BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dari makalah
ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan upah dan apa saja dasar hukum Islam mengenai
upah?
2. Apa saja bentuk dan syarat upah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdurrahman Al-Jaziry, Kitab Al-Fiqhu ‘Ala Mazahibil Arba`ah, Jilid III, (Beirut: Darul-Fikri,
tt), hlm. 94.
3
2
Ibid., hlm. 98.
3
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi II, Cet. 13, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), hlm. 350.
4
Ibid., hlm. 351.
5
Abdurrahman Al-Jaziry, Op.Cit., hlm. 101.
6
Syaikh Qalyubi, Qalyubi wal-`amirah, Juz, III, (Semarang: Syirkah Nur Asia, tt), hlm. 68.
4
Dalam hal ini upah adalah harga yang dibayarkan kepada pekerja atas jasanya
dalam produksi kekayaan seperti faktor produksi lainnya, tenaga kerja diberikan
imbalan atas jasanya dalam produksi.7
Supaya lebih jelas guna mengetahui apa yang dimaksud dengan upah
dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 Tentang
Perlindungan Upah. Dalam hal tersebut menurut ketentuan pasal 1 huruf (a) PP.
No. 8 Tahun 1981, upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari
pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk
buruh sendiri maupun untuk keluarganya.8
Sedangkan pengertian imbalan adalah termasuk juga pembayaran
honorarium yang dibayar oleh pengusaha kepada buruh secara teratur dan terus
menerus. Karenanya, dapatlah dikatakan yang dimaksud dengan upah adalah
imbalan yang berupa uang atau dapat dinilai dengan uang karena telah
melakukan pekerjaan atau jasa. Upah juga boleh ditakrifkan sebagai harga yang
dibayar kepada perkhidmatan buruh dalam proses pengeluaran.9
Sebenarnya upah merupakan imbalan dalam bentuk uang atau benda
lainnya yang diberikan majikan kepada pekerja sesuai dengan perjanjian yang
telah disetujui bersama. Karenanya, selain itu menurut Benhan, pengertian upah
dapat diartikan dengan sejumlah uang yang dibayar oleh seseorang yang
memberikan pekerjaan kepada seseorang pekerja atas jasanya dengan sesuai
perjanjian.10
7
Afzalul Rahman, Op.Cit., hlm. 361.
8
F.X. Djumialdji, Perjanjian Kerja, Cet. II, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 1994), hlm. 40.
9
Ghafarullahuddin bin Din Habibah Laher, Ekonomi Islam, Seri Ke III, (Selangor Darul Ehsan:
Penerbit Asni SDN.BHD, 2000), hlm. 17.
10
Ibid., hlm.20.
5
Lebih lanjut kalau kita lihat hadits Rasulullah SAW tentang upah:
a. Hadist Utama
Nabi Muhammad Salallahu’alaihi Wasallam Bersabda :
b. Hadist Penguat
11
Al Munawi Faidhul Qodir, 1: 718
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ulama Syafi`iyah berpendapat, al-ijarah adalah suatu aqad atas suatu
manfaat yang dibolehkan oleh Syara` dan merupakan tujuan dari transaksi tersebut,
dapat diberikan dan dibolehkan menurut Syara` disertai sejumlah imbalan yang
diketahui.
Dasar Hukum al-ijarah Allah menegaskan tentang imbalan ini dalam
Alquran ialah:
“Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
Allah Yang Mengetahui akan ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada
kamu apa yang kamu kerjakan.” (At Taubah : 105).
الرحْ َم ِن بْن زَ ْي ِد ب ِْن أ َ ْسلَ َم َع ْن َ َحدَّثَنَا ا ْلعَبَّاس ْبن ا ْل َو ِلي ِد ا ِلد َم ْش ِقي َحدَّثَنَا َو ْهب بْن
َّ س ِعي ِد ب ِْن َع ِطيَّةَ ال
َّ سلَ ِمي َحدَّثَنَا َعبْد
َّ ير أ َجْ َره قَ ْب َل أ َ ْن يَ ِج
ف َع َرقه َ سلَّ َم أَعْطوا ْاْل َ ِج َّ صلَّى
َ ّللا َعلَ ْي ِه َو َّ أَبِي ِه َع ْن َع ْب ِد
َّ ّللاِ ْب ِن ع َم َر قَا َل قَا َل َرسول
َ ِّللا
hukum. Adapun rukun ijarah ada 4, yaitu: 1) Dua orang yang berakad, 2)
Shighat akad, yang menyatakan ijab dan qabul, 3) Upah (Ajrun,) Manfaat
Dalam akad ijarah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, secara umum,
syarat-syarat tersebut terbagi menjadi 4, yaitu; 1) Syarat terjadinya Ijarah, 2) Syarat
Sah Ijarah, 3) Syarat tetap hukum ijarah, 4) Syarat berlakunya ijarah, masing-
masing syarat tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a) Syarat terjadinya ijarah,
b) Syarat sah Ijarah Adalah syarat yang harus dipenuhi sehingga akad ijarah
dinyatakan sah, syarat-syarat tersebut adalah: 1) Adanya kerelaan dari dua belah
pihak yang berakad, 2) Manfaat atau jasa yang disepakati harus dijelaskan guna
menghindari perselisihan. 3) Manfaat atau jasa yang disepakati dalam akad harus
benar-benar mungkin untuk dipenuhi secara syar’i. 4) Manfaat atau jasa yang
disepakati dalam akad adalah mubah menurut syara’ dan bermanfaat bagi dirinya
dan masyarakat. 5) Pekerjaan yang dijanjikan bukan merupakan suatu kewajiban
pekerja sebelum pelaksanaan akad, 6) Pekerja tidak boleh mengambil manfaat
(secara langsung) dari pekerjaan yang dilaksanakan.
Syarat tetap hukum ijarah atau dalam literatur fiqh sering disebut Syarat
luzum akad adalah syarat yang harus dipenuhi sehingga kesepakatan dalam
akadijarah memiliki ketetapan untuk diberlakukan, syarat-syarat ini yaitu: 1) Akad
hendaknya merupakan akad shahih. 2) Terhindarnya obyek akad dari kerusakan-
kerusakan setelah diambil manfaatnya. 3) Tidak terdapat cacat terhadap pekerja
maupun pengelola perusahaan.
Syarat berlakunya ijarah, syarat ini disebut juga Syarat Nufudz, yang
mensyaratkan dalam akad ijarah adanya hak milik dan kekuasaan atas manfaat atau
jasa, sebagai contoh, barang yang disewakan oleh orang lain tanpa seizin
pemiliknya, maka ijarah ini tidak boleh diberlakukan.
B. Saran
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar
kami dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Al-Jaziry, Kitab Al-Fiqhu ‘Ala Mazahibil Arba`ah, Jilid III, (Beirut:
Darul-Fikri, tt), hal. 94
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi II, Cet. 13, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), hal. 350
Syaikh Qalyubi, Qalyubi wal-`amirah, Juz, III, (Semarang: Syirkah Nur Asia, tt), hal.
68.
F.X. Djumialdji, Perjanjian Kerja, Cet. II, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 1994), hal.
40
Ghafarullahuddin bin Din Habibah Laher, Ekonomi Islam, Seri Ke III, (Selangor Darul
Ehsan: Penerbit Asni SDN.BHD, 2000).
Al Munawi, Faidhul Qodir syarah al jami’ ash-shagir, jilid 1 (Cairo: Penerbit Darul
Hadis)