Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AYAT DAN HADIST TENTANG PERDAGANGAN


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ayat dan Hadist Ekonomi
Dosen Pengampu : Dr. Budi Sudrajat,M.A.

Disusun oleh
Kelompok 2

1. Tri Oktaviona (221430072)


2. Suci Rahmawati (221430074)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahim.

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya. Atas berkat rahmat dan hidayahnya serta berbagai upaya, tugas makalah, mata
kuliah Ayat dan Hadist Ekonomi.

Sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW atas petunjuk dan
risalahnya yang telah membawa manusia dari kegelapan menuju nur (cahaya) dan membawa
dari zaman kebodohan sampai ke zaman yang penuh dengan ilmu ini dengan berbekal iman,
islam dan ihsan. Terima kami haturkan juga kepada Dosen pengampu Mata Kuliah Ayat dan
Hadist Ekonomi yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam pembuatan Makalah
ini.

Kepada para pembaca yang budiman kami menunggu kritik dan saran demi perbaikan
dalam pembuatan makalah ini. Walaupun isi yang terkandung dalam makalah ini sedikit dari
perjalanan sejarah panjang yang sesungguhnya, mudah-mudahan bermanfaat dan berguna
bagi kita semua dalam rangka mengenali perjalanan sejarah atas agama yang kita anut ini.
Amin Amin Ya Rabbal'alamin.

Serang, 12 September 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2

A. Pengertian Perdagangan ................................................................................. 2


B. Sistem Perdagangan Dalam Islam ................................................................. 2
C. Etika Perdagangan Islam................................................................................ 3
D. Perdagangan Yang Dilarang Dalam Islam ..................................................... 6
E. Ayat Dan Hadist Tentang Perdagangan ......................................................... 10

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 12

A. Kesimpulan .................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdagangan secara umum berarti kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakukan
secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai
imbalan atau kompensasi (SK MENPERINDAG No. 23/MPP/Kep/1/1998). Dalam Al-quran,
perdagangan dijelaskan dalam tiga bentuk, yaitu tijarah (perdagangan), bay’ (menjual) dan
Syira’ (membeli). Selain istilah tersebut masih banyak lagi istilah-istilah lain yang berkaitan
dengan perdagangan, seperti dayn, amwal, rizq, syirkah, dharb, dan sejumlah perintah
melakukan perdagangan global (QS. Al-Jum’ah : 9).

Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan dan atau jual beli. Namun
tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara Islam, dituntut
menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya
seorang Muslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah
SWT di dunia dan akhirat.

Aturan main perdagangan Islam, menjelaskan berbagai etika yang harus dilakukan oleh
para pedagang Muslim dalam melaksanakan jual beli. Dan diharapkan dengan menggunakan
dan mematuhi etika perdagangan Islam tersebut, suatu usaha perdagangan dan seorang
Muslim akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di
dunia dan di akhirat. Etika perdagangan Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli,
masing-masing akan saling mendapat keuntungan.

Pada hakikatnya dalam sebuah perdagangan menurut islam di kenalnya pasar dan
Landasan dalam perniagaan Islam adalah pasar. Aturan yang paling mendasar untuk
menegakkan yang benar dan yang salah dalam perniagaan adalah menurut fiqh yang
bersumber al-quran dan sunnah kepada contoh ilmu dan amal dimulai masa Rasulullah
salallahu alaihi wassalam dan tiga generasi awal yang terbaik. Pasar adalah tempat dimana
terjadi jual beli barang dan jasa. Pasar adalah tempat umum bagi khalayak. Pasar tidak
dimiliki, namun setiap orang yang datang berhak menggunakan lapaknya, dan berjual beli
sampai malam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perdagangan

Perdagangan secara umum berarti kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakukan
secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai
imbalan atau kompensasi (SK MENPERINDAG No. 23/MPP/Kep/1/1998). Dalam Al-quran,
perdagangan dijelaskan dalam tiga bentuk, yaitu tijarah (perdagangan), bay’ (menjual) dan
Syira’ (membeli). Selain istilah tersebut masih banyak lagi istilah-istilah lain yang berkaitan
dengan perdagangan, seperti dayn, amwal, rizq, syirkah, dharb, dan sejumlah perintah
melakukan perdagangan global

Perdagangan dalam kamus wikipedia dapat didefinisikan sebagai kegiatan tukar menukar
barang atau jasa atau keduanya. Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar
barang dinamakan barter yaitu menukar barang dengan barang. Pada masa modern
perdagangan dilakukan dengan penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang.
Pembeli akan menukar barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual. Dan
aktivitas perdagangan ini merupakan kegiatan utama dalam sistem ekonomi yang
diterjemahkan sebagai sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi,
distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa.

B. Sistem Perdagangan Dalam Islam


ALLAH menciptakan manusia dengan suatu sifat saling membutuhkan antara satu
dengan lainnya. Tidak ada seorangpun yang dapat menguasai seluruh apa yang diinginkan.
Tetapi manusia hanyadapat mencapai sebagian yang dihajatkan itu. Dia mesti memerlukan
apa yang menjadi kebutuhan orang lain.
Untuk itu Allah memberikan inspirasi (ilham) kepada mereka untuk mengadakan
pertukaran perdagangan dan semua yang kiranya bermanfaat dengan cara jual-beli dan semua
cara perhubungan. Sehingga hidup manusia dapat berdiri dengan lurus dan irama hidup ini
berjalan dengan baik dan produktif.

Dalam pandangan Islam Perdangan merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan


kedalam masalah muamalah, yakni masalah yang berkenaan dengan hubungan yang bersifat
horizontal dalam kehidupan manusia. Meskipun demikian, sektor ini mendapatkan penekanan
khusus dalam ekonomi Islam, karena keterkaitannya secara langsung dengan sektor riil.

2
Sistim ekonomi Islam memang lebih mengutamakan sektor riil dibandingkan dengan sektor
moneter, dan transaksi jual beli memastikan keterkaitan kedua sektor yang dimaksud. Agar
efektif dan efisien dalam menjalankan dua sektor ini hendaknya menggunakan apa yang
disebut metode ilmiah (scientific methods) dan asa-asas manajemen.

Keutamaan sistem ekonomi yang mengutamakan sektor riil seperti ini, pertumbuhan
bukanlah merupakan ukuran utama dalam melihat perkembangan ekonomi yang terjadi,
tetapi pada aspek pemerataan, dan ini memang lebih dimungkinkan dengan pengembangan
ekonomi sektor riil.

Dalam Islam kegiatan perdagangan itu haruslah mengikuti kaidah-kaidah dan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Allah. Aktivitas perdagangan yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh agama mempunyai nilai ibadah. Dengan demikian,
selain mendapatkan keuntungan-keuntungan materiil guna memenuhi kebutuhan ekonomi,
seseorang tersebut sekaligus dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Usaha perdagangan
yang didalamnya terkandung tujuan-tujuan yang eskatologis seperti ini dengan sendirinya
mempunyai watak-watak khusus yang bersumber dari tata nilai samawi. Watak-watak yang
khusus itulah merupakan ciri-ciri dari perdagangan yang Islami sifatnya, dan ini tentu saja
merupakan pembeda dengan pola-pola perdagangan lainnya yang tidak Islami.

Watak ini menjadi karakteristik dasar yang menjadi titik utama pembeda antara kegiatan
perdagangan Islam dengan perdagangan lainnya, yaitu perdagangan yang dilakukan atas
dasar prinsip kejujuran, yang didasarkan pada system nilai yang bersumber dari agama Islam,
dan karenanya didalamnya tidak dikenal apa yang disebut zero sum game, dalam pengertian
keuntungan seseorang diperoleh atas kerugian orang lain. Dengan kejujuran dan aspek
spiritual yang senantiasa melekat pada praktek-praktek pelaksanaannya, usaha perdagangan
yang terjadi akan mendatangkan keuntungan kepada semua pihak yang terlibat. Perdagangan
yang dilakukan dengan cara yang tidak jujur, mengandung unsur penipuan (gharar), yang
karena itu ada pihak yang dirugikan, dan praktek-praktek lain sejenis jelas merupakan hal-hal
yang dilarang dalam Islam.

C. Etika Perdagangan Islam


1. Shidiq (Jujur)

Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli. Jujur dalam
arti luas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mcngada-ngada fakta, tidak bekhianat,

3
serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya. Mengapa harus jujur? Karena
berbagai tindakan tidak jujur selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas berdosa, –jika
biasa dilakukan dalam berdagang– juga akan mewarnal dan berpengaruh negatif kepada
kehidupan pribadi dan keluarga pedagang itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, sikap dan
tindakan yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat.

2. Amanah (Tanggungjawab)

Setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha dan pekerjaan dan atau jabatan
sebagai pedagang yang telah dipilihnya tersebut. Tanggung jawab di sini artinya, mau
dan mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakat yang memang secara otomatis
terbeban di pundaknya.

Dalam pandangan Islam– setiap pekerjaan manusia adalah mulia. Berdagang,


berniaga dan atau jual beli juga merupakan suatu pekerjaan mulia, lantaran tugasnya
antara lain memenuhi kebutuhan seluruh anggota masyarakat akan barang dan atau jasa
untuk kepentingan hidup dan kehidupannya. Dengan demikian, kewajiban dan
tanggungjawab para pedagang antara lain: menyediakan barang dan atau jasa kebutuhan
masyarakat dengan harga yang wajar, jumlah yang cukup serta kegunaan dan manfaat
yang memadai. Dan oleh sebab itu, tindakan yang sangat dilarang oleh Islam –
sehubungan dengan adanya tugas, kewajiban dan tanggung jawab dan para pedagang
tersebut– adalah menimbun barang dagangan.

3. Tidak Menipu

Dalam suatu hadits dinyatakan, seburuk-buruk tempat adalah pasar. Hal ii lantaran
pasar atau termpat di mana orang jual beli itu dianggap sebagal sebuah tempat yang di
dalamnya penuh dengan penipuan, sumpah palsu, janji palsu, keserakahan, perselisihan
dan keburukan tingkah polah manusia lainnya.

Sabda Rasulullah SAW:

“Sebaik-baik tempat adalah masjid, dan seburk-buruk tempat adalah pasar”. (HR.
Thabrani)

“Siapa saja menipu, maka ia tidak termasuk golonganku”. (HR. Bukhari)

4
Setiap sumpah yang keluar dan mulut manusia harus dengan nama Allah. Dan jika
sudah dengan nama Allah, maka harus benar dan jujur. Jika tidak henar, maka akibatnya
sangatlah fatal. Oleh sehab itu, Rasulululah SAW selalu memperingatkan kepada para
pedagang untuk tidak mengobral janji atau berpromosi secara berlebihan yang cenderung
mengada-ngada, semata-mata agar barang dagangannya laris terjual, lantaran jika
seorang pedagang berani bersumpah palsu, akibat yang akan menimpa dirinya hanyalah
kerugian.

4. Menepati Janji

Seorang pedagang juga dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada para
pembeli maupun di antara sesama pedagang, terlebih lagi tentu saja, harus dapat
menepati janjinya kepada Allah SWT.Janji yang harus ditepati oleh para pedagang
kepada para pembeli misalnya; tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang
kwalitasnya, kwantitasnya, warna, ukuran dan atau spesifikasinya sesuai dengan
perjanjian semula, memberi layanan puma jual, garansi dan lain sebagainya. Sedangkan
janji yang harus ditepati kepada sesama para pedagang misalnya; pembayaran dengan
jumlah dan waktu yang tepat.

Sementara janji kepada Allah yang harus ditepati oleh para pedagang Muslim
misalnya adalah shalatnya.

Dengan demikian, sesibuk-sibuknya urusan dagang, urusan bisnis dan atau urusan jual
beli yang sedang ditangani –sebagai pedagang Muslim– janganlah pernah sekali-kali
meninggalkan shalat. Lantaran Allah SWT masih memberi kesempatan yang sangat luas
kepada kita untuk mencari dan mendapatkan rejeki setelah shalat, yakni yang tercermin
melalui perintah-Nya; bertebaran di muka bumi dengan mengingat Allah SWT banyak-
banyak supaya beruntung.

5. Murah Hati

Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW menganjurkan agar para pedagang selalu
bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian; ramah tamah,
sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggungjawab.

6. Tidak Melupakan Akhirat

5
Jual beli adalah perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan kewajiban Syariat Islam
adalah perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti lebih utama ketimbang
keuntungan dunia. Maka para pedagang Muslim sekali-kali tidak boleh terlalu
menyibukkan dirinya semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan
meninggalkan keuntungan akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat, mereka wajib
melaksanakannya sebelum habis waktunya. Alangkah baiknya, jika mereka bergegas
bersama-sama melaksanakan shalat berjamaah, ketika adzan telah dikumandangkan.
Begitu pula dengan pelaksanaan kewajiban memenuhi rukun Islam yang lain. Sekali-kali
seorang pedagang Muslim hendaknya tidak melalaikan kewajiban agamanya dengan
alasan kesibukan perdagangan.

D. Perdagangan Yang Di Larang Dalam Islam


1. Talqi - Jalab

Talqi-jalab adalah suatu kegiatan yang umum dilakukan oleh orang-orang Madinah,
yaitu manakala para petani membawa hasil ke kota, lalu menjualnya kepada orang-orang
di kota kemudian orang kota tersebut menjual hasil panen tersebut, dengan harga yang
mereka tetapkan sendiri. Rosululloh tidak menyukai cara perdagangan seperti ini, karena
beliau menganggap perbuatan tersebut mencurangi seseorang.

2. Perdagangan melalui Al-Hadir-Libad

Ada beberapa orang bekerja sebagai agen-agen penjualan hasil panen dan semua hasil
panen dijual melalui mereka. Mereka memperoleh keuntungan baik dari penjual maupun
dari pembeli dan seringkali mencabut keuntungan sebenarnya yang harus diterima petani
dan kepada para pembeli tidak diberi harga yang benar dan wajar. Rosululloh melarang
bentuk perdagangan dengan menarik keuntungan dari penjual dan pembeli.

3. Perdagangan dengan cara Munabazah

Dalam perdagangan secara munabazah, seseorang menjajakan pakaian yang dia miliki
untuk dijual kepada orang lain dan penjualan tersebut menjadi sah, meskipun orang
tersebut tidak memegang atau melihat barang tersebut. Berarti bahwa penjual langsung
melemparkan barang kepada pembeli dan penjualan itu sah. Pembeli tidak ada
kesempatan untuk memeriksa pakaian tersebut atau harganya. Ada kemungkinan
penipuan atau kecurangan atau penggmbaran yang keliru dalam bentuk perdagangan
seperti ini, sehingga Rosululloh melarang perdagangan dengan cara munabazah.

6
4. Perdagangan dengan cara Mulamasah

Dalam perdangangan secara mulamasah, seseorang menjual sebuah pakaian dengan


boleh memegang tapi tanpa perlu membuka atau memeriksanya. Hal ini juga dilarang
Rosululloh karena keburukannya sama seperti munabazah.

5. Perdagangan dengan cara Habal-Al-Habala

Bentuk perdagangan ini sangat umum di negara Arab pada waktu itu. Dalam
perdagangan ini, seseorang menjual seekor unta betina dengan berjanji membayar
apabila unta itu melahirkan seekor anak unta jantan atau betina. Cara perdagangan
seperti inipun dilarang oleh Rosululloh karena mengandung unsur perkiraan atau
spekulasi.

6. Perdagangan dengan cara Al-Hasat

Dalam bentuk perdagangan seperti ini, penjual akan menyampaikan kepada pembeli
bahwa apabila pembeli melemparkan pecahan-pecahan batu kepada penjual, maka
penjualan akan dianggap sah. Cara seperti ini juga diharamkan oleh Rosululloh karena
sama buruknya dengan perdagangan secara munabazah dan mulamasah.

7. Perdagangan dengan cara muzabanah

Dalam bentuk perdagangan ini, buah-buahan ketika masih di atas pohon sudah
ditaksir dan dijual sebagai alat penukar untuk memeperoleh kurma dan anggur kering,
atas sederhananya menjual buah-buahan segar untuk memperoleh buah-buahan kering.
Rosululloh melarang cara seperti ini karena didasari atas perkiraan dan dapat merugikan
satu pihak jika perkiraan ternyata salah

8. Perdagangan dengan cara Muhaqolah

Dalam sistem muhaqolah ini, panen yang belum dituai dijual untuk memperoleh hasil
panen yang kering. Rosululloh melarang cara perdagangan seperti ini sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Umar, Abu Said al Khudri dan Said Ibn Mussayyib.
Bentuk ini sama dengan bentuk muzabanah dengan semua kemudharatannya.

9. Perdagangan tanpa hak pemilikian

7
Perdagangan barang-barang khususnya yang tidak tahan lama, tanpa perolehan hak
milik juga dilarang oleh Rosululloh karena mengandung unsur keraguan dan penipuan.
Diriwayatkan oleh Ibn Umar bahwa Rosululloh bersabda: “Siapapun yang membeli
gandum tidak berhak menjualnya sebelum memperoleh hak miliknya.”

10. Perdagangan dengan cara Sarf

Perdagangan dengan cara sarf berarti menggunakan transaksi di mana emas dan perak
dipakai sebagai alat tukar untuk memperoleh emas dan perak. Rosululloh bersabda
bahwa pertukaran emas dengan emas merupakan riba kecuali dari tangan ke tangan,
kurma dengan kurma adalah riba kecuali dari tangan ke tangan, dan garam dengan garam
adalah riba kecuali dari tangan ke tangan.

11. Perdagangan dengan cara Al-Ghoror

Perdagangan yang dilakukan dengan cara melakukan penipuan terhadap pihak lan.

a. Misrot

Misrot adalah hewan yang mempunyai susu, tapi susunya tidak diperas. Kebanyakan
orang apabila berkeinginan menjual binatang ini terlebih dahulu diperah selama beberapa
hari untuk menipu pembeli. Ini adalah salah satu cara dimana pembeli binatang merasa
ditipu dan diminta untuk membayar dengan harga yang lebih mahal

b. Najsh

Sederhananya, najsh itu bermakna terjadinya sesuatu kenaikan harga karena seseorang
telah mendengar bahwa harga barang tersebut telah naik, lalu membelinya tetapi tidak
karena ingin membelinya melainkan karena ingin menjualnya kembali dengan
menetapkan harga yang lebih tinggi, atau berminat terhadap barang yang dijual dengan
tujuan untuk menipu orang lain.

c. Penjualan dengan sumpah

Penjual menjual barangnya (dalam harga tinggi) dengan melakukan sumpah tentang
tingginya kualitas barang tersebut.

8
d. Pemalsuan

Rosululloh melarang pemalsuan barang-barang yang akan dijual sebagaiman yang


diriwayatkan oleh Imam Bukhori.

e. Perdagangan dengan cara menyembunyikan

Cara seperti ini yaitu menyembunyikan gandum dan barang-barang lainnya untuk
menaikkan harga dengan sengaja atau Monopoli

Monopoli akan muncul manakala pusat kontrol pasokan (supply) barang atau jasa
dipegang oleh satu orang atau sekelompok orang.dia yang mengontrol pasokan barang
atau jasa dan menetapkan harga yang menguntungkan baginya, tetapi keuntungannya
tidak bermanfaat bagi masyarakat.

9
E. Ayat Dan Hadits Tentang Perdagangan
1. An-Nisa’ ayat 29

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.”

2. Al-Baqarah ayat 275

Artinya:

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli
sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.
Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

3. Al-Munafiqun ayat 9

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-
orang yang rugi.”

10
1. Hadist Tentang Jual Beli Yang Mabrur

Dari Abi Sa’id, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Pedagang yang jujur dan terpercaya
bersama para Nabi, orang-orang yang jujur dan syuhada,” (HR Tirmidzi)

2. Hadist Tentang Jual Beli Dan Riba

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Riba itu mempunyai
73 pintu, yang paling ringan ialah seperti seorang laki-laki menikahi ibunya dan riba yang
paling berat ialah merusak kehormatan seorang muslim,” (HR Ibnu Majah).

3. Hadist Tentang Jual Beli Dan Barang Yang Diperjual Belikan

Dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Allah melaknat orang-orang Yahudi,
karean telah diharamkan kepada mereka lemak-lemak (bangkai) namun mereka menjualnya
dan memakan hasil penjualannya. Sesungguhnya Allah jika mengharamkan kepada suatu
kaum memakan sesuatu, maka haram pula hasil penjualannya,” (HR Ahmad dan Abu
Dawud).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara lebih khusus aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan perdagangan
dalam Islam adalah tentang tatacara dalam berdagang tersebut dan hal-hal yang dilarang
dalam berdagang. Semuanya itu harus selaras dan simultan diterapkan dalam praktek
berdagang sesuai nilai-nilai Islam yang ada. Secara umum perdagangan dalam Islam adalah
terpenuhinya kebutuhan secara wajar dan berkeadilan sebagai sarana ibadah kepada Allah.
Orientasi yang harus dibangun dalam melakukan kegiatan berdagang adalah mengarahkannya
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kegiatan berdagang itu sendiri harus dalam
ukuran-ukuran yang proporsional, dengan menghindari pemborosan, kemewahan, dll.17
Pelarangan dalam hal yang berdagang tersebut berkaitan dari aspek-aspek yang akan dapat
menimbulkan hal-hal negatif bahkan fatal dalam kehidupan ekonomi, di antaranya: timbulnya
banyak penyakit, kelaparan atau kemiskinan, terjadi atau bertambahnya pengangguran,
rendanya kualitas sumberdaya manusia.

Rasulullah merupakan sosok teladan yang patut kita jadikan contoh, keberhasilan beliau
dalam mengembangkan perekonomian umat telah terbukti. Hanya dalam waktu setahun
setelah hijrah ke madinah, beliau berhasil membangun perekonomian yang sangat kuat.
Hanya dalam waktu setahun umat Islam berhasil menguasai ekonomi yang selama ini
dipegang oleh orang-orang Yahudi dan umat lainnya.

Rahasia kesuksesan tersebut adalah ternyata Rasulullah memprioritaskan pasar. Yang


pertama kali dilirik oleh Rasulullah adalah pasar. Beliau membangun jalan dari masjid
sampai ke pelosok-pelosok desa, sehingga masyarakat mempunyai akses pemasaran.

Selain itu Nabi Muhammad telah mempraktekan usaha perdagangan sejak berusia yang
relatif muda, yaitu 12 tahun. Dan ketika berusia 17 tahun ia telah memimpin sebuah ekspedisi
perdagangan ke luar negeri. Profesi inilah yang ditekuninya sampai beliau diangkat menjadi
Rasul di usia yang ke 40. Afzalur Rahman dalam buku Muhammad A Trader menyebutkan
bahwa reputasinya dalam dunia bisnis demikian bagus, sehingga beliau dikenal luas di
Yaman, Syiria, Yordania, Iraq, Basrah dan kota-kota perdagangan lainnya di jazirah Arab.
Dalam konteks profesinya sebagai pedagang inilah ia dijuluki gelaran mulia, Al-Amin
Afzalur Rahman juga mencatat dalam ekspedisi perdagangannya, bahwa Muhammad Saw
telah mengharungi 17 negara ketika itu, sebuah aktivitas perdagangan yang luar biasa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hajarudin, and Muhammad Arsyam. "Etika Perdagangan dalam Islam." (2020).

Nizar, M. (2018). Prinsip Kejujuran Dalam Perdagangan Versi Islam. Jurnal Istiqro, 4(1), 94-
102.

Windari, W. (2015). Perdagangan dalam Islam. Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan
Keislaman, 3(2), 29-35.

Usman, H. A., Arsyam, M., & Yusuf, M. (2021). Etika Perdagangan Dalam Islam.

Wikipedia homepage.

13

Anda mungkin juga menyukai