Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Masalah

pendidikan

merupakan

faktor

yang

sangat

penting

dalam

pembangunan manusia seutuhnya, karena kemampuan, kecerdasan dan kepribadian


suatu bangsa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan yang ada sekarang
ini. Bahkan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa banyak ditentukan oleh
pendidikannya. Dengan demikian, maka problema pendidikan bagi setiap bangsa dan
negara akan senantiasa up to date sepanjang masa selama masih terdapat manusia di
dalamnya. Itulah sebabnya, maka pendidikan selain kunci kemajuan, juga merupakan
suatu tantangan bagi setiap bangsa. Pendidikan merupakan tantangan yang harus
dihadapi oleh setiap negara, khususnya negara yang baru berkembang dan negara
terbelakang. Termasuk Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
negara-negara Islam masih sangat penting menghadapi masalah pendidikan.
Khursid Ahmad mengemukakan bahwa : Diantara persoalan-persoalan yang
dihadapi Dunia Islam pada masa kini, persoalan pendidikan adalah tantangan yang
paling berat. Masa depan Dunia Islam akan tergantung kepada bagaimana Dunia
Islam itu menanggapi tantangan ini.1
Oleh karena itu, Pendidikan memiliki peranan amat penting bagi ikhtiar pembangunan
sumberdaya manusia yang berkualitas, yang ditandai oleh adanya peningkatan
kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan. Karena itu pendidikan menjadi sangat
strategis bagi upaya-upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Manusia hidup di bumi berfungsi sebagai khalfah dan bid, hal tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, melainkan harus dicapai secara
simultan. Oleh karena itu, pendidikan harus berusaha menyeimbangkan dan
menyelaraskan kehidupan baik material maupun spiritual, individu maupun sosial,
pengetahuan dan moral yang terintegrasi dalam kerangka yang utuh, sehingga tercapai
keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat. mengenai arti pentingnya suatu
pendidikan dan problematika yang mewarnainya, maka makalah ini akan membahas
mengenai Prinsip-Prisip Pendidikan Menurut Islam.

1 Salihun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja (Jakarta: Kalam
Mulia, 2002), h. 17

1| Kajian Islam Profesi Universitas Muhammadiyah Cirebon

1.2.

Rumusan Masalah

1.2.1. Apa definisi pendidikan dalam Al-Quran?


1.2.2. Apa Deinisi dari Prinsip Pendidikan?
1.2.3. Bagaimana Prinsip Pendidikan manusia sebagai subjek dan objek
pendidikan?
1.2.4. Bagaimana Prinsip Tauhid dalam Pendidikan?
1.2.5. Bagaimana Prinsip Pendidikan menurut Islam?
1.3.

Tujuan
1.3.1. Mengetahui Definisi dari Pendidikan
1.3.2. Mengetahui Definisi dari Prinsip Pendidikan
1.3.3. Mengetahui

Prinsip

Pendidikan

dimana

manusia

sebagai

subjek dan objek pendidikan


1.3.4. Mengetahui Prinsip Tauhid dalam pendidikan
1.3.5. Mengetahui Prinsip Pendidikan Menurut Islam
1.3.6. Untuk wawasan keilmuan

2| Kajian Islam Profesi Universitas Muhammadiyah Cirebon

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Pendidikan
Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan
istilah al-talm ( ), al-tarbiyah ( ), al-tadb ( ).,
riyadhah, irsyad,

dan

tadris.2 Masing-masing istilah tersebut

memiliki keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semua


disebut secara bersamaan. Namun, semuanya memiliki makna
yang sama jika disebut salah satunya.
Dalam al-Quran terdapat lafadz-lafadz tarbiyah, talim, tazkiyah (pendidikan,
pengajaran dan penyucia jiwa) yang menjadi paradigma pendidikan Islam; uswah
(keteladanan) yang menjadi metode utama pembentukan pribadi muslim. Riwayat
para Rasul dan kisah-kisah lainnya, terutama kisah Lukman al-Hakim dalam
mendidik anaknya, juga dapat dicontohkan untuk menjalankan praktek pendidikan
Islam. Al-Quran sebagai dasar, memiliki perbendaharaan yang luas dan besar bagi
pengembangan kebudayaan umat manusia. Ia merupakan sumber yang terlengkap,
baik dakwah kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun spirtual (kerohanian),
serta material (kejasmanian) dan alam semesta.
Menurut Ahmad D. Marimba istilah tarbiyah memiliki banyak
arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh,
berkembang,

memelihara,

merawat,

mengatur,

dan

menjaga

kelestarian atau eksistensinya.3 Sementara Fahr al-Razi, istilah


rabbayaani tidak hanya mencakup ranah kognitif, tapi juga afektif 4
dan

Syed

pemeliharaan

Quthub
jasmani

menafsirkan
anak

dan

istilah

tersebut

menumbuhkan

sebagai

kematangan

2 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 2, Jakarta:
Kencana, 2008, hlm. 10
3 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,
2009, hlm. 84
4 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit, hlm. 12
3| Kajian Islam Profesi Universitas Muhammadiyah Cirebon

mentalnya.5 Dengan demikian tarbiyah mencakup tiga domain


pendidikan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, serta dua aspek
pendidikan, yaitu jasmani dan rohani.
Istilah tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan6, yaitu: (1)
memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa
(baligh).

(2)

mengembangkan

kesempurnaan.

(3)

seluruh

mengarahkan

seluruh

potensi

menuju

fitrah

menuju

kesempurnaan. (4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.


Talim diterjemahkan dengan pengajaran.7 Menurut Rasyid
Ridha mengartikan talim sebagai proses transmisi berbagai ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu.8 Pengertian ini lebih universal yang bersumber
dalam firman-Nya:












:



Artinya: Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang
Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayatayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab
(Alquran) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang
belum kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah: 151).9
5 Ibid.
6 Ramayulis dan Samsul Nizar, Loc. Cit
7 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit, hlm. 18
8 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 85
9 Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran
Departemen Agama Republik Indonesia, Bandung: Haekal Media Centre, 2009,
hlm. 23
4| Kajian Islam Profesi Universitas Muhammadiyah Cirebon

Menurut Muhaimin sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujib 10


menafsirkan bahwa pengajaran pada ayat itu mencakup teoretis
dan praktis, sehingga peserta didik memperoleh kebijakan dan
kemahiran melaksanakan hal-hal yang mendatangkan manfaat dan
menampik kemudaratan.
Mahmud Yunus yang dikutip oleh Abdul Mujib tadib lazimnya
diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata karma, adab,
dan menurutnya budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.11
2.2 Pengertian Prinsip Pendidikan
Prinsip berati asas atau kebenaran yang jadi pokok dasar orang berfikir,
bertindak dan sebagainya. Menurut Dagobert D.Runes yang di kutip oleh Syamsul
Nizar, mengartikan prinsip sebagai kebenaran yang bersifat universal (universal trith)
yang menjadi sifat dari sesuatu. Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas,
pendidikan adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu
kepada metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima
proses dan kandungan pendidikan tersebut.
Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka prinsip pendidikan dapat sebagai
kebenaran yang universal sifatnya dan menajadi dasar dalam merumuskan perangkat
pendidikan. Prinsip pendidikan diambil dari dasar pendidikan, baik berupa agama atau
ideologi negara yang dianut. Prinsip pendidikan Islam juga ditegakan di atas dasar
yang sama dan berpangkal dari pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad raya,
manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan dan akhlak. Pandangan Islam terhadap
masalah-masalah tersebut, melahirkan berbagai prinsip dalam pendidikan Islam.
Dalam rangka yang lebih terperinci, M Yusuf al-Qardawhi memberikan
pengertian, bahwa ; Pendidikan Islam adalah pendidikan manusiawi seutuhnya, akal
dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu,
pendidikan Islam menyiapkan manusia hidup dalam keadaan damai maupun perang,
dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatannya, manis dan pahitnya.
10 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit, hlm. 19
11 Ibid, hlm. 20
5| Kajian Islam Profesi Universitas Muhammadiyah Cirebon

Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai


suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan memindahkan
pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
beramal didunia dan memetik hasilnya diakhirat
2.3

Prinsip Pendidikan
Menurut W. J. S. Purwadarminta yang dikutip oleh Ramayulis,
prinsip berarti asas (kebenaran yang jadi pokok dasar orang berpikir,
bertindak dan sebagainya).12 Dagobert D. Runes dalam Ramayulis
mengartikannya

sebagai

kebenaran

yang

besifat

universal

(universal truth) yang menjadi sifat dari sesuatu. 13 Dengan demikian


bila dikaitkan dengan pendidikan, maka prinsip pendidikan dapat
diartikan sebagai kebenaran universal sifatnya dan menjadi dasar
dalam merumuskan perangkat pendidikan.
Prinsip pendidikan diambil dari dasar pendidikan, baik berupa
agama

ataupun

ideologi

negara

yang

dianut.

Adapun

dasar

pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Ahmad D. Marimba dalam


Ramayulis,14 adalah Alquran dan hadits-hadits Nabi saw. yang
merupakan sumber pokok ajaran Islam. Said Ismail Ali dan Hasan
Langgulung yang dikutip oleh Abdul Mujib 15 memperluas lagi sumber
pendidikan Islam terdiri dari atas enam macam, yaitu Al-Quran, AsSunnah,

kata-kata

sahabat

(madzhab

shahabi),

kemaslahatan

umat/sosial (mashalil al-mursalah), tradisi atau adat kebiasaan


masyarakat (uruf), dan hasil pemikiran para ahli dalam Islam
(ijtihad). Hal ini berarti, semua perangkat pendidikan Islam haruslah
12 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 95
13 Ibid.
14 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 95
15 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit, hlm. 31-32
6| Kajian Islam Profesi Universitas Muhammadiyah Cirebon

ditegakkan di atas ajaran Islam, baik pendidikan, teori maupun


praktek.
2.3.1 Manusia Sebagai Subjek dan Objek Pendidikan
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa
arabnya, yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan
jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak. Kata insan
dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki
sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri
dengan keadaan yang baru di sekitarnya. Manusia cara
keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata
dengan makhluk yang lain. Seperti dalam kenyataan makhluk
yang berjalan di atas dua kaki, kemampuan berpikir dan
berpikir tersebut yang menentukan manusia hakikat manusia.
Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda
dengan makhluk yang lain.
Sebagai subjek yang mempunyai potensi-potensi lahir batin, manusia
melakukan prakarsa, rasa dan karsa, bahkan juga karya dan prestasi karena
dorongan-dorongan yang amat kompleks. Dorongan-dorongan tersebut dapat
terjadi karena faktor-faktor objektif (kebutuhan), dapat pula karena faktorfaktor subjektif (cinta, pengabdian). Bahkan dapat juga karena alasa-alasan
moral (tanggung jawab), kewajiban, harga diri dan nilai-nilai.16
Manusia
dinamis,

merupakan

inovatif

mengembangkan

manusia
potensi

makhluk

Allah

yang

membutuhkan
dirinya

progresif,

sarana

secara

untuk

dinamis

dan

berkelanjutan, karena sejak lahir manusia telah dibekali oleh


Allah Subhanahu Wataala dengan fitrah yang suci dan akal
yang cerdas serta kebebasan untuk memilih tingkah laku yang
baik dan tepat. Tetapi bagaimanapun hebatnya manusia, pasti
mempunyai keterbatasan diri, bahkan aliran yang paling
rasional dalam Islam sendiri pun, sepeti mutazilah mengakui
16 Dikutip dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2122336-hakikatmanusia/#ixzz1gabqBF00
7| Kajian Islam Profesi Universitas Muhammadiyah Cirebon

bahwa manusia mampu menjangkau dan memilih mana yang


baik dan yang buruk, namun tidak mampu untuk mengetahui
nilai baik dan buruk itu secara terinci. Akal hanya mampu
menjangkau baik dan buruk tersebut secara garis besar.
Oleh karena itu, maka manusia memerlukan bantuan
dan campur tangan pihak lain dalam rangka mengembangkan
potensi yang telah dianugerahkan Allah Subhanahu Wataala
serta mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan hidup
demi kelangsungan hidup serta dapat hidup dengan baik lebih.
Dalam hal ini pendidikan merupakan bentuk campur tangan
pihak lain yang mempunyai andil yang sangat besar dalam
proses perkembangan manusia, karena pendidikan merupakan
salah satu media yang paling tepat dan mungkin untuk
mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh manusia.
Pendidikan merupakan wahana untuk internalisasi dan
transformasi pengetahuan, budaya, keyakinan dan nilai dalam
kehidupan manusia. Pendidikan dalam konteks ini bukan hanya
proses belajar mengajar di bangku sekolah dan secara formal,
melainkan melalui keseluruhan sistem yang holistik dalam
relung kehidupan manusia. Sehingga pendidikan mampu
mengubah setiap jengkal dimensi kehidupan seseorang.17
Diantara komponen yang selalu terkait dan saling
membutuhkan satu sama lain adalah pendidik yang fungsi
utamanya

sebagai

subjek

pendidikan

dan peserta

didik

objeknya. Keduanya merupakan unsur paling vital di dalam


proses pendidikan. Sebab seluruh proses, aktivitas orientasi
serta relasi-relasi lain yang terjalin untuk menyelenggarakan
pendidikan selalu melibatkan keberadaan pendidik dan peserta
didik sebagai aktor pelaksana. Hal itu sudah menjadi syarat
mutlak atas terselenggaranya suatu kegiatan pendidikan.
Dengan mendasarkan pada pengertian bahwa pendidikan
17Andrias Harefa. Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup.( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2002). Hal.62

8| Kajian Islam Profesi Universitas Muhammadiyah Cirebon

berarti usaha sadar dari pendidik yang bertujuan untuk


mengembangkan kualitas peserta didik, terkandung suatu
makna bahwa proses yang dinamakan pendidikan itu tidak
akan pernah berlangsung apabila tidak hadir pendidik dan
peserta didik dalam rangkaian kegiatan pendidikan. Sehingga
bisa dikatakan bahwa pendidik dan peserta didik merupakan
pilar utama terselenggaranya aktivitas pendidikan.
Pendidik
posisi/status

dan
yang

peserta
dimiliki

didik
oleh

merupakan

dua

jenis

manusia-manusia

yang

memainkan peran fungsional dalam wilayah aktivitas yang


terbingkai dalam dunia pendidikan. Masing-masing posisi yang
melekat pada kedua pihak tersebut mewajibkan kepada
mereka untuk memainkan seperangkat peran berbeda sesuai
dengan konstruksi struktural lingkungan pendidikan atau
pelatihan yang menjadi wadah kegiatan mereka.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa hubungan
pendidik dengan peserta didik tidak hanya dikemas dalam
bahasa profesional tetapi juga dalam konteks kultural. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa interaksi edukatif adalah
hubungan dua arah antara pendidik dan Peserta didik dengan
sejumlah norma nilai sosio cultural sebagai mediumnya untuk
mencapai tujuan pendidikan
Dalam Al-quran banyak ayat ayat yang menjelaskan
bagaimana kedudukan manusia sebagi subjek ataupun objek
pendidikan. Namun akan di bahas dalam makalah ini adalah
kedudukan manusia sebagai objek pendidikan.
Objek pendidikan dalam Al-Quran setidak-tidaknya dapat
dilihat dalam beberapa ayat sebagai berikut: Surat An-Nisa: 170,
surat At-Tahrim: 6, surat Asy-Syuara: 214-216 dan surat Nuh: 14.

2.3.2 Prinsip Tauhid dalam Pendidikan

9| Kajian Islam Profesi Universitas Muhammadiyah Cirebon

Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari wahhada yang berarti
mengesakan.18 Kata wahhada sendiri bentukan dari kata wahada atau wahuda
dengan arti (infarada). Dengan demikian, kata tauhid bermakna mengesakan atau
menyatukan. Kata tauhid telah menjadi kata yang baku dalam bahasa Indonesia
yang berarti keesaan Allah; mentauhidkan berarti mangakui keesaan Allah atau
mengesakannya. Tauhid ialah mengesakan Allah SWT dalam beribadah
kepadaNya. Dan itulah agama semua para rasul yang diutus oleh Allah kepada
seluruh hambaNya.19 Kata tauhid, yang dikehendaki di sini, tidak lain dari Tauhid
Allah, yang berarti mengesakan Allah, atau dengan kata lain menyatakan bahwa
Allah (Tuhan) itu esa, satu, atau tunggal.
Pada dasarnya, inti pokok ajaran Al-Quran adalah tauhid. Nabi Muhammad
Shalallahu alaihi wasallam diutus Allah kepada umat manusia juga untuk
mengajarkan ketauhidan tersebut. Karena itu, ajaran tauhid yang terdapat dalam
al-Quran dipertegas dan diperjelas oleh Rasul sebagaimana tercermin dalam
hadis-hadisnya.
Manusia harus memiliki jiwa tauhid sehingga ia menjadi manusia yang
beriman dengan sebenarnya iman. Salah satu usaha untuk menanamkan dan
menguatkan jiwa tauhid adalah melalui pendidikan. Namun, pendidikan itu pun
harus memiliki prinsip tauhid. Pendidikan dengan tauhid sebagai prinsip utama
akan memberi nila tambah bagi manusia dan menumbuhkan kepercayaan pada
dirinya serta mempunyai pegangan hidup yang benar. Bagi orag yang tidak
menjadikan tauhid sebagai dasar pendidikan maka ia seakan kehilangan tempat
berpijak. Keimanan akan menjadikan si pemiliknya mampu untuk mengendalikan
hawa nafsu, dan menempatkan pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul, tempat
memulangkan segala persoalan yang diperselisihkan.20
Pendidikan bermula dari prinsip Tauhid. Hal inilah yang menjadi dasar pijakan
dalam pandangan terhadap pendidikan. Prinsip Tauhid mencakup konsep filosofis
maupun metodologis yang terstruktur dan koheren terhadap pemahaman kita
18 Cyril Classe,The consice Encyclopaedia of Islam (London: Stacey International and yril Glasse, 1989), h.
400

19 Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Tertemah: Begini Seharusnya Mendidik Anak: Panduan mendidik
anak sejak masa kandungan hingga dewasa, (Jakarta: Daru Haq, 2004), h.136

20 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta, Amzah, 2009), h. 110


10 | K a j i a n I s l a m P r o f e s i U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h C i r e b o n

terhadap dunia dan seluruh aspek kehidupan. Tauhid mengajarkan kita untuk
menghimpun pandangan yang holistik, terpadu, dan komprehensif terhadap
pendidikan.
Pendidikan modern (baik Islam maupun Barat) secara umum berdasarkan
pandangan pendidikan yang tidak koheren dan parsial, sehingga siswa dan guru
jarang sekali punya pandangan yang sama tentang proses pendidikan secara
menyeluruh. Kebanyakan siswa meninggalkan sekolah sekitar umur 13-17 tahun
tanpa mempunyai tujuan hidup yang jelas, bahkan yang mereka pikirkan hanya
mendapatkan kerja.
Lebih dari itu, prinsip Tauhid menuntut para pendidik mempunyai pandangan
yang menyeluruh dan tujuan sejati terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri.
Oleh karena itu, konsep Tauhid harus menjadi landasan tentang bagaimana kita
mendidik anak, termasuk (1) apa yang diajarkan (isi), (2) bagaimana kita
mengorganisir dan apa yang harus diajarkan, (3) bagaimana kita mengajarkannya.
Akhirnya, Tauhid haruslah membentuk fondasi pemikiran, metodologi, dan
praktik pendidikan kita.21
Dalam Islam Implikasi Tauhid dalam pembentukan kepribadian berusaha
mengubah dan merombak kepribadian seseorang diawali dengan mengubah dan
merombak kecenderungan dan pikiran seseorang, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah merubah akidahnya. Oleh karena itu, ayat-ayat al-Quran yang
diturunkan di Makkah, pada seruan pertama Islam, pada dasarnya bertujuan untuk
mengukuhkan akidah tauhid.22 Penanaman akidah tauhid kepada seorang individu
sangat menentukan terwujudnya kepribadian muslim tersebut. Pertama, tauhid
merupakan

fondasi

bangunan-bangunan

kehidupan

manusia,

termasuk

kepribadiannya. Kedua, tauhid merupakan aspek batin yang memberikan motivasi


dan arah kepribadian manusia.23
2.4

Prinsip Prinsip Pendidikan Islam

21 M. Zainudin, Paradigma Pendidikan Terpadu, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h.109


22 M. Utsman Najati, Al-Quran wa Ilm al-Nafs (Kairo: Dar al-Syuruq, 1402 H), h.302
23 Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid (Jakarta: LSIK, 1994), h.48
11 | K a j i a n I s l a m P r o f e s i U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h C i r e b o n

Ramayulis dan Samsul Nizar24 berpendapat, pandangan Islam yang


dapat dijadikan sebagai dasar prinsip pendidikan Islam, yaitu:
1.4.1. Pandangan Islam terhadap jagat raya. Segala fenomena alam
adalah hasil ciptaan Allah dan pada hukum-hukum mekanis-Nya
sebagai sunnatullah. Untuk itu, manusia harus dididik agar
mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai dalam hukum
Allah tersebut.
1.4.2. Pandangan Islam terhadap manusia sebagai individu. Prinsip
ini memandang manusia sebagai makhluk yang paling mulia,
karena memiliki harkat dan martabat yang terbentuk dari
kemampuan-kemampuan kejiwaan dimana akal budaya menjadi
tenaga penggerak yang membedakannya dari makhluk lain.
1.4.3. Pandangan Islam terhadap masyarakat. Manusia bukan saja
makhluk pribadi melainkan juga makhluk sosial. Untuk itu,
manusia harus mampu menjalin hubungan dengan manusia
lainnya dalam suatu ikatan kekeluargaan yang satu, karena umat
manusia seluruhnya adalah Ummatun Wahidatan (umat yang
satu) yang dipersatukan oleh tali Ukhuwah Islamiyah.
1.4.4. Pandangan

Islam

terhadap

pengetahuan

manusia.

Pengetahuan sebagai salah satu asas yang dituju oleh individu


dan masyarakat untuk menciptakan dan membinanya sebagai
informasi, ide, konsep, tafsiran yang diyakini, hukum-hukum,
tanggapan tentang sesuatu akibat dari informasi yang diolah
pancaindra, akal, agama, yang diturunkan melalui wahyu Ilahi.
Pengetahuan manusia berbeda-beda dari segi keutamaan, dan
nilainya menurut tujuan dan jalannya.
1.4.5. Pandangan

Islam

terhadap

akhlak.

Akhlak

merupakan

kebiasan atau sikap mendalam di dalam jiwa, sesuatu yang dapat


diperoleh

dan

dipelajari,

memiliki

ciri-ciri

istimewa

yang

menyebabkan perilaku sesuai dengan fitrah Ilahiah dan akal


sehat.

24 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 95-97


12 | K a j i a n I s l a m P r o f e s i U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h C i r e b o n

Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia, masyarakat,
pengetahuan, dan akhlak, secara jelas tercermin dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam.
Dalam

pembelajaran,

pendidik

merupakan

fasilitator.

Ia

harus

mampu

memberdayagunakan beraneka ragam sumber belajar. Dalam memimpin proses


pembelajaran, pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dan
senantiasa mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya bersama-sama
dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip Integral dan Seimbang
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama.
Keduanya harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah adalah
pencipta alam semesta termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan hukum-hukum
untuk mengelola dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut
sunatullah, sedangkan pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia
telah ditentukan pula dalam ajaran agama yang disebut dinullah yang mencakup
akidah dan syariah.
Dalam ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan, Allah memerintahkan
agar mansuia untuk membaca yaitu dalam QS Al-Alaq ayat-1-5. Dan ditempat lain
ditemukan ayat yang menafsirkan perintah membaca tersebut, seperti dalam Firman
Allah QS Al-Ankabut:

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran)
(QS. Al-Ankabut : 45)
Di sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Quran yang harus dibaca. Ia
merupakan ayat yang diturunkan Allah (ayat tanziliyah, quraniyah) Selain itu, Allah
memerintahkan agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud fenomenafenomena alam (ayat kauniyah, sunatullah), anatara lain, :

Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada dilangit dan dibumi(QS. Yunus : 101)
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan agar
manusia membaca Al-Quran (ayat-ayat quraniyah) dan fenomena alam (ayat

13 | K a j i a n I s l a m P r o f e s i U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h C i r e b o n

kauniyah) tanpa memberikan tekanan terhadap slah satu jenis ayat yang dimaksud. Hal
itu berarti bahwa pendidikan Islam harus dilaksanakan secara terpadu (integral)
2. Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara berbagai
aspek yang meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal,
urusan hubungan dengan Allah dan sesama manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi
perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia agar mereka
dapat meraih kebahagiaan kedua alam itu. implikasinya pendidikan harus senantiasa
diarahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. hal ini senada dengan
Firman Allah:

dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi (QS. Al-Qashas : 77)
Dalam dunia pendidikan, khususunya dalam pembelajaran, pendidik harus
memperhatikan keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang relevan. Selain
mentrasfer ilmu pengetahuan, pendidik perlu mengkondisikan secara bijak dan
profesional agar peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di dalam
maupun di luar kelas.
3. Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah
Al-Quran menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan Rabb Al-Amin
(pemelihara semesta alam). Dalam proses penciptaan alam semesta termasuk manusia.
Allah menampakan proses yang memperlihatkan konsistensi dan keteraturan. Hal
demikian kemudian dikenal sebagai aturan-aturan yang diterpakan Allah atau disebut
Sunnatullah.
Sebagaiman Al-Kailani yang dikutip oleh Bukhari Umar dalam bukunya
menjelaskan, bahwa peranan manusia dalam pendidikan secara teologis dimungkinkan
karena posisinya sebagai makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan dijadikan
sebagai khalifatullah fi al-ardh. Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi
rubbubiyah Allah terhadap alam semesta termasuk diri manusia sendiri. Dengan
14 | K a j i a n I s l a m P r o f e s i U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h C i r e b o n

pertimbangan tersebut dapat dikatakan bahwa karakter hakiki pendidikan Isam pada
intinya terletak pada fungsi rubbubiyah Allah secara praktis dikuasakan atau
diwakilkan kepada manusia. Dengakn kata lain, pendidikan Islam tidak lain adalah
keseluruhan proses dan fungsi rubbubiyah Allah terhadap manusia, sejak dari proses
penciptaan sampai dewasa dan sempurna.
4. Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia yang telah
tergambar dan terangkum dalam Al- Quran dan hadist. Potret manusia dalam
pendidikan sekuler diserhakan pada orang-orang tertentu dalam msyarakat atau pada
seorang individu karena kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan
seseorang atau sekelompok orang semata.
Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk mengubah
kesempurnaan potensi yang dimiliki oleh peserta didik menjadi kesempurnaan aktual,
melalui setiap tahapan hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah
menjaga keutuhan unsur-unsur individual peserta didik dan mengoptimalkan
potensinya dalam garis keridhaan Allah. Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik
dalam proses pembelajaran. Pendidik harus mengembangkan baik kecerdasan
intelektual, emosional maupun spiritual secara simultan.
5. Prinsip Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan
dan memantapkan kecenderungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama
menjadi petunjuk dan penuntun ke arah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu
menyelenggrakan pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya
sebagai sumber moral nilai. Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam bukan
hanya mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan
jasmani semata, melainkan selalu mengaitkan semuanya itu dengan kerangka praktik
(amaliyyah) yang bermuatan nilai dan moral. Jadi, pengajaran agama dalam Islam
tidak selalu dalam pengertian (ilmu agama) formal, tetapi dalam pengertian esensinya
yang bisa saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang sering dikategorikan secara tidak
proporsional sebagai ilmu sekuler.
6. Prinsip Terbuka
15 | K a j i a n I s l a m P r o f e s i U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h C i r e b o n

Dalam Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi, perbedaan hakiki
ditentukan oleh amal perbuatan manusia (QS, Al-Mulk : 2), atau ketakwaan (QS, AlHujrat : 13). oleh karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka,
demokratis, dan universal. menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari Umar
menjelaskan bahwa keterbukaan pendidikan Islam ditandai dengan kelenturan untuk
mengadopsi unsur-unsur positif dar luar, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakatnya, dengan tetap menjaga dasar-dasarnya yang original (shalih), yang
bersumber pada Al-Quran dan Hadist.
7. Menjaga Perbedaan Individual
Perbedaan individual antara seorang manusia dengan orang lain dikemukakan
oleh Al-Quran dan hadist. Sebagai contoh:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
(QS. Ar-Rum : 22)
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan perbedaan tingkah
laku karena setiap orang akan berbuat sesuai dengan keadaanya masing-masing.
Menurut Asy-Syaibani yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis menjelaskan bahwa
pendidikan Islam sepanjangs sejarahnya telah memlihara perbedaan individual yang
dimilki oleh peserta didik.
8. Prinsip Pendidikan Berlangsung Sepanjang Hayat
Islam tidak mengenal batas akhir dalam menempuh pendidikan. Hal tersebut
mengingat tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam adalah terbentuknya
akhlak alkarinah. Pembentukan itu membutuhkan waktu yang panjang, yaitu
sepanjang hayat manusia. Pendidikan Islam yang bersumber dari wahyu dan
diterapkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. telah sejak lama mengenal
konsep pendidikan seumur hidup. Konsep ini pula yang diterapakan dalam sistem
pendidikan Islam, konsep pendidikan tanpa batas usia.

16 | K a j i a n I s l a m P r o f e s i U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h C i r e b o n

17 | K a j i a n I s l a m P r o f e s i U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h C i r e b o n

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan istilah
al-talm ( ), al-tarbiyah ( ), al-tadb (). Dalam alQuran terdapat lafadz-lafadz tarbiyah, talim, tazkiyah (pendidikan, pengajaran
dan penyucia jiwa) yang menjadi paradigma pendidikan Islam; uswah
(keteladanan) yang menjadi metode utama pembentukan pribadi muslim.
2. Prinsip pendidikan dapat sebagai kebenaran yang universal sifatnya dan menajadi
dasar dalam merumuskan perangkat pendidikan. Prinsip pendidikan diambil dari
dasar pendidikan, baik berupa agama atau ideologi negara yang dianut. Prinsip
pendidikan Islam juga ditegakan di atas dasar yang sama dan berpangkal dari
pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia, masyarakat, ilmu
pengetahuan dan akhlak.
3. Diantara komponen yang selalu terkait dan saling membutuhkan
satu sama lain adalah pendidik yang fungsi utamanya sebagai
subjek

pendidikan

dan

peserta

didik

objeknya.

Keduanya

merupakan unsur paling vital di dalam proses pendidikan.


4. Dalam Islam Implikasi Tauhid dalam pembentukan kepribadian berusaha

mengubah dan merombak kepribadian seseorang diawali dengan mengubah dan


merombak kecenderungan dan pikiran seseorang, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah merubah akidahnya. Pertama, tauhid merupakan fondasi
bangunan-bangunan kehidupan manusia, termasuk kepribadiannya. Kedua, tauhid
merupakan aspek batin yang memberikan motivasi dan arah kepribadian manusia.
5. Prinsip pendidikan Islam juga ditegakan di atas dasar yang sama dan berpangkal
dari pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia, masyarakat,
ilmu pengetahuan dan akhlak. secara jelas tercermin dalam prinsip-prinsip
pendidikan Islam, dalam bidang pembelajaran pendidik merupakan fasilitator.
Sebagai suatu disiplin ilmu, pendidikanislam merupakan sekumpulan ide-ide dan
konsep-konsep intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui pengalaman dan

18 | K a j i a n I s l a m P r o f e s i U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h C i r e b o n

pengetahuan. Jadi mengalami dan mengetahui merupakan pengokoh awal dari


konseptualisasi itu.
DAFTAR PUSTAKA

Salihun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja


(Jakarta: Kalam Mulia
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 2, Jakarta:
Kencana, 2008
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, 2009,
Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran
Departemen Agama Republik Indonesia, Bandung: Haekal Media Centre,
2009
Andrias Harefa. Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup.( Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 2002).
Cyril Classe,The consice Encyclopaedia of Islam (London: Stacey International and yril
Glasse, 1989
Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Tertemah: Begini Seharusnya Mendidik Anak: Panduan
mendidik anak sejak masa kandungan hingga dewasa, (Jakarta: Daru Haq, 2004),
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta, Amzah, 2009),
M. Zainudin, Paradigma Pendidikan Terpadu, (Malang: UIN-Malang Press, 2008),
M. Utsman Najati, Al-Quran wa Ilm al-Nafs (Kairo: Dar al-Syuruq, 1402 H),
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid (Jakarta: LSIK, 1994),
MiRoji, Prinsip-Prinsip Pendidikan Menurut Al-Quran (Sebuah Kajian Tafsir Tematik),
UIN Jakarta : 2011
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2122336-hakikat-manusia/#ixzz1gabqBF00
(Diakses Tanggal 11 Maret 2016 pukul 16:28 WIB)
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35146512/BAB_II.docx?
AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1457683963&Signature=
%2BbDnwNUqRAbw4xXE6%2BPEx072WJ8%3D&response-contentdisposition=attachment%3B%20filename%3DPrinsipprinsip_Pendidikan_Islam_Sebagai.docx (Diakses Tanggal 11 Maret 2016 pukul 14:08 WIB)

19 | K a j i a n I s l a m P r o f e s i U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h C i r e b o n

http://staiannur.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/1-Ismun-AliM.Pd_.pdf (Diakses Tanggal 11


Maret 2016 pukul 14:13 WIB)
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/.../MI'ROJI-FUF.pdf (Diakses Tanggal 15
Maret 2016 pukul 22:10 WIB)
digilib.uinsby.ac.id/646/5/Bab%202.pdf (Diakses Tanggal 15 Maret 2016 pukul 22:10 WIB)

20 | K a j i a n I s l a m P r o f e s i U n i v e r s i t a s M u h a m m a d i y a h C i r e b o n

Anda mungkin juga menyukai