Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Epidemiologi, Etiologi dan Transmisi


Poliomielitis adalah suatu penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh
Virus. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan manusia merupakan satu-satunya re
servoir untuk poliomielitis.3 Poliomielitis sedikit lebih banyak menyerang anak lakil
aki dibandingkan anak perempuan, dan lebih sering dialami oleh anak-anak yang tid
ak mendapatkan vaksinasi, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah yang pendu
duknya padat dan dengan sanitasi yang buruk. Poliomielitis disebabkan oleh infeksi dari
genus enterovirus yang dikenal dengan poliovirus. Terdapat tiga serotipe dari poliovirus, yai
tu: poliovirus tipe 1 (Brunhilde/PV1), tipe 2 (Lansing/PV2), dan tipe 3 (Leon/PV3). Transm
isi penyakit ini sangat mudah lewat oral-oral (orofaringeal) dan fekal-oral (intestinal). Polio
sangat infeksius antara 7-10 hari sebelum dan sesudah timbulnya gejala, tetapi transmisinya
mungkin terjadi selama virus berada di dalam saliva atau feses (Pontoh, 2015).
B. Penyebab Polio Pada Orang Dewasa
Kendati anak berusia 1-5 tahun lebih rentan terkena polio, infeksi virus ini bisa
menyerang segala usia, termasuk orang dewasa. Poliomyelitis pada orang dewasa bis
a disebabkan oleh beberapa kemungkinan berikut:

1. Tidak Mendapatkan Vaksin Polio Sejak Kecil


Orang dewasa bisa terinfeksi virus polio. Disampaikan dr. Devia Irine Putri,
salah satu penyebabnya adalah karena tidak pernah mendapatkan vaksin polio
sebelumnya. Virus polio kemudian masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau
mulut. Lalu, virus memperbanyak dirinya dengan bereproduksi di tenggorokan dan
usus.Dalam beberapa kasus, virus masuk dan menginfeksi otak maupun sumsum
tulang belakang. Hal ini menyebabkan terjadinya kelumpuhan sehingga kamu sulit
menggerakkan anggota tubuh, bernapas, menelan, maupun berbicara (Nurmayani,
2022).
2. Sindrom Pascapolio
Poliomyelitis  pada orang dewasa juga bisa terjadi karena pernah menderita
polio saat masih anak-anak. Meski sudah pulih dan bisa menggerakkan seluruh
lengan maupun kaki, tetap ada kemungkinan penyintas kembali mengalami polio
saat dewasa. Kondisi ini disebut sebagai sindrom pascapolio. Gejala sindrom
pascapolio bisa muncul sekitar 30-40 tahun setelah menderita polio ((Nurmayani,
2022).

3. Orang-Orang Yang Berisiko


Selain tidak divaksinasi, beberapa orang dengan kondisi berikut berisiko besar
terkena polio, di antaranya:

a. Tinggal atau bepergian ke daerah dengan kasus polio yang tinggi


b. Tinggal atau bepergian ke daerah dengan sanitasi yang buruk
c. Kontak dengan kotoran orang yang terinfeksi polio
d. Kontak dengan air liur dari penderita polio

Dapatkan satu suntikan booster inactive polio vaccine (IPV), apabila kamu


berisiko tinggi terkena polio dan telah memperoleh vaksin primer, berupa IPV
ataupun vaksin polio oral (OPV). Satu dosis penguat IPV dapat bertahan seumur
hidup. Apabila saat masih anak-anak kamu tidak memperoleh vaksin, maka lakukan
vaksinasi polio primer IPV sebanyak dua dosis. Jarak pemberian vaksin dosis
pertama dengan kedua, yaitu 4-8 minggu. Kemudian lanjutkan pemberian dosis
ketiga pada 6-12 bulan setelahnya (Nurmayani, 2022).

C. Gejala Polio Pada Orang Dewasa


Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak mengalami gejala yang
terlihat. Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, Amerika Serikat,
sekitar 1 dari 4 orang yang terinfeksi polio mengalami gejala mirip flu. Gejala yang
dimaksud, seperti:
a. Kelelahan ekstrem
b. Sakit kepala
c. Sakit tenggorokan
d. Sakit perut
e. Demam
f. Mual
g. Nyeri otot
Gejala bisa berlangsung 2-5 hari. Kebanyakan orang pulih dengan sendirinya.
Namun, dalam beberapa kasus, gejala polio bisa berkembang jadi lebih serius,
termasuk menyebabkan meningitis alias infeksi selaput sumsum tulang belakang dan
otak. Penderita polio saat dewasa juga bisa mengalami kelumpuhan yang
menyebabkan kecacatan permanen hingga kematian. Dokter Devia menyampaikan
hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan polio. Sejumlah obat-
obatan maupun terapi hanya bisa meringankan gejala yang dialami (Nurmayani,
2022).

Anda mungkin juga menyukai