Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMBINAAN KARAKTER BANGSA


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Kapten Dulkadir, SH., MH

Disusun Oleh :
Nurazizah Fitriyani Nahri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada saya. Sehingga saya mampu menyelesaikan Makalah pembinaan
karakter bangsa ini sesuai dengan waktu yang saya rencanakan. Makalah ini saya buat dalam
rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Pembelajaran Pendidikan
Kewargangaraan. Yang meliputi nilai tugas, nilai individu, dan nilai keaktifan.
Saya sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mohon
maaf atas segala kekurangannya.

Cirebon, 1 Januari 2014


Penyusun

Nurazizah Fitriyani Nahri

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.
BAB

I1

PENDAHULUAN.1
1.1 Latar Belakang.....1
1.2 Rumusan Masalah........2
1.3 Tujuan..2
BAB II..3
TINJAUAN PUSTAKA...3
BAB III PEMBAHASAN MASALAH..6
A. Pengertian Karakter, Karakter Bangsa, dan Pembangunan Karakter Bangsa...........6
B. Lingkungan yang mempengaruhi karakter bangsa...7
C. Karakter yang diharapkan.............9
D. Starategi pembangunan.10
BAB IV.15
Kesimpulan...15
Saran.15
DAFTAR PUSTAKA.................16

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG1
Pembinaan karakter bangsa memiliki urgensi yang sangat luas dan bersifat

multidimensional. Sangat luas karena terkait dengan pengembangan multiaspek potensi-potensi


keunggulan bangsa dan bersifat multidimensional karena mencakup dimensi-dimensi kebangsaan
yang hingga saat ini sedang dalam proses menjadi. Dalam hal ini dapat juga disebutkan
bahwa:
(1) karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara,
hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa
(2)

karakter berperan sebagai kemudi dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-

ambing
(3)

karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi

bangsa yang bermartabat.


Selanjutnya, pembinaan karakter bangsa akan mengerucut pada tiga tataran besar,
yaitu:
(1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa,
(2) untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan (3) untuk
membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia
dan bangsa yang bermartabat.
Pembinaan karakter bangsa harus diaktualisasikan secara nyata dalam bentuk aksi
nasional dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa
sebagai upaya untuk menjaga jati diri bangsa dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa
dalam naungan NKRI. Pembinaan karakter bangsa harus dilakukan melalui pendekatan
sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga; satuan pendidikan; pemerintah;
masyarakat termasuk teman sebaya, generasi muda, lanjut usia, media massa, pramuka,
organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat;

11. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

kelompok strategis seperti elite struktural, elite politik, wartawan, budayawan, agamawan, tokoh
2

adat, serta tokoh masyarakat. Adapun strategi pembinaan karakter dapat dilakukan melalui

sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama dengan memperhatikan


kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat serta pendekatan multidisiplin yang tidak
menekankan pada indoktrinasi.
B.

RUMUSAN MASALAH

1.

Apa yang di maksud dengan karakter, karakter bangsa, dan pembinaan karakter bangsa?

2.

Lingkunagan apa saja yang mempengaruhi karakter bangsa?

3.

Bagaimana hasil karakter yang diharapkan dari pembinaan karakter bangsa dalam rangka

ketahanan nasional?
4.

Bagaimana strategi pembinaan karakter bangsa dalam rangka ketahanan nasional?

C. TUJUAN PENULISAN
Pembinaan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan
karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
D.

METODE PENGUMPULAN DATA

1.

Metode pengambilan data dari sumber-sumber bacaan

2. Mencari bahan dari internet


3. Mengumpulkan informasi
E.

SISTEMATIKA PENULISAN
Di dalam makalah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

1. Pendahuluan
2. Pembahasan
22. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

3. Penutup
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keberhasilan dari sejarah panjang Keindonesiaan yang membuahkan
kemerdekaan tersebut pada hakikatnya digelorakan oleh semangat perubahan/pembaruan yang
disuburkan oleh mosaik nilai-nilai keadilan, kekeluargaan, gotong-royong, kebersamaan,
toleransi, mufakat, persatuan, komitmen, keberanian, keuletan, sikap pantang menyerah dan yang
terpenting adalah keteladanan. Para founding fathers/mothers telah membingkai nilai-nilai
tersebut dalam pigura Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) yang
dihasilkan dalam sidang BPUPKI/PPKI pada 1 Juni 1945, kemudian secara legal-formal
ditetapkan bersamaan dengan diberlakukannya UUD 1945 pada 18 Agustus 1945. Dengan
demikian Pancasila secara resmi telah mengikat seluruh bangsa Indonesia (terutama kaum elitpolitiknya) dalam kehidupan berbangsa-bernegara. Berarti pula Pancasila telah disepakati dan
resmi menjadi Jatidiri Bangsa Indonesia yang harus dibentuk lewat proses akbar Character
Building yang tetap berkelanjutan (never ending process).
Namun pertanyaan besar yang selalu menggelitik akal budi, mengusik nurani
adalah apakah nilai-nilai tersebut masih tetap hidup dan berkembang dalam sanubari anak-anak
bangsa Indonesia? Berbagai fenomena memperlihatkan betapa nilai-nilai tersebut telah
mengalami kelunturan, erosi dan degradasi. Padahal para founding fathers/mothers secara sangat
cerdas, arif dan visioner telah memformulasikan Pancasila dengan merujuk pada nilai-nilai
kearifan lokal serta nilai-nilai yang berkembang secara global-universal. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Pancasila adalah buah perkawinan antara lokalitas dan universalitas yang
sangat tepat, relevan untuk bangsa Indonesia, benar-benar berakar dan bersumber pada ranah
Keindonesiaan yang ideal sekaligus realistis. Sehingga Prof. Syafii Maarif mengapresiasinya
sebagai masterpiece (karya agung) anak bangsa dan Jacob Oetama menyebutnya sebagai hasil
dari pemikiran cerdas yang mendahului jamannya (Syahnakri.2009)
33. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

Kondisi saat ini tingkat kesadaran generasi muda terhadap ideologi bangsa

semakin menurun. Indikator semakin menurunnya tingkat kesadaran ideologi bangsa tampak
pada masih banyaknya generasi muda yang memiliki perilaku semakin jauh dari nilai-nilai utama
Pancasila. Nilai-nilai utama Pancasila pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga jenis nilai,
meliputi: ketuhanan, keilmuan dan kebangsaan yang merupakan pilar-pilar utama dari karakter
bangsa. Ketuhanan, berkaitan dengan rendahnya tingkat ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, keilmuan berkaitan dengan rendahnya tingkat penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk memecahkan masalah kehidupan, edangkan kebangsaan berkaitan dengan
menurunnya rasa nasionalisme atau kecintaan kepada tanah air, negara dan bangsa. Degradasi
kesadaran ideologi bangsa apabila dibiarkan berlangsung secara terus menerus maka akan
semakin dapat membahayakan ketahanan nasional dan stabilitas negara juga akan semakin
rapuh.
Bangsa Indonesia sampai saat ini belum memiliki landasan pedagogis yang kuat
dan kokoh dalam menanamkan kesadaran nilai-nilai karakter bangsa. Pengembangan pembinaan
karakter bangsa pada generasi muda melalui aplikasi Pendidikan Karakter di semua jenjang
lembaga-lembaga pendidikan masih belum menemukan format yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik bangsa. Memang, apabila ditinjau dari landasan yuridis, pendidikan karakter telah
tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), dan telah
ditindaklanjuti dengan kebijakan Kemdiknas untuk diberlakukan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan mulai TA. 2011. Hal ini berarti secara makro, pendidikan karakter telah memiliki
landasan yuridis yang cukup kuat, akan tetapi secara mikro, pada aplikasi di tingkat satuan
pendidikan dan kelas, pendidikan karakter yang telah dicanangkan ini belum memiliki landasan
pedagogis yang mendasarinya. Setiap pengembangan pendidikan harus dilandasi dengan teoriteori pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas praktek pendidikan diperlukan aplikasi dari
berbagai teori pendidikan. Apabila melihat sejarah reformasi pendidikan hampir selalu berakhir
dengan keadaan yang lebih buruk. Hal ini disebabkan karena reformasi pendidikan tersebut tidak
ditopang dengan landasan teori yang cukup kuat dan berkualitas (Amori,2007:51-77)
44. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

Dalam kasus Indonesia, krisis karakter, mengakibatkan bangsa Indonesia


kehilangan kemampuan untuk mengerahkan potensi masyarakat guna mencapai cita-cita
bersa5ma. Krisis karakter ini seperti penyakit akut yang terus menerus melemahkan jiwa bangsa,
sehingga bangsa kita kehilangan kekuatan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang
maju dan bermartabat di tengah-tengah bangsa lain di dunia.
Krisis karakter di Indonesia tercermin dalam banyak fenomena sosial ekonomi yang secara
umum dampaknya menurunkan kualitas kehidupan masyarakat luas. Korupsi, mentalitas
peminta-minta, konflik horizontal dengan kekerasan, suka mencari kambing hitam, kesenangan
merusak diri sendiri, adalah beberapa ciri masyarakat yang mengalami krisis karakter.
Korupsi, korupsi adalah salah satu bentuk krisis karakter yang dampaknya sangat buruk bagi
bangsa Indonesia. Dalam pergaulan internasional, posisi Indonesia sebagai salah satu negara
yang terkorup di dunia telah menyebabkan bangsa ini kehilangan martabat di tengah-tengah
bangsa lain. Korupsi terjadi karena orang-orang kehilangan beberapa karakter baik, terutama
sekali kejujuran , pengendalian diri (self regulation), dan tanggung jawab sosial.
Kesenangan merusak diri sendiri. Di samping korupsi, memudarnya karakter di Indonesia
ditunjukkan oleh meningkatnya kesenangan dari sebagian warganya terlibat dalam kegiatan
atau aksi aksi yang berdampak merusak atau menghancurkan diri bangsa kita- sendiri (act of
self distruction). Ketika bangsa-bangsa lain bekerja keras mengerahkan potensi masyarakatnya
untuk meningkatkan daya saing negaranya, kita di Indonesia sebagian dari kita malah dengan
bersemangat memakai energi masyakat untuk mencabik-cabik dirinya sendiri, dan sebagian besar
yang lain terkesan membiarkannya. Memecahkan perbedaan pendapat atau pandangan dengan
menggunakan kekerasan, secara sistematik mengobarkan kebencian untuk memicu konflik
horizontal atas dasar SARA, dan menteror bangsa sendiri adalah beberapa bentuk dari kegiatan
merusak diri sendiri. Ini terjadi karena makin memudarnya nilai-nilai kemanusiaan yang
mencakup semangat dan kesediaan untuk bertumbuh kembang bersama, secara damai, dalam
kebhinekaan (Nunut. 2011).

55. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

BAB III
PEMBAHASAN
A.
1.

Pengertian Karakter, Karakter Bangsa, dan Pembangunan Karakter Bangsa


Karakter
Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata

berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan
terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah
hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan
ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas
moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
2.

Karakter Bangsa
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang

tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara
sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok
orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang
khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman
dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI.
3.

Pembinaan Karakter Bangsa


Pembinaan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan

untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi,
konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional,
dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral,6 bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi
Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembinaan karakter bangsa dilakukan secara koheren melalui proses sosialisasi, pendidikan dan
66. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama seluruh komponen bangsa dan
negara.
B.

Lingkungan yang mempengaruhi karakter bangsa

1.

Lingkungan Global
Globalisasi dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan internasionalisasi yang

dikaitkan dengan berkurangnya peran dan batas-batas suatu negara yang disebabkan adanya
peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia
melalui berbagai bentuk interaksi. Globalisasi juga dapat memacu pertukaran arus manusia,
barang, dan informasi tanpa batas. Hal itu dapat menimbulkan dampak terhadap penyebarluasan
pengaruh budaya dan nilai-nilai termasuk ideologi dan agama dalam suatu bangsa yang sulit
dikendalikan. Pada gilirannya hal ini akan dapat mengancam jatidiri bangsa.
Berdasarkan indikasi tersebut, globalisasi dapat membawa perubahan terhadap pola
berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama masyarakat kalangan generasi
muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan budaya luar yang tidak sesuai
dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya dan strategi
yang tepat dan sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati
diri bangsa serta generasi muda tidak kehilangan kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
2.

Lingkungan Regional
Pada lingkungan regional, pengaruh globalisasi juga membawa dampak terhadap

terkikisnya budaya lokal di zona negara-negara Asia Tenggara. Dampak tersebut berwujud
adanya ekspansi budaya dari negara-negara maju yang menguasai teknologi informasi. Meskipun
7

telah dilaksanakan upaya pencegahan melalui program kerja sama kebudayaan, namun melalui

teknologi infomasi yang dikembangkan, pengaruh negara lain dapat saja masuk. Produk-produk
budaya disebarluaskan melalui berbagai teknologi media yang akhirnya membentuk perilaku
baru, kebudayaan baru, dan kemungkinan jati diri baru. Hal ini tentunya merupakan ancaman
bagi pembinaan sikap, perilaku, dan jati diri sebagai suatu bangsa.

77. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

Perkembangan regional Asia atau lebih khusus ASEAN dapat membawa perubahan
terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan
strategi yang tepat dan sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya
dan jati diri bangsa serta generasi muda tetap memiliki kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
3.

Lingkungan Nasional
Perkembangan politik di dalam negeri dalam era reformasi telah menunjukkan arah

terbentuknya demokrasi yang baik. Selain itu telah direalisasikan adanya kebijakan desentralisasi
kewenangan melalui kebijakan otonomi daerah. Namun, sampai saat ini, pemahaman dan
implementasi konsep demokrasi dan otonomi serta pentingnya peran pemimpin nasional masih
belum memadai. Sifat kedaerahan yang kental dapat mengganggu proses demokrasi dan bahkan
mengganggu persatuan nasional.
Harus diakui bahwa banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia sejak lebih
dari enam puluh tahun merdeka. Pembangunan fisik dimulai dari zaman orde lama, orde baru,
orde reformasi hingga pasca reformasi terasa sangat pesat, termasuk pembangunan infrastruktur
pendukung pembangunan yang mencapai tingkat kemajuan cukup berarti. Misalnya, jaringan
listrik, jaringan komunikasi, jalan raya, berbagai sumber energi, serta prasarana dan sarana
pendukung lainnya. Kemajuan fisik yang terlihat kasat mata adalah banyaknya gedung bertingkat
di kota-kota besar di Indonesia yang mengindikasikan kemajuan bangsa Indonesia dalam bidang
pembangunan. Selain itu, kemajuan penting yang dicapai dalam tata pemerintahan adalah
diluncurkannya Undang-undang tentang Otonomi Daerah pada tahun 2001 yang memberi
keleluasaan kepada pemerintah daerah, provinsi dan kabupaten/kota untuk membangun daerah
dengan kekuatan dan potensi yang dimilikinya.
Kemajuan di bidang fisik harus diimbangi dengan pembangunan nonfisik, termasuk
membina karakter dan jati diri bangsa agar menjadi bangsa yang kukuh dan memiliki pendirian
yang teguh. Sejak zaman sebelum merdeka hingga zaman pasca reformasi saat ini perhatian
terhadap pendidikan dan pengembangan karakter terus mendapat perhatian tinggi. Pada awal
kemerdekaan pembangunan pendidikan menekankan pentingnya jati diri bangsa sebagai salah
satu tema pok8ok pembinaan karakter dan pekerti bangsa. Pada zaman Orde Lama, Nation and
Character Building merupakan pembinaan karakter dan pekerti bangsa. Pada zaman Orde Baru,
88. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

pembinaan karakter bangsa dilakukan melalui mekanisme penataran Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4). Pada zaman Reformasi, sejumlah elemen kemasyarakatan menaruh
perhatian terhadap pembinaan karakter bangsa yang diwujudkan dalam berbagai bentuk
kegiatan.
C.

Karakter yang Diharapkan


Secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian,

yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan perasaan
sikap dan keyakinan/keimanan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan
menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah raga berkenaan dengan
proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai
sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam
kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan. Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila
Pancasila pada masing-masing bagian tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.

Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah,

adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang
menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik;
2.

Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin

tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif;


3.

Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif,

tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih;
4.

Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling

menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit
9

(mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga

menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
Olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa sebenarnya saling terkait satu
sama lainnya. Oleh sebab itu, banyak aspek karakter yang dapat dijelaskan sebagai hasil dari
beberapa proses.

99. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

D.

STRATEGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

1.

Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui Sosialisasi

Sosialisasi dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk membangkitkan kesadaran dan
sikap positif terhadap pembangunan karakter bangsa guna mewujudkan masyarakat yang
berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan
Indonesia,

berjiwa

kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Agar sosialisasi dapat berlangsung efektif dan efisien, maka pemilihan media dan target sasaran
menjadi sangat penting. Disadari atau tidak perkembangan teknologi informasi dengan media
sebagai piranti utama, berimplikasi pada tatanan kehidupan umat manusia dalam berbagai
dimensinya, baik dalam dimensi politik, ekonomi, sosial budaya, maupun agama. Kondisi ini
patut diwaspadai sehingga masyarakat tidak terjebak pada kemajuan teknologi informasi semata
tanpa berupaya. Dengan demikian, unsur media (cetak, elektronik, tradisional) harus diposisikan
sebagai mitra strategis dalam upaya pembinaan karakter bangsa utamanya dalam hal sosialisasi.
Di samping unsur media, hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah penentuan
kelompok-kelompok sasaran sehingga dampak sosialisasi segera merambah pada setiap anak
bangsa, terutama generasi muda. Pada dasarnya kelompok sasaran adalah seluruh warga negara
Indonesia, yang lebih difokuskan pada generasi muda. Adapun sasaran adalah pemerintah, dunia
usaha dan industri, satuan pendidikan, organisasi sosial kemasyarakatan/ profesi, organisasi
sosial politik, dan media massa.
2.

Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan


Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter
pribadi dan/atau kelompok yang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan mampu
memberikan kontribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.10

1010. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

Strategi pembinaan karakter bangsa melalui program pendidikan memerlukan dukungan


penuh dari pemerintah yang dalam hal ini berada di jajaran Kementerian Pendidikan Nasional.
Oleh karena itu, fasilitasi yang perlu didukung berupa hal-hal sebagai berikut:
a.

Pengembangan kerangka dasar dan perangkat kurikulum, inovasi pembelajaran dan

pembudayaan karakter; standardisasi perangkat dan proses penilaian, kerangka dan standardisasi
media pembelajaran yang dilakukan secara sinergis oleh pusat-pusat di lingkungan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional.
b.

Pengembangan satuan pendidikan yang memiliki budaya kondusif bagi pembangunan

karakter dalam berbagai modus dan konteks pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan
menengah, serta pendidikan tinggi dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait di
lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
c.

Pengembangan kelembagaan dan program pendidikan nonformal dan informal dalam

rangka pendidikan karakter melalui berbagai modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh
semua direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal dan Informal.
d.

Pengembangan dan penyegaran kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, baik di

jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah maupun pendidikan tinggi yang relevan dengan
pendidikan karakter dalam berbagai modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh semua
direktorat terkait.
e.

Pengembangan karakter peserta didik di perguruan tinggi melalui penguatan standar isi

dan proses, penelitian dan pengembangan pendidikan karakter, pembinaan lembaga pendidikan
tenaga kependidikan, pengembangan dan penguatan jaringan informasi professional. Pembinaan
karakter dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait.
3.

Strategi Pembinaan Karakter Bangsa melalui Pemberdayaan


Pemberdayaan merupakan salah satu strategi pembinaan karakter bangsa yang

diarahkan

untuk

memampukan

para

pemangku

kepentingan

dalam

rangka

menumbuhkembangkan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan karakter.


Lingkungan keluarga merupakan wahana pendidikan karakter yang pertama dan
utama. Oleh kar11ena itu orang tua perlu ditingkatkan kemampuannya sehingga memiliki
1111. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

kemampuan untuk melakukan pembinaan dan pengembangan karakter. Pemberdayaan dilingkup


keluarga dilakukan melalui:
(1) penetapan regulasi yang mendorong orang tua dapat berinteraksi dengan sekolah, dan
lembaga pendidikan yang terkait pembangunan karakter
(2) pemberian pelatihan dan penyuluhan tentang pendidikan karakter
(3) pemberian penghargaan kepada para tokoh-tokoh atau orang tua yang telah menunjukkan
komitmennya dalam membangun karakter di lingkungan keluarga
(4) peningkatan komunikasi pihak sekolah dan lembaga pendidikan terkait dengan orang tua.
4.

Strategi Pembinaan Karakter Bangsa melalui Pembudayaan


Strategi pembinaan karakter bangsa melalui pembudayaan dilakukan melalui keluarga,

satuan pendidikan, masyarakat, dunia usaha, partai politik, dan media massa. Strategi
pembudayaan menyangkut pelestarian, pembiasaan, dan pemantapan nilai-nilai baik guna
meningkatkan martabat sebuah bangsa. Strategi tersebut dapat berwujud pemodelan,
penghargaan, pengidolaan, fasilitasi, serta hadiah dan hukuman.
Pemerintah harus menjadi teladan bagi pembudayaan karakter bangsa karena
pemerintah harus dapat menjadi contoh warganya. Pemerintahan yang baik mencerminkan
masyarakat yang baik. Masyarakat yang berkarakter mencerminkan warga negara yang
berkarakter. Pemerintah dengan demikian harus selalu di garda depan dalam pembudayaan
karakter dengan segala manifestasinya. Selain keteladan, pembudayaan dalam lingkup
pemerintah dapat dilakukan dengan pembiasaan nilai-nilai di lingkungan pemerintah,
peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta penegakan aturan.
5.

Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui Kerjasama


Pada dasarnya, kunci akhir sebuah strategi ada pada kerjasama dan koordinasi.

Berbagai kerjasama dan kordinasi dapat dilakukan antarwarga negara, antarkelompok,


an12tarlembaga, antardaerah, dan bahkan antarnegara.
Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerjasama dapat berjalan dengan baik dan
mencapai tujuan yang telah disepakati. Hal itu dapat dimulai dengan saling terbuka, saling
mengerti, dan saling menghargai. Setelah kerjasama dapat dilakukan, maka langkah selanjutnya
adalah koordinasi dan evaluasi. Bentuk koordinasi yang dapat dilakukan antara lain:
1212. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

1.

koordinasi perencanaan kegiatan pendidikan karakter secara dinamis dari jenjang

pendidikan usia dini, dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi sesuai konteks kebutuhan dan
perubahan zaman;
2.

koordinasi kegiatan satuan pendidikan dengan lembaga pendidikan di alam terbuka, antara

lain gerakan Pramuka, dalam hal penerapan silabi pendidikan karakter;


3.

koordinasi secara teknikal dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi teknologi

informasi dan komunikasi, multimedia dalam pembuatan materi interaktif pendidikan karakter;
4.

koordinasi dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi bidang psikologi dan

komunikasi dalam perencanaan model proses pembelajaran pendidikan karakter sesuai penciri
warga negara agar mampu mengadaptasikan dirinya dalam pluralitas karakter di lingkungan
globalisasi.

13

1313. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

BAB IV
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Negara Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai suku dan bangsa,

terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas. Jika kita sebagai warga negara ingin
mempertahankan daerah kita dari ganguan bangsa/negara lain, maka kita harus memperkuat
ketahanan nasional kita. Ketahanan nasional adalah cara paling ampuh, karena mencakup banyak
landasan seperti : Pancasila sebagai landasan ideal, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional
dan Wawasan Nusantara sebagai landasan visional, jadi dengan demikian katahanan nasional kita
sangat solid.
Mengingat penting dan luasnya cakupan pembinaan karakter bangsa dalam rangka ketahanan
nasional, menjadikan masyarakat berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, maka diperlukan komitmen dan dukungan dari lembaga penyelenggara negara, dunia
usaha dan industri, masyarakat, media massa dan pemangku kepentingan lainnya untuk
menyusun program kerja dan mengkoordinasikan dengan pihak terkait agar terjadi sinergi yang
kokoh untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
B.

SARAN

Indonesia harus lebih meningkatkan pendidikan yang berkarakter untuk memajukan mutu dan
kualitas pendidikan yang ada di Indonesia ini. Dan Indonesia harus berfikir produktif,
menciptakan dan memuat segala sesuatunya dengan sendiri tanpa impor dari luar. Pembinaan
karakter bangsa sangat penting, oleh karena itu

14

pemerintah seharusnya turun tangan untuk

melakukan pembinaan pada warganya

1414. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

DAFTAR PUSTAKA
Amori, A. 2007. A Theoritical Framework for Educational Game Development. Educational
Technology Research & Development: Game Object Model Version II
Hasan, H.S. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Litbang
Puskur Kemdiknas
Nunut. 2011. Pembentukan karakter bangsa dengan pancasila. 29 april 2013 Syahnakri. 2009.
Renungan Kebangsaan Dan Pancasila.
15

1515. Nurazizah Fitriyani Nahri, Makalah Pembinaan Karakter Bangsa

Anda mungkin juga menyukai