Anda di halaman 1dari 25

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN AKUNTANSI SYARIAH

TUGAS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
Teori Akuntansi Syariah

Oleh
Febrian Tri Irawam
1601103010020
&
Muhammad Alfie Syahrin
1601103010080

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat

sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis

mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata

kuliah Teori Akuntansi Syariah “Perkembangan Pemikiran Akuntansi Syariah”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya

makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya

kepada Dosen Pengasuh mata kuliah ini Dr. Aliamin, SE, M.Si, Ak., CA yang telah

membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Banda Aceh, 28 September 2019

Febrian dan Alfi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3

C. Tujuan ................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4

A. Perkembangan Pemikiran Akuntansi Syariah....................................... 4

B. Kronologi Perkembangan Permikiran Akuntansi Islam ........................ 9

C. Faktor-faktor Yang Mengantarkan Perkembangan Akuntansi Di Negara

Islam ................................................................................................... 13

D. Perkembangan Konsep Akuntansi Syariah ........................................... 14

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 18

A. Kesimpulan ......................................................................................... 18

B. Saran ................................................................................................... 18

DAFTAR PUSATAKA ................................................................................. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akuntansi syariah pada dasarnya merupakan bentuk aplikasi dari nilai-nilai

islam sebagai suatu agama yang tidak hanya mengatur masalah keimanan tetapi

juga mengatur masalah kehidupan sehari-hari.

Sejarah lahirnya ilmu akuntansi syariah tidak terlepas dari perkembangan

Islam dan kewajiban mencatat transaksi non tunai. Sebagaimana dalam firman

Allah yang artinya: “Hai, orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.

Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar” (QS.

Al-Baqarah [2] : 282). Hal itu kemudian mendorong umat islam peduli terhadap

pencatatan dan menimbulkan tradisi pencatatan di kalangan umat serta mendorong

munculnya aktivitas kerjasama/partnership. Begitu juga dengan kewajiban

mengeluarkan zakat mendorong pemerintah membuat laporan pertanggungjawaban

periodik terhadap baitul maal yang mereka kelola. Rasulullah SAW sendiri pada

masa hidupnya juga telah mendidik secara khusus beberapa sahabat untuk

menangani profesi akuntan dengan sebutan “hafazhatul amwal” (pengawas

keuangan).

Akuntansi keuangan di dalam Islam harus memfokuskan pada pelaporan

yang jujur mengenai posisi keuangan entitas dan hasil-hasil operasinya, dengan

mengungkapkan apa saja yang halal dan haram. Orang-orang yang bertugas harus

1
menetapkan bagi akuntansi keuangan aturan-aturan yang diperlukan demi

melindungi hak-hak dan kewajiban perorangan, dan menjamin pengungkapan yang

memadai.

Sejarah dan pemikiran akuntansi syariah tidak dapat dilepaskan dari

perkembangan ekonomi islam termasuk nilai-nilai yang sesuai dengan islam.

Sedangkan di sisi lain akuntansi syariah sebagai cabang dari ilmu akuntansi yang

merupakan ilmu pengetahuan tentu harus melampaui proses dan tahapan tertentu.

Sebagaimana di dalam Al-Qur’an akuntansi dimulai dari (QS 2:282)

“orangorang beriman, apabila kamu melakukan transaksi utang piutang untuk

jangka waktu yang telah ditentukan, maka tuliskanlah”.

Ketika manusia mengenal jual beli dan perdagangan pada saat itulah

akuntansi mulai digunakan. Bangsa Arab pada waktu itu sudah memiliki

administrasi yang cukup maju, praktik pembukuan telah menggunakan buku besar

umum, jurnal umum, buku kas, laporan periodik dan penutupan buku. Secara

sederhana akuntansi syari’ah dapat dijelaskan melalui akar kata yang dimilikinya,

yaitu akuntansi dan syari’ah. Definisi umum akuntansi adalah identifikasi transaksi

yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan, serta

pengikhtisaran transaksi, sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat

digunakan untuk mengambil keputusan. Sedangkan syari’ah adalah aturan yang

telah ditetapkan oleh Allah Swt untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalankan

segala aktivitas hidupnya di dunia. Jadi akuntansi syari’ah merupakan proses

akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan

Allah Swt. Teori akuntansi syariah memberikan guidance tentang bagaimana

2
seharusnya Akuntansi Syari’ah itu dipraktikkan. Dengan bingkai faith (keimanan),

teori (knowledge) dan praktik akuntansi syariah (action) akan mampu menstimulasi

terciptanya realitas ekonomi bisnis yang bertauhid. Realitas ini adalah realitas yang

didalamnya sarat dengan jaringan kerja kuasa ilahi yang akan menggiring manusia

untuk melakukan tindakan ekonomi bisnis yang sesuai dengan sunatullah.

Berangkat dari beberapa landasan teori dan sejarah tersebut maka penulis ingin

menggambarkan bagaimana akuntansi syari’ah berawal dan sehingga dapat

menjadi sebuah kerangka acuan pencatatan transaksi dalam Islam.

Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai

“Sejarah Perkembangan Pemikiran Akuntansi Syariah”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan pemikiran akuntansi syariah?

2. Bagaimana kronologi perkembangan permikiran akuntansi islam?

3. Apakah faktor-faktor yang mengantarkan perkembangan akuntansi di

negara islam?

4. Bagimanakah perkembangan konsep akuntansi syariah?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui perkembangan pemikiran akuntansi syariah.

2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pemikiran akuntansi islam.

3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mengantarkan perkembangan

akuntansi di negara islam.

4. Untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan konsep akuntansi syariah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pemikiran Akuntansi Syariah

Ketika berbicara tentang sejarah akuntansi di kalangan orang Arab, maka

yang dimaksud adalah masa yang berakhir dengan hijrahnya Rasulullah SAW, dari

Makkah ke Madinah tahun 622 M, yang setelah itu dimulailah sejarah Islam. Pada

masa sebelum berdirinya negara Islam, bangsa Arab terpecah-pecah, tidak

disatukan oleh satu sistem politik, kecuali tradisi kekabilahan yang dominan.

Sekalipun demikian, mereka memiliki pasar dan tempat aktivitas perdagangan di

dalam negeri maupun di luar negeri, yang tercermin dalam dua perjalanan di musim

dingin dan di musim panas, yaitu ke negeri Yaman dan ke negeri Syam. (Kebiasaan

berdagang orang-orang Arab ini terdokumentasikan dalam Al-Qur‟an Surat Al-

Quraisy ayat 1-4.) Berbagai pencatatan yang dilakukan sejak zaman Rasulullah

tentunya tidak terlepas dari ajaran normative agama sejak awal keberadaan Islam

yang telah memberikan persuasi normative bagi para pemeluknya untuk melakukan

pencatatan atas segala transaksi dengan benar/adil. Chapra (2008) mengatakan

bahwa kedatangan Islam melalui wahyu Quran memberikan petunjuk tentang setiap

aspek kehidupan, termasuk transaksi ekonomi. Said (2004) dalam Trokic (2015)

menyatakan bahwa Al-Qur'an sendiri yang menyediakan contoh bagaimana

melakukan bisnis yang diperbolehkan. Al-Quran memberikan panduan tentang

bagaimana untuk melakukan kegiatan akuntansi, sebagai pedoman dalam firman

Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah: 282 yang berbunyi:

4
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara

tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan

hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan

janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,

meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan

(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan

janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya…” (QS. Al-Baqarah: 282).

Ayat inilah yang memberikan dorongan kuat bagi umat Islam untuk

menggunakan akuntansi dalam setiap bisnis dan transaksi yang dilakukannya.

Kemudian yang lain, terkait dengan manusia muslim sebagai seorang individu yang

memiliki kewajiban untuk membayar zakat, mau tidak mau individu harus

melakukan pembukuan atau paling tidak melakukan perhitungan untuk

menentukaan seberapa besar zakat yang harus di bayarkannya. Hal ini dilandasi

oleh firman Allah dalam surat At Taubah:103 yaitu:

“ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS At-Taubah:103)”

Syahatah (2001) dari studi sejarah peradaban Arab, tampak sekali betapa

besarnya perhatian bangsa Arab pada akuntansi. Hal ini terlihat pada usaha setiap

pedagang Arab untuk mengetahui dan menghitung barang dagangannya, sejak

mulai berangkat sampai pulang kembali. Untuk mengerjakan pembukuan ini, ada

yang dilakukan oleh pedagangnya sendiri, dan ada juga yang menyewa akuntan

5
khusus. Pada waktu itu seorang akuntan disebut sebagai katibul amwaal atau

penanggungjawab keuangan. Istilah ini diambil dari fungsi akuntan itu sendiri,

yaitu untuk membantu menjaga keuangan. Setelah masuknya Islam, kewajiban

akan zakat berdampak pada didirikannya isntitusi Baitulmaal oleh Rasulullah

SAW, yang berfungsi sebagai lembaga penyimpan zakat berserta pendapatan lain

yang diterima oleh negara. Hawari (1989)) dalam Zaid (2001) mengungkapkan

bahwa, pemerintahan Rasulullah memiliki 42 pejabat yang digaji dan terspesialisasi

dalam peran dan tugas tersendiri. Adnan dan Labatjo (2006) memandang, bahwa

praktik akuntansi pada lembaga Baitulmaal di zaman Rasulullah SAW, baru berada

pada tahap penyiapan personal yang menangani fungsi-fungsi lembaga keuangan

negara. Pada masa tersebut, harta kekayaan yang diperoleh negara, langsung

didistribusikan kepada orang-orang yang berhak. Dengan demikian, tidak terlalu

diperlukan pelaporan atas penerimaan dan pengeluaran Baitulmaal, dan hal yang

sama berlanjut pada masa pemertintahan Abu Bakar Sidik. Perkembangan

pemerintahan Islam hingga meliputi hampir seluruh Timur Tengah, Afrika Utara

dan Asia pada masa Khalifah Umar Bin Khattab, telah meningkatkan penerimaan

negara secara signifikan. Sebagaimana Said 2004 dalam Trokic (2015) bahwa

Pengenalan konsep dan prosedur akuntansi formal terjadi pada masa Khalifah Umar

bin Al-Khattab, yang memerintah antara 634-644 SM. Kekayaan negara yang

disimpan di Baitulmaal semakin besar. Para sahabat merekomendasikan perlunya

pencatatan, untuk mempertanggungjawabkan penerimaan dan pengeluaran negara.

Selanjutnya Khalifah Umar mendirikan unit khusus yang bernama Diwan (dari kata

dawwana=tulisan), yang bertugas khusus membuat laporan keuangan Baitulmaal,

6
sebagai bentuk akuntabilitas Khalifah, atas dana Baitulmaal yang menjadi tanggung

jawabnya.

Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi, mencapai tingkat

tertinggi pada masa Daulah Bani Umayyah, terutama pada masa kekhalifahan

Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ambashe dan Alrawi (2013) menyatakan bahwa

Akuntansi telah diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi, antara lain akuntansi

peternakan, akuantansi pertanian, akuntansi bendahara, akuantansi konstruksi,

akuantansi mata uang, dan pemeriksaan buku atau auditing. Pada masa itu, sistem

pembukuan telah menggunakan model buku besar, yang meliputi:

a. Jaridah Al-Kharaj (Receivable Subsidary Ledger) merupakan pembukuan

pemerintah terhadap piutang pada individu atas zakat tanah, hasil pertanian, serta

hewan ternak yang belum dibayar dan cicilan yang yang telah dibayar. Pituang

dicatat di satu kolom dan cicilan pembayaran di kolom yang lain.

b. Jaridah An-Nafaqaat (jurnal pengeluaran), merupakan pembukuan yang

digunakan untuk mencatat pengeluaran negara.

c. Jaridah Al-Maal (jurnal dana), merupakan pembukuan yang digunakan untuk

mencatat penerimaan dan pengeluaran dana zakat.

d. Jaridah Al-Musadareen, merupakan pembukuan yang digunakan untuk mencatat

penerimaan denda atau barang sitaan dari individu yang tidak sesuai syari‟ah,

termasuk dari pejabat yang korup. (Abdullah Said 2004).

Adapun untuk pelaporan, telah dikembangkan berbagai laporan akuntansi, antara

lain:

7
a. Al-Khitmah, menunjukkan total pendapatan dan pengeluaran yang dibuat setiap

bulan.

b. Al-Khitmah Al-Jameeah, yaitu laporan keuangan komprehensif yang berisikan

gabungan antara laporan laba-rugi, dan nearaca (pendapatan, pengeluaran,

surplus dan defisit, belanja untuk asset lancar maupun aset tetap) yang

dilaporkan di akhir tahun. Dalam perhitungan dan penerimaan zakat, utang zakat

diklasifikasikan dalam laporan keuangan menjadi tiga kategori, yaitu collectable

debts, doubtful debts, dan uncollectable debts. (Abdullah Said,2004)

Itulah sejarah perkembangan praktik akuntansi, dengan teknik tata buku

berpasangan yang sebenarnya, di mana akuntansi sudah dikenal pada masa

kejayaan Islam. Trokic (2015) menyatakan bahwa akuntansi telah dipraktekkan di

tahap awal negara Islam, akan tetapi istilah akuntansi dan akuntan tidak

dimunculkan. Tidak diketahui kapan tepatnya istilah ini mulai digunakan,

bagaimanapun, mungkin istilah ini mulai hadir bertepatan dengan pengaruh

kolonisasi dan pengenalan budaya Barat di abad ke-19. Artinya, peradaban Islam

tidak mungkin tidak memiliki teknik pembukuan akuntansi. Permasalahannya

adalah pemalsuan dan penghapusan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan pada

masa peradaban Islam yang dilakukan oleh beberapa oknum di Barat, dan

ketidakmampuan atau lebih tepatnya ketidakmauan umat Islam, untuk menggali

khazanah ilmu pengetahuan dan teknologinya sendiri. (Nurhayati dan Wailah,

2011)

8
B. Kronologi Perkembangan Permikiran Akuntansi Islam

Perkembangan selanjutnya dilukiskan dalam buku “Teori Akuntansi

Syariah: Sebuah Pengantar” yang menjelaskan mengenai ilmu akuntansi syariah

perkembangan dari masa awal hingga kini. Secara kronologis perkembangan

akuntansi di dunia islam dapat diawali dengan pandangan Vangermeersch bahwa

tempat tumbuhnya sistem pencatatan berpasangan masih diperdebatkan. Dia

beralasan bahwa sistem pencatatan berpasangan dalam buku – buku akuntansi

merupakan suatu metode untuk memilah – milah data sesuai dengan kaidah –

kaidah khusus yang telah dikenal secara umum.

Keraguan ini pada kenyataannya beralasan. Alasan pertama, yaitu

kosongnya masa sejarah dari sejarah akuntansi, yaitu masa yang terjadi antara

lenyapnya negeri antara dua sungai dan negeri Mesir di dunia Arab sampai abad

XV secara umum. Alasan kedua, yaitu penggunaan sistem pencatatan berpasangan

secara luas tidak diragukan lagi mengharuskan adanya suatu praktik kerja dan

pusat-pusat pelatihan yang mampu mencetak pribadi – pribadi yang ahli dan

mampu menggunakan sistem ini secara luas.

Diantara yang patut diperhatikan adalah Paciolo menyebutkan di dalam

bukunya bahwa sistem pencatatan berpasangan telah ada sejak lama, tetapi ia tidak

menyebutkan sejak kapan dan di mana sistem ini telah ada sejak lama. Seorang

peneliti, De Rover, berpendapat bahwa bab yang terdapat di dalam buku Pacioli

tentang akuntansi hanyalah suatu bentuk nukilan dari apa yang ada pada saat itu

beredar di antara para murid dan guru di sekolah aritmatika dan perdagangan

(Venetian Schole) atau dalam bahasa Inggris Schools of Commerce and Arithmatic.

9
Dengan demikian, Pacioli hanyalah penukil (transcriber) atau pencatat terhadap apa

yang beredar pada saat itu.

Mungkin dapat dikatakan bahwa pada saat Eropa hidup pada masa

kegelapan, kaum muslimin telah menggunakan akuntansi dan ikut andil dalam

mengembangkannya. Sementara itu, peradaban islam, dalam pertumbuhan dan

perkembangannya, berdiri di atas asas kebahagiaan manusia melalui hal-hal yang

sesuai dengan syari‟at Islam dan hal-hal yang dapat merealisasikan bagi manusia

integrasi antara tuntunan-tuntunan spiritual dan tuntunan-tuntunan material.

Orangorang Arab, terutama di Makkah, kemudian kaum muslimin setelah itu,

menggunakan akuntansi untuk menentukan keuntungan dengan mengukur

kelebihan yang ada pada aset mereka.

Peradaban Islam selamanya telah dianggap sebagai peradaban Arab. Pada

hakikatnya, peradaban yang dikenal oleh masa Islam adalah bersumber dari Islam,

dan pembangunannya adalah kaum muslimin. Peradaban islam ini, dengan segala

karakter, arah pandang, dan sumbernya.berbeda dengan seluruh peradaban Islam

sebelumnya dan yang sesudahnya.

Demikian pula, banyak orang-orang Eropa yang mengunjungi dunia Islam

terpengaruh dengan apa yang mereka rasakan di negeri Islam. Banyak diantara

mereka yang masuk Islam ketika mereka rasakan kekuatan pendorong yang

mengubah orang-orang Badui yang memeluk Islam menjadi ulama dan pemimpin.

Di samping itu, sebagian penulis memandang bahwa sistem pencatatan

10
berpasangan yang dikenal dengan sistem pembukuan ganda telah dikenal oleh

penduduk dahulu, dan sistem ini tersebar di Italia melalui perdagangan.

Tahun 1202 M adalah tahun dimasukkannya angka-angka Arab dan

aritmatika yang keduanya ditemukan oleh kaum muslimin ke Eropa, yaitu melalui

buku yang ditulis oleh Leonardo of Pisa Bonnaci (Fibonnaci) yang banyak

melakukan perjalanan ke dunia Arab. Sebab, sangat memungkinkan, hubungan

dagang dan akibat yang ditimbulkannya seperti adanya hubungan cinta kasih antara

kaum muslimin dan orang-orang orang Italia telah membuka jalan bagi penggunaan

angka-angka Arab dalam skala terbatas, sehingga buku Leonardo of Pisa

mendapatkan sambutan yang baik ketika terbit. Buku Leonardo of Pisa membuat

bab-bab tentang srtimatika yang menjelaskan cara penjumlahan, pengurangan,

menentukan harga, barter, dan persekutuan-persekutuan terutama yang serupa

dengan Syirkah Tadlamun. Dengan sistem ini, masalah-masalah akuntansi yang

dihadapi oleh para pedagang pada saat itu berhasil diselesaikan.

Peradaban Islam telah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan-

tuntutan syari‟at Islam yang berasaskan pada Al Quran dan As Sunnah. As Sunnah

mengandung seluruh ucapan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah Muhammad bin

Abdillah shallahu „alaihi wasallam, sebagaimana yang dihafal oleh para sahabar

ridlwanullah „alaihim. Sangat disayangkan, kita dapati sebagaian penulis dari

kalangan non-Islam tidak berusaha memahami Islam secara benar, dan mengulang-

ulang pendapat yang tidak sesuai dengan kedudukan ilmiah mereka tanpa

memikirkan hasil dari apa yang mereka tulis.

11
Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan

pengembangannya di negara Islam, sebelum munculnya buku Paciolo, adalah

adanya manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H/1363 M. manuskrip ini adalah

karya seseorang penulis muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al

Mazindarani, dan diberi judul “Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqat.” Buku Pacioli

termasuk buku yang pertama kali dicetak tentang sistem pencatatan berpasangan,

dan buku Al Mazindarani masih dalam bentuk manuskrip, belum dicetak dan belum

diterbitkan.

Al Mazindarani berkata bahwa ada buku – buku yang dimaksudkan adalah

manuskrip-mnuskrip yang menjelaskan aplikasi – aplikasi akuntansi yang popular

pada saat itu, sebelum dia menulis bukunya yang dikenal dengan judul: “Risalah

Falakiyah Kitab As Sayaqat”. Dalam bukunya yang masih berbentuk manuskrip itu,

Al Mazindarani menjelaskan hal – hal berikut ini :

1. Sistem akuntansi yang popular pada saat itu, dan pelaksanaan pembukuan

yang khusus bagi setiap sistem akuntansi.

2. Macam – macam buku akuntansi yang wajib di gunakan untuk mencatat

transaksi keuangan.

3. Cara menangani kekurangan dan kelebihan, yakni penyertaan. Menurut Al

Mazindarani, sistem – sistem akuntansi yang popular pada saat itu, yaitu

pada tahun 765 H/1363 M antara lain:

1. Akuntansi Bangunan

2. Akuntansi Pertanian

12
3. Akuntansi Pergudangan

4. Akuntansi Pembuatan Uang

5. Akuntansi Pemeliharaan Binatang

C. Faktor-faktor Yang Mengantarkan Perkembangan Akuntansi Di Negara

Islam

Daulat abbassiyah, 132-232H/750-847 M memiliki banyak kelebihan

dibanding yang lain dalam pengembangan akuntansi secara umum dan buku-buku

akuntansi secara khusus. Diantara contoh buku-bukukhusus yang dikenal pada

masa kehidupan negara islam itu adalah sebagai berikut:

1. Daftarul nafaqat (Buku Pengeluaran) Buku ini disimpan di diwan nafaqat dan

diwan ini bertanggung jawab atas pengeluaran khilafah, yang mencerminkan

pengeluaran negara.

2. Daftarun Nafaqat Wal Iradat (Buku Pengeluaran dan Pemasukan) buku ini

disimpan di Diwanil mal, dandiwan ini bertanggung jawab atas pembukaan

seluruh harta yang masuk ke Baitul Mal dan yang dikeluarkannya

3. Daftar Amwalil Mushadarah (Buku harta Sitan) Buku ini digunakan di Diwanul

Mushadarin. Diwan ini khusus mengatur harta sitaan dari para menteri dan

pejabat-pejabat senir negara pada saat itu.

Umat islam juga mengenal buku Khusus yang lain, yang dikenal dengan

nama Al Auraj, yaitu serupadengan apa yang sekarang dinamakan Daftar Ustadzil

Madinin (Debtors or accounts receivable subsidiary ledger). Kata Auraj adalah dari

bahasa persia, kemudin digunakan dalam bahasa Arab. Auraj digunakan untuk

13
mencatat jumlah pajak atas hasil tanah pertanian, yaitu setiap halaman dikhususkan

untuksetiap orang yang dibebani untuk membayar pajak, didalamnya dicatat jumlah

pajak yangarus dibayar, juga jumlah yang telah dibayar dari pokok jumlah yang

harus dilunasi.

Disamping itu, kaum muslimin dinegara islam mengenal pembagian piutang

menjadi tiga kelompok:

1. Ar Ra’ij minal mal, yaitu piutang yang memungkinkna untuk didapatkan, yaitu

apa yang dikenal dengan nama Ad Duyunul jayyidah, dalam bahasa inggris

dikenal dengan Collectable Debts

2. Al Munkasir minal mal, yaitu piutang yang mustahil untuk didapatkan, sekarang

dinamakan Ad Duyunul Ma’dumah, dalam bahasa inggris dikenal dengan Bad

Debts atau Uncollectable Debts

3. Al Muta’adzir wal mutahayyir wal muta’aqqid minal mal, yaitu piutang yang

diragukan untuk didapatkan, dalam bahasa inggris adalah Doubtful Debts.

D. Perkembangan Konsep Akuntansi Syariah

Konsep akuntansi syariah berkembang seiring dengan adanya pertumbuhan

berbagai lembaga keuangan, perbankan, dan juga instrument keuangan yang

menerapkan sistem syariahIslam di dunia ini. Seperti diketahui bahwa prinsip

utama yang ada dalam konsep keuangan syariah adalah adanya transaksi keuangan,

yang berupa penyimpanan maupun penyaluran dana yang tidak mengenal prinsip

bunga.

14
Berbagai pandangan muncul berkaitan dengan konsep akuntansi syariah ini.

Salah satu diantaranya adalah Triyuwono (2000) yang menyatakan bahwa konsep

akuntansi syariah merupakan paradigma baru dalam wacana Akuntansi sangat

terkait dengan kondisi obyektif yang ada yang melingkupi ummat secara khusus

dan masyarakat dunia secara umum. Kondisi tersebut meliputi norma agama,

kontribusi ummat pada masa lalu, sistem ekonomi konvensional yang masih

mendominasi perekonomian dunia, termasuk di sini masih mendominasi berbagai

lembaga keuangan yang ada serta instrument keuangan yang dikeluarkan.

Dalam perkembangan awalnya istilah akuntansi syariah mengakibatkan

banyak terjadinya diskusi yang memberikan banyak perkembangan pemikiran

berkaitan dengan akuntansi syariah dan juga konsep keuangan syariah. Dengan

begitu secara ringkas dapat disimpulkan bahwa akuntansi syariah merupakan

sebuah wacana yang bisa digunakan untuk berbagai ide, konsep, pemikiran tentang

akuntansi syariah itu sendiri. Wacana tersebut kini terbagi menjadi dua, yaitu ada

yang berpikir bahwa konsep akuntansi syariah akan terus berada pada tatanan

konsep dan juga mereka yang berpikir bahwa konsep akuntansi syariah ini dapat

diturunkan ketatanan yang lebih praktis. Yang pertama cenderung untuk

mengembangkan akuntansi syariah sebagai kajian filosofis teoritis yang memberi

payung untuk derivasi kongkrit dalam bentuk praktik. Sedangkan yang kedua lebih

menekankan pada bentuk praktik dan kebutuhan pragmatis, termasuk di sini

bagaimana konsep akuntansi syariah dapat digunakan bagi perkembangan

instrument keuangan syariah, khususnya pasar modal syariah, seperti instrument

sukuk.

15
Di Indonesia berbagai pembahasan tentang konsep akuntansi syariah masih

belum banyak dilakukan. Hanya sedikit ilmuwan akuntan di Indonesia yang mau

mengembangkan dan melakukan penelitian tentang akuntansi syariah. Beberapa

diantaranya adalah Iwan Triyuwono (1996,1997, 2000), Muhammad Akhyar

Adnan dan juga Sofyan Harahap. (1992 dan 1997). Pada tingkatan wacana

pembahasan tentang akuntansi syariah ini banyak difokuskan pada metodologi

bagaimana bisa membangun dan mengembangkan akuntansi syariah itu sendiri.

Kajian yang sama pada tingkat internasional yang membahas mengenai grand teeri

dan konsep akuntansi syariah bisa merujuk pada studi Gambling dan karim

(1986,1991), Baydoun dan Willet (1994) Gaffikin (1996), Shaari Hamid, Russel

Craig dan Frank Clarke ( 1993 ) serta Toshikabu Hayashi ( 1989).

Meskipun begitu sangat disadari bahwa konsep akuntansi syariah tidak akan

dapat berkembang bila hanya mengembangkan pemikiran berdasarkan tingkat

wacana saja. Karena itu juga dikembangkan konsep tatanan praktis dalam hal

akuntansi syariah, seperti yang dilakukan oleh Widodo (1999) yang mencoba

penerapan transaksi bisnis dengan menggunakan konsep akuntansi syariah pada

lembaga keuangan Mikro Syariah Baitul Mal Wat Tamwil, Dwicahyono (2000)

yang berkenaan dengan etika kerja islam dan pelaporan keuangan perguruan tinggi

islam, kemudian penelitian Azizul dan Bambang (2001) yang membahas penerapan

sistem pembukuan pada mesjid-mesjid di kota Semarang sebagai bentuk

pertanggungjawaban/akuntabilitas keuangan dalam aktifitas syariah organisasi

non-profit yaitu Badan Takmir Mesjid. Juga terdapat beberapa penelitian lain yang

berkenaan dengan praktis yang juga dilakukan oleh Muhammad (2001) yang

16
mengkaji perspektif akuntansi sosial dan pertanggungjawaban serta penelitian

Harahap (2001) yang mengidentifikasi pengungkapan nilai-nilai islam pada laporan

tahunan Bank Muamalat Indonesia.

Dalam tataran praktis, standar akuntansi syariah sudah dicoba untuk

dibakukan, baik secara nasional maupun internasional. Secara nasional standar

akuntansi syariah dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan

diterbitkannya beberapa PSAK yang berkaitan dengan akuntansi syariah, yaitu

PSAK 101 hingga 109. Sedangkan secara internasional konsep akuntansi syariah,

dan bagaimana konsep itu diberlakukan untuk berbagai produk keuangan syariah

dilakukan oleh AAOIFI (The Accounting and Auditing Organization For Islamic

Financial Institution). Pengembangan tataran praktis standar akuntansi syariah

dilakukan karena adanya perkembangan berbagai instrument keuangan syariah,

termasuk instrument pasar modal syariah.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah awal akuntansi dimulai sejak manusia mengenal hitungan uang dan

menggunakan catatan. Pada abad XIV perhitungan rugi laba telah dilakukan

pedagang-pedagang Genoa dengan cara menghitung harta yang ada pada akhir

suatu pelayaran dan dibandingkan pada saat mereka berangkat. Tonggak sejarah

akuntansi dimulai pada tahun 1494 pada saat Lucas Paciolli (Lukas dari Burgos)

menerbitkan buku ilmu pasti yang berjudul “Suma de Arilhmalica, Proportioni et

Proportionaiita.” Dalam buku itu terdapat satu bab, berjudul ‘Tractatus de Computis

et Scriptorio” yang berisi cara-cara pembukuan menurut catatan berpasangan

(double bookkeeping).

Sementara awal perkembangan akuntansi syariah dimulai sejak abad 622 M

ketika Rasulullah yang pada saat itu merupakan pemimpin di negara Madinah,

membentuk baitul maal pada abad ke-7. Kemudian pada pemerintahan Umar bin

Khattab terjadi perubahan sistem, dimana dibentuk diwan yaitu pencatatan di setiap

pemasukan dan pengeluaran.

B. Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan dan menimbulkan banyak

pertanyaan. Oleh karena itu saran dan masukan kami perlukan untuk perbaikan ke

18
depannya. Semoga mendapat ridho dari Allah swt. setelah membaca makalah yang

kami buat dengan dapat memahaminya dengan mudah. Amin.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Iskandar Z. 2003. Pasar Modal, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Nasindo

Internusa.

Muhammad, 2002, Pengantar Akuntansi Syariah, Jakarta:PT Salemba Emban

Patria

Harahap, Sofyan Syafri, 2004. Akuntansi Islam. Jakarta : Bumi Aksara Cet.ke-4

Alim, Nizarul. 2014.The Development Of Shari‟ah Accounting: Epistemology

Perspective. European Scientific Journal vol.1 ISSN: 1857 – 7881 (Print) e -

ISSN 1857- 7431

Adnan, Akhyar. 2005. Akuntansi Syariah: Arah, Prospek dan Tantangannya, UII

Press, Yogyakarta

Amela Trockic. 2015. Islamic Accounting; History, Development and Prospects.

European Journal of Islamic Finance, ISSN 2421-2172

Triyuwono, Iwan. 2006. Akuntansi Syari’ah: Perspektif, Metodologi dan Teori,

Jakarta: Raja Grafindo.

Yaya, Rizal dkk. 2009. Akuntansi Perbankan Syari’ah : Teori dan Praktik

Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

Zaid, Omar Abdullah. 2004. Akuntansi Syari’ah: Kerangka Dasar dan Sejarah

Keuangan dalam Masyarakat Islam, Terjemah,Jakarta: LPFE Trisakti.

Nurhayati, Sri & Wasilah. 2011. Akuntansi Syari’ah di Indonesia, Jakarta:

Salemba Empat.

20
Syahatah, Husein. 2001. Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam,Terjemah, Jakarta:

Akbar Press.

Husein Syahatah, 2001, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Ushul

FikrinAlMuhasabi Al-Islami), alih bahasa khusnul Fatarib. Cet.1 (Jakarta:

Akbar Media Eka Sarana)

Theodorus M. Tuanakotta, 1984, Teori Akuntansi, edisi I (Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia)

Muhammad, 2004, Pengantar Akuntansi Syariah, Jakarta: Salemba Empat.

Rosjidi, 1999, Teori Akuntansi: tinjauan, konsep, dan struktur, Ed. 1, (Jakarta:

Lembaga Penerbitan FE-UI)

S. Hendriksen dan Michael F. Van Breda, teori Akunting, (Accounting Theory buku

I edisi kelima alih bahasa Herman Wibowo. Batam: Interalsara

Ahmed R. Belkaoui, Teori Akuntansi, terjemahan oleh dukat dkk. Dari accounting

theory Jakarta, Erlangga.

Sri Nurhayati, 2013, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, Salemba IV, Jakarta.

Sofyan, Syafri, harahap, 1997, Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Mohammad akhyar Adnan dan Michael Grafikin, The Syari’ah.

Sigit Purnawan Jati, 2001 : “Seputar Dinar dan Dirham, Dalam Muhammad Ismail

Yusanto dkk (ed.), Dinar Emas, solusi Krisis Moneter, cet.1 (Jakarta:PIRAC,

SEM Institute, Infid)

Mulawarman, Aji Dedi. 2006. Menyibak Akuntansi Syari’ah: Rekonstruksi

Teknologi Akuntansi Syari’ah Dari Wacana Ke Aksi. Penerbit Kreasi Wacana.

Jogjakarta

21
Muhammad, 2002. Pengantar Akuntansi Syari’ah. Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Muhammad Syafi’i Antonio. 2007. Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Edisi ke 1,

Jakarta. Gema insani.

Hadibroto. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta. PT. Raja Grafindo.

22

Anda mungkin juga menyukai