Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Batik air limbah industri tradisional tidak diperlakukan dengan baik sejauh ini. Limbah
hanya dibuang ke sekitar aliran air. Karakteristik kualitas air limbah baku batik usaha kecil dan
menengah (UKM) termasuk pH (6.05), kekeruhan (NTU 1306 / Nephelometric Turbidity Unit),
TSS / Total Suspended Solid (1248 mg / l) dan COD / Chemical Oxygen Demand (3712,5 mg /
l)1. Besarnya volume limbah yang melebihi daya dukung lingkungan dapat menimbulkan efek
negatip seperti bau busuk, gatal dan diare.
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan air untuk membantu proses
pengendapan partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya. Koagulan yang
biasa digunakan adalah tawas. Meskipun koagulan kimia lebih efektif dari pada koagulan
alami, koagulan kimia relatif mahal dan menghasilkan endapan yang sulit untuk ditangani
Penambahan bubuk biji kelor dalam koagulan(zat pengental) dan lamanya pengendapan serta
interaksi mereka dalam perlakuan limbah batik secara signifikan (0,01) dipengaruhi oleh
penurunan kekeruhan. Inetraksi untuk penambahan bubuk biji kelor dalam koagulan (4000 mg /
l) dan panjang pengendapan(180 menit) menunjukkan kekeruhan yang rendah yaitu 59,25 NTU
(95,5% pengurangan). Penambahan bubuk biji kelor dalam koagulan(zat pengental) dipengaruhi
penurunan TSS. lama pengendapan dan interaksi antara penambahan koagulan dan lamanya
pengendapan tidak signifikan mempengaruhi TSS tersebut. Perlakuan 5000 mg/ l M. koagulan
serbuk biji kelor( moringa oleifera) dan 60 menit presipitasi memberikan hasil terbaik dengan
TSS terendah 156.00 mg/l (pengurangan 87,5%). Secara umum, kombinasi perlakuan terbaik
ditunjukkan oleh perlakuan biji 5000 mg/l koagulan dan 180 menit pengendapan yang lama
akhirnya menghasilkan kekeruhan 61 NTU dan TSS 170 mg/l. Untuk investigasi perlu dilakukan
perlakuan untuk tersisa COD yang tinggi.2

1 Hefni effendi dkk. Moringa oleifera as coagulant for batik effluent treatment.indonesia.2015.
2 Ibid.
1

Batik adalah suatu cara penerapan corak diatas kain melalui proses celup, rintang warna,
dengan malam sebagai medium perintangnya. Tahap tahap pembuatan batik: Persiapan,
Pemolaan, Pemalaman, Pewarnaan Celup, Pelorodan (penghilangan lilin batik) dan Pekerjaan
akhir (finishing)3. Pencemaran air oleh industri batik pada umumnya bersumber dari proses
pencelupan warna pertama, penghilangan lilin untuk mendapatkan warna yang kedua, ketiga
dan seterusnya (jika diperlukan) dari proses pelorodan dalam air mendidih, dan sumber
pencemar lain dari proses pencucian. Bentuk pencemar lain pada industri batik berupa fenol
yang berasal dari lilin/malam serta penggunaan bahan pembantu seperti minyak tanah4.
Setelah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan dunia pada tahun 2009,
industri batik di Indonesia telah berkembang pesat. Pada akhir 2010, batik usaha kecil dan
menengah(UKM) di Indonesia berjumlah 55.778 unit dengan total angkatan kerja 916.783 orang
5

. Air limbah industri batik tidak ada perlakuan. Limbah hanya dibuang ke sekitar aliran air.

Salah satu cara untuk mengolah air limbah batik yang akan mengurangi konsentrasi polutan
dalam air limbah batik adalah metode koagulasi dan flokulasi melalui menggunakan Moringa
oleifera bubuk biji sebagai koagulan alami. Koagulan alami digunakan sebagai pengganti tawas.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana proses pengolahan limbah cair industry batik tulis dengan koagulan alami?
1.3 Tujuan
Mengetahui proses koagulan alami (moringa oleifera) dalam pengolahan air limbah
industry batik tradisional. Serta menambah pengetahuan mahasiswa khusus nya mahasiswa
pendidikan kimia universitas muhammadiyah Cirebon.

3 Yayasan Harapan Kita,Indonesia Indah Batik, TMII, Jakarta,2006.


4 Menurut Astirin dan Winarno, Peran Pseudomonas dan Khamir dalam Perbaikan Kualitas
danDekolorisasi Limbah Cair Industri Batik Tradisional 2000.
5 Juzri dan Idris, Indonesian batik as a culture tradition.jakarta.2012
2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses pengolahan limbah cair industry batik tulis dengan koagulan alami(moringa oliefera).
Koagulan alami yang biasa digunakan berasal dari biji tanaman karena mengandung
protein bermuatan positip yang berperan sebagai polielektrolit6. Koagulan alami seperti
serbuk biji kelor dapat digunakan sebagai koagulan alternatif pengganti tawas. Penelitian
mengenai kombinasi serbuk biji kelor perlu dilakukan agar mendapatkan hasil yang efektif
dalam pengolahan limbah cair, sehingga dapat meningkatkan kualitas baik untuk limbah cair
industry batik tradisional.
Moringa oleifera adalah tanaman tropis yang biji mengandung zat minyak dan air dapat
dimakan larut yang memiliki sifat koagulasi yang sangat baik untuk mengobati air dan air
limbah. Efisiensi dan sifat Moringa oleifera sebagai koagulan alami dalam pengolahan air
dipelajari dan dibandingkan dengan tawas, yang saat ini adalah koagulan industri yang paling
banyak digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa zat aktif dalam ekstrak kelor air adalah protein
kationik dimer, memiliki berat molekul 13 kDa dan titik isoelektrik antara 10 dan 11. Mekanisme
koagulasi dengan Moringa oleifera tampaknya terdiri dari adsorpsi dan netralisasi biaya koloid.
Dibandingkan dengan tawas, dosis optimal dikupas Moringa oleifera biji hampir sama (50 mg /
l). Dalam kasus benih non-dikupas, dosis lebih besar (500 mg/l) untuk air kekeruhan awal yang
rendah. Protein murni yang koagulan lebih efektif daripada tawas. Sebagai koagulan, kelor tidak
beracun dan biodegradable. Ini adalah ramah lingkungan, dan tidak seperti tawas, tidak secara
signifikan mempengaruhi pH dan konduktivitas air setelah perawatan. Lumpur yang dihasilkan
oleh koagulasi dengan Moringa tidak hanya berbahaya tetapi juga empat sampai lima kali lebih

6 Eckenfelde,Industrial Water Pollution Control.New York.2000.


3

sedikit volume dari lumpur kimia yang diproduksi oleh koagulasi alami. Jadi, sebagai koagulan,
Moringa oleifera dapat menjadi pengganti yang berpotensi layak untuk tawas.
Serbuk biji kelor juga digunakan sebagai koagulan utama dalam klarifikasi air minum dan
pengolahan air limbah karena Kehadiran protein koagulan kationik yang larut dalam air dapat
mengurangi kekeruhan air diperlakukan. Bahan tanaman seperti ekstrak dari biji kelor(moringa
oleifera) adalah koagulan alami digunakan dalam pengolahan air untuk konsumsi manusia.
Faktor antimikroba ditemukan dalam serbuk biji kelor bisa menghilangkan bakteri coliform dari
air.7
2.1.1 Bahan dan Metode
Waktu dan Tempat penelitian proses pengolahan limbah cair industry batik tradisional, dalam
jurnal ini tidak di jelaskan waktu saat proses pengolahan nya hanya saja tempat pengambilan
sampel limbah cair industry batik tradisional yaitu limbah cair diambil dari salah satu UKM batik
di Bogor, Indonesia.
Biji kelor di halusakan dengan alat yaitu berupa blender, kemudian dikeringkan dalam
oven suhu 1050C selama 30 menit. Penggunaan serbuk biji kelor menggunakan perbedaan
perlakuan yaitu seperti dalam tabel(1), di 200 ml sampel limbah cair batik yang diaduk dengan
cepat (100 rpm) selama 3 menit dan perlahan-lahan (40 rpm) selama 12 menit. Sampel kemudian
diendapkan Analisis kekeruhan, TSS, COD, dan pH dilakukan pada semua sampel.
Tabel 1. Sampel serbuk biji kelor
N

KOSENTRASI

WAKTU

(mg / l)

PENGENDAPAN

(A1) 30.000
(A2) 40.000
(A3) 50.000

(menit)
(B1) 60
(B2) 120
(B3) 180

1
2
3

2.1.2 Hasil dan Pembahasan.


7 Bina, 1991; Muyibi et al 1995
4

TSS

COD

pH

2.1.2.1 Kekeruhan.
Perbandingan baku mutu limbah batik dan tekstil, baku mutu limbah cair termasuk pH,
kekeruhan, TSS, COD disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Characteristic of raw small scale batik effluent
NO

Parameter

Baku limbah cair

Baku limbah tekstil

1
2
3
4

pH
Kekeruhan(NTU)
TSS(mg/1)
COD(mg/1)

batik
6.05
1306
1248
712.5

(Muralimohan et al.2014
11.65
175
1348
1990

Kekeruhan dari baku limbah batik sangat tinggi bila dibandingkan dengan baku limbah tekstil.
Kekeruhan air limbah batik diolah atau diberi perlakuan dengan proses koagulan suatu serbuk
biji kelor dan adanya curah hujan menunjukkan penurunan yang cukup besar. Tingkat kekeruhan
per-perlakuan 1.306 NTU jatuh ke berbagai kekeruhan rata-rata 59,25-114 NTU (Tabel 3).
Penyisihan kekeruhan adalah salah satu langkah penting dalam proses pengolahan air dan
umumnya dicapai dengan proses koagulasi - sedimentasi - flokulasi. Koagulan umum seperti
tawas dan besi garam telah banyak digunakan dalam proses pengolahan air konvensional.
8

Tabel 3. Rata-rata kekeruhan (NTU) dari limbah cair batik setelah perawatan atau perlakuan
NO
1
2
3
4

Kosentrasi Perlakuan

B1 (60 menit)

B2 (120

B3 ( 180 menit

koagulan serbuk biji kelor


menit)
A1 (30.000 mg/1 )
114,00
76,75
61,75
A2 ( 40.000 mg/1 )
89,75
66,50
59,25%(95,5% reduction)
A3 ( 50.000 mg/1 )
80,50
64,00
61,00
Control (0 mg/1)
1306
Dari data tabel 3 diatas dapat disimpulkan bahwa Pengolahan air limbah batik dengan

koagulan dari serbuk biji kelor(moringa oleifera), lamanya pengendapan, dan interaksi
mempengaruhi limbah tersebut dengan kekeruhan penurunan yang secara signifikan (0,01).
Perlakuan A3 (50000 mg/l) menunjukkan hasil terbaik dengan kekeruhan rata-rata 68,50 NTU.
8Giddel dkk.Comparative study of different forms of Moringa oleifera extracts for turbidity removal.2012

Kekeruhan (68,50 NTU) pada perlakuan A3 (5000 mg/l) berbeda secara signifikan (0,01)
dengan kekeruhan rata-rata 84,17 NTU pada perlakuan A1 (30000 mg/l), namun tidak berbeda
nyata dengan kekeruhan rata-rata 71,83 NTU pada perlakuan A2 (40000 mg/l).
Lamanya pengendapan terbaik ditunjukkan pada B3 (180 menit) yang berbeda nyata
(0,01) dengan B1 (60 menit) dan B2 (120 menit). konsentrasi koagulan serbuk biji
kelor(moringa oliefera) dari 40.000 mg/l dan 180 menit lamanya pengendapan menghasilkan
kekeruhan terendah 59,25 NTU. Penurunan kekeruhan disebabkan pengendapan padatan
tersuspensi atau koloid dalam air limbah dengan koagulan alami dari biji kelor(moringa oleifera)
seperti digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kekeruhan dari limbah batik sebelum dan setelah perlakuan dengan 40.000
mg / l koagulan serbuk biji kelor(moringa oleifera) dan lama pengendapan
180 menit.
Serbuk biji kelor(moringa oliefera) menghilangkan 60% sampai 70% dari kekerasan serta
99% dari efektivitas kekeruhan air9. Mekanisme koagulasi dengan serbuk biji kelor(moringa
oliefera) terdiri dari adsorpsi dan netralisasi muatan positif koloid yang menarik kotoran
bermuatan negatif di dalam air10. Serbuk biji kelor(moringa oliefera) memiliki efisiensi yang
9 Muyibi dkk. Moringa oleifera seeds for softening hardwater.1995.
10 Sotheeswaran dkk. Moringa oleifera and other local seeds in water purification in developing countries. .2011
6

lebih tinggi dalam menghilangkan kekeruhan tinggi dibandingkan dengan kekeruhan rendah.
Efisiensi terbaik diperoleh pada kekeruhan 50 NTU dan pH 7 serta waktu pemeliharaan 15 hari
dan dosis optimum 20 mg / l11.
Hasil penelitian ini telah menunjukkan penurunan yang luar biasa dari kekeruhan
mencapai 95% dengan pengobatan 50000 (mg/l) Serbuk biji kelor(moringa oliefera) koagulan
180 menit pengendapan.
2.1.2.2 Pengukuran Parameter Kualitas Limbah Padatan Tersuspensi (TSS)
TSS setelah koagulasi berkisar 156-274 mg/l, sedangkan awal TSS adalah 1248 mg/l
(Tabel 4). Penambahan Serbuk biji kelor(moringa oliefera) terpengaruh TSS dengan tingkat
tinggi signifikansi (0,01) dipengaruhi TSS. lamanya pengendapan serta interaksi konsentrasi
koagulan dan lamanya pengendapan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap TSS.
Tabel 4. Rata-rata TSS (mg /l) dari limbah cair batik setelah perawatan.
NO

Kosentrasi Perlakuan

1
2
3

koagulan serbuk biji kelor


A1 (30.000 mg/1 )
A2 ( 40.000 mg/1 )
A3 ( 50.000 mg/1 )

B1 (60 menit)

B2 (120

B3 ( 180 menit

270,50
204,00
156,00(87,5%eduction

menit)
274,00
210,00
180,00

266,00
222,00
170,00

)
4

Control (0 mg/1)

1248

TSS terendah menggunakan di Serbuk biji kelor(moringa oliefera) dengan perlakuan


koagulan dari 50.000 (mg/ l) berbeda nyata (0,01) dari TSS pada perlakuan koagulan dari 30.000
(mg/l) dan 40000 (mg/l). Semakin besar konsentrasi koagulan, semakin besar TSS
dikecualikan.Sharmila dkk. (2013) menemukan bahwa Serbuk biji kelor(moringa oliefera) dapat
mengurangi total padatan dari air limbah rumah tangga dari 80 mg/l menjadi 51,2 mg/l, yang
berarti pengurangan 36%. Percobaan kami menemukan bahwa koagulan Serbuk biji
kelor(moringa oliefera) mampu mengurangi 87,5% pengurangan TSS.

11 Yarahmadi dkk. Application of Moringa oleifera seed extract and polyaluminum chloride in water treatment. .
2009.

2.1.2.3 Chemical Oxygen Demand (COD)


Perlakuan Serbuk biji kelor(moringa oliefera) dengan koagulan dan lamanya
pengendapan serta interaksi kedua perlakuan tidak secara signifikan mempengaruhi COD. COD
terus meningkat setelah perlakuan(Tabel 5). COD awal adalah 3712,5 mg / l, sedangkan COD di
Perlakuan Serbuk biji kelor(moringa oliefera) dengan koagulan (50000 mg / l) meningkat
menjadi 9.652,5 (mg/l).
Tabel 5. Rata-rata COD (mg / l) dari limbah cair batik setelah perawatan.
NO
1
2
3
4

Kosentrasi Perlakuan

B1 (60 menit)

B2 (120

B3 ( 180 menit

koagulan serbuk biji kelor


menit)
A1 (30.000 mg/1 )
4900,0
5594,50
7425,00
A2 ( 40.000 mg/1 )
6682,50
7227,00
9405,00
A3 ( 50.000 mg/1 )
7720,50
8217,00
9652,50
Control (0 mg/1)
3712,50
Menemukan bahwa Serbuk biji kelor(moringa oliefera) koagulan tidak hanya

menghilangkan dengan kekeruhan 82,02%, tetapi juga mengurangi COD hingga 83,3% dari
penyamakan kulit air limbah.12
COD air limbah susu secara drastis dikurangi dari 1.440 (mg/l) untuk 640 (mg/l) dan 800
(mg/l) untuk ukuran 425m dan 212m partikel kelor koagulan menunjukkan efisiensi
penghilngan masing-masing 55,6% dan 44,4%13. Namun dalam penelitian ini, Serbuk biji
kelor(moringa oliefera) tidak bisa mengurangi COD dari limbah batik. Peningkatan COD dalam
limbah batik setelah pengobatan biji kelor(moringa oliefera) dapat disebabkan oleh biji
kelor(moringa oliefera) itu sendiri yang merupakan bahan organik.
2.1.2.4 pH
Rata-rata pH limbah cair batik di koagulan biji kelor(moringa oliefera) berkisar 5,98 06:07 (Tabel 6). Selain koagulan dan lama pengendapan serta interaksi mereka tidak secara

12 Kazi1 dan Virupakshi, Treatment of tannery wastewater using natural coagulants. 2013
13 Pallavi, N. and Mahesh, S..Feasibility study of Moringa oleifera as a natural coagulant for the
treatment of dairy wastewater. 2013.
8

signifikan mempengaruhi pH. nilai pH menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dari
pH kontrol 6,05. Ekstrak biji kelor(Moringa oleifera) memiliki efek minimal terhadap pH air.14
Tabel 6. Rata-rata pH limbah cair batik setelah perawatan.
NO

Kosentrasi Perlakuan

1
2
3
4

koagulan serbuk biji kelor


A1 (30.000 mg/1 )
A2 ( 40.000 mg/1 )
A3 ( 50.000 mg/1 )
Control (0 mg/1)

B1 (60 menit)
5,98
5,94
6,03

B2 (120

B3 ( 180 menit

menit)
6,04
6,05
6,07
6,05

5,98
6,03
6,07

Koagulan dicampur biji kelor(Moringa oleifera): Al2(SO4)3 dengan rasio 50:50 dosis
memberikan efisiensi removal yang lebih baik terhadap kekeruhan, TSS, TDS, BOD dan COD
dan tampaknya cocok untuk pengolahan air limbah tekstil15.
Biji kelor (Moringa oleifera) sebagai penyerap alami juga digunakan sebagai agen
antimikroba ramah lingkungan untuk pemurnian air tanah untuk tujuan minum. Koagulan kelor
dari 150 (mg/l) mengurangi bakteri dari air tanah dari 1.600 MPN/100 ml untuk 5 MPN/100
ml.16Dosis optimum serbuk biji kelor(Moringa oleifera) air untuk sampel air sintetis yang
mengandung konsentrasi logam berat dari 5 (mg/l) adalah 2 (g/l) dan efisiensi removal yang
95%, 93%, 76% dan 70% tembaga, timbal, kadmium dan kromium masing17. Pengolahan limbah
pabrik kelapa sawit dengan biji kelor(Moringa oleifera) menghasilkan 99,2% ditangguhkan
penghilngan padatan dan 52,5% pengurangan COD18.
14 Ibid
15 Muralimohan dkk.Experimental study on removal efficiency of blended coagulants in textile wastewater
treatmen t.2014

16 Mangale dkk. Use of Moringa oleifera (drumstick) seed as natural absorbent .2012.
17 Ravikumar dan Sheeja, Heavy metal removal from water using Moringa oleifera seed coagulant and
double filtration. 2013
18 Othmandkk . Influence of the settleability parameters for palm oil mill effluent (pome) pretreatment by using
Moringa oleifera seeds as an environmental friendly coagulant.2008.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa serbuk biji kelor(Moringa oleifera) mungkin diterapkan
sebagai koagulan alami dalam mengolah limbah cair batik daripada menggunakan koagulan
kimia yang umum digunakan. Namun, optimasi kebutuhan penggunaan dosis untuk dikejar.
Serbuk biji kelor(Moringa oleifera) koagulan dan lama pengendapan serta interaksi
mereka di batik pengolahan limbah cair secara signifikan (0,01) dipengaruhi penurunan
kekeruhan. Interaksi serbuk biji kelor(Moringa oleifera) (4000 mg/l) dan lama pengendpan (180
menit) menunjukkan kekeruhan terendah penurunan yaitu 59,25 NTU (pengurangan 95,5%).
Serbuk biji kelor(Moringa oleifera) signifikan (0,01) dipengaruhi penurunan TSS.
Lamanya pengendapan dan interaksi antara penambahan koagulan dan lama pengendapan tidak
secara signifikan mempengaruhi TSS. Pengobatan 5000 (mg/)l serbuk biji kelor(Moringa
oleifera) dan 60 menit presipitasi memberikan hasil terbaik dengan TSS rata-rata 156,00 (mg/l)
(pengurangan 87,5%).
Serbuk biji kelor(Moringa oleifera) dan lama pengendapan serta interaksi mereka tidak
berpengaruh signifikan terhadap COD. Peningkatan COD disebabkan oleh zat organik dari
serbuk biji kelor(Moringa oleifera) itu sendiri. Serbuk biji kelor(Moringa oleifera) dan lama
pengendapan serta interaksi mereka tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai pH. pH
menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dari pH kontrol 6,05.
Secara umum, kombinasi perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan 5000 (mg/l)
Selain koagulan dan 180 menit deposisi panjang yang akhirnya menghasilkan kekeruhan 61
NTU dan TSS 170 (mg/l). Namun penyelidikan lebih lanjut(perlakuan khusus) yang perlu
dilakukan untuk menurunkan COD yang tinggi.

10

DAFTAR PUSTAKA
Astirin, O.P dan K. Winarno. 2000. Peran Pseudomonas dan Khamir dalam Perbaikan
Kualitas dan Dekolorisasi Limbah Cair Industri Batik
Tradisional.BioSMART,Vol. 2, No. 1, 13-19.
Bina, B. 1991. Investigation into the use of natural coagulants in the removal of bacteria
and bacteriophage from turbid waters. PhD Thesis. University Newcastle upon
Tyne. UK.
Eckenfelde, W, 2000, Industrial Water Pollution Control, McGrow-Hill Inc Edition 3,
New York
Gidde1, M.R. Bhalerao, A.R. and Malusare, C.N. 2012. Comparative study of different
forms of Moringa oleifera extracts for turbidity removal. International Journal of
Engineering Research and Development 2(1):14-21.
Hefni effendi dkk. 2015.Moringa oleifera as coagulant for batik effluent
treatment.indonesia.
Jusri, M. and Idris, M. 2012. Indonesian batik as a culture tradition. Ministry of
Industry. Jakarta (In Indonesian).
Kazil, T. and Virupakshi, A. 2013. Treatment of tannery wastewater using natural
coagulants. International Journal of Innovative Research in Science, Engineering,
and Technology 2(8):4061-4068.
Othman, Z. Bhatia, S. and Ahmad, A.L. 2008. Influence of the settleability parameters
for palm oil mill effluent (pome) pretreatment by using Moringa oleifera seeds as
an environmental friendly coagulant. International Conference on Environment
1-9 p.

11

Mangale, S.M. Chonde, S. G. and Raut P.D. 2012. Use of Moringa oleifera (drumstick)
seed as natural absorbent and an antimicrobial agent for ground water treatment.
Research Journal of Recent Sciences 1(3):31-40.
Muralimohan, N. Palanisamy, T. and Vimaladevi, M.N. 2014. Experimental study on
removal efficiency of blended coagulants in textile wastewater treatment.
International Journal of Research in Engineering & Technology 2(2):15-20.
Muyibi, S.A. and Evison, L.M. 1995. Moringa oleifera seeds for softening hardwater.
Water Research 29(4):1099-1104.
Pallavi, N. and Mahesh, S. 2013. Feasibility study of Moringa oleifera as a natural
coagulant for the treatment of dairy wastewater. International Journal of
Engineering Research 2(3): 200-202.
Ravikumar, K. and Sheeja, A.K. 2013. Heavy metal removal from water using Moringa
oleifera seed coagulant and double filtration. International Journal of Scientific &
Engineering Research 4(5):10-13.
Sotheeswaran, S. Nand, V. Matakite, M. and Kanayathu, K. 2011. Moringa oleifera and
other local seeds in water purification in developing countries. Research Journal
of Chemistry and Environment 15(2):135-138.
Yarahmadi, M. Hossieni, M. Bina, B. Mahmoudian, M.H. 2009. Application of Moringa
oleifera seed extract and polyaluminum chloride in water treatment.polyaluminum
chloride in water treatment. World Applied Sciences Journal 7 (8): 962-967.
Yayasan Harapan Kita, (2006), Indonesia Indah Batik, TMII, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai