Muazzin, S.H.I
Alumi Al-Hilal Sigli Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Bisnis Ekonomi pada Program Studi
Ekonomi Syari’ah STAI AL-AZIZYIAH SAMALANGA dengan ini penulis mengangkat judul “Ruang
Lingkup Bisnis Ekonomi”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalam
Penulis,
KELOMPOK 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian bisnis syariah 2
B. Sejarah perkembangan bisnis syariah 2
C. Jenis usaha perusahaan bisnis syariah 5
D. Bisnis syariah dan pengaruhnya terhadap dinamika masyarakat 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjanjian merupakan salah satu cara yang membantu manusia agar dapat berinteraksi
dengan yang lainnya dengan baik. Dalam perjanjian terdapat suatu kesepakatan antara kedua
belah pihak yang telah mengikat keduanya. Maka dari itu, suatu perjanjian itu suatu kesepakatan
yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai tujuan bersama. Dan dari sinilah akan
timbul rasa kebersamaan antara manusia.
Permasalahan hukum akan timbul manakala ketika masih dalam proses perundingan
sebelum perjanjian tersebut sah, salah satu pihak telah melakukan perbuatan hukum seperti
meminjam uang, membeli tanah padahal belum tercapai kesepakatan final antara mereka
mengenai kontrak bisnis yang dirundingkan
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian bisnis syariah
2. Menjelaskan sejarah perkembangan bisnis syariah
3. Menjelaskan jenis usaha perkembangan bisnis syariah
4. Menjelaskan bisnis syariah dan pengaruhnya terhadap dinamika masyarakat
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk memenuhi tugas
dalam perkuliahan juga agar semua mahasiswa/i mampu memahami tentang ruang lingkup bisnis
syariah dan perkembangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya…” (QS. Al-Baqarah: 282).
3. Produk Jasa
a) Rahn
Merupakan akad menggadaikan barang dari satu pihak ke pihak lain, dengan uang sebagai
gantinya. Akad ini dapat berubah menjadi produk jika digunakan untuk pelayanan kebutuhan
konsumtif dan jasa seperti pendidikan, kesehatan, dll.
b) Wakalah
Merupakan akad perwakilan antara dua pihak. Umumnya digunakan untuk penerbitan L/C
(Letter of Credit), akan tetapi juga dapat digunakan untuk mentransfer dana nasabah ke pihak
lain.
c) Kafalah
Merupakan akad untuk penjaminan. Akad ini digunakan untuk penerbitan garansi ataupun
sebagai jaminan pembayaran lebih dulu.
d) Hawalah
Merupakan akad untuk pemindahan utang-piutang. Kebanyakan ulama menyatakan bahwa
bank tidak boleh mengambil keuntungan dari produk ini.
e) Ju’alah
Prinsip ini digunakan oleh bank dalam menawarkan jasa dengan fee sebagai imbalannya.
f) Sharf
Merupakan transaksi pertukaran emas, perak serta mata uang asing. Beberapa syarat
untuk produk ini antara lain :
1. Harus tunai
2. Serah terima harus dilaksanakan dalam majelis kontak
3. Pertukaran mata uang yang sama harus dalam jumlah / kuantitas yang sama
Kondisi Ideal
Sebenarnya, perbankan syariah bisa menjadi seperti yang diharapkan masyarakat jika
bank syariah bisa terlepas dari sistem fiat money (uang kertas dengan segala dampaknya)
maupun interest system (sistem bunga). Fiat money bisa diganti dengan konsep ekonomi dan
keuangan berbasis dinar/dirham, yaitu mata uang emas/perak yang memiliki nilai instrinsik sama
dengan nominalnya, bersifat stabil, dengan nilai inflasi hampir selalau 0%.
Konsep dinar/dirham bisa meniadakan adanya faktor interest system, bisa terhindar dari
time value of money, karena nilai uang tidak lagi tergantung oleh pergerakan waktu. Contoh
sederhana jika nasabah membeli barang dari bank dengan harga 100 dinar, maka dia akan tetap
membayar 100 dinar meskipun dibayar tunai atau secara angsuran dalam jangka waktu tertentu.
Untuk skema akad berbasis bagi hasil, sewa, atau fee based income, tentu akan
menyesuaikan dengan seberapa besar bagi hasil yang diperoleh, seberapa besar margin sewa dari
barang/jasa disewakan, atau fee atas jasa perbankan yang diberikan.
Lebih jauh lagi, transaksi online yang bernilai triliunan rupiah (misalnya) akan bisa
dilakukan dengan tetap mencadangkan emas senilai transaksi tersebut. Kondisi ini menyebabkan
seluruh transaksi bernilai riil sehingga bisa terhindar dari segala bentuk ketidakjelasan
bertransaksi (gharar), dan manajemen risiko lebih terkontrol.
Bank syariah akan lebih berfungsi sebagai baytul mal yang akan mendistribusikan harta
secara proporsional, namun tetap menjalankan fungsi profit maupun non profit. Nasabah tidak
mampu akan diberikan prioritas yang lebih dibanding nasabah yang kaya raya.
Bank syariah juga akan mengumpulkan dana Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF)
dari masyarakat yang mampu. Dana inilah yang akan digunakan bank syariah untuk memberikan
pinjaman (qardh) kepada kaum dhuafa.
Konsep ini akan menyebabkan fungsi perbankan syariah lebih didominasi oleh investasi
dan pembiayaan bersifat produktif, serta modal usaha di sektor riil. Sektor konsumsi diprioritaskan
untuk melayani masyarakat tidak mampu.
Sudah saatnya pula bank syariah harus mulai memopulerkan penggunaan istilah-istilah
bahasa Indonesia sehingga terasa ringan didengar, mengena, dan tidak terkesan eksklusif. SDM,
IT, Infrastruktur, dan manajemen bank syariah harus dibenahi agar mampu bersaing dengan
hegemoni perbankan konvensional yang sudah terlanjur matang.
Kondisi ideal tersebut bisa terwujud dengan syarat para praktisi, akademisi, dan penggiat
bank syariah harus jujur bahwa praktek yang saat ini dijalankan adalah masih dalam kondisi
darurat yang masih jauh dari ideal meskipun inilah praktek terbaik perbankan syariah yang bisa
dilakukan untuk saat ini.
Kejujuran ini akan memicu kesungguhan berbagai elemen untuk mewujudkan sistem
perbankan syariah seperti yang dicita-citakan. Sebuah kejujuran yang tentu harus didukung
dengan keseriusan berbagai elemen untuk menyelesaikan tahap demi tahap menuju sistem
perbankan syariah berbasis dinar/dirham.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara bahasa, Syariat (al-syari’ah) berarti sumber air minum (mawrid al-ma’ li al istisqa)
atau jalan lurus (at-thariq al-mustaqîm).
Bisnis adalah suatu aktifitas individu atau kelompok/organisasi untuk memproduksi dan
memasarkan barang atau jasa kepada konsumen dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
atau profit.
Sejarah membuktikan bahwa Ilmu Bisnis telah lama dipraktekkan dalam dunia islam,
seperti istilah jurnal (dahulu zornal), telah lebih dahulu digunakan pada zaman khalifah islam
dengan istilah “jaridah” untuk buku catatan keuangan. Begitu juga dengan double entry yang
ditulis oleh Luca Pacioli. Dapat kita saksikan dari sejarah, bahwa ternyata Islam lebih dahulu
mengenal sistem bisnis, karena Al Quran telah diturunkan pada tahun 610 M, yakni 800 tahun
lebih dahulu dari Luca Pacioli yang menerbitkan bukunya pada tahun 1494.
Jenis usaha bisnis syariah secara umum dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Produk Penyaluran Dana
2. Produk penghimpun dana
3. Produk jasa
Sebenarnya, perbankan syariah bisa menjadi seperti yang diharapkan masyarakat jika bank
syariah bisa terlepas dari sistem fiat money (uang kertas dengan segala dampaknya) maupun
interest system (sistem bunga). Fiat money bisa diganti dengan konsep ekonomi dan keuangan
berbasis dinar/dirham, yaitu mata uang emas/perak yang memiliki nilai instrinsik sama dengan
nominalnya, bersifat stabil, dengan nilai inflasi hampir selalau 0%.
Konsep dinar/dirham bisa meniadakan adanya faktor interest system, bisa terhindar dari
time value of money, karena nilai uang tidak lagi tergantung oleh pergerakan waktu. Contoh
sederhana jika nasabah membeli barang dari bank dengan harga 100 dinar, maka dia akan tetap
membayar 100 dinar meskipun dibayar tunai atau secara angsuran dalam jangka waktu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syari’ah Di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009)
Al Zuhaili, Wahbah. 1985. Al Fiqih Al Islami wa Adillatuh. Beirut: Dar Al Fikri
Muhammad. 2005. Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Dr. H. Hendi Suhendi,M.Si. 2008. Fiqh Muamalah:Membahas Ekonomi Islam. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada