Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatandi anggap dapat mempengaruhi suatu keadaan global dan harus
di jadikan prioritas utama dalam penanggulangannya, serta memiliki dampak besar
terhadap kualitas hidup seseorang.Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas suatu
negara, contohnya saja masalah kesehatan yang di anggap sangat penting yaitu masalah
polio.

Polio adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus polio dan dapat menga-
kibatkan kelumpuhan yang permanen, Penyakit ini menyerang sistim syaraf dan dapat
menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian dalam hitungan beberapa jam.
Walaupun penyakit polio ini dapat menyerang semua umur.(http://
www.Litbang.Depkes.go.id).

Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus.Agen
pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV) masuk ke tubuh
melalui mulut, menginfeksi saluran usus.Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke system saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kelumpuhan (QQ
Scarlet, 2008).

Polio sudah dikenal sejak zaman prasejarah.Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir


kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan
tongkat.Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi
pincang seumur hidupnya.

Polio termasuk penyakit menular melalui kontak antarmanusia, dapat menyebar


luas secara diam-diam karena sebagian tidak tahu kalau mereka sendiri sedang
terjangkit.Dalam World Health Assembly 1998, yang diikuti sebagian besar Negara di
dunia dibuat kesepakatan untuk melakukan eradikasi polio (Erapo) tahun 2000.Artinya
dunia bebas polio pada 2000. Dalam rangka mengeliminasi polio, Depkes pada tahun
1995, 1996 dan 1997 mencanangkan Pekan Imunisasi Nasional dengan mewajibkan
anak memperoleh oral polio vaccine/OPV. Polio menyerang tanpa mengenal usia,

1
namun penyakit ini lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 sampai 5
tahun (Suharjo, 2010).

Penyakit polio dapat menyerang semua kelompok umur, namun kelompok umur
yang paling rentan adalah 1-15 tahun dari semua kasus polio ( Surya, 2007 ). Penelitian
Soemiatno dalam Apriyatmoko (1999) menyebutkan bahwa 33,3 % dari kasus polio
adalah anak-anak di bawah 5 tahun. Infeksi oleh golongan enterovirus lebih banyak
terjadi pada laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 1,5-2,5 : 1. Risiko
kelumpuhan meningkat pada usia yang lebih tinggi,terutama bila menyerang individu
lebih dari 15 tahun (Sardjito,1997). WHO memperkirakan adanya 140.000 kasus baru
dari kelumpuhan yang diakibatkan oleh poliomyelitis sejak tahun 1992 dengan jumlah
keseluruhan penderita anak yang menderita lumpuh akibat polio diperkirakan 10 sampai
20 juta orang.

Pada saat ini terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu OVP ( Oral Polio Vaccine) dan
IPV (Inactivted Polio Vaccine). Namun kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya vaksin inilah yang menjadikan penyakit polio menjadi penyakit endemik di
beberapa negara. Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan mampu menjawab
berbagai pertanyaan yang muncul di masyarakat tentang polio beserta
penanggulangannya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan memberikan asuhan
keperawatan klien dengan polio yang dihubungkan dengan imunisasi polio
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penyakit polio.
1.2.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami imunisasipolio.

1.3 Manfaat

Untuk mengetahui dan memahami penyakit polio dan tanda serta gejalanya,
serta mampu menyusun asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit polio

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Polio

Poliomielitis atau polio adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus
polio, yang termasuk dalam kelompok enterovirus, famili Picornavirus (Cahyono,2010).
Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide
dan larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi dalam keadaan
beku masa hidupnya dapat bertahun-tahun.

Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh


melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
tinja penderita dan bisa juga dari air liur penderita. Selanjutnya virus menginfeksi usus
kemudian memasukialiran darah dan mengalir ke sistem saraf pusatyang menyebabkan
melemahnya otot dan kadang-kadang menyebabkan kelumpuhan.

Dalam World Health Assembly 1998, yang diikuti sebagian besar negara di dunia,
dibuatkesepakatanuntukmelakukan eradikasi polio (Erapo) tahun 2000. Artinya dunia
bebas polio pada tahun 2000. Dalam rangka meneliminasi polio pada tahun 2000. Dalam
rangka mengeliminasi polio, Depkes, pada tahun 1995, 1996, dan 1997 mencanangkan
Pekan Imunisasi Nasional,dengan mewajibkan anak memperoleh oral polio
vaccine/OPV. Polio menyerang tanpa mengenal usia, namun penyakit ini lima puluh
persen kasus terjadi pada anak berusia 3 hingga 5 tahun.

Gambar 1. Penyakit Polio (Atika, 2011)

3
2.2 Etiologi Polio

Polio ini disebabkan oleh virus polio. Virus polio merupakan virus yang
termasuk kedalam genus enterovirus. Virus polio memiliki tiga tipe, yaitu tipe 1,2, dan
3. Ketiga virus tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan. Di alam bebas, virus polio
dapat bertahan selama 48 jam pada musim kemarau dan dua minggu pada musim hujan.
Di dalam usus manusia, virus dapat bertahan hidup sampai dua bulan. Virus polio
tahan terhadap sabun,detergen, alkohol, eter, dan kloroform, tetapi virus ini akan mati
dengan pemberian formaldelhida 0,3 %, klorin, pemanasan, dan snar ultraviolet
(Widoyono, 2011).

Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel. Dapat diidolasi 3


strain virus tersebut yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (lansing), dan tipe 3 (Leon). Infeksi
dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut, yaitu dapat dibuktikan dengan
ditemukannya 3 macam zat anti dalam serum seorang penderita. Epidemi yang luas dan
ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, epidemi yang ringan oleh tipe 3 sedangkan
tipe 2 kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik (Ngastiyah,1997).

Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun dalam
deep freeze. Dapat tahan terhadap banyak bahan kimia termasuk sulfonamida,
antibiotika (streptomisin, penisilin, kloromisetin), eter, fenol dan gliserin. Virus dapat
dimusnahkan dengan cara pengeringan atau dengan pemberian zat oksidator yang kuat
seperti peroksida atau kalium permanganat. Reservoir alamiah satu-satunya ialah
manusia, walaupun virus juga terdapat pada sampah atau lalat. Masa inkubasi biasanya
anatara 7-10 hari, tetapi kadang-kadang terdapat kasus dengan inkubasi antara 3-35 hari
(Ngastiyah,1997).

Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat
menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam
hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi
pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama
berkisar dari 3 hingga 35 hari.

Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban.


Polio menular melalui kontak antarmanusia. Polio dapat menyebar luas diam-diam

4
karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala
sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit.

Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan
atau minuman yang terkontaminasi feses. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan
keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan
virus. Virus polio adalah virus yang termasuk dalam famili Picornaviridae dan
merupakan penyebab penyakit poliomielitis. Virus ini memiliki diameter ~30 nm, tahan
pada keadaan asam (pH 3 atau lebih rendah), dan berbentuk ekosahedral. Virion
(partikel penyusun) virus polio terdiri dari empat protein kapsid yang berbeda, disebut
VP1, VP2, VP3, dan VP4. Genom (materi genetik) dari virus polio terdiri dari RNA
utas tunggal positif (+) yang berukuran 7441 nukleotida. Virus polio diklasifikasikan
menjadi tiga golongan berdasarkan sifat antigenik dari struktur protein penyusunnya.
Virus ini menyebar melalui kontaminasi tinja pada makanan ataupun pasokan air.
Untuk bereplikasi, genom virus akan masuk ke dalam sel inang melalui endositosis
sementara partikel virus lainnya dibuang. Reseptor untuk pengikatan virus ini terletak
pada epitelium usus manusia. Apabila virus ini telah berhasil menginfeksi usus maka
dapat terjadi kerusakan jaringan dan mengakibatkan diare.

2.3 Manifestasi Polio

Poliomyelitis terbagi menjadi empat bagian yaitu:

a).Poliomyelitis asimtomatis

Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan
tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.

b).Poliomyelitis abortif

Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat C,sakit
tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring terlihat hiperemi.Dan
gejala ini berlangsung beberapa hari.

c)Poliomyelitis non paralitik

5
Gejala klinis:hamper sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini timbul beberapa hari
kadang-kadang diikuti masa penyembuhan sementara untuk kemudian masuk dalam
fase kedua dengan demam,nyeri otot.khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku
otot belakang leher,tulang tubuh dan anggota gerak.Dan gejala ini berlangsung dari 2-
10 hari.

d).Poliomyelitis paralitik

Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.Awalnya berupa gejala abortif
diikuti dengan membaiknya keadaan selama 1-7 hari.kemudian disusun dengan
timbulnya gejala lebih berat disertai dengan tanda-tanda gangguan saraf yang terjadi
pada ekstremitas inferior yang terdapat pada femoris,tibialis anterior,peronius.
Sedangkan pada ekstermitas atas biasanya pada biseps dan triseps.

Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :

1. Bentuk spinal,dapat mengenai otot leher,toraks abdomen,diafragma,dan


ekstremitasan
2. Bentuk bulbar,dapat mengenai satu atau lebih saraf cranial,gangguan pusat
pernafasan, termoregulator,dan sirkulasi

a) Saraf otak yang terkena :

1) Bagian atas (N.III – N.VII) dan biasanya dapat sembuh.

2) Bagian bawah (N.IX – N.XIII ) : pasase ludah di faring terganggu


sehingga terjadi pengumpulan air liur,mucus dan dapat menyebabkan
penyumbatan saluran nafas sehingga penderita memerlukan ventilator.

b) Gangguan pusat pernafasan dimana irama nafas menjadi tak teratur bahkan
dapat terjadi gagal nafas.

c) Gangguan sirkulasi dapat berupa hipertensi,kegagalan sirkulasi perifer atau


hipotensi

d) Gangguan termoregulator yang kadang-kadang terjadi hiperpireksia.

6
3. Bentuk bulbospinal yang merupakan gejala campuran antara bentukspinal dan
bentuk bulbur.dan gejalanya berupa : kadang ensepalitik,di sertai dengan
delirium,kesadaran menurun,tremor dan kejang.

2.4 Patofisiologi

Poliomyelitis dahulu merupakan penyebab utama ketidakmampuan kronis,


tetapi sejak penggunaan vaksin polio secara rutin, infeksi virus ini sekarang menjadi
jarang. Enterovirus lain, seperti virus Koksackic dan ECHO, atau virus vaksin polio
hidup, dapat juga menyebabkan infeksi akut neuron motorik dengan gejala dan tanda
yang sama dengan poliomielitis, meskipun biasanya ringan. Uji serologis untuk
antibodi tertentu dan biakan virus cairan serebrospinal adalah diagnostik.

Polio disebabkan karena Virus Polio : Family Pecornavirus, Genus virus:


Brunhilde, Lansing, dan Leon. Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan
pengeringan atau oksidan dengan masa inkubasi : 7-10-35 hari

Virus ditularkan infeksi droplet dari oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau
tinja penderita infeksi. Penularan terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia
melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari
mulut ke mulut). Fekal-oral berarti minuman atau makanan yang tercemar virus polio
yang berasal dari tinja penderita masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Sementara itu,
oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat
lainnya. Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap
formaldehide dan larutan chlor. Suhu tinggi cepat mematikan virus, tetapi pada keadaan
beku dapat bertahan bertahun-tahun. Ketahanan virus di tanah dan air sangat
bergantung pada kelembapan suhu dan mikroba lainnya. Virus itu dapat bertahan lama
pada air limbah dan air permukaan, bahkan hingga berkilo-kilometer dari sumber
penularan.

Meski penularan terutama akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari
penderita yang infeksius, virus itu hidup di lingkungan terbatas. Salah satu inang atau
mahluk hidup perantara yang dapat dibuktikan hingga saat ini adalah manusia.Virus
polio masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak di dalam tenggorokan dan
saluran pencernaan,diserap dan disebarkan melalui system pembuluh getah bening.

7
Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis ).

2.5 Penatalaksanaan

2.5.1 Upaya Pencegahan


Cara pencegahan yang utama adalah dengan memberikan imunisasii polio,
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan keluarga, serta kebersihan alat dan
bahan makanan serta minuman.
Ada beberapa langkah upaya pencegahan penyakit polio ini, di antaranya:
1. Eradikasi Polio
Dalam World Health Assembly tahun 1988 yang diikuti oleh sebagian
besar negara di seluruh penjuru dunia dibuat kesepakatan untuk melakukan
Eradikasi Polio (ERAPO) tahun 2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000.
Program ERAPO yang pertama dilakukan adalah dengan melakukan
cakupan imunisasi yang memyeluruh.
2. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Selanjutnya, pemerintah mengadakan PIN pada tahun 1995, 1996, dan
1997. Imunsasi polio yang harus diberikan sesuai dengan rekomendasi WHO
yaitu diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu.
Kemudian diulang pada saat usia 1,5tahun; 5 tahun; dan usia 15 tahun.
Upaya imunisasi yang berulang ini tentu takkan menimbulkan dampak
negatif. Bahkan merupakan satu-satunya program yang efisien dan efektif
dalam pencegahan penyakit polio.
3. Survailance Acute Flaccidd Paralysis
Yaitu mencari penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah
usia 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan apakah
karena polio atau bukan. Berbagai kasus yang diduga polio harus benar-benar
diperiksa di laboratorium karena bisa saja kelumpuhan yang terjadi bukan
karena polio.

8
4. Mopping Up
Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah 5 tahun
di daerah ditemukannya penderita polio tanpa melihat status imunisasi polio
sebelumnya.
Tampaknya di era globalisasi di mana mobilitas penduduk antarnegara
sangat tinggi dan cepat muncul kesulitan dalam mengendalikan penyebaran virus
ini. Selain pencegahan dengan vaksinasi polio, tentu harus disertai dengan
peningkatan sanitasi lingkungan dan sanitasi perorangan. Penggunaan jamban
keluarga, air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, serta memelihara
kebersihan makanan merupakan upaya pencegahan dan mengurangi resiko
penularan virus polio yang kembali mengkhawatirkan.
Menjadi salah satu keprihatinan dunia bahwa kecacatan akibat polio
menetap tak bisa disembuhkan. Penyembuhan yang bisa dilakukan sedikit sekali
alias tidak ada obat untuk menyembuhkan polio. Namun sebenarnya orangtua
tidak perlu panik jika bayi dan anaknya telah memperoleh vaksinasi polio
lengkap.
Kebutuhan rehabilitasi bagi anak polio diarahkan untuk:
1. Menumbuh kembangkan kemampuan agar dapat mengatasi akibat
kelumpuhan
2. Menjaga agar kelainan tidak menjadi parah.
Diantara kebutuhan rehabilitasi bagi anak yang lumpuh karena polio,
adalah :
a. Mengurangi kondisi kontraktur sendi, melenturkan urat yang kaku maupun
memendek, mengatasi otot fleksid, meningkatkan ruang gerak sendi, melatih
fungsi koordinasi dan lain-lain melalui berbagai bentuk terapi.
b. Pemberian alat bantu khusus sesuai kebutuhan seperti brace pendek, brace
panjang, skoliosisi, flat foot, sepatu koreksi, splint/bidai.
c. Bimbingan ADL baik dengan ataupun tanpa alat bantu
d. Bimbingan mobilitas, mulai dari posisi tubuh sampai berjalan
e. Bimbingan sosial psikologis untuk menghilangkan dampak negatif kelainan
f. Pendidikan anak dengan orang tua
g. Bimbingan ekonomi produktif

9
Selain dengan melakukan vaksinasi Polio dan rehabilitasi, cara lain untuk
mencegah penyakit polio adalah dengan selalu melakukan cuci tangan bila akan
melakukan sesuatu pekerjaan seperti makan juga memperhatikan personal
hygiene dan cuci tangan yang baik.

2.5.2 Pengobatan
Seorang penderita polio akan sulit diobati. Salah satu pengobatannya adalah
dengan pemberian imunisasi sejak balita.Penderita polio dapat menular melalui
air liur / feses. Virus polio dapat tahan dengan alkohol dan lisol, tetapi peka
terhadap fermoldehida dan larutan klorin. Suhu yg tinggi dapat mematikan virus
tersebut. Namun,suhu yg rendah dapat membuat virus ini bertahan hingga
bertahun-tahun. Pemberian imunisasi polio saat balita sangat membantu
pencegahan polio di masa depan.Penyakit polio akan lebih berbahaya jika
menyerang orang dewasa yg belum diimunisasi sama sekali. Tidak ada
pengobatan untuk orang yang terinfeksi hanya pengobatan suportif. Seperti :
1. Analgesik untuk nyeri
2. Bed rest untuk penyembuhan
3. Diet bernutrisi
4. Minimalkan excersice
5. Kompres hangat pada nyeri otot
6. Perawatan di rumah sakit untuk paralitik
7. Komplikasi polio pada kelemahan lengan dan kaki

2.6 Penatalaksanaan Diagnostik

1. Viral Isolation

Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit
polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang
jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan
kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji
oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio
tersebut bersifat ganas atau lemah.

2. Uji Serology

10
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada
darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena
polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi
aktif pada saat pasien tersebut sakit.

3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)

CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatanjumlah sel darah
putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein
sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).

2.7 WOC (Web Of Caution)

Terlampir

2.8 Komplikasi Polio

Komplikasi beberapa pasien pengidap polio, selama 10-40 tahun kemudian


akanmenampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan otot, penurunan kemampuan
beraktifitas sehari-hari dan atrofi otot. Gejala ini didefinisikan sebagai atrofi otot post-
polio yang berlanjut.Manifestasi lain dari post-polio sindrom termasuk nyeri otot,
deformitas tulang, kelelahan dankram. Perkembangan kemunduran otot pada post-polio
sindrom umumnya lambat dan pada beberapa kasus tidak bisa dilihat hanya dalam 1-2
tahun.

Beberapa komplikasi lain yang mungkin terjadi, diantaranya:

1. Deformitas Tulang
Disebabkan oleh kelemahan otot, deformitas tulang mungkin akan terjadi
disebabkanoleh positioning yang salah.
2. Abnormalitas Neurologis
Saraf yang terjepit mungkin terjadi pada pasien pengidap polio dan
menyebabkaneksaserbasi atropi otot dan kelemahan.
3. Komplikasi Respiratory

11
Skoliosis dan atropi otot dapat menyebabkan penyakit paru. Penyakit paru
tersebutakan berakibat pada insufisiensi pernafasan dancore pulmonale.

2.9 Prognosis

Prognosis polio bergantung pada derajat penyakitnya. Pada polio ringan dan
sedang, kebanyakan pasien sembuh sempurna dalam jangka waktu singkat. Penderita
polio spinal 50% akan sembuh sempurna, 25% mengalami disabilitas ringan, 25%
disabilitas serius dan permanen. Sebanyak 1% penderita polio berat akan mengalami
kematian.

2.10 Pengertian Vaksinasi Polio

Vaksinasi polio adalah tindakan dengan memberikan vaksin polio (dalam


bentuk oral) atau dikenal dengan sebutan oral polio vacine (OPV) yang bertujuan untuk
memberi kekebalan dari penyakit poliomelitis, yang diberikan empat kali dengan
interval 4-6 minggu. Vaksinasi polio merupakan vaksinasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan
pada anak minggu.

Gambar 2. Vaksin polio (Meetdoctor, 2012. http://meetdoctor.com/article/mengenal-vaksin-


polio#)

12
2.11 Indikasi

Indikasi pemberian vaksinasi polio adalah remaja dan dewasa yang belum
pernah imunisasi polio, orang tua yang anaknya diimunisasi polio.

2.12 Manfaat Vaksinasi

Salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah poliomielitis
atau polio. Penyakit polio termasuk penyakit menular karena disebabkan oleh virus.
Agen virus pembawa penyakit ini dinamakan poliovirus (PV) yang masuk ke dalam
tubuh melalui mulut, kemudian menginfeksi saluran usus, memasuki aliran darah dan
sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan melemahnya otot dan kelumpuhan (paralisis).

Penyakit ini dapat terjadi karena kelalaian ataupun belum mendapat imunisasi
polio yang berakibat daya tahan tubuh untuk manghadapi poliovirus (PV) menjadi
sangat lemah. Oleh sebab itu, pemberian vaksin polio pada bayi dan anak-anak sangat
besar manfaatnya, terutama melindungi kesehatan tubuh dengan merangsang
pembentukan kekebalan secara aktif dari sistem imun terhadap penularan poliovirus
(PV). Pemberian vaksin polio merupakan pertahanan tubuh yang akan dibawa seumur
hidup. Semakin banyak bayi dan anak-anak yang mendapat vaksin polio, maka semakin
besar jumlah yang memiliki kekebalan tinggi dan semakin kecil kemungkinan
terjadinya penularan

Imunisasi polio sebaiknya diberikan tepat waktu, agar imunitas bayi dan anak-
anak berkembang dengan baik. Imunisasi polio juga merupakan upaya pencegahan
sejak dini dan meningkatkan taraf kesehatan nasional.

2.13 Efek samping

Poliomielitis pernah dilaporkan sebagai dampak setelah diberikan vaksin polio.


Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala pusing, diare ringan,
dan nyeri otot. Selain itu OPV tidak diberikan pada bayi yang masih di rumah sakit
karena OPV berisi virus polio yang dilemahkan dan vaksin jenis ini bisa disekresikan
(dibuang) melalui tinja selama 6 minggu, sehingga bisa membahayakan bayi lain.

13
Untuk bai yang dirawat di rumah sakit disarankan pemberian IPV (Suharjo
dkk,2010:79).

Adapun beberapa gejala yang muncul setelah pemberian Imunisasi Vaksinasi :

1. Paralisis karena vaksinasi terjadi dalam 2 bulan imunisasi (Sumber:Wong, 2004)


2. Kejang-kejang, tetapi kemungkinan tersebut sangat kecil untuk terjadi.
3. Pusing
4. Diare Ringan
5. Nyeri Otot
6. Orang dewasa dapat menderita polio jika diberi imunisasi per oral, seperti pada
penderita gangguan sistem imun.

2.14 Jadwal pemberian dan dosis

Pada saat ini ada dua jenis vaksin polio, yaitu OPV (Oral Polio Vaccine) dan
IPV (Inactived Polio Vaccine). OPV diberikan 2 tetes melalui mulut, sedangkan IPV
diberikan melalui suntikan (dalam kemasan sendiri atau kombinasi DPaT).

Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir kemudian dilanjutkan dengan
imunisasi dasar. Untuk imunisasi dasar. Untuk imunisasi dasar, diberikan pada umur
2,4, dan 6 bulan. Pada PIN (Pekan Imunisasi Nasional) semua balita harus mendapat
imunisasi tanpa memandang status imunisasi kecuali pada penyakit dengan daya tahan
tubuh menurun (imunokompromais). Bila pemberiannya terlambat, jangan mengulang
pemberiannya dari awal tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi sesuai dengan jadwal.
Imunisasi polio pada remaja dan dewasa diberikan pada yang belum pernah imunisasi
dan pekerjaan kontak dengan penderita polio. Bagi ibu yang anaknya diberikan OVP,
diberikan 2 tetes dengan jadwal seperti imunisasi dasar. Pemberian air susu ibu tidak
berpengaruh terhadap respon pembentukan daya tahan tubuh terhadap polio, sehingga
saat pemberian vaksin, anak tetap bisa minum ASI.

Imunisasi polio ulangan (penguat) diberikan saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan
dosis berikutnya diberikan pada usia 15-19 tahun. Sejak tahun 2007, semua calon
jemaah haji dan umroh dibawah 15 tahun harus mendapatkan 2 tetes OPV.

14
Gambar 3. Jadwal Imunisasi

2.15 Prosedur Pemberian

1. Cucitangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada ibu bayi

3. Persiapkan perlengkapan imunisasi

4. Ambil vaksin polio dalam termoses

5. Atur posisi bayi dengan cara menelentangkan bayi diatas pangkuan ibu / ditempat
tidur

6. Teteskan vaksin kemulut (pipet tidak boleh menyentuh mulut) sesuai dosis yang
dianjurkan yaitu 2 tetes.

7. Cuci tangan

8. Amati dancatat reaksi yang terjadi

9. Pendokumentasian

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Anak L usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke RS. Ibu pasien menyatakanbahwa
anaknya menagalami demam, muntah-muntah, sakit kepala, lesu, dan terjadi kram pada
otot leher, punggung, otot terasa lembek jika disentuh, ini sejak tiga hari yang lalu. Ibu
pasien merasa cemas karena anaknya belum pernah mendapatkan vaksin polio sejak
kecil. Setelah dikaji pasien mengalami kelumpuhan batang tubuh, ekstremitas bawah,
dada, dan perut, kelemahan saraf facialis, trigeminal, auditorial, dan glasofaringeal
mengalami gangguan. TD: 80/60 mmhg, N: 60 x/menit, S: 39oC, RR: 17 x/menit.

Pengkajian

1. Identias Klien

Nama : An. L

Umur : 3 tahun

Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

Alamat : Gresik

2. Penanggung Jawab

Nama/ Usia : Tn. H/ 36 tahun


Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Gresik
3. Keluhan Utama : Paralisis

16
4. Riwayat Penyakit Sekarang

Ibu pasien menyatakanbahwa anaknya menagalami demam, muntah-muntah, sakit


kepala, lesu, dan terjadi kram pada otot leher, punggung, otot terasa lembek jika
disentuh, ini sejak tiga hari yang lalu lalu segera dibawa ke RS. Ibu pasien merasa
cemas karena anaknya belum pernah mendapatkan vaksin polio sejak kecil.
5. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sebelum pernah dirawa di RS. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronik
dan menular. Pasien tidak memiliki alergi dan belum pernah dioperasi.
6. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini .Lingkungan sekitar rumah
berada di area pemukiman kumuh.
7. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : badan terlihat kurus dan lemas. Kaki tidak dapat digunakan untuk
berdiri

Kesadaran : composmentis

Tanda-Tanda Vital

 Tekanan Darah : TD: 80/60 mmhg

 RR : RR: 17 x/m

 Suhu : 39’C

 Nadi : 60 x/m

Berat Badan : 6,3 kg

Tinggi Badan : 100 cm

Lingkar Kepala : 50 cm

B1 ( Breathing )

- Bentuk dada : Normal - Sesak Nafas : Tidak

- Pola nafas : irama teratur - Retraksi oto bantu nafas : tidak ada

17
- Suara nafas : vesikuler - Alat bantu pernafasan : tidak

B2 ( Blood ) : Normal

B3 ( brain ) : Nyeri kepala

Tanda – tanda perangsangan selaput otak


 Kaku kuduk : positif

 Kernig Sign : ada

 Refleks Brudzinski : ada

 Refleks Lasegu : ada

 Data lain :-

B4 ( Bladder ) : Normal , tidak ada masalah

B5 ( Bowel ) :

- Nafsu makan : Menurun

- Porsi makan : tidak habis

- Minum : air putih 600cc / hari

B6 ( Bone ) :

- Kemampuan pergerakan sendi : terbatas

- Kekutan otot : 4 4

0 0

- Turgor : baik

- Odema : tidak ada

- Refleks

 Biceps kanan / kiri : normal

 Triceps kanan / kiri: normal

18
- Sensori

 Nyeri : tidak ada

 Rangsang suhu : tidak ada

 Rasa raba : tidak ada

8. Pengkajian Psikososial

Pasien terus menangis dan kurang kooperatif. Ayah dan ibu pasien tampak cemas dan
bingung tentang kondisi anak mereka.
9. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan sampel fesesditemukan adanya Poliovirus. Pada pemeriksaan


serumditemukan adanya peningkatan antibodi.

3.2 Analisis Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS: Ibu px mengatakan Virus masuk ke dalam Nutrisi kurang dari
anaknya sering muntah, tubuh kebutuhan tubuh
nafsu makan anak menurun Virus Menyerang batang
DO: berat badan anak 6,3 otak
Kg, porsi makan tidak Gangguan syaraf pada
habis, anak terlihat lemah proses menelan
dan lesu Mual muntah
Intake nutrisi kurang
DS: Ibu px mengatakan Virus masuk kedalam Hipertermi
anaknya demam tubuh
DO: hasil TTV : Infeksi
Suhu : 39o C Inflamasi
TD : 80/60 mmHg Suhu tubuh meningkat
Nadi : 60 x/m
RR : 17 x/m

19
DS : Anak mengeluhkan Virus masuk kedalam Gangguan Mobilitas Fisik
nyeri pada otot leher, tubuh
punggung dan otot terasa Infeksi
lembek ketika disentuh Gangguan syaraf
DO : kekuatan otot Paralis (kram otot)
esktermitas atas kanan/kiri
4/4, kekuatan otot
ekstermitas bawah
kanan/kiri 0/0
pasien mengalami
kelumpuhan batang tubuh,
ekstremitas bawah, dada,
dan perut, kelemahan saraf
facialis, trigeminal,
auditorial, dan
glasofaringeal mengalami
gangguan
DS: ibu pasien Polio Ansietas pada keluarga
mengunggkapkan cemas Anak mengalami
karena anaknya sejak kecil kelumpuhan dan gangguan
belum pernah divaksin pada tubuhnya
polio Kurang informasi
DO : Ibu px terlihat gelisah Ansietas pada keluarga

3.3 Diagnosa

1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah

2. Hipertermi b/d proses infeksi

3. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis

4. Kecemasan pada keluarga b/d kondisi penyakit

20
3.4 Intervensi

1. Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan
muntah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam kebutuhan nutrisi tercukupi.


Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan

b. Jumlah Hb normal (anak-anak = 11-13 gr/dl) dan albumin normal (3.5-5gr/dl)

c. Klien tampak segar, terdapat lipatan lemak dibawah kulit

d. Nafsu makan klien meningkat, porsi makan habis

Intervensi Keperawatan :
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri : Untuk memantau
Buat perencanaan makan dan mengetahui
dengan anak yang masuk pola makan anak
dalam jadwal makan,
lingkungan makan, kesukaan
dan ketidaksukaan anak, serta
suhu makanan.
2. Dukung anggota keluarga Menambah
untuk membawa makanan masukan dan
kesukaan anak dari rumah. merangsang anak
untuk makan
lebih banyak
3. Berikan makanan secara Mencukupi
adekuat masukan
sehingga output
dan intake
seimbang
4. Berikan makanan dalam Sehingga

21
porsi sedikit tetapi sering mempermudah
proses
pencernaan
5. Timbang berat badan anak Mengetahui
dengan timbangan yang sama perkembangan
(tergantung pada program anak
protokol)
6. Kolaborasi : Menentukan diet
Diskusikan dengan ahli gizi yang tepat pada
dalam menentukan kebutuhan anak
protein anak yang mengalami
ketidakadekuatan asupan
protein atau kehilangan
protein.

2. Dx 2 : Hipertermi b/d proses infeksi.

Tujuan : Setelah dilakukantindakan 1x 24 jam suhu badan anak kembali normal.

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh normal (36-37ºC), anak tidak gelisah, akral hangat, tidak
terjadidiaforesis

Intervensi Keperawatan :
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri :
Berikan kompres mandi hangat, hindari Dapat membantu
penggunaan alcohol. mengurangi demam.

2. Observasi tanda-tanda vital : pantau suhu Suhu 38,9-41,1


anak (derajat dan pola), perhatikan menunjukkan proses

22
menggigil atau diaphoresis. penyakit infeksius
3. Ajarkan anggota keluarga dalam mengukur Mengetahui perkembangan
suhu untuk mencegah dan mengenali secara suhu anak
dini hipertermia
4. Pantau suhu lingkungan, batasi atau Suhu ruangan atau jumlah
tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal
5. Kolaborasi :
Berikan antipiretik misalnya ASA (Aspirin), Digunakan untuk
Asetaminofen,Tylenol mengurangi demam
dengan aksi sentral nya ke
hipotalamus

3. Dx 3 : Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x 24 jam anak dapat beraktivitas secara


optimal sesuai dengan kemampuan
Kriteria Hasil :
1. Anakdapat melakukan ADL (Activity Daily life)dengan bantuan minimal
2. Anak dapat melakukan ADL (Activity Daily Life) dengan menggunakan
instrument yang efektif
3. Anak tidak mengalami ketergantungan

Intervensi Keperawatan :
No Intervensi Rasional
.
1 Mandiri :
Tentukan aktivitas atau Memberikan
keadaan fisik anak informasi untuk
mengembangkan
rencana perawatan
bagi program
rehabilitasi.

23
2. Ajarkan dan bantu anak dalam Untuk menurunkan tingkat
melakukan ADL: mandi, berpakaian, ketergantungan anak dan
makan lebih mandiri, serta
kebutuhan terpenuhi seperti
pada sebelum terjadi polio

3. Lakukan terapi ambulasi Agar anak dapat


menggunakan pergerakan
sendi yang normal kembali

4. Anjurkan anak untuk istirahat yang Mengurangi penggunaan


cukup. energi berlebihan dan
metabolisme tubuh yang
dapat menambah
kelemahan.

5. Evaluasi kemampuan untuk Latihan berjalan dapat


melakukan mobilisasi secara meningkatkan keamanan
aman dan efektifan anak untuk
berjalan.

6. Monitoring kekuatan otot Indikasi adekuatnya sistem


pergerakan pasien
7. Kolaborasi : Mempertahankan atau
Kolaborasi dengan fisioterapi dalam meningkatkan kekuatan dan
melakukan latihan kekuatan otot kelenturan otot serta
mencegah kontraktur dan
kekakuanpada persendian.
8. Berikan informasi tentang penyakit Pasien mampu memahami
polio dan efeknya ke perubahan fungsi polio
gerak

9. Berikan informasi tentang diet/nutrisi Untuk meningkatkan sistem


yang harus dijalankan imunitas anak

24
4. Dx 4 : Kecemasan pada keluarga b/d kondisi penyakit pada anak

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keluarga menyatakan peningkatan


kenyamanan psikologis dan fisiologis.
Kriteria Hasil :
1. Ekspresi wajah tenang.
2. Anak dan keluarga menunjukkan mekanisme koping yang efektif.
3. Anak dan keluarga menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
pengobatan.
4. Dapat berperan aktif dalam perawatan dan pengobatan.
Intervensi Keperawatan :
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri :
Ajarkan anak tentang penggunaan Relaksasi dapat
teknik relaksasi. mengurangi kecemasan.

2. Membantu anak atau keluarga Beradaptasi


untuk beradaptasi dengan dengan persepsi
persepsi stressor, perubahan, stressor mampu
atau ancaman yang mengurangi
menghambat pemenuhan terjadinya
tuntutan dan peran hidup. ansietas yang
berlebihan
3. Pantau tingkat realita bahaya bagi Respon keluarga
anak dan keluarga tingkat ansietas bervariasi tergantung
(misalnya .rendah,sedang, parah). pada pola kultural yang
dipelajari.

5. Sediakan informasi yang akurat Informasi yang


sesuai kebutuhan jika diminta oleh menimbulkan ansietas

25
keluarga. dapat diberikan dalam
jumlah
yangdapatdibatasi
setelah periode yang
diperpanjang.

6. Kolaborasi :
Memotivasi anak atau keluarga untuk Anak terlibat dalam
ikut serta dalam perencanaan perawatan dirinya
pengobatan dan perawatan. sendiri.

7. Memberikan informasi yang Pengetahuan tentang


akurat sesuai kebutuhan jika kondisi penyakitnya
diminta oleh keluarga. sekarang dapat
mengurangi kecemasan
dan dapat memberikan
umpan positif untuk
perawatan selanjutnya.

3.5 Evaluasi

1. Kebutuhan nutrisi px terpenuhi

2. Suhu tubuh px dalam batas normal (suhu normal 36,7o C - 37,6o C)

3. Keterbatasan pergerakan/gerak pada px teratasi

4. Kecemasan px berkurang

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Poliomielitis atau polio adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus
polio, yang termasuk dalam kelompok enterovirus, famili Picornavirus
(Cahyono,2010). Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam
tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi tinja penderita dan bisa juga dari air liur penderita. Selanjutnya virus
menginfeksi usus kemudian memasukialiran darah dan mengalir ke sistem saraf
pusatyang menyebabkan melemahnya otot dan kadang-kadang menyebabkan
kelumpuhan.Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel. Dapat
diidolasi 3 strain virus tersebut yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (lansing), dan tipe 3
(Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut. Cara pencegahan yang
utama adalah dengan memberikan imunisasii polio, meningkatkan kebersihan diri dan
lingkungan keluarga, serta kebersihan alat dan bahan makanan serta minuman.

4.2 Saran

Dengan membaca makalah mengenai vaksinasi polio,diharapkan dapat


bermanfaat bagi pembelajaran mahasiswa supaya lebih mengenalmengenai penyakit
polio,dan cara perawatannyaserta vaksinasinya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ahern, Nancy R dan Wilkinson, Judith M.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
9.Jakarta : EGC

Arvin. Behrman Kliegman. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3. Jakarta :
EGC

Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta:
Penerbit KANISIUS

Center for Disease Control and Prevention. 2006.Epidemiology and Prevention of Vaccine-
Preventable Disease 9th edition. Edited by : Atkinson W, hamborsly J, Mclntyre L,
Wolfe S. Washington, DC. Public Health Foundation

Dewanto, George dkk.. 2009. Panduan Praktik dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta: EGC

Dinkes. Prov. Jatim. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu.

Doenges, Marilynn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta : EGC

Dowdle W, van der Avoort H, de Gourville E, Delpeyroux F, Desphande J, Hovi T, Martin J,


Pallansch, Kew O, Wolff C. 2006. Containment of poliovirus after eradication and
OPV cessation : characterizing risks to improve management. Risk Analysis. 26:
1449 – 1469

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan,
hlm 56. Jakarta: EGC

Hidayat, AzizAlimul. 2008. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak, hlm 13. Jakarta: EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. BukuSakuPratikumKeperawatanAnak. Jakarta. EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2009. AsuhanNeonatusBayi&Balita. Jakarta. EGC

Howard RS. 2005. Poliomyelitis and the Postpolio syndrome. BMJ. 330:1314-1318

http:// www.Litbang.Depkes.go.id

MarkA.Graber, P. P. (1996). Buku Saku Dokter Keluarga University of Lowa. Ed 3.Jakarta:


EGC

28
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit hal 331. Jakarta: EGC

Pallansch M and Roos R. 2007. Polioviruses, Coxsackieviruses, Echoviruses, and Newer


Enteroviruses. In: Knipe, DM and Howley, PM (eds). Fields Virology, 5th edition.
Lippincott Williams & Wilkins

Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta : EGC

Springer, Berlin. 2012.Textbook of Clinical Pediatrics, Volume 1. New York: Springer.

Widoyono, (2011). Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya, Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga

Wong, D.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan pediatrik. Diterjemahkan oleh Monica
Ester. Jakarta:EGC.

29
WOC (Web Of Caution)

Poliovirus
RNA virus

Masuk lewat
mulut

Berkembang di Virus polio


orofaring sampai di usus

Nyeri tenggorokan
Berikatan dgn
reseptor CD155

Masuk ke sel
Hipertermi Mual, muntah badan lemas inang

Resiko nutrisi Replikasi di jar.


kurang dari Limfa saluran
kebutuhan cerna

Virus masuk ke
Sakit kepala Fase klinis aliran darah
minor (viremia)

Sumsum ulang Nodus limfa otot hati Jaringan lemak


coklat

Virus di
retikuloendotelial
smkn banyak

Viremia kedua
(mayor)

Poliomielitis abortif

30
Menembus Axonal transpor
dari saraf perifer

Invasi virus polio di SSP

Kromatoisis sel saraf

Melemahnya otot

Gangguan mobilitas fisik


Paralisis

31

Anda mungkin juga menyukai