HALAMAN JUDUL.................................................................................. 1
PRAKATA................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 4
1.1 Peran Iptek......................................................................................... 4
1.2 Paradigma Hubungan Agama dengan Iptek...................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 6
2.1 Peran Iptek terhadap Ibadah Haji...................................................... 6
2.2 Halal Haram dalam Ibadah Haji........................................................ 8
BAB III KESIMPULAN............................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Peran Iptek
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi
berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia.
Berbagai sarana modern seperti industri, komunikasi, dan transportasi
terbukti amat bermanfaat1. Pada tahun abad XIX, Eropa butuh dua inggu
untuk memperoleh berita pembunuhan Presiden Abraham Lincoln, tapi pada
tahun 1969 dengan sarana komunikasi canggih hanya perlu 1,3 detik untuk
mengetahui kabar pendaratan Neil Amstrong di bulan. Dahulu juga
masyarakat Indonesia pergi haji dengan kapal laut bisa menghabiskan waktu
17-20 hari untuk sampai ke Jeddah, sekarang dengan pesawat terbang hanya
butuh waktu 12 jam2.
Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena
merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom
telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki.
Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit
mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya
pada tahun 1945 lalu tak sedikit yang memanfaatkan teknologi internet
sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan
untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian. Di sinilah, peran
agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok
kembali3.
1
Yusuf Qardhawi, "Norma dan Etika Ekonomi Islam". (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hlm.
35.
2
Budi Winarto, "Globalisasi Wujud Imperialisme Baru", (Yogyakarta: Tajidu Press, 2004), hlm.
125.
3
Nurchalis Bakry dkk., "Bioteknologi dan Al-Qur'an Referensi Dakwah Dai Modern", (Jakarta:
Gema Insani Press, 1996), hlm. 26.
2
Agama yang dimaksud di sini adalah agama Islam, yaitu agama
yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk
mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan
ibadah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak,
makanan, dan pakaian) dan hubungan manusia dengan manusia lainnya
(dengan aturan mu’amalah dan uqubat/sistem pidana)4.
Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari
hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma hubungan agama
dengan iptek. Pertama, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang
memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam
ideologi sekularisme barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-
din ‘an al-hayah). Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi
sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak
ada, dus, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek5.
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa
agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis
dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam –yang terwujud dalam apa-apa
yang ada dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits-- menjadi qa’idah fikriyah
(landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh
bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia6.
BAB II
4
Taqiyuddin An-Nabhani, "Nizham Al-Islam", (ttp: Hizbut Tahrir, 2001), hlm. 12.
5
Hasan Farghal, "Pokok Pikiran Tentang Hubungan Ilmu Dengan Agama", (tt, 1994), hlm. 99-
119.
6
Taqiyuddin An-Nabhani, "Nizham Al-Islam", (ttp: Hizbut Tahrir, 2001), hlm. 45.
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
pilihan. "Ada tiga pilihan penggunaan transaksi non-teller dalam pelunasan,
yaitu melalui ATM, internet banking, dan mobile banking,"8.
5
ِ اس ِحجُّ ْالبَ ْي
ت َم ِن ا ْستَطَا َع إِلَ ْي ِه َسبِياًل ِ ََّوهَّلِل ِ َعلَى الن
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS. Ali Imran: 97).
Ulama berbeda pendapat ketika menentukan posisi kepemilikan harta dalam
ibadah haji.
Apakah kepemilikan harta yang ada di tangan jamaah haji merupakan syarat
sah haji. Dimana status keabsahan haji tergantung pada status kepemilikan
harta. Sehingga jika harta ini dimiliki dengan cara yang tidak halal, maka haji
tidak sah ataukah keberadaan harta ini hanya syarat wajib hajib. Artinya, ketika
seseorang bisa membiayai dirinya berangkat haji maka dia wajib haji. Terlepas
dari sumber apapun dia mendapatkan biaya itu.
Pendapat pertama, hajinya sah, meskipun dia berdosa dengan menggunakan
harta haram. Ini merupakan pendapat Hanafiyah, Syafiiyah, dan salah satu
pendapat dalam Malikiyah serta pendapat sebagian ulama hambali. Mereka
beralasan bahwa keberadaan harta, bukan syarat sah haji, namun syarat wajib
haji. Karena inti haji adalah melaksanakan manasik sesuai yang dituntunkan.
Dan ini tidak ada kaitannya dengan status harta yang digunakan untuk
mendanai kegiatan itu. Ketika hajinya dinilai sah, maka dianggap sudah
menggugurkan kewajiban.
Pendapat kedua, hajinya tidak sah. Ini merupakan salah satu pendapat dalam
madzhab Hambali dan Malikiyah. Karena biaya haji, bagian dari syarat sah
pelaksanaan haji. Meskipun pada asalnya ini syarat wajib haji, namun syarat
wajib dalam ibadah maliyah, sekaligus menjadi syarat sah. Sebagian ulama
malikiyah ditanya tentang orang yang berangkat haji dengan harta haram,
apakah menurut anda itu bisa menggugurkan kewajiban, dan wajib mengganti
harta kepada pemiliknya. Beliau menjawab, "Dalam madzhab kami, itu tidak
sah. Sementara dalam madzhab as-Syafi’i, itu boleh. Dan dia wajib
mengembalikan hartanya, dan berhaji dengan baik." (al-Mi’yar al-Muarab,
2/43).
6
Pendapat yang lebih kuat dalam hal ini adalah pendapat mayoritas ulama,
bahwa haji dengan harta haram hukumnya sah, telah menggugurkan kewajiban,
meskipun sangat tidak berkualitas. Karena inti haji adalah aktivitas manasik
selama masa haji, dengan aturan sebagaimana yang disebutkan dalam fiqh haji.
Selama jamaah haji melakukan semua aktivitas manasik itu dengan baik,
memenuhi semua rukun, syarat dan tidak melakukan pembatal, maka hajinya
sah. Hanya saja kesimpulan ini tidak berkaitan dengan apakah hajinya diterima
ataukah tidak. Karena yang dibahas dalam hal ini adalah apakah hajinya sah
atau tidak. Jika sah, berarti telah menggugurkan kewajiban. Sebaliknya, jika
tidak sah, berarti belum menggurkan kewajiban. Allahu a’lam.11
11
Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia, "Haji dengan Uang Haram", diakses dari
https://pengusahamuslim.com/4755-haji-dengan-uang-haram.html, pada tanggal 28 Oktober 2020.
7
BAB III
KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA
Qardhawi, Yusuf, 1997, "Norma dan Etika Ekonomi Islam", Jakarta: Gema Insani
Press.
Winarto, Budi, 2004, "Globalisasi Wujud Imperialisme Baru", Yogyakarta: Tajidu
Press.
Bakry, Nurchalis, dkk., 1996, "Bioteknologi dan Al-Qur'an Referensi Dakwah Dai
Modern", Jakarta: Gema Insani Press.
An-Nabhani, Taqiyuddin, 2001, "Nizham Al-Islam", Hizbut Tahrir.
Farghal, Hasan, 1994, "Pokok Pikiran tentang Hubungan Ilmu dengan Agama".
Anggoro, Husni, 2020, " Kemenag Siapkan Serial Video Manasik untuk Calon
Jamaah Haji", diakses dari https://haji.kemenag.go.id/v4/kemenag-siapkan-
serial-video-manasik-untuk-calon-jemaah-haji, pada tanggal 19 Oktober
2020.
Dewi, Retia Kartika, 2019, "Pelunasan Biaya Haji Kini Bisa Transfer, Ini
Mekanismenya", diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/01/15580331/pelunasan-biaya-
haji-kini-bisa-transfer-ini-mekanismenya?page=all, pada tanggal 19 Oktober
2020.
Che/fef, 2019, "Jajaran Teknologi Cangguh Pendukung Ibadah Haji", diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190805095927-185-
418377/jajaran-teknologi-canggih-pendukung-ibadah-haji, pada tanggal 19
Oktober 2020.
Antara, 2018, "Prosesi Haji Aman dengan Crowd Management Mutakhir",
diakses dari https://haji.okezone.com/read/2018/08/13/453/1935713/prosesi-
haji-aman-dengan-crowd-management-mutakhir, pada tanggal 19 Oktober
2020.
Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia, "Haji dengan Uang Haram", diakses
dari https://pengusahamuslim.com/4755-haji-dengan-uang-haram.html, pada
tanggal 28 Oktober 2020.
9
10