Disusun Oleh :
LINDA APRILIA
K1B016023
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Namun ironis, disaat bank menawarkan berbagai keuntungan
seperti yang telah kami sebutkan diatas, ternyata ada anggapan bahwa bunga
bank adalah riba dan tidak sesuai dengan hukum islam. Hal ini membuat
sebagian besar masyarakat mengalihkan dananya dari bank konvensional ke
bank syariah untuk menghindari riba tersebut.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bunga Bank.
2. Untuk mengetahui perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah.
3. Untuk mengetahui hukum bunga Bank dalam pandangan islam.
1.4 Manfaat
1. Mengetahui dan memahami pengertian bunga Bank.
2. Mengetahui dan memahami perbedaan Bank Konvensional dan Bank
Syariah.
3. Mengetahui dan memahami hukum bunga Bank dalam pandangan
islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Gita Danuprananta, “Ekonomi Islam”, Karya Ilmiah UMY, (Yogyakarta:2005), h.5, t.d
3
Sunnah Rasul berarti cara, kebiasaan yang merujuk pada
perbuatan (fiil), ucapan (qaul), dan ketetapan (taqrirat) dari Rasulullah
Muhammad SAW. Sunnah Rasul merupakan sumber hukum yang berisi
banyak tentang penjelas yang disampaikan dalam Al-Qur’an di samping
hidup manusia yang belum diatur dalam Al-Qur’an.
Ijma’ adalah konsensus opini dari sahabat dan atau ahli hukum
Islam (fuqaha, mufti) atas masalah tertentu yang tidak secara eksplisit
dijelaskan Al-Qur’an dan Sunnah. Salah satu contoh adalah ijma’
tentang keabsahan kontrak jual beli komoditi yang belum diproduksi
(aqd Al-Istisna).
2
Ibid...... h.6
4
akan merespon dengan ikut memberikan solusi yang
merekomendasikan perkembangan zaman.
5
masyarakat yang membutuhkan, misalnya untuk tambahan modal.
Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang,
mengirimkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran
dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, Pajak Bumi dan
Bangunan, uang kuliah, gaji, dan pembayaran lainnya3.
Untuk menjalankan usahanya, bank menerapkan prinsip bunga.
Yang dimaksud adalah bank memberikan bunga kepada nasabah yang
menyimpan uangnya dan mengenakan bunga kepada masyarakat yang
mengambil kredit. Sedangkan bunga sendiri adalah keuntungan yang
diberikan kepada pemilik modal dengan tingkat tertentu sesuai
kebijakan yang berlaku. Yang dimaskud dengan pemilik modal adalah
nasabah (untuk dana simpanan) dan bank (untuk transaksi kredit). Bank-
bank di Indonesia menganut prinsip bunga floating rate, dimana tingkat
bunga sering berubah-ubanh sesuai dengan ketentuan BI rate yang
ditetapkan oleh BI.
Menurut Hadi (1993) yang menjadi sandaran paling besar bagi
kelangsungan hidup perbankan adalah deposito, sekalipun bersandar
juga pada dua sumber lain4, yaitu:
3
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.25
4
Abdul Salam, “Bunga Bank Dalam Perspektif Islam”, JURNAL EKONOMI SYARIAH
INDONESIA, Volume III, No.1 Juni 2013, h.85
6
berkemabang di Italia dalam abad pertengahan yang dikuasai oleh
beberapa keluarga untuk pembiayaan kepausan dan perdagangan wol,
kemudian perbankan berkembang pesat sesudah memasuki abad ke-18
dan 19.
7
perbankan juga ikut jatuh. tetapi pada tahun 527-565 M Yustinianus
menkodefikasikan hukum Romawi di Konstatinopel sehingga
perbankan berkembang kembali. perkembangan ini diawali dengan
adanya perdagangan dengan Cina, India, dan Ethiopia. Bahkan mata
uang Konstatinopel ditetapkan sebagai mata uang internasional.
Hubungan perdagangan kemudian berkembang ke Asia Barat (sekarang
Timur Tengah) dan Eropa sehingga kota-kota seperti Alexandria,
Venesia dan beberapa pelabuhan di Italia Selatan terkenal sebagai pusat
perdagangan yang pentng. Bank Venesia didirikan oleh pemerintah pada
tahun 1171 dan merupakan bank negara pertama yang dipakai untuk
membiayai perang. Kemudian berturut-turut berdirilah Bank of Genoa
dan Bank of Barcelona pada tahun 1320.
Sekitar awal abad ke-16 di London (Inggris), Amsterdam
(Belanda) serta Antwerpen dan Leuven (Belgia) tukang-tukang emas
bersedia menerima uang logam (emas, Perak) untuk disimpan. Sebagai
tanda bukti penyimpanan, tukang emas memberikan kepada
penyimpana suatu tanda deposito yang disebut Goldsmith's note.
Goldsmith's note tersebut merupakan bukti bahwa tukang emas
mempunyai hutang. Lambat laun tanda deposito itu diterima sebagai alat
pembayaran atau menjadi uang kertas. Sejarah mencatat, Goldsmith's
note oleh pemiliknya jarang ditukar kembali dengan uang logam.
Berdasarkan hal tersebut, tukang emas mulai memberanikan diri
mempergunakan kesempatan mengeluarkan Goldsmith's note, sekalipun
jaminan emas tidak ada. Namun Goldsmith's note yang dikeluarkan itu
tetap merupakan bukti hutangnya. Dengan perkembangan ini, maka
peralihan tugas tukang emas menjadi tugas perbankan.
Bank Syariah
Pemikiran untuk mendirikan bank yang menggunakan prinsip
bagi hasil sudah muncul dalam waktu yang cukup lama. Hal ini ditandai
dengan munculnya pemikiran muslim yang menulis tentang perlunya
dibangun bank Islam dengan prinsip bagi hasil antara lain anwar
8
qureshi(1946),naiem siddiqi (1948) dan Mahmud ahmad (1952)
kemudian pada 1960-an al-maududi menulis secara terperinci tentang
perlunya dibangun bank Islam untuk mengimbangi praktik-praktik bank
konvensional yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam pemikiran
beliau ini ditindak lanjuti oleh Muhammad hamidullah dengan menulis
beberapa buku berturut-turut pada 1944,1955,1957dan 1962 yang
kesemuanya itu dapat dikategorikan sebagai penggagas tentang
perbankan Islam.
9
dalam pertemuan menteri luar negeri Negara organisasi konferensi
Islam (oki) di Karachi,Pakistan,delegasi mengajukan sebuah proposal
untuk mendirikan bank syariah. Proposal tentang berdirinya bank Islam
ini dikaji dengan seksama oleh para ahli dari delapan belas Negara Islam
yang semuanya menyetujui dibentuk Bank Islam.
10
pertama yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah, bank ini mulai
beroperasi 1983 di Denmark. Sekarang bank-bank besar di Negara-
negara eropa seperti Citi Bank,ANZ Bank,Chase Mahatam Bank,dan
Jardine Fleming telah pula membuka Islamic Window agar dapat
memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariat Islam.
11
memiliki beberapa ketentuan-ketentuan tertentu, misalnya seperti
adanya syarat dan rukun.
Al-Musyarakah (perkongsian)
Al-Musaqat (kerja sama tani)
Al-Mudharabah (bagi hasil)
Al-Ijarah (sewa menyewa)
Al-Wakalah (keagenan)
Al-Ba’i (bagi hasil)
3. Investasi
12
dana usaha dengan persyaratan bahwa usaha yang dijalankan halal dan
baik, misalnya saja seperti pertanian,dagang, pertenakan, dan lainnya.
13
disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang dapat diperoleh. Sistem
bagi hasil sangat tergantung pada keuntungan sebuah proyek. Sehingga
bila proyek tersebut rugi, maka kerugian tersebut akan ditanggung
bersama oleh kedua belah pihak. Sistem bagi hasil dapat meningkatkan
pembagian keuntungan berdasarkan pada peningkatan pendapatan yang
ada.
5. Pengelolaan Dana
6. Orientasi
14
7. Cicilan dan Promosi
8. Pengawasan
15
9. Hubungan Bank Dengan Nasabah
16
the amount loaned”. Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang,
yang biasanya dinyatakan dengan presentase dari uang yang
dipinjamkan.
17
Berbicara mengenai bunga bank, maka tidak bisa lepas dari yang
namanya riba. Dan kata riba itu sendiri dari bahasa Arab yang secara
etimologis berarti “tambahan” (az-Ziyadah)” (Nasution, 1996) atau
“kelebihan”(Zuhdi, 1998), yakni tambahan pemabayaran atas uang
pokok pinjaman. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa riba
merupakan kelebihan sepihak yang dilakukan oleh salah satu dari orang
yang sedang bertransaksi.
5
Abu Sura'i Abdul Hadi, Bunga Bank Dalam Islam, alih bahasa M. Thalib, (Surabaya: alIkhlas,
1993), h.125. menurutnya riba adalah tambahan yang berasal dari usaha haram yang merugikan
salah satu pihak dalam suatu transaksi.
18
sesuatu yang kamu berikan dengan cara berlebih dari apa yang
diberikan)6.
Berbicara riba identik dengan bunga bank atau rente, sering kita
dengar di tengah-tengah masyarakat bahwa rente disamakan dengan
riba. Pendapat itu disebabkan rente dan riba merupakan "bunga" uang,
karena mempunyai arti yang sama yaitu sama-sama bunga, maka
hukumnya sama yaitu haram.
Pada dasarnya riba terbagi menjadi dua macam yaitu riba akibat
hutang piutang yang telah dijelaskan tentang keharamannya dalam al-
Qur'an, dan riba jual beli yang juga telah dijelaskan boleh dan tidaknya
dalam bertransaksi dalam as-Sunnah.
6
Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad Abduh, cet.
I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan ACAdeMIA, 1996), h.37
7
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, cet. I, (Jakarta:
Tazkia Institute, 1999), hal. 77-78.
19
bersabda: هنن ب هنن ببانبع ننتبيهننالبانبىنن نننعتبرننناباصبى ابصننعبال عنعبعدننن
الفضةبصنلفضة ب صنل ب بالنن ننببعننعبصهنن ب. الربصنلرب, ري ريبصنلش الش,
التمرصنلتمر, ح حبصنمل مل.عثالبمبثلب,هالءبصسالء,داصهد ب,هباألى فب اخت فنذا
داصهد باذاكننب البكهفبشئت نفبفده
8
Tim Pengembangan Perbankan Syari'ah Institut Bankir Indonesia, Op. Cit. hal. 39-40.
9
Abdul Salam, “Bunga Bank Dalam Perspektif Islam”, JURNAL EKONOMI SYARIAH
INDONESIA, Volume III, No.1 Juni 2013, h.8
20
4. Riba dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan
mengurangi semangat kerja sama atau saling menolong dengan
sesama manusia, dengan mengenakan tambahan kepada peminjam
akan menimbulkan prasaan bahwa peminjam tidak tahu kesulitan
dan tidak mau tahu penderitaan orang lain.
5. Riba merupakan salah satu bentuk penjajahan. Kreditur yang
meminjamkan modal dengan menenutut pembayaran lebih kepada
peminjam dengan nilai yang telah disepakati bersama menjadikan
kreditur mempunyai legitimasi untuk melakukan tindakantindakan
yang tidak baik untuk menuntut keasepakatan tersebut.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
22
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa bank menolong
industri dan transaksi-transaksi dagang sehingga pemungutan bunga
diijiankan pendapat ini ternyata keliru, yang jelas bunga bank sama
dengan bunga yang diambil oleh sahukar, yaitu seorang yahudi tua yang
pekerjaannya memberikan pinjaman uang dan mengambil bunganya.
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
http://karyacombirayang.blogspot.com/2016/10/makalah-bunga-bank-
dalam-islam.html
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008).
Nasution, Khoiruddin. Riba dan Poligami, Sebuah Studi atas Pemikiran
Muhammad Abduh, cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
bekerjasama dengan ACAdeMIA, 1996).
Syafi'i Antonio, Muhammad. Bank Syari'ah bagi Bankir dan Praktisi
Keuangan, cet. I, (Jakarta: Tazkia Institute, 1999).
Tim Pengembangan Perbankan Syari'ah Institut Bankir Indonesia, Op. Cit.
24