Anda di halaman 1dari 5

Resume Seminar “Sinergi Pentahelix Untuk Yogyakarta Bebas Stunting”

FK-KMK UGM. Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia (PKGM), Fakultas Kedokteran,
Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada bersama dengan lima
perguruan tinggi (Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta, Universitas Gunung Kidul, dan Universitas Respati Yogyakarta) di DI
Yogyakarta menyelenggarakan acara “Urun Rembug #2 Sinergi Pentahelix untuk
Yogyakarta Bebas Stunting” pada Sabtu, 3 Desember 2022. Kegiatan ini dihadiri oleh 106
orang perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah, kelompok komunitas, dunia usaha, media
massa, akademisi, dan mahasiswa secara luring dan 77 peserta daring.
Kegiatan dibuka dengan sambutan dari dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc, Ph.D, FRSPH
selaku Dekan FK-KMK UGM. Dalam sambutannya menekankan komitmen FK-KMK untuk
berkontribusi dalam penyelesaian masalah kesehatan masyarakat termasuk stunting melalui
kegiatan tri dharma perguruan tinggi.

Sesi 1
Narasumber : Abdul Hakim (Project Manager International Labor Organization (ILO)
Topik : Health Promoting Workplace, sebagai Penjaminan Hak Gizi dan Kesehatan
Karyawan

Narasumber menekankan adanya jaminan dalam keselamatan dan kesehatan kerja pada
pekerja wanita dan kerjasama antara pekerja, pengusaha, pemerintah, kaum muda termasuk
universitas seperti yang sekarang sedang dilaksanakan di Yogyakarta dapat menjadi standar bagi
daerah lain di Indonesia dalam membantu mengatasi stunting.

Narasumber juga menyampaikan 4 point situasi wanita yang perlu diperhatikan dalam
upaya penurunan resiko stunting yaitu :
1. Masa Konsepsi
- Beberapa paparan ditempat kerja dapat mencegah pembuahan.Paparan zat tertentu atau
kombinasi zat dapat menyebabkan perubahan gairah sex perempuan, kerusakan sel telur,
perbahan materi genetik yang dibawa oleh sel telur atau kanker atau penyakit lain pada
organ reproduksi perempuan.

2. Setelah Kelahiran
- Paparan pekerjaan juga dapat membahayakan anak yang sedang berkembang bahkan
setelah lahir.
- Bayi baru lahir dan anak-anak sangat sensitive terhadap bahan kimia atau zat berbahaya
lainnya, seperti debu atau serat, yang mungkin terbawa ke rumah melalui pakaian, sepatu
atau bahkan kulit dan rambut
- Jika ada zat berbahaya dalam ASI, maka bayai juga dapat mengonsumsi zat tersebut saat
menusui.
3. Cuti hamil perlu digunakan dan dipastikan
- Ketentuan yang memadai untuk cuti melahirkan juga menjadi pertimbangan dalam
bekerja untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja perempuan, Konvensi ILO
No. 103 tentang Perlindungan Maternitas yang mensyaratkan minimal 12 minggu
diberikan sebagai masa cuti melahirkan.
- Di beberapa Negara, pemberi kerja perorangan memberikan lebih banyak cuti hamil
daripada yang diwajibkan oleh undang-undang nasional.
- Pemerintah, pengusaha, dan SP/SB perlu memastikan bahwa jaminan cuti hamil
minimum dipatuhi.
4. Beban Berat
- Kesehatan dan keselamatan pekerja/buruh perempuan wanita dapat terancam secara
serius jika mereka diminta atau diharuskan untuk memindahkan muatan secara manual
yang berada di luar kapasitas fisiknya. Ketentuan yang memadai harus ada untuk
menjamin bahwa pekerja perempuan tidak harus melakukannya.

Rekomendasi untuk Pekerja/Buruh Perempuan


- Dorong pekerja perempuan untuk mencatat kondisi kerja mereka, serta nama-nama bahan
kimia, zat biologis atau fisik, dan situasi berbahaya yang mungkin mereka hadapi
- Mereka harus mencatat setiap penyimpangan atau ketidaknormalan yang mereka
temukan dalam fungsi fisik normal mereka.
- Catatan: P2K3 atau unit K3 perlu menyadari bahwa ini adalah area sensitive bagi banyak
perempuan untuk didiskusikan.
Rekomendasi untuk SP/SB
- SP/SB dapat membantu melindungi pekerja/buruh perempuan dengan memastikan bahwa
pemberi kerja dan pekerja/buruh perempuan mematuhi kebijakan cuti hamil serta
pemberian dan asupan gizi
- SP/SB dapat bekerja sama dengan pemerintah, pengusaha dan perguruan tinggi untuk
mulai menyusun atau makin memperkuat perlindungan pekerja/buruh perempuan dan
pekerja muda (laki-laki dan perempuan) terkait dengan kesehatan reproduksi dan
kecukupan gizi

Sesi 2
Narasumber : Wisnu Martha Adiputra, SIP, M.Si
Topik :Membangun Komunikasi Publik untuk Mendorong Upaya Penurunan Stunting
Narasumber menekankan bahwa terdapat dua dasar yang harus dipenuhi dalam
menangani stunting yaitu hak anak dalam memperoleh asupan gizi yang baik dan hak orang tua
memperoleh informasi yang bagus.
Narasumber memaparkan tentang Komunikasi Publik.

Komukasi Publik
- Proses komunikasi untuk dan berada di wilayah public
- Komunikasi: akses, produksi, dan distribusi informasi da antara mitra proses
(komunikator, media, dan komunikasi)
- Public bersifat terbuka, melibatkan anggota masyarakat, berguna bagi sebagian besar
warga
- Public adalah sekumpulan individu yang berada pada “isu” tertentu

Proses Komunikasi untuk Publik


1. Masyarakar
2. Negara
3. Pasar

Proses Komunikasi di Wilayah “Publik”


1. Individu
2. Warga
3. Konsumen
4. Audiens
5. Publik

Prose Komunikasi di Wilayah “Publik”


1. Kelompok
2. Komunitas
3. Organisasi
4. Kerumunan
5. Massa

Stunting di Yogyakarta
- Secara umum prevalensi balita stunting nasional mencapa 24,4% pada 2021, terdapat
5,4% stunting akut
- Anak usia di bawah lima tahun yang mengalami stunting di Yogyakarta adalah 17,3%
pada 2021
- Angka ketiga terendah secara nasional di atas DKI Jakarta yang memiliki prevalensi
16,8% dan Bali 10,9%
- Kabupaten Gunung Kidul memiliki prevalensi terbesar di DI Yogyakarta, yaitu20,6%
sementara Kabupaten Kulon Progo adalah wilayah dengan prevalensi terendah, yakni
hanya 14,9% pada tahun 2021.

Rekomendasi Kolaborasi Berbagai Pihak Menurunkan Stunting di Yogyakarta


- Media baru memiliki peran yang sangat besar dengan fungsi informasi, interaksi, dan
transaksi
- Partisipasi dan kolaborasi adalah kompetensi literasi digital yang penting (Japalidi, 2018)
- Kehadiran komunitas dan kelompok masayarakat sipil di Yogyakarta, antara lain
Kampoeng Cyber, Info Cegatan Jogja, dan Jalin Merapi
- Kehadiran banyak perusahaan dengan berbagai program CSR
- Pemerintah di berbagai level dan bidang yang saling berkolaborasi

Ragam Media Baru


- Teknologi pencari informasi –ensiklopedia digital/online, mesin pencari
- Teknologi komunikasi interpersonal—media social, aplikasi percakapan
- Teknologi game interaktif—online game, handphone game
- Teknologi partisipasi kolektif—crowd funding
- Teknologi subtitusi penyiaran—pemutar music dan pemutar fil digital (streaming)
- Teknologi transaksi elektronik—jual beli online

Kompetensi Literasi Digital (Japelidi, 2018)


Fungsional Kritis
1. Akses
2. Paham
3. Seleksi
4. Distribusi
5. Produksi
6. Analisis
7. Verifikasi
8. Evaluasi
9. Partisipasi
10. Kolaborasi
Sesi Selanjutnya Tanya Jawab:
Pertanyaan:
1. Bagaimana Agar Komunikasi yang kita sampaikan bisa sampai ke masyarakat( Masyarakat
bisa Faham)?
2. Bagaimana cara kita memperkuat agar cuti melahirkan yang 12 minggu tetap diberikan
kepada wanita pekerja karena hal tersebut bisa menyumbang untuk mencegah stunting?

Jawaban:
1. Agar komunikasi yang kita sampaikan efektif terlebih dahulu kita harus melihat
target/sasaran kita seperti apa (anak muda, remaja, orang tua) sehingga kita bisa memilih
metode/ media apa yang akan kita gunakan untuk menyampaikan informasi yang mau kita
berikan. Kita bisa memilih TV, Media sosial, Youtuber, artis, selebgram untuk
menyampaikan pesan/informasi tersebut.
2. Pengusaha dan pekerja harus selalu diikutsertakan dalam kegiatan yang berhubungan dengan
masalah stunting. Dengan demikian pengusaha dan pekerja ini menyakini ketika cuti
melahirkan diberikan kepada tenaga kerja perempuan bisa menyumbang pada pencegahan
stunting.
Sesi tersebut diakhiri dengan Launching Kanal Ilmu Pengetahuan Bersatu Atasi
Stunting (Beranting) yang disampaikan oleh Mutiara Kusuma, PhD dan Maria Wigati, MPH
mewakili tim pelaksana Jogja Istimewa.

Anda mungkin juga menyukai