Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

EKONOMI SYARIAH DALAM LINGKUP


PERDAGANGAN

DOSEN PENGAMPU
Dr. DUHITA DRIYAH SUPRAPTI S. H., M. Hum

Disusun Oleh :
NIKOLAS CHRISTIAN DARRYL 8111422292
RANMA IKTIARI SABILA SAIDA 8111422293
RAIHAN HILMY FAUZI 8111422295
FIGO CLEVERIAN IQBAL 8111422301
ISMAIL HASAN ATHOILLAH 8111422306

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah berjudul Ekonomi Syariah dalam lingkup
Perdagangan dapat selesai tepat waktu. Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan
memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia
Ibu Dr. Duhita Driyah Suprapti S.H., M. Hum..
Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan kepada pembaca mengenai penemuan hukum.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Duhita Driyah
Suprapti S.H., M. Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Hukum
Indonesia . Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah kami.

Semarang, Oktober 2022

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

1
Kata Pengantar ..................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................................
2
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................
3
1.1 Latar Belakang ......................................................................................
3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
4
1.3 Tujuan & Manfaat .................................................................................
5
Bab 2 Isi ................................................................................................................ 6
2.1 Pembahasan Masalah ............................................................................
6
Bab 3 Penutup .......................................................................................................
13
Daftar Pustaka .................................................................................................... 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

ABSTRAK
Sistem ekonomi syariah didasarkan pada ajaran ilahi dan dapat
memastikan kompatibilitas dengan manusia. Hanya Ekonomi Islamlah yang dapat
membantu orang memperoleh kemakmuran. Ekonomi Islam bukan hanya tentang
etika dan nilai normatif, positif secara bersamaan. Ini karena kami mempelajari
aktivitas aktual masyarakat dan masalah ekonomi masyarakat. Dari sudut pandang
Islam, bertanggung jawab atas sistem perekonomian Indonesia, perekonomian
nasional yang bergantung padanya Ekonomi kapitalis yang cenderung berpihak
pada individu untuk mempengaruhi munculnya kesadaran diri egoisme yang
tinggi dari individu laki-laki itu sendiri, terlepas dari mayoritas laki-laki Indonesia
yang malang.tujuan ekonomi islam Kesejahteraan ekonomi dalam kerangka
norma moral Islam. persaudaraan dan keadilan universal. Distribusi pendapatan
dan kekayaan yang adil. Kebebasan individu yang mengarah pada keuntungan
sosial Prinsip yang terkandung dalam ekonomi Syariah adalah pembagian harta
yang mengutamakan keadilan. Yang penting, manfaat dari kegiatan ekonomi
harus didistribusikan secara adil. Misalnya dalam perbankan syariah, ada bagi
hasil oleh nasabah bank atau bank itu sendiri.
Kata kunci : Ekonomi Kerakyatan dan Ekonomi Islam

A. LATAR BELAKANG
Melaksanakan kegiatan ekonomi adalah Salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan Hidup manusia. Kebutuhan adalah senilai Dengan keinginan konsep
kepuasan dalam Perspektif Islam, kebutuhan itu sendiri ditentukan oleh Konsep
maslahat. Pembahasan konsep kebutuhan dalam Islam tidak dapat dipisahkan Dari

3
kajian perilaku konsumen dari kerangka Maqasid syariah (tujuan syariah) harus
Dapat menentukan tujuan perilaku dalam Islam. Tujuan syariah dalam Islam
adalah Mencapai kesejahteraan umat manusia (maslahat al-ibid). Islam
mengharamkan seluruh macam Bentuk transaksi penipuan dalam bentuk apapun.
Oleh Sebab itu, dalam melakukan transaksi Perdagangan yang harus diperhatikan
adalah Mencari barang yang halal untuk diperjualbelikan atau diperdagangkan
dengan cara Yang sejujur-jujurnya. Allah Swt mensyariatkan berdagang sebagai
pemberian untuk Hamba-hambanya karena semua manusia Secara pribadi
mempunyai banyak kebutuhan berupa Sandang, pangan dan lain-lainnya.
Kebutuhan seperti ini tidak pernah terputus dari Kehidupan manusia, kegiatan
ekonomi Dalam pandangan Islam merupakan tuntunan kehidupan. Di samping itu,
juga merupakan anjuran yang memiliki dimensi Ibadah.
ketika para sahabat Nabi mendapat harta ghanimah yang melimpah melalui
ekspansi wilayah Islam ke Persia, Palestina dan negara-negara tetangga lainnya,
karena pejabat dan panglima tentara Islam meninggalkan perdagangan. Umar
mengingatkan mereka, “Saya melihat orang asing mulai menguasai perdagangan,
sementara kalian meninggalkannya (karena telah menjadi pejabat di daerah dan
mendapat harta ghanimah), jangan tinggalkan harta perdagangan, nanti laki-laki
kamu tergantung dengan laki-laki dan wanita kamu tergantung dengan wanita ”.
Dari pernyataan Umar di atas, dapat dijelaskan bahwa jika perdagangan
dikuasai umat lain, dikhawatirkan umat Islam akan tergantung pada bangsa
tersebut. Apa yang dikhawatirkan Umar tersebut, kini telah terjadi di negara-
negara Muslim, termasuk di Indonesia, di mana umat Islam sangat tergantung
pada bangsa-bangsa lain, bahkan juga bergantung pada kebijakan ekonomi dan
politik negara muslim, budaya, ilmu pengetahuan, bahkan mengganggu Aqidah
dan akhlak umat Islam.
Betapa pentingnya umat Islam dalam menguasai perdagangan, sehingga Nabi
Muhammad SAW mewajibkan umat Islam untuk menguasai perdagangan. Dalam
sebuah Hadist, Nabi Muhammad Saw mengatakan, “ Hendaklah kamu berdagang,
karena di dalamnya terdapat 90% pintu rezeki (HR. Ahmad).

B. RUMUSAN MASALAH

4
1. Perdagangan dalam Al-Quran
2. Perdagangan Karakteristik Syariah
3. Perdagangan Yang Dilarang
4. Keadaan Perdagangan Saat Ini

C. TUJUAN & MANFAAT


1. Untuk mengetahui perdagangan dalam menurut Agama Islam
2. Untuk mengetahui karakteristik perdangan syariah
3. Untuk mengetahui perdangangan-perdagangan yang dilarang dalam
Agama Islam
4. Untuk mengetahui keadaan perdagangan pada saat ini

5
BAB II
ISI

A. PEMBAHASAN MASALAH
1. Perdagangan dalam Al-Quran
Perdagangan secara umum berarti penjualan barang dan/atau jasa secara terus
menerus dengan tujuan untuk memperoleh barang dan/atau jasa secara tidak
proporsional atau seimbang (SK MENPERINDAG No. 23/MPP/Kep/1/1998).
Dalam Al-Quran, transaksi dijelaskan dalam tiga bentuk: tijarah (kesepakatan),
bay` (penjualan), dan syira (beli). Selain istilah-istilah tersebut, masih banyak
istilah lain yang berhubungan dengan trading seperti: Dayn, Amwal, Rizq,
Syirkah, Dharb dan jumlah order untuk mengeksekusi perdagangan global (QS.
Al-Jum’ah: 9).
Kata tijarah berasal dari kata kerja mashdar yang artinya jual beli. Kata
Tijara disebutkan delapan kali dalam Al-Quran, tersebar di tujuh surat: Al-
Baqarah: 16 dan 282, An-Nisaa’: 29, At-Taubah: 24, An-Nur: 37 dan Fathir: 29. ‘
Shaf :10 dan Al-Jum’ah:11 Mereka disebutkan dua kali dalam Surah Al-Baqarah,
tetapi hanya sekali masing-masing dalam Surah lainnya.
Kata ba'a (menjual) disebutkan empat kali dalam Al-Quran, Surah al-
Baqorah: 254 dan 275, Surah Ibrahim: 31, Surah Al-Jumah: 9.
Istilah komersial lain yang juga muncul dalam Al-Quran adalah As-Syira.
Kata ini muncul di ayat 25. Dua dari ayat ini berhubungan dengan perdagangan
dalam konteks bisnis yang nyata (Surat Yusuf ayat 21 dan 22). Ini menjelaskan
kisah nabi Yusuf yang dijual oleh orang yang menemukannya.
Dalam ayat 10 Surat Al-Jum’ah, Allah berfirman: jika salat Jumat
ditunaikan maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karuniallah Agar kalian.

6
Perhatikan baik-baik ayat ini, ada dua hal penting yang harus kita lakukan
yaitu Fantasyiru film al-ard ( bertebaran lah di muka bumi dan ) dan wabtaghu
min fadlillah ( carilah rezeki Allah)
Arti dari Fantasyiru adalah perintah Allah bagi umat Islam untuk
memperluas kegiatan bisnis mereka ke seluruh dunia segera setelah
menyelesaikan Shalat Fardu. Allah SWT tidak membatasi orang untuk menantang
hanya di desa, kecamatan, kabupaten, provinsi atau di Indonesia. Allah
memerintahkan kita untuk pergi ke Global atau Fialuad. Ini berarti bahwa kita
harus menembus setiap sudut dunia.
Ketika pesanan yang dikirim ke pasar global digabungkan dengan pesanan
perdagangan, menjadi penting untuk menawarkan barang, jasa, dan komoditas
ekspor lainnya dan bersaing dengan pemain global lainnya. Mengikuti beberapa
aturan pemasaran yang sangat sederhana, Anda tidak dapat bersaing tanpa
bersaing di 4P (produk, harga, promosi, penempatan, atau pengiriman).
Dalam Surah Al-Qur’an, Allah menggambarkan contoh orang Quraisy
yang mampu memanfaatkan semua sumber daya alam negara mereka yang
terbatas untuk menjadi pemain global.
1. Perdagangan Karakteristik Syariah
Standar dasar kejujuran, kepercayaan, dan keikhlasan telah ditetapkan oleh
Islam dalam hal perdagangan atau niaga. Pentingnya menggunakan skala dan
ukuran yang tepat harus diperhitungkan saat berdagang. Sebagaimana dinyatakan
dalam ayat 2-7 surat Al Muthoffifin: “Kecelakaan besarlah bagi orang yang
curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta
dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi.tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka
akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar, yaitu hari ketika manusia berdiri
menghadap Tuhan Semesta Alam? Sekali-kali jangan curang, karena
sesungguhnya kitab orang yang durhaka,tersimpan dalam Sijjin.”
Islam juga mendorong keunggulan dalam urusan ekonomi selain
memberikan skala dan ukuran penuh. Temuan dari berbagai pengamatan
menunjukkan bahwa hubungan yang tegang antara para pihak tidak dapat
mengubah perjanjian komersial yang telah mereka sepakati. Semua perjanjian

7
harus dibuat secara tertulis dengan syarat dan ketentuan untuk membangun
hubungan komersial yang solid karena "itu lebih adil di sisi Allah, dan
meningkatkan kesaksian, dan lebih mampu mencegah pembentukan keraguan."
(Al-Baqoroh: 282-283)
Disamping itu, ada beberapa hal yang terkait dengan perdagangan syariah, yaitu :
1. Pedagang berusaha untuk memberikan pelanggan layanan terbaik sehingga
mereka akan merasa seolah-olah mereka telah berbelanja sesuai dengan
hukum Islam, yang mengharuskan pelanggan membeli produk berdasarkan
kebutuhan mereka daripada keinginan mereka.
2. Karena kualitas barang yang dijual sesuai dengan harganya, dan penjual
menjalankan bisnisnya dengan jujur, pembeli tidak dianjurkan untuk
membeli barang sebanyak mungkin.
3. Status kehalalan produk yang dijual lebih penting daripada masalah harga
yang dikelola oleh kekuatan pasar. Dengan gagasan perdagangan syariah,
konsumen—yang utamanya adalah masyarakat biasa—akan merasa lebih
aman untuk membeli produk yang secara tidak sengaja mengandung
komponen haram di dalamnya. Izin SNI, label halal, dan barang
selundupan tidak termasuk dalam barang yang dipasok dalam perdagangan
syariah.
4. Sebenarnya, agar pembeli memahami kondisi pasar sebelum melakukan
pembelian yang cukup besar, barang dan komoditas yang dijual harus asli
di pasar terbuka. Kurangnya pengetahuan pembeli tentang dinamika pasar
dan harga yang berlaku tidak dimanfaatkan oleh penjual.

2. Perdagangan Yang Dilarang


Dalam Perdagangan, kesepakatan dan kerelaan sangat ditekankan untuk
dilaksanakan atau yang dikenal dengan sebutan antaradhin minkum sebagaimana
yang tercantum dalam QS surah An-Nisa’(4): 29 : Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu (Depag
RI, 1993: 122).
a. Talqi-Jalab

8
Talqi-jalab adalah suatu kegiatan yang umum dilakukan oleh
orang-orang Madinah, yaitu manakala para petani membawa hasil ke kota,
lalu menjualnya kepada orang-orang di kota kemudian orang kota tersebut
menjual hasil panen tersebut, dengan harga yang mereka tetapkan sendiri.
Rosululloh tidak menyukai cara perdagangan seperti ini, karena beliau
menganggap perbuatan tersebut mencurangi seseorang.
b. Perdagangan Melalui Al-Hadir-Libad
Ada beberapa orang bekerja sebagai agen-agen penjualan hasil
panen dan semua hasil panen dijual melalui mereka. Mereka memperoleh
keuntungan baik dari penjual maupun dari pembeli dan seringkali
mencabut keuntungan sebenarnya yang harus diterima petani dan kepada
para pembeli tidak diberi harga yang benar dan wajar. Rosululloh
melarang bentuk perdagangan dengan menarik keuntungan dari penjual
dan pembeli.
c. Perdagangan Dengan Cara Munasabah
Dalam perdagangan secara munabazah, seseorang menjajakan
pakaian yang dia miliki untuk dijual kepada orang lain dan penjualan
tersebut menjadi sah, meskipun orang tersebut tidak memegang atau
melihat barang tersebut. Berarti bahwa penjual langsung melemparkan
barang kepada pembeli dan penjualan itu sah. Pembeli tidak ada
kesempatan untuk memeriksa pakaian tersebut atau harganya. Ada
kemungkinan penipuan atau kecurangan atau penggmbaran yang keliru
dalam bentuk perdagangan seperti ini, sehingga Rosululloh melarang
perdagangan dengan cara munabazah.
d. Perdagangan Dengan Cara Musalamah
Dalam perdangangan secara mulamasah, seseorang menjual sebuah
pakaian dengan boleh memegang tapi tanpa perlu membuka atau
memeriksanya. Hal ini juga dilarang Rosululloh karena keburukannya
sama seperti munabazah.
e. Perdagangan Dengan Cara Habal-Al-Habala
Bentuk perdagangan ini sangat umum di negara Arab pada waktu
itu. Dalam perdagangan ini, seseorang menjual seekor unta betina dengan

9
berjanji membayar apabila unta itu melahirkan seekor anak unta jantan
atau betina. Cara perdagangan seperti inipun dilarang oleh Rosululloh
karena mengandung unsur perkiraan atau spekulasi.
f. Perdagangan Dengan Cara Al-Hasat
Dalam bentuk perdagangan seperti ini, penjual akan
menyampaikan kepada pembeli bahwa apabila pembeli melemparkan
pecahan-pecahan batu kepada penjual, maka penjualan akan dianggap sah.
Cara seperti ini juga diharamkan oleh Rosululloh karena sama buruknya
dengan perdagangan secara munabazah dan mulamasah.
g. Perdagangan Dengan Cara Muzabanah
Dalam bentuk perdagangan ini, buah-buahan ketika masih di atas
pohon sudah ditaksir dan dijual sebagai alat penukar untuk memeperoleh
kurma dan anggur kering, atas sederhananya menjual buah-buahan segar
untuk memperoleh buah-buahan kering. Rosululloh melarang cara seperti
ini karena didasari atas perkiraan dan dapat merugikan satu pihak jika
perkiraan ternyata salah
h. Perdagangan Dengan Cara Muhaqolah
Dalam sistem muhaqolah ini, panen yang belum dituai dijual untuk
memperoleh hasil panen yang kering. Rosululloh melarang cara
perdagangan seperti ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibn
Umar, Abu Said al Khudri dan Said Ibn Mussayyib. Bentuk ini sama
dengan bentuk muzabanah dengan semua kemudharatannya.
i. Perdagangan Tanpa Hak Pemilikan
Perdagangan barang-barang khususnya yang tidak tahan lama,
tanpa perolehan hak milik juga dilarang oleh Rosululloh karena
mengandung unsur keraguan dan penipuan. Diriwayatkan oleh Ibn Umar
bahwa Rosululloh bersabda: “Siapapun yang membeli gandum tidak
berhak menjualnya sebelum memperoleh hak miliknya.”
j. Perdagangan Dengan Cara Sarf
Perdagangan dengan cara sarf berarti menggunakan transaksi di
mana emas dan perak dipakai sebagai alat tukar untuk memperoleh emas
dan perak. Rosululloh bersabda bahwa pertukaran emas dengan emas

10
merupakan riba kecuali dari tangan ke tangan, kurma dengan kurma adalah
riba kecuali dari tangan ke tangan, dan garam dengan garam adalah riba
kecuali dari tangan ke tangan.
k. Perdagangan Dengan Cara Al-Ghoror
Perdagangan yang dilakukan dengan cara melakukan penipuan terhadap
pihak lain.

3. Keadaan perdagangan saat ini

Contoh yang paling dekat dengan kemampuan dagang yang dilukiskan Al-
Qur’an saat ini mungkin terdapat pada Singapura atau Hongkong, negeri yang
miskin sumberdaya alam tetapi mampu menggerakkan dan mengontrol alur
ekspor di regional Asia Tenggara dan Pasifik. Bagaimana dengan Indonesia, yang
luas salah satu provinsinya (Riau) 50 kali Singapura, dengan potensi ekspor dan
sumberdaya alam yang ribuan kali lipat. Mungkin kita harus becermin pada Al-
Qur’an yang selama ini kita tinggalkan untuk urusan bisnis dan ekonomi.

Meskipun Al-Qur’an cukup banyak membicarakan perdagangan bahkan


dengan tegas memerintahkannya, dan meskipun negeri-negeri muslim memiliki
kekayaan alam yang besar, namun ekonomi umat Islam jauh tertinggal dibanding
negara-negara non Muslim. Banyak faktor yang membuat umat Islam tertinggal
dari bangsa lain, antara lain, lemahnya kerjasama perdagangan sesama negeri
muslim. Menurut catatan OKI sebagaimana yang terdapat dalam buku “Menuju
tata baru Ekonomi Islam, kegiatan perdagangan sesama negeri muslim hanya 12
% dari jumlah perdagangan negara-negara Islam”.

Fenomena lemahnya kerja sama perdagangan itu terlihat pada data-data berikut :

1. Lebanon dan Turki mengekspor mentega ke Belgia, United Kingdom dan


negara-negara Eropa Barat lainnya. Semenentara Iran, Malayisa, Pakistan
dan Syiria mengimpor mentega dari Eropa Barat.

2. Aljazair mengekspor gas asli ke Perancis, sedangkan Perancis


mengekspornya ke Magribi

11
3. Mesir adalah pengekspor kain tela yang ke 10 terbesar di dunia, tetapi
Aljazair, Indonesia, dan Iran mendapatkan kain itu (impor) dari Eropa
Barat.

4. Aljazair, Mesir dan Malaysia mengimpor tembakau dari Columbia,


Greece, India, Philipine dan Amerika Serikat. Sementara Turki dan
Indonesia adalah mengekspor utama tembakau ke Amerika dan Eropa.

12
BAB III
PENUTUP
Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan yang patut kita teladani, dan
keberhasilan beliau dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan terbukti. Hanya
setahun setelah pindah ke Madinah, ia mampu membangun ekonomi yang sangat
kuat. Hanya dalam waktu satu tahun, umat Islam berhasil menguasai
perekonomian yang dipegang oleh orang-orang Yahudi dan lainnya.
Rahasia kesuksesan ini adalah prioritas Nabi terhadap pasar. Tempat
pertama yang dilihat Nabi adalah pasar. Beliau membangun jalan dari masjid ke
desa-desa terpencil untuk memberikan akses komodifikasi kepada masyarakat
lokal.
Selain itu, Nabi Muhammad melakukan perdagangan sejak usia yang
relatif muda yaitu 12 tahun. Dan pada saat ekspedisi berusia 17 tahun, beliau
memimpin ekspedisi ke luar negeri. Beliau mempraktekkan profesi ini sampai dia
ditahbiskan sebagai Rasul pada usia 40 tahun. Afzalur Rahman, dalam bukunya
Muhammad A Trader, mencatat bahwa reputasinya di dunia bisnis sangat tinggi,
dan ia dikenal luas di Yaman, Suriah, Yordania, Irak, Basra, dan kota-kota
perdagangan lainnya di Jazirah Arab. Ia diberi gelar bangsawan sehubungan
dengan profesinya sebagai pedagang. Al-Amin Afzalur Rahman mencatat bahwa
selama ekspedisi perdagangannya, Muhammad Soh mengunjungi 17 negara saat
itu, kecuali aktivitas perdagangan.
Semangat inilah yang harus dibangun dan dikembangkan oleh umat Islam
saat ini agar peradaban Islam bangkit kembali di jagat raya ini melalui kejayaan

13
ekonomi dan komersial. Mengambil contoh dari cerita di atas, umat Islam harus
memperhatikan ekonomi. Dahulu umat Islam berjaya di bidang ekonomi, namun
kini tertinggal jauh dari bangsa lain. Oleh karena itu, umat Islam perlu mengejar
ketertinggalan ini dengan mengembangkan ekonomi. Dan sektor komersial patut
mendapat perhatian lebih dalam mengembangkan perekonomian.
Negara-negara Islam memiliki 70% cadangan minyak dunia dan
menguasai 30% sumber daya gas alam dunia. Negara-negara Islam merupakan
pemasok sekaligus pemasok 42% permintaan minyak bumi (petroleum) dunia.
Data ini menunjukkan bahwa negara-negara Islam memiliki potensi ekonomi
strategis yang signifikan.

14
Daftar Pustaka
Hariyanto. (2009). Perdagangan Syari'ah. Solo: Universitas Sebelas Maret.
Muljawan, D., Suseno, P., Wiji, P., Jardine, A. H., Diana, Y., Muh., N. B., . . .
Suci, P. D. (2020). Ekonomi Syariah. Jakarta: Bank Indonesia.
Rahmawati, M., & Kaminaswati. (2015). SISTEM PERDAGANGAN DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM PADA PUSAT NIAGA DESA BELAWA
BARU KEC. MALANGKE. Jurnal Muamalah Vol V No 2, 112-118.
Zakariya. (t.thn.). EKONOMI SYARIAH SEBAGAI FONDASI EKONOMI
KERAKYATAN UNTUK MENCAPAI INDONESIA YANG SEJAHTERA. 1-
11.

15
16

Anda mungkin juga menyukai