak dan
makan lebih mandiri, serta
kebutuhan terpenuhi seperti
pada sebelum terjadi polio
24
4. Dx 4 : Kecemasan pada keluarga b/d kondisi penyakit pada anak
25
keluarga. dapat diberikan dalam
jumlah
yangdapatdibatasi
setelah periode yang
diperpanjang.
6. Kolaborasi :
Memotivasi anak atau keluarga untuk Anak terlibat dalam
ikut serta dalam perencanaan perawatan dirinya
pengobatan dan perawatan. sendiri.
3.5 Evaluasi
4. Kecemasan px berkurang
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Poliomielitis atau polio adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus
polio, yang termasuk dalam kelompok enterovirus, famili Picornavirus
(Cahyono,2010). Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam
tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi tinja penderita dan bisa juga dari air liur penderita. Selanjutnya virus
menginfeksi usus kemudian memasukialiran darah dan mengalir ke sistem saraf
pusatyang menyebabkan melemahnya otot dan kadang-kadang menyebabkan
kelumpuhan.Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel. Dapat
diidolasi 3 strain virus tersebut yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (lansing), dan tipe 3
(Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut. Cara pencegahan yang
utama adalah dengan memberikan imunisasii polio, meningkatkan kebersihan diri dan
lingkungan keluarga, serta kebersihan alat dan bahan makanan serta minuman.
4.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Ahern, Nancy R dan Wilkinson, Judith M.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
9.Jakarta : EGC
Arvin. Behrman Kliegman. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3. Jakarta :
EGC
Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta:
Penerbit KANISIUS
Center for Disease Control and Prevention. 2006.Epidemiology and Prevention of Vaccine-
Preventable Disease 9th edition. Edited by : Atkinson W, hamborsly J, Mclntyre L,
Wolfe S. Washington, DC. Public Health Foundation
Dewanto, George dkk.. 2009. Panduan Praktik dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan,
hlm 56. Jakarta: EGC
Hidayat, AzizAlimul. 2008. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak, hlm 13. Jakarta: EGC
Howard RS. 2005. Poliomyelitis and the Postpolio syndrome. BMJ. 330:1314-1318
http:// www.Litbang.Depkes.go.id
28
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit hal 331. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta : EGC
Wong, D.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan pediatrik. Diterjemahkan oleh Monica
Ester. Jakarta:EGC.
29
WOC (Web Of Caution)
Poliovirus
RNA virus
Masuk lewat
mulut
Nyeri tenggorokan
Berikatan dgn
reseptor CD155
Masuk ke sel
Hipertermi Mual, muntah badan lemas inang
Virus masuk ke
Sakit kepala Fase klinis aliran darah
minor (viremia)
Virus di
retikuloendotelial
smkn banyak
Viremia kedua
(mayor)
Poliomielitis abortif
30
Menembus Axonal transpor
dari saraf perifer
Melemahnya otot
31