Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AGAMA ISLAM DAN EKONOMI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Komunikasi Kelompok


Mata Kuliah : Pendidikan Agama
Dosen Pengampu : Moh. Sunaryo Idris, M.Pd.

Disusun Oleh :

Mochammad Try Hartanto(20221910008)


Inun(20221910004)
Dwi Hakim(20220710081)

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN DAN KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN 2022
UNIVERSITAS KUNINGAN
KOTA KUNINGAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama dengan tepat waktu.

Makalah Kelompok Pendidikan Agama disusun guna memenuhi tugas dari Pak Moh.
Sunaryo Idris, M.Pd pada mata kuliah Komunikasi Kelompok di Universitas Kuningan. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pak Moh. Sunaryo Idris,
M.Pd selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Agama. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 4 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 AGAMA ISLAM DAN EKONOMI...........................................................................5
2.2 PERDAGANGAN MENURUT AJARAN ISLAM....................................................5
2.3 SYIRKAH...................................................................................................................7
2.4 BANK..........................................................................................................................7
2.5 PRINSIP DAN KONSEP BANK ISLAM..................................................................8
2.6 KOPERASI................................................................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pandangan Islam terhadap masalah kekayaan berbeda denganpandangan
Islam terhadap masalah pemanfaatan kekayaan. Menurut Islam, sarana-sarana yang
memberikan kegunaanadalah masalah lain. Karena itu, kekayaan dan tenaga
manusia, dua duanya merupakan kekayaan sekaligus sarana yang biasa memberikan
kegunaan atau manfaat. Sehingga, kedudukankedua-duanya dalam pandangan Islam, dari
segi keberadaan dan produksinya dalam kehidupan, berbeda dengan kedudukan
pemanfaatan serta tata caraperolehan manfaatnya.
Prinsip utama dalam sistem ekonomi Islam yang diisyaratkan dalam Al-Quran.
Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah, bermakna juga bahwa tindakan-tindakan
ekonomi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan bukanmemuaskan keinginan.
Menjalankan usaha-usaha yang halal dari produk ataukomoditi, manajemen, proses
produksi hingga proses sirkulasi atau distribusiharuslah ada dalam kerangka halal. Usaha-
usaha tadi tidak boleh bersentuhandengan judi dan spekulasi atau tindakan-tindakan
lainnya yang dilarang secarasyariah. Meskipun begitu ada kaidah hukum dalam Islam
yang cukup menjadirujukan dalam beraktivitas ekonomi, yaitu pada dasarnya aktivitasapa
punhukumnya boleh sampai ada dalil yang melarang aktivitas itu secara syariah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Agama Islam dan Ekonomi?
2. Apa yang dimaksud dengan Perdagangan menurut Ajaran Islam?
3. Apa yang dimaksud dengan Syirkah?
4. Apa yang dimaksud dengan Bank?
5. Apa yang dimaksud dengan Prinsip dan Konsep Bank Islam?
6. Apa yang dimaksud dengan Koperasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian Agama Islam dan Ekonomi
2. Mengetahui pengertian Perdagangan menurut Ajaran Islam
3. Mengetahui pengertian Syirkah
4. Mengetahui pengertian Bank
5. Mengetahui pengertian Prinsip dan Konsep Bank Islam
6. Mengetahui pengertian Koperasi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 AGAMA ISLAM DAN EKONOMI

Secara epistemologi ekonomi Islam dibagi menjadi dua disiplin ilmu, yang
pertama yaitu ekonomi Islam normatif, yaitu studi tentang hukum-hukum
syariah Islam yang berkaitan dengan urusan harta benda. Cakupannyaadalah
kepemilikan, pemanfaatan kepemilikan, dan distribusi kekayaankepada
masyarakat. Bagian ini merupakan pemikiran yang terikat nilai, karenadiperoleh dari
sumber nilai Islam yaitu Al-Quran dan As-Sunah melaluimetode istinbat hukum.
Kedua, ekonomi Islam positif, yaitu studi tentang konsep-konsep Islam yang
berkaitan dengan urusan-urusan harta benda,khususnya yang berkaitan dengan
produksi barang dan jasa. Cakupannya adalah segala macam cara dan sarana yang
digunakan dalam proses produksibarang dan jasa. Bagian ini tidak harus mempunyai
dasar konsep dari Al-Quran dan As-Sunah, tapi cukup disyaratkan tidak boleh
bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunah.
Segala aturan yang diturunkan Allah SWT dalam sistem Islammengarah
pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, sertamenghapuskan
kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian halnya
dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantumanusia mencapai kemenangan di
dunia dan akhirat.
Islam memiliki seperangkat tujuan dan nilai yang mengatur seluruhaspek
kehidupan manusia, termasuk didalamnya urusan sosial, politik, danekonomi. Dalam
hal ini tujuan Islam pada dasarnya ingin mewujudkan kebaikan hidup di dunia
dan akhirat. Permasalahan ekonomi yang merupakanbagian dari permasalahan yang
mendapatkan perhatian dalam ajaran Islam,tentu memiliki tujuan yang sama yakni
tercapainya kemaslahatan di dunia danakhirat. Adapun tujuan ekonomi Islam antara
lain:1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan
bagimasyarakat dan lingkungannya.

2.2 PERDAGANGAN MENURUT AJARAN ISLAM

Pada prinsipnya berusaha dan berikhtiar mencari rezeki itu adalah wajib, namun
agama tidak mewajibkan memilih suatu bidang usaha dan pekerjaan, setiap orang dapat
memilih usaha dan pekerjaan sesuai dengan bakat, keterampilan dan faktor-faktor
lingkungan masing-masing. Salah satu bidang pekerjaan yang boleh dipilih ialah
berdagang sepanjang tuntunan syari‟at Allah SWT dan Rasulnya. 34 Perdagangan atau
jual beli menurut bahasa berarti al-bai‟, al-tijarah dan al- mubadalah. Sedangkan menurut
istilah (terminologi) yang di maksud dengan jual beli adalah Menukar barang dengan
barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu
kepada yang lain atas dasar saling merelakan.
Perdaganagan (tijarah) memainkan peranan penting dalam perolehan harta,
perdagangan jelas lebih baik dari pada pertanian, jasa dan bahkan industri. Sejarah
menyaksikan kenyataan bagaimana individu dan masyarakat memperoleh kemakmuran
melalui perdagangan dan bagaimana bangsa-bangsa mendapatkan wilayah serta
membentuk pemerintahan kolonial melalui perdagangan pula. Islam tidak hanya
mengakui pentingnya arti perdagangan tetapi juga menyempurnakan hukum-hukum yang
syah kepada masyarakat untuk bersaing secara sehat agar kehidupan ekonomi rakyat
yang kurang baik dapat di perbaiki.
Prinsip dasar perdagangan Islam adalah adanya unsur kebebasan dalam
melakukan transaksi tukar-menukar, tetapi kegiatan tersebut tetap di sertai dengan
harapan di perolehnya keridhaan Allah SWT. Islam memberikan ajaran kapan seorang
muslim dapat melakukan transaksi bagaimana mekanisme transaksi dan komoditas
barang maupun jasa apa saja yang dapat diperjual belikan di pasar muslim. Islam
mengatur bagaimana seorang pedagang mengharmonisasikan aktivitas perdagangan
dengan kewajiban beribadah. Pada umumnya usaha dan keuntungan ekonomi yang
dilaksanakan dan diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang, dianggap
sebagai suatu keharusan oleh hukum Islam. Perilaku menghalalkan segala macam cara
untuk mencapai tujuan merupakan perilaku menyimpang (anomie) manusia. Perilaku ini
membawa implikasi pada rusaknya tatanan sosial ekonomi, politik dan lingkungan hidup
yang semuanya berujung pada rusaknya tatanan hidup manusia itu sendiri.
Rasulullah SAW secara jelas telah banyak memberi contoh tentang sistem
perdagangan yang bermoral ini, yaitu perdagangan yang jujur, dan adil serta tidak
merugikan kedua belah pihak. Seseorang berdagang bertujuan mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya akan tetapi dalam pandangan ekonomi Islam, bukan sekedar mencari
keuntungan melainkan keberkahan, keberkahan usaha adalah kemantapan dari usaha
tersebut dengan memperoleh keuntungan yang wajar dan di ridhai oleh Allah SWT. 40
Muamalah tidak membedakan seorang muslim dengan non muslim, inilah salah satu hal
yang menunjukkan sifat universalitas ajaran Islam hal ini di mungkinkan karena islam
mengenal hal yang di istilahkan sebagai tsabit wa mustaghayyirat (principle and
variables). Jadi, variabel atau suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang muslim
harus berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Ekonomi Islam dibangun di atas empat landasan filosifis, yaitu tauhid, keadilan
dan keseimbangan, kebebasan dan pertanggungjawaban. Tauhid menempati urutan
pertama dalam bisnis Islam, karena manusia sebagai pelaku ekonomi harus mengikuti
ketentuan Allah dalam segala aktivitasnya termasuk dalam bidang ekonomi. Oleh karena
itu seluruh kebijakan ekonomi juga harus mempertimbangkan keadilan dan
keseimbangan, yakni antara penjual dan pembeli misalnya memiliki kedudukan yang
sama dalam transaksi. Kebebasan mengandung arti bahwa manusia bebas melakukan
seluruh aktivitas ekonomi sepanjang tidak ada ketentuan Tuhan yang melarangnya. 42
Dalam melaksanakan pekerjaan, aspek etika adalah hal yang mendasar yang harus di
perhatikan, seperti bekerja dengan baik yang di dasari dengan iman dan taqwa, jujur dan
amanah, tidak menipu tidak semena-mena, ahli dan profesional, serta tidak melakukan
pekerjan yang bertentangan dengan syari‟at Islam.
Berikut adalah etika yang harus di miliki dalam sebuah perdagangan :
1. Shidiq (Jujur)
2. Amanah (Tanggung Jawab)
3. Tidak Menjual Barang Haram
4. Tidak Menimbun Barang Dagangan
5. Murah Hati
6. Tidak Melupakan Akhirat
7. Tidak Bersumpah Palsu

2.3 SYIRKAH
Dalam hukum Islam dikenal kegiatan syirkah yang dilakukan dua orang atau
lebih. Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan,
keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan.
Definisi tersebut tercantum dalam buku Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah. Mengutip
buku Fiqih Islam wa Adilatuhu Jilid 5, secara bahasa, syirkah adalah bercampurnya harta
dengan harta yang lain sehingga keduanya tidak bisa dibedakan lagi. Jumhur ulama
kemudian menggunakan istilah ini untuk menyebut transaksi khusus, meskipun tidak
terjadi percampuran kedua harta itu karena yang menyebabkan bercampurnya harta
adalah transaksi.
Terdapat beberapa pendapat ulama dalam mengartikan istilah syirkah. Menurut
ulama Malikiyah, syirkah adalah pemberian izin kepada kedua mitra kerja untuk
mengatur harta (modal) bersama. Artinya, setiap mitra memberikan izin kepada mitranya
yang lain untuk mengatur harta keduanya tanpa kehilangan hak untuk melakukan hal itu.
Menurut ulama Hanabilah, syirkah adalah persekutuan hak atau pengaturan harta.
Pendapat lain dari ulama Syafi'iyah mengungkapkan, syirkah adalah tetapnya hak
kepemilikan bagi dua orang atau lebih sehingga tidak terbedakan antara pihak yang satu
dengan pihak yang lain (syuyuu').

2.4 BANK
Bank Islam adalah bank yang yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata
cara bermu’malat sesuai ajaran agama Islam, dan berbeda dengan Bank konvensional
atau Bank non-Islam. Adapun istilah muamalat menurut Abd. Wahab Khallaf, adalah
ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan
pribadi maupun antara perorangan dengan masyarakat.
Muamalat seperti yang dimaksud dalam pengertian Bank Islam, meliputi kegiatan jual
beli (ba’y); piutang (qara’ah); gadai (rahn); memindahkan utang (hawalah), bagi untung
dalam perdagangan (tijarah); jaminan (dhaman) persekutuan (syirkah), dan selainnya.
Berkenaan dengan itu, maka Bank Muamalah sebagaimana yang didirikan di berbagai
daerah, dapat pula disebut Bank Islam.
Selain sebutan Bank Islam, biasa juga disebut sebagai Bank Muamalah, dan Bank
Syari’ah, yakni suatu bank yang beroperasi di atas ajaran dasar Islam (syariah). Secara
akademik, pengertian Bank Islam dan Syari’ah memang mempunyai pengertian yang
berbeda. Namun secara teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syariah, tetap
mempunyai pengertian yang sama.
Berdasarkan rumusan tersebut, maka didefinisikan bahwa :
Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-
jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoprasiannya
disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam.

2.5 PRINSIP DAN KONSEP BANK ISLAM


Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip Syariah.
Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama dengan bank
konvensional. Pada intinya prinsip syariah tersebut mengacu kepada syariah Islam yang
berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadist.Islam sebagai agama merupakan konsep
yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal baik dalam
hubungan dengan Sang Pencipta (HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama
manusia (Hablumminannas).

Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :

Aqidah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan dan
kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan
berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai
khalifah yang mendapat amanah dari Allah.

Syariah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik
dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah
(hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya.

Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang
menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah

Akhlaq : landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai
seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman
hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang
menyatakan "Tidaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah"

Cukup banyak tuntunan Islam yang mengatur tentang kehidupan ekonomi umat yang
antara lain secara garis besar adalah sebagai berikut:
Tidak memperkenankan berbagai bentuk kegiatan yang mengandung unsur spekulasi dan
perjudian termasuk didalamnya aktivitas ekonomi yang diyakini akan mendatangkan
kerugian bagi masyarakat. Islam menempatkan fungsi uang semata-mata sebagai alat
tukar dan bukan sebagai komoditi, sehingga tidak layak untuk diperdagangkan apalagi
mengandung unsur ketidakpastian atau spekulasi (gharar) sehingga yang ada adalah
bukan harga uang apalagi dikaitkan dengan berlalunya waktu tetapi nilai uang untuk
menukar dengan barang.
Harta harus berputar (diniagakan) sehingga tidak boleh hanya berpusat pada segelintir
orang dan Allah sangat tidak menyukai orang yang menimbun harta sehingga tidak
produktif dan oleh karenanya bagi mereka yang mempunyai harta yang tidak produktif
akan dikenakan zakat yang lebih besar dibanding jika diproduktifkan. Hal ini juga
dilandasi ajaran yang menyatakan bahwa kedudukan manusia dibumi sebagai khalifah
yang menerima amanah dari Allah sebagai pemilik mutlak segala yang terkandung
didalam bumi dan tugas manusia untuk menjadikannya sebesar-besar kemakmuran dan
kesejahteraan manusia.
Bekerja dan atau mencari nafkah adalah ibadah dan waJib dlakukan sehingga tidak
seorangpun tanpa bekerja - yang berarti siap menghadapi resiko – dapat memperoleh
keuntungan atau manfaat(bandingkan dengan perolehan bunga bank dari deposito yang
bersifat tetap dan hampir tanpa resiko).
Dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam kegiatan ekonomi harus dilakukan
secara transparan dan adil atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dari pihak manapun.
Adanya kewajiban untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi khususnya yang
tidak bersifat tunai dan adanya saksi yang bisa dipercaya (simetri dengan profesi
akuntansi dan notaris).
Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan kewajiban penyisihan harta yang merupakan
hak orang lain yang memenuhi syarat untuk menerima, demikian juga anjuran yang kuat
untuk mengeluarkan infaq dan shodaqah sebagai manifestasi dari pentingnya pemerataan
kekayaan dan memerangi kemiskinan.
Sesungguhnya telah menjadi kesepakatan ulama, ahli fikih dan Islamic banker dikalangan
dunia Islam yang menyatakan bahwa bunga bank adalah riba dan riba diharamkan.
Dalam operasionalnya, perbankan syariah harus selalu dalam koridor-koridorprinsip-
prinsip sebagai berikut:

Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan resiko
masing-masing pihak
Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna dana,
serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi
untuk memperoleh keuntungan
Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara
terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya
Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Prinsip-Prinsipsyariah yang dilarang dalam operasional perbankan syariah adalah
kegiatan yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

Maisir: Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir berarti
memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan
perjudian karena dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan
dengan cara mudah. Dalam perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa
rugi.Judi dilarang dalam praktik keuangan Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam
firman Allah sebagai berikut:"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar,
maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syetan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan" (QS
Al-Maaidah : 90)

Pelarangan maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek negative maisir. Ketika melakukan
perjudian seseorang dihadapkan kondisi dapat untung maupun rugi secara abnormal.
Suatu saat ketika seseorang beruntung ia mendapatkan keuntungan yang lebih besar
ketimbang usaha yang dilakukannya. Sedangkan ketika tidak beruntung seseorang dapat
mengalami kerugian yang sangat besar. Perjudian tidak sesuai dengan prinsip keadilan
dan keseimbangan sehingga diharamkan dalam sistem keuangan Islam.
Gharar : Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut istilah gharar berarti seduatu
yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan atau perjudian. Setiap transaksi yang masih
belum jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya alias di luar jangkauan termasuk
jual beli gharar. Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam air atau membeli
ternak yang masih dalam kandungan induknya termasuk dalam transaksi yang bersifat
gharar. Pelarangan ghararkarena memberikan efek negative dalam kehidupan karena
gharar merupakan praktik pengambilan keuntungan secara bathil. Ayat dan hadits yang
melarang gharar diantaranya :"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui" (Al-Baqarah
: 188)
Riba: Makna harfiyah dari kata Riba adalah pertambahan, kelebihan, pertumbuhan atau
peningkatan. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari
harta pokok atau modal secara bathil. Para ulama sepakat bahwa hukumnya riba adalah
haram. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 130 yang melarang
kita untuk memakan harta riba secara berlipat ganda. Sangatlah penting bagi kita sejak
awal pembahasan bahwa tidak terdapat perbedaan pendapat di antara umat Muslim
mengenai pengharaman Riba dan bahwa semua mazhab Muslim berpendapat keterlibatan
dalam transaksi yang mengandung riba adalah dosa besar. Hal ini dikarenakan sumber
utama syariah, yaitu Al-Qur'an dan Sunah benar-benar mengutuk riba. Akan tetapi, ada
perbedaan terkait dengan makna dari riba atau apa saja yang merupakan riba harus
dihindari untuk kesesuaian aktivitas-aktivitas perekonomian dengan ajaran Syariah

2.6 KOPERASI
Koperasi berasal dari kata cooperation (bahasa Inggris), yang berarti adalah kerja
sama. Sedangkan menurut istilah,Koperasi adalah suatu perkumpulan yang dibentuk oleh
para anggota peserta yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya dengan
harga yang relatif rendah dan bertujuan memajukan tingkat hidup bersama. Menurut
Masjfuk Zuhdi,yang dimaksud dengan Koperasi adalah suatu perkumpulan atau
organisasi yang beranggotakan orangorang atau badan hukum yang bekerja sama dengan
penuh kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar suka rela secara
kekeluargaan. Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip
kegiatan, tujuan dan kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah islam yaitu Al-quran
dan Assunah. Pengertian umum dari koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang
menjalankan usahanya dengan prinsi-prinsip syariah.Apabila koperasi memiliki unit
usaha produktif simpan pinjam, maka seluruh produk dan operasionalnya harus
dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis
Ulama Indonesia. Berdasarkan hal 13 tersebut,maka koperasi syariah tidak
diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang didalamnya terdapat unsur-unsur
riba, maysir, dan gharar1 . Sebagian Ulama menyebut Koperasi dengan Syirkah
Ta’awuniyah (Persekutuan tolong-menolong), yaitu suatu perjanjian kerja sama antara
dua orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha sedangkan pihak lain
melakukan usaha atas dasar profit sharring (membagi untung) menurut perjanjian. Maka
dalam koperasi ini terdapat unsur Mudharabah karena satu pihak memiliki modal dan
pihak lain melakukan usaha atas modal tersebut.

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Konsumsi dalam pandangan ekonomi Islam tidak hanya berkutat pada kepuasan
(utility) semata, melainkan lebih kepada kehalalan serta etika dalam berkonsumsi. Untuk
mendapatkan apa yang akan kita konsumsi harus sesuai dengan syariat Islam, tidak
melanggar larangan yang telah ditentukan dalam al-Qur’an dan Hadits. Kehalalan
konsumsi dalam Islam meliputi: (a) kehalalan cara mendapatkannya sehingga tidak
terjadi kebathilan masyarakat dalam mencari konsumsi. (b) Kehalalan dari dzatnya, tidak
semua yang ada didunia ini halal dikonsumsi, ada beberapa makanan atau minuman yang
memudharatkan sehingga dilarang untuk dikonsumsi. Dalam berkonsumsipun ada etika-
etika yang pantas untuk manusia melakukannya.
2. Dalam teori konsumsi ekonomi konvensional dua nilai dasar (fundamental values)
tersebut adalah rasionalisme dan utilitarianisme. Rasionalisme ini mengandung
pengertian bahwa setiap konsumen dalam melakukan kegiatan konsumsi sesuai dengan
sifatnya sebagai homo economicus, dengan kata lain konsumen akan bertindak untuk
memenuhi kepentingannya sendiri (self interest) yang senantiasa diukur dengan berapa
banyak bentuk kekayaan yang diperoleh. Konsep Konsumsi dalam pandangan ekonomi
konvensional lebih menitikberatkan pada kepuasan (utility) semata, sehingga dalam
konsep ini masyarakat cenderung individualis, yang menjadi batasan adalah sejauh mana
kemampuan masyarakat untuk memperoleh kepuasan tersebut.
3. Adapun perbedaan yang signifikan tentang konsep konsumsi antara ekonomi Islam
dan konvensional yaitu dalam ekonomi konvensional perilaku rasional dianggap
equivalent (sejajar) dengan memaksimalkan utility, sedangkan dalam ekonomi Islam
bertujuan mencari kemas}lahatan yang berlandaskan al-Qur’an dan hadits. Ekonomi
Islam dalam berkonsumsi sangat memperhatikan kebahagian dalam kehidupan di dunia
maupun di akhirat, sedangkan dalam ekonomi konvensional cakupan tujuannya terbatas
hanya pada kepuasan dalam kehidupan di dunia saja. Meskipun demikian, tidak
selamanya konsep konsumsi dari kedua pandangan tersebut selalu berbeda, baik ekonomi
Islam maupun ekonomi konvensional setuju bahwa masyarakat dalam berkonsumsi
adalah sematamata untuk mempertahankan hidup..

DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Husain Abdullah, Al-Iqtishad al Islami; ushusun wa muba’un wa
akhdaf, (Ekonomi Islam; Prinsip, Dasar, dan Tujuan) terj. M Irfa Syofwani,
Yogyakarta: Magistra Insani Press, 2004.
Al-Kamali, Abdullah. Maqashid al-Syari’ah Fi Dau’ Fiqh alMuuwazanat.cet. I, Beirut-
Libanon: Dar al-Fikr, 2000.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir al-Maraghi, Juz IV, Beirut: Musthafa
Bab al-Halabi, t.th,
Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer, Jakarta: Pstaka Asatrus, 2005.
An Nabhani, Taqyuddin, An – Nidlam Al Iqtishadi Fil Islam, terj. oleh
Maghfur Wachid, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, Surabaya: Risalah
Gusti 2002.
A. Sirry, Mun’im, Sejarah Fiqh Islam, Sebuah Pengantar, Surabaya:
Risalah Gusti, 1995.
Asmawi, Teori Maslahat dan Relevansinya dengan Perundang-Undangan
Pidana Khusus di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, 2010.
Asmuni Mth, “Penetapan Harga dalam Islam: Perpektif Fikih dan Ekonomi”
di http://shariaeconomy.blogspot.com/2008/07/penetapan-harga-dalam-
islamperpektif.html.
Azwar Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: IIIT Indonesia,
2002.
Azwar Karim, Adiwarman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Pustaka Pelajar,
2002.
Azwar Karim Adiwarman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; Edisi Ketiga, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2010.
Budi Utomo, Setiawan, Fiqih Aktual; Jawaban tuntas Masalah
Kontemporer, Jakarta: Gema Insani, 2003.

Anda mungkin juga menyukai